Anda di halaman 1dari 10

1. Jelaskan Aspek Legal dalam keperawatan dibawah ini!

Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan
kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai
standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan tinggi.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang
mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision
and Management (3)dan bidang Professional Development. Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat
utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.

Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti
sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas.
Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan
kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela
berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau
pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang
tersebut melalui pemberian izin.

Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik
profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal.
Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada kewenangan
formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik
profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik
Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara
berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti
kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan
tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari
Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.

1. Lisensi

- Perijinan / Lisensi Lisensi => ijin resmi dari badan pemerintah yg diberikan untuk individu dalam
mempraktekkan profesinya & utk penggunaan gelarnya

- Lisensi perawat diperlukan utk melindungi publik dari perawat yang tidak memiliki kompetensi
minimum yg dibutuhkan

- Ada 2 tipe lisensi : bersifat perintah ( mandatory ) dan bersifat pembolehan ( permissive )

- Ijin yg berupa mandat => orang yg membuka praktik harus mempunyai ijin

- Ijin yg bersifat permissive, tanda gelar RN => mendapatkan izin praktik

Lisensi/izin praktek adalah surat tanda registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang harus dilakukan oleh
perawat

2. Registrasi

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan resmi baik milik
pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan
registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus
diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia,
sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat
baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan
lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Register Nurse:

1) Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok

2) Menegakkan diagnosa keperawatan

3) Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan

4) Membuat rencana strategi perawatan

5) Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi perawatan


6) Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan orang lain, dan tidak
bertentangan dengan undang-undang

Tujuan registrasi:

1) Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan

2) Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif

3) Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan praktek keperawatan

4) Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kwalitas perawat profesional

- Pendaftaran / registrasi Registrasi merupakan daftar nama-nama individu dan informasi-informasi lain
yg disimpan pada daftar nama di departemen / pemerintah

- Perawat yang terdaftar diperbolehkan untuk Penggunakan tanda “ Perawat Terdaftar “

- AS : perawat terdaftar => ijin oleh board of nursing

- Kanada : didaftarkan oleh asosiasi profesi atau melalui institusi pendidikan

- Surat ijin dan registrasi diperbaharui setiap tahun agartetap valid / beberapa negara setiap 2 thn

3. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah memenuhi standar minimal
kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric, kesehatan
mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat.Di Indonesia
sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini
dilaksanakan.

Tujuan sertifikasi:

1) Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan pendidikan


tambahan yg diikutinya

2) Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai pendidikan

3) Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan

5. Credentialing
Proses penentuan dan pemeliharaan kompetensi dalam penanganan pasien. Proses ini merupakan salah
satu cara dimana profesi seorang perawat dapat memelihara standar penanganan dan dapat
bertanggung jawab untuk mempersiapkan pendidikan anggotanya

- Credentialing meliputi : ijin, pendaftaran, sertifikat

dan akreditasi

6. Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi kepada institusi,
program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang
diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu
dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan DIII keperawatan dan sekolah perawat kesehatan
dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit
dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

Akreditasi : suatu proses pengakuan yg dilakukan oleh suatu organisasi fakultatif, seperti Persatuan
Perawat Nasional , badan pemerintah => untuk menilai dan memberikan status akreditasi untuk institusi
dan atau program-program atau pelayanan yang struktur, proses dan kriteria keberhasilan telah
ditentukan sebelumnya

2.1 Teori dasar pembuatan keputusan etis.


Teori teori digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsip dan aturan-
aturan. Para ahli falsafah moral telah mengembangkan bebrapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teoriteleology dan deontology.

a.Teleology

Teleology merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan
atau konsekuensi yang dapat terjadi.Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies
the meansatau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teoriini menekankan
pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal danketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia
(Kelly,1987).Teori teleogi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi ruleutilitarianisme dan act
utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwamanaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada
sejauh mana tindakantersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
Actutilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya menjelaskan
pada suatu situasi tertentu, dengan pertimbanganterhadap tindakan apa yang dapat memberikan
kebaikan sebanyak-banyaknyaatau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan
teori inimisalnya bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal dari padanantinya menjadi
beban masyarakat. b.

