Anda di halaman 1dari 13

Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan di Perairan Barat

Sumatera pada Bulan Maret 2001

Sabhan

Abstrak: Penelitian tentang sebaran medan massa dan medan tekanan di perairan
barat Sumatra dari data hasil survey oleh Baruna Jaya I pada Tanggal 21 Maret – 11
April 2001. Data parameter fisik air laut yang terdiri atas suhu, salinitas dan
konduktivitas pada tiap interval kedalaman diperoleh dari hasil ekspedisi oseanografi.
Analisi data dilakukan untuk menentukan Anomali Volume Spesifik (), Kedalaman
Dinamik (Di) serta Kecepatan dan Arah Arus Relatif dan Absolut dari Arus
Geostropik. Adapun untuk menghitung nilai-nilai tersebut ditentukan dengan dua
metode yakni pertama melalui interpolasi linear (manual) dari data temperatur,
salinitas dan densitas (t) tiap kedalaman pada tabel yang diberikan oleh Svedrup dan
Bjerknes. Memperlihatkan kedalaman dinamik yang membentuk slop yang besar pada
kedalaman kurang dari 100 meter sedangkan pada kedalaman berikutnya
menunjukkan slop yang sangat kecil kecuali pada daerah dekat pantai dengan
kedalaman berkisar antara 0 – 7,29 dyn.m. kecepatan arus relatif geostropik antar
stasiun pada Transek 4 secara keseluruhan berkisar -6,43 – 4,11 m/s. Selain itu
kecepatan arus geostropik cenderung ke arah tenggara dibandingkan kearah barat
laut.

Kata kunci: Arus Geostropik, interpolasi linear, transek

PENDAHULUAN khatulistiwa berbeda dengan Samudera


Perairan Barat Sumetera Pasifik dan Samudera Atlantik yang
merupakan bagian dari Samudera berimbang antara belahan bumi bagian
Hindia, Samudera Hindia merupakan utara dengan belahan bumi bagian
samudera yang berbeda di dalam selatan. Pada Samudera Hindia angin
sistem distribusi massa air munson mempengaruhi pola distribusi
dibandingkan dengan samudera besar massa air, pola ini berbeda dengan
yang lain yang ada di dunia. Perbedaan pola distribusi massa air pada perairan
sistem distribusi massa air ini dunia pada umumnya, pola distribusi
disebabkan oleh bentuk dari samudera massa air oleh angin munson tidak
hindia yang asimetris yang sebagian tetap sepanjang tahun tergantung
kecil berada di utara khatulistiwa posisi matahari, berbeda dengan
disebabkan oleh sebagian besar parairan samudera Pasifik dan
tertutup oleh Benua Asia dan sebagian Samudera atlantik yang cenderung
besar berada di bagian selatan tetap sepanjang tahun.

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tadulako Palu


Email: Sbh_ose@untad.ic.id
76
Sabhan, Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan ………..77

Pada perairan Barat Sumetera METODOLOGI


yang merupakan bagian dari Perairan Waktu dan Lokasi Penelitian
Samudera Hindia bagian utara dan
Samudera Hindia bagian selatan maka
arus yang berpengaruh adalah pada
bulan Maret-April Arus Khatulistiwa
utara dari timur laut bergabung dengan
arus Somali menuju benua afrika
kemudian berbelok ketimur tergabung
dengan arus sanzibar yang bergabung
dengan arus khatulistiwa selatan Gambar 1. Lokasi pengukuran
setelah mendekati benua aprika (Transek 4 Terblok)

berbelok ketimur membentuk arus sakal Data parameter fisik air laut yang
(Equatorial Counter Current) yang terdiri atas suhu, salinitas dan
sebagian mencapai barat sumatera konduktivitas pada tiap interval
kemudian berbelok ketenggara kedalaman diperoleh dari hasil
membentuk arus selatan jawa. ekspedisi oseanografi diperiaran Barat
Pada bulan September-Oktober Sumatera dengan menggunakan Kapal
arus di barat sumatera berasal dari arus Riset Baruna Jaya I, yang diakses
mosanbique dan arus sanzibar serta melelui Pusat Data Kelautan Baruna
arus somali yang sebagian bergerak Jaya, Direktorat Teknologi Inventarisasi
ketimur membentuk arus munson barat Sumber daya Alam, BPP teknologi dan
daya menuju barat sumatera dan Tulisan Pelayaran Oseanografi Kapal
bergerak berbalik kebarat membentuk Baruna Jaya I Di wilayah ZEEI Barat
arus khatulistiwa selatan tergabung Sumatera. Pada Tanggal 21 Maret – 11
dengan arus arus selatan jawa. April 2001 dengan jumlah 20 Stasiun
Sebagian arus somali bergerak yang tersebar dalam 4 Transek. Pada
menyusuri pantai barat afrika dari Tulisan ini akan lebih fokus pada
selatan keutara hingga perairan arab Transek 4.
kemudian berbalik ke selatan india dan
bergabung dengan arus mansoon Bahan, Alat dan Metode Penelitian
barat daya memasuki selat malaka CTD probe (Conductivity,
diutara sumatera. Temperature, Depth) tipe Guildline, model
78 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (76 – 88)

