: KONSENSUS
ItlrllJLllJtlrJ
Jakarta
KATA PEilGANTAR
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di lndonesia dan rasi
merupakan masalah kesehatan yang utama dengan prevalensi yang tirqgi. ya:-
sebesar 25,8olo (Riskesdas 2013) dan pengontrolan hipertensi belum adekuat me*jF.si
obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Terdapat banyak pasien hipertensi dergar
tekanan darah tidak lerkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Analisis data hnjril
Riskerdas 2007 menunjukkan kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis oleh tenaga
kesehalan atau yang telah minum obat hipertensi masih rendah, yailu 24,?/". Hal ini
menunjukkan 75,8olo kasus hipertensi di masyarakal belum terjangkau pelayanan
kesehatan. Analisis lebih lanjut pun menunjukkan hanya sekitarl8 7o mempunyai tekanan
darah yang terkontrol dari yang telah terdiagnosis, Keberhasilan pengendalian hipertensi
akan rnenurunkan kejadian stroke, penyakit jantung, dan penyakit gagal ginjal. Hipertersi
yang dikendalikan akan mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
Konsensus penatalaksanaan hipertensi 2014 ini merupakan hal yang sangat pentirg
terhadap tatalaksana hipertensi yang optimal. Hal ini disebabkan karena: Pertama,
terdapat banyaknya penelitian dengan publikasi internasional terbaru pada topik diagnosis
dan terapi; Kedua, pada setahun belakangen ini terdapat publikasi guidelines tatalaksana
hipertensi terbaru oleh European $ociety of Hyperlension 2013, Canadian Health
Education Program 2013, dan 2014 Evidence Eased Guideline Joint National
Commifteei Ketrga, sistem pelayanan kesehatan nasional yang memasuki era Jaminan
Kesehatan Nasional yang dimulai per Januari 2014. Hal-hal ini memberikan pengaruh
yang sangat besar dan penting sekali bagi pengendalian hipertensi di lndonesia.
Jakarta, 7 Marel2014
Daltar lsi ai
DAFTAR PUSTAKA 34
ilt
DAFTAR SINGKATAN
BB = Beta Blocker
TD = Tekanan Darah
IV
Pendahuluan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana upaya penurunan tekanan darah akan
memberikan manlaat lebih besar dibandingkan dengan tidak melakukan upaya tersebut.
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat
kerusakan organ target.
Keterangan : TDS: tekanan darah sistolik; TDD: tekanan darah diastolik; PGK: penyakit
ginjal kronik; DM: diabetes mellitus;PKV:penyakit kardiovaskular
Tabel 't.3. Faktor selain TD yang Memengaruhi Prognosis yang digunakan
pada Stratilikasi Faktor Risiko Global Kardiovaskular (Tabel 1.1)
Faktor Ri*iko
Laki-laki
Umur (laki-laki > 55 tahun: perempuan > 65 tahun)
Merokok
Oiqlinic{emi:
Kolesterol tolal > 190 mq/dL, danlatau
Kolesterol LDL > 1'15 mqldL, dan/atau
Kolesterol HDL: laki-laki < 40 mqldl; perempuan < 46 mgldl, dan/atau
frioliserida > 15O mo/dl
Gula darah puasa 102-125 mg/dl
Uii loleransi qlukosa abnormal
Obesitas (lndeks Masa Tubuh/lMT > 25 kglm21
obesitas abdominal {linakar oinooans: laki-laki>90 cm: perempuan > 80 cm)
Riwayat keluarga penyakit kardiovaskular dini (laki-laki usia < 55 tahun;perempuan usia < 65
tahun)
K€rusakan $rdan agimotomalik
Tekanan nadi > 60 mmHq (pada usia tua)
Hipertroti v€ntrikel kiri dari EKG {indeks Sokolow Lyon) atau
ff ,pSroti uentrikel kiri dari ekokardiografi (ma$sa venlrik€l kiri : lakilaki >1 15g/m2, perempuan 95
Keterangan: BSA = body surface area; CABG = coronary artery bypass graft; eGFR: estimated
glomerular tiltration rate; HbAlc = glycated haemoglobin; PCI - percutaneous coronary intervention;
PWV = pulse wave velocity; TIA = Transient lschemic Attack
3
1.3. Pencegahan Primer
stralegi mencegah timbulnya hipertensi menjadi penting untuk menurunkan angka
kejadian penyakit kardio-serebro-vaskular. Pencegahan primer ditujukan kepada individu
yang belum terkena hipertensi tetapi mempunyai laKor risiko hipertensi atau berpotensi
terkena hipertensi. Faktor-faktor risiko hipertensi, yaitu usia, riwayat keluarga hipertensi,
berat badan lebih atau obesitas, aktivitas fisik kurang, merokok, diet linggi garam, diet
rendah kalium, minum alkohol, dan stress.