B. Deontology (formalism)

Menurut kant, benar atau salah ditentukan oleh hasil akhir ataukonsekuensi dari suatu tindakan,
melainkan oleh nilai moralnya. Dalamkonteks disini perhatian difokuskan pada tindakan melakukan
tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar
atausalah. Kant berpendapat prinsip-prinsip moral atau yang terkaitdengan tugas harus harus bersifat
universal, tidak conditional dan imperative.Kant percaya bahwa tindakan manusia secara rasional tidak
konsisten, kecuali bila aturan-aturan yang ditaati bersifatuniversal, tidak conditional danimperative.
Contoh penerapan deontology adalah seorang perawat ang yakin bahwa pasien harus diberitahu
tentang apa yang sebenarnya terjadi walaupunkenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain
misalnya seorang perawatmenolak membantu pelakanaan abortus karena keyakinan agamanya
yangmelarang tindakan membunuh.Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untukmenyelamatkan nyawa
ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup(dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan yang
secara moral buruk.Secara lebih luas, teori deontology dikembangkan menjadi lima prinsip penting:
kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan (Fry,1991lih. Creasia, 1991).

C. Kemurahan hati (beneficence)

Inti dari prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab untuk melakukankebaikan yang menguntungkan
pasien menghindari perbuatan yang merugikanatau membahayakan pasien. Prinsip ini seringkali sulit
diterapkan dalam praktik keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikandampak
yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelasapakah perawat bertanggung jawab atas
semua ara yang menguntungkan pasien. b.
D. Keadilan (justice)

Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress menyatakan bahwa mereka yang sederjata
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yangtidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai
dengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan dari mereka yang sederajatharus
menerima seumber pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding. Ketikaseeorang mempunyai
kebutuhan keselamatan yang besar, maka menurut prinsip disini ia harus mendapatkan sumber-sumber
kesehatan yang besar pula.Kegiatan alokasi dan distribusi sumber-sumber ini memungkinkan
dicapainyakeadilan dalam pembagian sumber-sumber asuhan kesehatan kepada pasiensecara adil
sesuai kebutuhannya.

E. Otonomi

Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasanmenentukan tindakan atau
keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih(Veatch dan Fry, 1987;

lih. Creasia. 1991). Permasalahan yang muncul dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi
kemampuan otonomi pasien yangdipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia,
penyakit,lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianyainformasi dan lain-lain.

F. Kejujuran (Veracity)

Kejujuran harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan pasien.Kejujuran merupakan dasar
terbinanya hubungan saling percaya antara perawatdengan pasien. Perawat sering tidak
memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang sakit arah.

G. Ketaatan (Fidelity)

Prinsip ketaatan didefinisikan oleh Veatch dan Fry sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu
kesepakatan. Tanggung jawab dalamkonteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab
menjaga janji,mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian.Salah satu cara untuk
menempatkan prinsip konfidensi (menempati janji)adalah dengan memasukkan ketaatan dalam
tanggung jawab. Untukmewujudkan hal ini perawat harus selektif dalam mempertimbangkan informasi
apa yang harus dijaga konfidensinya dan mengetahui waktu yangtepat untuk menepati janji sesuai
hubungan perawat dengan pasien.Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi perawatan
dengan pendekatan individual, bersikap baik kepada pasien, memberikan kenyamanan,dan
menunjukkan kemampuan profesional.

2.2 Jenis Keputusan etis Terkait Dengan Masalah Yang Dihadapi

- Keputusan terprogram, yaitu suatu keputusan yang terstruktur dan berulang yang dapat ditangani
dengan pendekatan rutin.
- Keputusan tidak terprogram, yaitu suatu keputusan yang memerlukansuatu pemecahan yang dibuat
sesuai kebutuhan

2.3 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan etiis

- Kondisi Kepastian

adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusanmempunyai informasi sepenuhnya tentang masalah
yang dihadapi,alternatif < alternati pemecahan masalah yang tepat karena hasil -hasil dari setiap
alternatif -alternatif pemecahan tersebut telahdiketahui- Resiko adalah suatu kondisi yang dapat
diidentiikasi, diprediksikemungkinan ter#adi dan kemungkinan < kemungkinan dari setiap pemecahan
yang sesuai dengan hasil yang diinginkan atau dicapai.