6000 digunakan untuk mengukur suhu s,p (fungsi dari salinitas dan tekanan)
dan salinitas air laut. Alat ini dilengkapi dan t,p (fungsi dari suhu dan tekanan).
dengan Rosette Sampler dan terdiri atas Dari hasil interpolasi ini dapat
12 buah tabung Niskin. Alat ini ditentukan nilai Anomali Volume
dipergunakan untuk mengambil contoh Spesifik (), dan Kedalaman Dinamik
(sampel) air dari berbagai kedalaman (Di) dari formula Svedrup (1933)
yang telah ditentukan. Pada stasiun dalam Neumann and Pierson
pengamatan Oseanografi, alat CTD turun (1966).Hasil perhitungan pada
dari permukaan sampai pada kedalaman Lampiran I.
600 meter. Pengambilan contoh air Metode kedua melalui program
dilakukan ketika CTD naik dari kedalaman komputer (Matlab) untuk menghitung
600 meter menuju permukaan. Dengan
Densitas Air Laut (t); Volume Spesifik
interval data salinitas, suhu, dan
(); dan Anomali Volume Spesifik ()
konduktivitas tiap 5 meter, sedangkan
dengan menggunakan formula dari
contoh air diambil dari kedalaman : 0, 25,
Knudsen (1901) dalam Neumann and
50, 75, 100, 150, 200, 250, 300, 400, 500,
Pierson (1966) yang disempurnakan
dan 600 meter. Posisi stasiun ditentukan
oleh Fotonoff dan Tabata (1958). Untuk
dengan GPS (Global positioning System).
Kedalaman Dinamik Di menggunakan
persamaan Neumann and Pierson
Analisis Data
(1966). Formula dan data kedalaman,
Analisi data dilakukan untuk
suhu dan temperatur tersebut
menentukan Anomali Volume Spesifik
dimasukkan kedalam program komputer
(), Kedalaman Dinamik (Di) serta
hasil Skrip Program dapat dilihat Pada
Kecepatan dan Arah Arus Relatif dan
lampiran II.
Absolut dari Arus Geostropik. Adapun
Hasil analisis kedalaman dinamik
untuk menghitung nilai-nilai tersebut
antara cara pertama dan kedua hamir
ditentukan dengan dua metode yakni
sama sehingga data kedalaman
pertama melalui interpolasi linear
dinamik yang digunakan dalam
(manual) dari data temperatur, salinitas
pembahasan adalah hasil perhitungan
dan densitas (t) tiap kedalaman pada
manual untuk menganalisis Kecepatan
tabel yang diberikan oleh Svedrup dan
dan Arah Arus Relatif dan Absolut dari
Bjerknes dalam Neumann and Pierson
Arus Geostropik dengan acuan pada
(1966) yakni untuk s,t (fungsi dari t),
kedalaman 600 meter, dengan
Sabhan, Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan ………..79