Oleh karena itu, diperlukan pengukuran tekanan darah, riwayat medik termasuk
riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan beberapa tes
diagnostik lainnya. Beberapa pemeriksaan diperlukan pada semua pasien, namun
beberapa pemeriksaan khusus hanya dilakukan pada populasi spesilik tertentu.
Anamnesis, pemeriksan fiSik, dan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis hipertensi
sekunder perlu dilakukan pada pasien dengan gejala alau landa klinis sebagai berikut:
- Usia kurang dari 30 tahun pada pasien tidak obesilas tanpa riwayat keluarga
hipertensi dan tanpa laktor risiko hipertensi,
r TD normal di klinik pada pasien dengan kerusakan target organ dan total risiko
kardiovaskular tinooi
2.1.2. Anamnesis
Anamnesis dilujukan untuk memastikan dan membuktikan diagnosis hipertensi'
mencari tanda-tanda kerusakan target organ simtomatik, menyaring rlsiko kardiovaskular
global, skrining terhadap kemungkinan hipertensi sekunder, dan riwayat pengobatan
hipertensi. (Tabel 2.3.)
Tabel 2.3. Riwayat Medik pribadidan Keluarga
L D0.asi dan Hitai TD
' [H5,i:,?t;,i::Elrinreksi'",u'un
r"n.,n@
AsUpanobat/zat,SepertikontraSepsioral,obatt"t",@
:Ii;::*l,pl,l:l:i,S"::"l"rd oair mineraioro;ik;;;il; obat anriinframasi nonsreroid,
. dari berkerinsausweatins,
lf:#g::,X3ng @
IOS::1@
TDF: :'100
atau
TD lw"k6
I IDS::
al{u
J35
24jsm
10
Tabsl 2.5. Pemsriksaan Labsraloriurn
Te€ Rutin
- Hemoolobin dan/atau hemalokrit
- Glukosa fuasa
- Koleslerol lolal. kolesterol LDL, kolesterol HBL
* Trinliserida
- Kalium dan Nalrium
- Asam ural
- Kreatinin (denqan eslimasi GFFU
- Anatisis urin: pemeriksaal tnikro$kapik, prolqln urin dengan iss diFslick, uii unluk
mikroa*buminuria
_ EKG
uii temhahan. berdaearkan riwavat. Demeriks6an fi3ik dan temuan hasil laboratorium ruiin
* HaA.. fiika olukose ol*sma ouas* > !02 maldl qta$ diasnosis Diabel$ sebelumnya)
l protFinuria kuantitalif {jika uji Dipstick mBnuniukkan hesil positit}i kcnsentrasi urin kalium dan
n*trIrrn dan Gsrbandlnoannva
b pan.:smatafl TD di fumah atau 24 iam rawal;nap
> penoamatsn holtsr pada kasus ariltnia
:, Ultasound kerolis
. Ultrasound arten penleral/psrul
> Pulse wave vslocity
!,, lndeks ankle-brachial
Fundus*opi
' nemeriksaan koanilif
Fsnllalcn lanlui {rsnah dohter sossl*lls}
tanpa laklor ri$iko, belurn mencapai target TD yang diinginkan deflgan p€ndekatan ief*pi
nontaffiakologi. {Tabel 2,9i
2.2.2. Follow Up
Kunjungan ulang pasisn yang belum mencapai target TD beduiuan untuk
meningkgtkan inlen$ita$ gaya hidup dan konsumsi 6bat, serta mernantau respons
tarhadap pengobatan yang diberikan dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat
dengan tujuan akhir rnenlrrunkan risiko kardiovaskular. serta menurunkan TD sesuai
targei.