- Ketidakpastian

adalah suatu kondisi dimana pengambil keputusantidak memiliki kepastian atau tidak dapat
menentukan sesuatu yangsubyekti kedalam kemungkinan yang bersiat obyekti

2.4.Proses Pengambilan Keputusan dan elemen-elemen Dasarnya

1.Model nasional

Nasional adalah Membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkannilai dalam batasan-batasan
tertentu

•Batasan -batasan tertentu adalah (1) kejelasan masalah, (2) Pilihan - pilihan yang diketahui (3) Pilihan <
pilihan yang jelas (4) Pilihan-pilihan yang konsisten (5) tidak ada batasan waktu dan biaya (6)hasil
Maksimum

•Keputusan yang rasional adalah model pembuatan keputusan yangmendeskripsikan bagaimana


indi/idu seharusnya berprilaku untuk memaksimalkan hasil.

Ada 1 langkah prilaku indi/idu untuk memaksimalkan hasil denganmodel rasional -a.

Mendefinisikan Masalah

Untuk mendefinisikan masalah harus secara jelaslas karena seringkali terjadikesalahan dalam hal ini
seperti masalah tidak terlihat atau tidak terdefinisikan secara jelas maka manager perlu membedakan
masalahdengan gejala yang tampak.

b. Mengidentifikasikan kreteria keputusan

Artinya Mengembangkan alternatif Pemecahan masalah secara kreatif,walaupun ada batasan


( constraint) sehingga pengembil keputusan dapatmenentukan apa yang rele/an dalam membuat
keputusan).

C. Menimbang Kreteria yang telah diidentifikasi sebelumnya


Artinya melakukan evaluasi dan memilih alternatif terbaik melalui serangkaian kreteria. Misalnya
dengan menggunakan sistem-skoring

d.Membuat berbagai alternatif

Artinya setelah melalui berbagai pertimbangan tadi maka diambil satukeputusan misalnya alternatif
yang diambil adalah alternatif dengan-skorA paling tinggi untuk setiap kreterianya merupakan alternatif
terbaik.

e.Implementasi

Hal ini merupakan tahapan yang paling sulit dalam proses pengambilankeputusan

f.Follow Up dan Evaluasi

Monitor dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan keputusanmengenai sasaran atau
tujuan yang ditentukan

2.Model Kreatifitas

a.Kreativitas adalah kemampuan menciptakan ide- ide baru dan bermanfaat.

B. Tujuannya adalah membantu mengidentifikasikan dan memahami masalahyang belum jelas.

C. Ada 3 komponen model kreatifitas:

1) Keahlian yaitu dasar untuk setiap pekeraan kreatif yang bisa diperolehdari kemampuan, pengetahuan,
kecakapan dan potensi diri. Misalnyauntuk menjadi seorang ahli maka individu tersebut harus memiliki
pengetahuan yang luas tentang keahliannya tersebut

2) Keterampilan- keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif yaitu karakteristik pribadi yang
berhubungan dengan kratifitas serta kemampuan untuk menggunakan analogi serta bakat untuk
melihatsesuatu yang lazm dari sudut padang yang berbeda misalnya seorang peneliti akan men#adi
lebih kreati #ika berada dalam suasana hati yang baik, tadi untuk mendapatkan hal tersebut banyak hal
yangmenyenangkan bisa dilakukan seperti mendegarkan musik% makanmakanan favorit atau
bersosialisasi dengan individu yang lain.