menggunakan persamaan dari Pond secara khusus pada tulisan ini adalah
and Pickard (1983) untuk transek IV. pada transek IV (Stasiun 16 -20).
Sedangkan untuk perhitungan
kedalaman dinamik keseluruhan HASIL DAN PEMBAHASAN
transek digunakan hasil perhitungan Sebaran Menegak dan Melintang Suhu
komputer. Sebaran menegak suhu pada
transek 4 setelah dioverlay antara
Data-data tersebut kemudian
stasiun 16- 20 mempunyai pola yang
ditabulasikan dan dengan
hampir homogen kecuali untuk stasiun
menggunakan program komputer (Exel,
16 yang berada paling jauh dari pantai
ODV 5.7, Surfer 7) dan di analisis untuk
memiliki lapisan termoklin yang paling
menghasilkan sajian: Propil menegak
dalam mencapai 170 m dengan rentang
suhu dan salinitasi pada interval 5
suhu 12- 27 oC. Ini sesuai oleh karena
meter, sebaran melintang pertransek
daerah laut terbuka mendapat
suhu, salinitas, sigma-t dan kedalaman
penyinaran yang lebih dalam karena
dynamik, sebaran melintang anomali
cahaya dapat masuk menembus air lebih
kedalaman dynamik dan topografi
dalam oleh sifat kekeruhan air yang
dinamik serta kecepatan dan arah arus
rendah karena jauh dari suplai material
geostropik. Dari hasil tersebut maka
dari pantai rendah disamping adukan
dapat dianalisis sebaran medan massa
pantai oleh ombak tidak terjadi seperti
dan medan tekanan pada lokasi
yang terjadi pada laut dekat pantai.
penelitian. Adapun yang akan dibahas

Gambar 2. Sebaran menegak Suhu pada transek 4.


80 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (76 – 88)

Lapisan termoklin pada meter jarak garis isotherm lebih jauh


kedalaman 50-170 meter dengan suhu (renggang) terhadap kedalaman
o
berkisar antara 18 -27 C yang dibandingkan dengan jarak antara garis
homogen untuk semua stasiun kecuali isotherm pada kedalaman 0 – 120
stasiun 16 seperti yang telah dijelaskan meter, sedangkan pada lapisan
sebelumnya, pada lapisan ini dicirikan termoklin distribusi garis isothermal
oleh turunya suhu dengan relatif lebih rapat dibandingkan
meningkatnya kedalaman. Lapisan keduanya. Dari hal tersebut
homogen dibawah lapisan dingin menunjukan bahwa lapisan homogen
mempunyai batas atas pada kedalaman dapat dijadikan indikasi kuat tentang
 170 meter. pengadukan massa air meskipun
ketebalan lapisan percampuran
Sebaran melintang suhu
tergantung dari karakteristik perairan
(Gambar 3) menunjukkan distribusi
dan asal massa air.
suhu pada kedalaman di bawah 200

Gambar 3. Sebaran Melintang suhu

Selain itu pada transek 4, terlihat terjadinya upwelling untuk perairan


jelas adanya pergerakan isothermal Barat Sumatera dimana posisinya yang
yang menunjukan menaik ke arah berada dibagian belahan bumi selatan
pantai, hal ini dapat disebabkan oleh bertiup angin passat tenggara yang
karena daya tembus cahaya matahari memungkinkan mekanisme upwellling
pada daerah dekat pantai lebih rendah terjadi namun pada saat yang
sehingga lapisan dingin massa air lebih bersamaan arus permukaan dari arus
dekat kepermukaan, profil yang khtulistiwa utara bergerak sejajar pantai
demikian juga dapat mengindikasikan barat Sumatera dari arah berlawanan
Sabhan, Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan ………..81

sehingga indikasi adanya upwelling kemudian naik lagi mengikuti pola


dalam intensitas kecil memenuhi salinitas stasiun yang lain
mekanisme. Salinitas pada kedalaman 50-
Sebaran Menegak dan Melintang 200 meter sangat variatip untuk
Salinitas semua stasiun dan setelah kedalaman
Pada transek 4 salinitas lebih dari 200 meter salinitas
permukaan homogen antar tiap homogen untuk setiap stasiun.
stasiun.secara keseluruhan salinitas Distribusi menegak (vertikal) dari
berkisar pada 32,58-34,04 psu. Dengan salinitas erat hubungannya dengan
salinitas tertinggi pada stasiun 17. distribusi vertikal dari suhu dan
Sedangkan pada lapisan termoklin densitas. Walaupun perubahan
dimana ditandaidengan peningkatan densitas air laut lebih besar dibanding
suhu yang cepat terhadap kedalaman dengan perubahan salinitas. Ini
sangat heterogen, Stasiun 16 disebabkan oleh pengaruh distribusi
mempunyai struktur salinitas yang sangat suhu terhadap stabilitas perairan yang
ekstrim pada lapisan ini dimana pada lebih besar daripada pengaruh
kedalaman 50-70 meter mengalami distribusi salinitas. Kehadiran salinitas
peningkatan hingga 35,1 psu kemudian tinggi pada permukaan merupakan
menurun pada kedalaman 70–100 meter hasil dari arus yang berasal dari Laut
hingga mencapai salinitas 34,7 psu dan Arab yang mempunyai salinitas tinggi
yang pada