11
. Target rD sistolik lebih sulit dicapai. gelain itu, mengontrol rDS merupakan hal
penting, tetapi tidak lebih penting dibandingkan mengonirol TDD.
. Bia$anya diberikan dua atau lebih obat-obatan dan pengubahan gaya hidup
Follow up tekanan darah di atas target dilakukan ketika seseorang dengan TD di
ata$ target direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan kembali, setidaknya pada
bulan berikutnya setelah didiagnosis hlpertensi.
D,et Rendah Menurunkan asupan Garam sebesar tidak lebih 2-8 rnmHg
Natrium dari 100 mmol per-hari (2.4 gr Natrium atau 6 gr
garam).
12
. Antagonis Kalsium,'
. Angiotensin receptor blocker (ARB) dan
c Beta b/ocker (BB)
-
Semuagolonganobatantihipertensidiatasdirekomendasikansebagaipengobatan
2.8. menunjukkan
awal hipertensi dan terbuldi secara signifikan menurunkan TD. Tabel
kondisi penyakit tertentu'
obat-obat yang dapat digunakan/direkomendasikan berdasarkan
pengubahan gaya
Tabel 2.9. menunjukkan kondisi yang tepat dalam mengombinasikan
hidup dengan pemberian obat antihipertensi'
13
Gaya Hidup
Tabel 2.9. lnisiasi pengobatan Hipertensidengan Pengubahan
dan Obat AntihiPertensl
FrLtnr ririko -- relanilEAt h {mmns}
lain, kerusakan TDS tinggi Hipertensi Hipert€nsi Tingkat Hipertensi
normal {130- Tingkat 1 2 Tingkat 3
organ
TDS ('r40-159) TDS (160-179) TDS 2'180
asimplomatik 139) atau TDD
atau TDD {90-99} atau TDD (100- alau
atau penyakit tinggi normal
(85-89) 109) TDD;110
Penyakit
kardiovaskular i rPeGbahan gay*
simplomatik, Psr*ha*an r Psrirbrihafl gay€ ' Fe.ubalrangaya hidrrp
penyakit ginjal g*$a *idup hidup hidup Segera
kronis tingkat > 4, t Tidatada r ttu*s*rngobat r Koncum$iobatdg kcnsumsi obat
atau diabetes lnterv€nsi dgterg€tTD target TP dglarg*TD
TD .<t40lss <140/90 I
disertai kerusakan <140190
I
organ/ laktor
risiko lain I
13
Peringkalan tekarrn Jarar lnsan
Risiko kar d;ovaskrlar rendah/neiegah Pilihan di antara Peningkala^ te!sFan darah d?nganJet;:
Risiko kard rcvaskula r ri
"93,/san31t r. ^55,
\
-,.\
!'\
,"\
Perggantian *bat Obat sebelumnya
ia in Komb;nasisebeiur*ny, fr.jenaebehcb:t
paCa dosis penuh
pada dosis penuh leti:a
KaFbinasi dtsa
0ori: penuh
r;;;;;;.;,' , obatpadrdgsis* "* Feaisantian .* Kombinasitiga
penljh Menjadikcrebinasidua .batpadada;is
obatb*rb*d: penuh
16
;*
.---'Y .t:- ,/n
r--"---*i$-**-"i
\
{
a--' -- --
:' ,l*": -:"- *: * 'r i A]ltsg**ts {&lsiury, i
17
Tabel2.10. Strategi Pengobatan dan pemilihan Obat
Obar
Diuretik (thiazides, chlortalidone, dan indapamide), BB, Antagonis katsium, ACEI, dan ARB.