3) Motivqsi tugas Intrinsik yaitu keinginan untuk menger#akan sesuatukarena adanya dorongan dalam
diri indi/idu dan pengaruh darilingkungan ker#a misalnya hal tersebut dilakukan karena manarik,rumit,
mengasyikkan, memuaskan atau menantang secara pribadi. Pertalingkungan kerja memberikan support
dalam bentuk konstruktif sepertimemberikan penghargaan dan pengakuan atas kreativitas individu.

3. Model intuisi- firasat

Yaitu sebuah proses tidak sadar sebagai hasil dari pengalaman yang disaring atau kekuatan yang muncul
dengan cepat tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal -sadar. Contoh pada saat bawahan
andamemberikan laporan anda merasa bahwa ada ketidaksesuaian dalam laporantersebut.
2.5langkah-langkah Pengambilan Keputusan yang etis

1) Menentukan fakta-fakta

2) Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi-situasi dari sudut


pandang mereka

3) Mempertimbangkan alternati-alternatif ini yang tersedia juga disebut dengan" imajinasi moral"

4) Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para pemegang kepentingan,


membandingkan dan mempertimbangkanalternati-alternatif berdasarkan

a.Konsekuensi-konsekuensi

B) Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip*.

C) Dampak bagi integritas dan karakter pribadi

5)Membuat sebuah keputusan

6)Memantau hasil

Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis adalah
menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut,membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal
yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang mengalami dan memahami
situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis.sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan
penentuan yang permatatas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah penilaian etis yang lebih masuk
akal dari pada penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan
yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung jawab secara etis
daripadaorang yang bertindak tanpa pertimbangan yang mendalam.Cangkah kedua dalam pengambilan
keputusan yang etis yang bertanggung jawab mensyaratkan kemampuan untuk mengenali
sebuahkeputusan atau permasalahn sebagai sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.langkah
ketiga melibatkan satu dari elemen /italnya. Kita dimintauntuk mengidentiikasi dan
mempertimbangkan semua pihak yangdipengaruhi oleh sebuah keputusan, orangorang ini biasa
disebutdengan para pemangku kepentingan (stakeholder).

Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan dan


mempertimbangkan alternati-alternatif, membuat suatu spreadsheet mental yang mengevaluasi setiap
dampak tiap alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan yang telah
identifikasi. Salah satu cara yang paling mudah adalah menempatkan diri terhadap posisi orang lain.
Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi,meminimalisasi
atau mengganti kensekuensi kerugian yang mungkin terjadi atau meningkatkan dan memasukan
konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat. Selain itu juga perlu mempertimbangkan
kewajiban, hak-hak dan prinsip-prinsip, serta dampak bagi integritas dan karakter pribadi.langkah kelima
adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang merupakan langkah terakhir dalam
proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka
baik atau malah tidak sesuai dengan apa yang kitaharapkan.

2.6) Kriteria Dalam Mengambil Keputusan etis

1. Pendekatan bermanfaat Pendekatan bermanfaat(utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat


abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku
moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.

2. Pendekatan individualisme Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa


suatutindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang
seorang indivudu.

3. Konsep tentang etika bahwa keputusan dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

4.hak persetujuan bebas.

5. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.

6.hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya

7. hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar
moral dan norma agamanya.

8.hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan
yang dilakukan orang lain.

9. hak atas proses hak. Indi/idu berhak untuk berbi*ara tanpa beratsebelah dan berhak atas perlakuan
yang adil.

2.7) Keputusan etis Ditinjau dari hukum Kesehatan

Tentang bagaimana suatu hal dikatakan benar dan dikatakan salah tenagakesehatan sering kali
dihadapkan pada suatu kondisi dilema etik yangmenempatkan tenaga kesehatan untuk berfikir apa yang
harus dilakukan, apayang seharusnya dilakukan, apakah tindakannya benar atau tidak dan menuntut
tenaga kesehatan untuk mengambil suatu keputusan yang tepat.saat ini aspek legislasi dan bentuk
keputusan yuridis tentang masalah etika kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan.
Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru yang banyak disusun
untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan masalah
hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang praktik keperawatan dan keputusan
menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik perawat.

Anda mungkin juga menyukai