Gambar 4. Sebarang menegak Salinitas


82 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (76 – 88)

bulan maret terbawa ke perairan barat lebih besar dari seratus meter salinitas
Sumatera oleh arus Khatulistiwa utara. hampir homogen. Profil juga menujukkan
Sebaran salinitas dalam arah adanya penaikan salinitas tinggi menuju
melintang menunjukaan perubahan permukaan pada daerah dekat pantai, ini
salinitas yang sangat cepat dengan mendukung hasil analisis kemungkinan
kedalaman pada kedalaman kurang terjadinya upwelling sesuai dengan profil
dari 100 meter sedangkan pada lapisan melintang dari suhu sebelumnya.

Gambar 5. Sebaran melintang salinitas

Sebaran Melintang sigma-t yang berada dekat pantai dan sigma-t


Sebaran melintang sigma-t (Gambar 6), tertinggi pada kedalaman 600 meter di
menunjukan bahwa pada lapisan daerah stasiun 16.
permukaan dengan nilai sigma-t
terendah berada dekat dengan dengan
pantai barat Sumatera(Stasiun 20) dan
semakin jauh dari pantai maka semakin
tinggi (stasiun 16). Medan sigma-t yang
terbentuk pada lapisan permukaan
menunjukkan adanya arus (massa air)
yang bergerak dari massa air yang
berdensitas tinggi ke massa air yang
berdensitas rendah, kemudian gaya
coriolis membelokkan ke sebelah kiri
hingga cenderung ke arah meninggalkan
pantai. Nilai sigma-t berkisar antara
21,4–28,17 dengan sigma stasiun 20 Gambar 6. Sebaran melintang Sigma-t
Sabhan, Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan ………..83

Sebaran Melintang kedalaman suhu dengan bertambahnya kedalaman


dynamic sehingga perbedaan antara volume
Sebaran melintang kedalaman
spesifik air laut nyata dan volume
dinamik pada permukaan isobarik 5–
spesifik air laut baku makin kecil. Makin
600 dB relatif terhadap permukaan
kecil perbedaan antara volume spesifik
isobarik 600 dB berturut-turut pada
insitu dengan volume spesifik air laut
transek 4 berkisar antara 0–7,294
baku (perbedaan ini selanjutnya disebut
(dyn.m). Anomali kedalaman dinamik di
anomali volume spesifik) menyebabkan
permukaan 5 dB ditiap stasiun
anomali volume spesifik air laut nyata
merupakan nilai-nilai D maksimum
makin kecil dan selanjutnya
kemudian di bawah permukaan 5 dB
menyebabkan anomali kedalaman
nilai anomali kedalaman dinamik akan
dinamik makin kecil dan mencapai 0
menurun dan akhirnya bernilai 0 di
dyn.m dipermukaan isobarik yang
permukaan 600 dB. Karena kita
ditentukan sebagai papar acuan
menganggap kedalaman 600 meter
(reference level).
sebagai level acuan.
Pada Transek 4 terlihat jelas
adanya slope, terutama pada kedalamn
dinamik diatas 2 dyn.m, dengan slope
paling tinggi atara stasun 17 dan 18.
sedangan pada kedalaman dinamik
kurang dari 2 dyn.m slope yang
terbentuk relatif lebih kecil. Hal ini
disebabkan karena pengaruh dari
fluktuasi dari suhu dan salinitas yang
berbeda sehingga mempengaruhi
perbedaan volume spesifik air laut dan
volume spesifik air laut baku, di mana
ʘ Untuk aliran yang keluar bidang
suhu pada transek ini lebih rendah dan
 Untuk aliran yang masuk bidang
bervariasi sedangkan salinitasnya tinggi
Gambar 7. Sebaran Melintang dan hampir seragam.
Kedalaman dinamik
Arah arus yang domonan
adalah arah arus keluar kertas  atau
Penurunan ini disebabkan oleh
bergerak ketenggara sesuai dengan
peningkatan salinitas dan penurunan
84 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (76 – 88)

pergerakan arus khatulistiwa utara dan 400 dB terhadap papar acuan


yang akan membentuk arus selatan 600 dB (reference level).
jawa seperti pada gambar 1 walaupun Pada Gambar 8 menunjukan
didapatkan arus yang bergerak bahwa dengan semakin
kebarat laut terutama dekat pantai dan bertambahnya kedalaman maka
permukaan ini dimungkinkan oleh besar D semakin kecil. Pada
tiupan angin passat tenggara. kedalaman permukaan 0–100 dB
terlihat adanya perbedaan nyata
Topografi Dinamik distrribusi tekanan (dyn.m) sehingga
Untuk menggambarkan topografi terjadi pergerakan massa air dari
dinamik maka keseluruhan stasiun diplot Samudera Hindia menuju perairan
pada kedalaman 0 dB, 100dB, 200 dB, pantai selatan Jawa.