semuanya merupakan obat yang cocok dan direkomendasikin untuk permulaan/inisiasi dan
pemeliharaan dari pengobatan antihipertensi, baik monoterapi atau dalam kombinasi d€ngan
Beberapa agen dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terbaik dalam kondisi khusus karena
sudah diuii coba pada kondisi tersebut atau karena memiliki elek terbaik dalam jenis tertentu
Tabel 2.8.
P.ermulaan/inisiasi dari pengobatan antihipertensi dengan kombinasi dua obat mungkin dapat
dipe.rtimbangkan pada pasien dengan lekanan darah tinggi yang jelas atau pada riiiko tinggi
kardiovaskular
Kombinasi RAS
Kombinasi obat lainnya dapat dipenimbangkan dan kemungkinan bermanfaat dalam penurunan
tgkal$ darah. Bagaimanapun, kombinasi tersebut telah berhasil diuji cobakan, sehingga dapat
Kombinasi dari dua obat antihipertensi pada dosis penuh dalam satu tabtet direkomendasikan
dan disukai, karena dapat mengurangi jumlah pil harian yang dikonsumsi serta meningkat<an
18
Pengelolaan Hipertensi pada
Keadaan Khusus
19
3.4. Dewasa Muda
Hasir studi di Swedia yang mencakup
1,2juta raki-raki dewasa muda (rerata
usia 18
tahun) dan diforow up serama 24
tahun menunjukkan bahwa kematian
- totar dan
kemarian kardiovaskurer rebih erat hubungannya
dengan TDD dibandingkan dengan TDS.
Hampir 2a70 dari totar moftarity pada
raki-raki usia muda ini dapat diterangkan
akibat rD
diastoriknya (sundstrom dkk,201
1). Target penurunan TD yang dianjurkan
adalah rDD
<90 mmHg.
3.5. perempuan
suatu anarisis subgrup dari 31 RCT
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
dalam derajat proteksinya dari penurunan
tekanan darah antara wanita dan laki-laki.
Juga
efektivitas teftadap semua obat
antihipertensi adalah sama antara wanita
dan laki-laki.
Pada wanita dengan potensi dapat
hamir, maka obat-obat Angiotensin converting
Enzyme-rnhibitor (ACF-D, Angiotensin
Receptor Brocker (ARB), maupun Renin
rnhibitor
(Aliskerin) adalah kontraindikasi
karena efek keratogeniknya.
3.5.1. Kehamitan
Panduan dalam penanganan hipertensi
menganjurkan pengobatan pada semua
wanila hamil dengan hipertensi berat >160/1
10 mmHg. pengobatan hipertensi dengan
obat'obat anrihipertensi dapat dipertimbangkan
pada wanita hamir dengan TD persisten
>150/95 mmHg, atau tekanan
darah : 140/90 mmHg dengan gestationar
hypeftension,
adanya kerusakan organ.
obat antihipertensi yang dianjurkan adarah
Methyrdopa, Labeteror, ccB
(Nifedipin satu-satunya ccByang ditetiti pada kehamiran),
sedangkan ACE,, ARB, Renin
lnhibitor dirarang pemakaiannya pada
kehamiran. pada keadaan darurat (pre-eklampsia)
obat yang dianjurkan adalah i.v. Labetalol;
sebagai alternati{ dapat dipakai
Sodium
Nitroprusside atau Nitrogliserin dalam lnfus i.v.