Gambar 8. Topografi dinamik pada kedalaman a.5 meter, b. 100 meter,


c. 200 meter, d. 400 meter
Sabhan, Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan ………..85

Pusat tekanan rendah yang terbentuk densitas, di mana air akan mengalir
disekitar transek 2 oleh akibat data hasil dari densitas yang lebih tinggi
observasi yang hilang sehingga salinitas kedensitas yang lebih rendah. Hasil
dinolkan. Membentuk missing data analisis kecepatan arus relatif
namun pada arah ketenggara dari geostropik yang ditampilkan pada
transek 1 dan 4 terlihat nyata perbedaan Tabel 1 antar stasiun pada Transek 4
kedalaman dinamik yang menyebabkan secara keseluruhan berkisar -6,43–
aliran arus khatulistiwa utara dan arus 4,11 Kecepatan arus relatif yang
balik khatulistiwa bergerak ketenggara bernilai negatif (–) menunjukkan
membentuk arus selatan jawa. Pada bahwa arus tersebut mengarah keluar
kedalaman berikutnya 200–600 db kertas (arah tenggara) sedangkan
distribusi tekanan semakin kecil nilai positif (+) menunjukan arah arus
sehingga mendekati 0. tersebut masuk kertas (arah barat
Kecepatan Arus Geostropik laut) akibat gaya coriolis
Arus geostropik adalah arus yang membelokkan arah arus tersebut
terjadi karena adanya perbedaan kesebelah kiri dibelahan bumi selatan.

Tabel 1. Hasil Analisis Kecepatan Arus Relatif pada Transek 4


Geostr. Vel. [m/s]
Depth [m]
16 dan 17 17 dan 18 18 dan 19 19 dan 20
-5 -6,43 3,6 -4,27 0,52
-25 -6,41 3,57 -3,73 0,88
-50 -6,68 4,11 -2,95 0,73
-100 -4,94 2,43 -3,03 -0,01
-150 -2,08 -0,87 -3,51 -0,27
-200 -1,48 -1,1 -2,8 0,33
-300 -1,07 -0,66 -2,08 1,52
-400 -0,59 -0,6 -0,99 1,04
-500 -0,22 -0,37 -0,27 0,25
-600 0 0 0 0

Keterangan : (–) Arah Arus Keluar Kertas (Arah Barat)


(+) Arah Arus Masuk Kertas (Arah Timur)
86 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (76 – 88)

Tabel 1 juga memperlihatkan KESIMPULAN


bahwa kecepatan arus pada semua Dari hasil uraian dan analisis di
stasiun bergerak kearah tenggara atas maka dapat ditarik kesimpulan :
kecuali pada permukaan antara stasun 1. Sebaran suhu menegak pada
17 dan 18 dengan kecepatan arus Transek 4 terdapat tiga lapisan, yakni
geostrofik permukaan lebih besar lapisan homogen pada kedalaman 0–
dibandingkan dengan arus pada daerah 75 meter, lapisan thermoklin pada
yang lebih dalam. Kecepatan arus kedalaman  200) dan lapisan
geostrofik maksimun pada antara homogen di bawah lapisan thermoklin
stasiun 16 dan 17 terdapat pada pada kedalaman lebih dari 200 meter.
kedalaman 50 meter dengan kecepatan
2. Sebaran Salinitas menik pada daerah
-6,68 m/s. sedangkan untuk stasiun 17
dekat pantai yang mengindikasikan
dan 18 pada kedalaman 50 meter
adanya upwelling.
dengan kecepatan -4,11 m/s.
Kecepatan arus geostrofik maksimun 3. Adanya pengaruh yang signifikan
pada antara stasiun 18 dan 19 terdapat antara suhu dan salinitas pada

terdapat pada kedalaman 5 meter Transek 4 Nilai t permukaan pada


sedangkan pada stasiun antara 19 dan Transek I berkisar 21.43 – 23.31
20 pada kedalamn 300 meter dengan kg/m3, range ini merupakan terbesar
kecepatan masing-masing 4,27 dan bila dibandingkan pada kedalaman
1,52 m/s . yang sama dari ketiga transek yang
lain, hal ini karena pengaruh dari
perbedaan suhu dan salinitas pada
setiap transek berbeda.

4. Lapisan piknoklin  mempunyai


ketebalan ketebalan 150 m, di mana
Sigma-t di bawah kedalaman lapisan
piknoklin cenderung bertambah
hingga kedalaman 600 m.

5. Transek 4 memperlihatkan
kedalaman dynamik yang
Gambar 9. Profil menegak kecepatan membentuk slop yang besar pada
arus geostrofik
kedalaman kurang dari 100 meter
Sabhan, Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan ………..87

sedangkan pada kedalaman Gross, M.G. 1990. Oceanography.


Sixth Edition. Macmillan Publishing
berikutnya menunjukkan slop yang
Company, New York.
sangat kecil kecuali pada daerah
Najid. A., 1999. Arus Pantai Jawa di
dekat pantai. dengan kedalaman
Sepanjang Perairan Barat
berkisar antara 0 – 7,29 dyn.m. Sumatera Sampai Selatan
Jawa-Sumbawa pada Bulan
6. kecepatan arus relatif geostropik antar Maret – April 1990/1991. Thesis
Pasca Sarjana IPB.
stasiun pada Transek 4 secara
keseluruhan berkisar -6,43 – 4,11 m/s. Natih, N. M. N., 1998. Fenomena dan
Angkutan Massa Air di
Selain itu kecepatan arus geostropik
Perairan Barat Sumatera pada
cenderung ke arah tenggara Bulan Juli 1990 dan Maret
2001. Tesis Program Studi Ilmu
dibandingkan kearah barat laut.
Kelautan. Program Pasca
7. Perairan Barat Sumatera merupakan Sarjana IPB (Tidak
Dipublikasikan), Bogor.
perairan timut Samudera Hindia yang
sirkulasi massa airnya sangat Neumann, G., and W.J. Pierson, Jr.,
1966. Principles of Physical
ditentukan oleh sirkulasi regional Oceanography. Prentice-Hall
Samudera Hindia. Pada saat Inc. Englewood Cliffs, New
Jersey.
pengamatan arus khatulistiwa utara
Pariwono, J.I, M. Eidman, Santoso,R. M.
bergabung dangan arus balik Purba, Triprartono, Widodo, U.
Juariyah dan J.H. Hutapea.1988.
khatulistiwa membentuk arus selatan
Studi Up Welling di Perairan
jawa yang melewati perairan barat Selatan Pulau Jawa. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian
sumatera yang bergerak dari barat
Bogor.
laut ketenggara.
Purba, M. Et.al., 1993. Evolusi
(Perkembangan) Proses
Upwelling dan Sifat-Sifat
DAFTAR PUSTAKA Oseanografi yang
Diakibatkannya Di Perairan
Fiux, M., A.G. Ilahude and R. Molcard, Selatan Jawa Barat. Fakultas
1996. Geostropic Transport of the Perikanan, Institut Pertanian
Pacific–Indian Oceans Bogor. Bogor
Throughflow. J. of Geophy.Res.,
101 (C5). 12.421 – 12.432. Rochford, D.J. 1969. Seasonal
Variations in The Indian Ocean
Fofonoff, N.P., and Tabat, 1958. POG Along 110o E.1. Hydrology
Manuscript Report Series. No 25. Structure of the Upper 500 m.
Roma. Aust.J.Mar. Freshwat. Res., 20 :
51 – 54.
88 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (76 – 88)

Sidjabat, M.M., 1973. Pengantar Tomczak, M. And J.S. Godfrey, 1994.


Oseanografi. Institut Pertanian Regional Oceanography An
Bogor. Bogor. Introduction. pdf, Published
December.
Svedrup, H.V.; Martin W. Johnon and
Richard H. Fleming, 1942. The Wyrtki, 1961. The Physical
Oceans Theyr Physics, Oceanography of South East
Shemstry and Biology. Asian Waters. Naga Report
Prentice-Hall Inc. Englewood Vol. 2. University California.,
Cliffs, New York. Layolla, California.

Anda mungkin juga menyukai