20
proteinuria/albuminuria. Pemberian bersamaan dua obat golongan penghambat RAS
tidak dianjurkan dan harus dihindari pada penderita diabetes
21
Antihipertensi golongan ACEI atau AFIB dianjurkan
sebagai obat lini pertama atau
ditambahkan pada pengobatan yang terah ada pada penyakit
Ginjar Kronik untuk
mencegah atau rnenghambat penurunan rungsi ginjar
atau penyakit ginjar tahap akhir.
Penggunaan ACE| atau ARB sering menyebabkan peningkatan
kreatinin serum dan
hiperkalemia, khususnya pada penyakit Ginjar Kronik.
oreh karena itu, perru pemantauan
kreatinin dan karium serum dalam pemberiannya. pada
beberapa kasus diperrukan
penyesuaian atau penghentian pengobatan
untuk keamanan pasien.
3. I 0. Penyaklt Serebrovaskular
22
Tekanan darah tinggi dapat menurun secara spontan seiring dengan berjalannya
waklu, sedangkan peningkaian TD tinggi yang menetap biasanya berhubungan dengan
besarnya hematoma atau volume perdarahan yang biasanya disebabkan oleh stroke
perdarahan yang dapat mengakibatkan risiko kematian dan kecacatan yang cukup tinggi
23
emboli lain. Obat antikgagulan oral meliputi vitamin K antagonis (VKA), direcl thrambin
inhibitor iDTl), seperri Dabigatran, dan laktor Xa inhibitor ($eperti rivaroxaban dan
apixaban). Risiko perdarahan dari obat antikoagulan oral dilaporkan berkurang dengan
pengendalian baik tekanan darah^ BB dan antagonis kalsium nondihidropiridin dianjurkan
sebagai antihipertensi pada penderita AF dengan respon ventrikel cepat.
Efek benefit ARB terbatas pada pencegahan insiden AF baru pada penderita
hipertensi dengan penyakit jantung struktural, seperti hipedroli atau disfungsi ventrikel kiri.
Pada penderita gagal jantung, pemberian BB dan mineralkorlikoid reseptor bloker dapal
mencegah kejadian AF dan pemberian ACEI dan ARB dilaporkan menurunkan risiko AF
lebih baik daripada antagonis kalsium,
Pada tingkat penurunan tekanan darah sama; ARB, ACEI, dan antagonis kalsium
lebih efektif dari BB. Pada studi LIFE (fte Losartan lntewentian for Endpoint reduction in
Hypertensian sfady) dengan populasi hipertensi diserlai HVK, penurunan masa ventrikel
kiri hasil pengobatan berkaitan dengan penurunan kejadian kardiovaskular"
25
3.1 2' Aierosklerosis, Arteriosklerosisn dan penyakit Arteri perifer
3.12.f . Aterosklerosis Karotis
Laju aterosklerosis karotis dapat diperlambal dengan penurunan tekanan darah.
dilaporkan antagonis kalsiurn lebih efektil dari diuretik dan BB; dan ACEI lebih efektif
dari
diuretik.
3.14.2. Delinisi
Kegagalan meneapai target tekanan darah yang optimal ketika pasien sudah
mengkonsumsi 3 macam obal dengan dosis optimal yang dapat ditoleransi, termasuk
diuretik.
3.14.3. Kategori
Ada 2 jenis hipertensi resisten:
l. Resisten sesungguhnya flrue-resisfant/. Disebabkan oleh (i) Komorbiditas dan
faktor pola hidup seperti diabetes, obesitas, merokok, konsumsi garam dan alkohol
berlebihan, yang dapat melawan mekanisrne kerja darl obat penurun tekanan darah;
(ii) sleep apnea obstruktili (iii) hipenensi sekunder yang tidak terdeleksi; (iv) kegagalan
sistem barorefleks; (v) hipertensl white coat: (vi) resistensi fisiologis akibat kelebihan
beban cairan inlravaskular.
27
3.14.4. Penanganan
Diperlukan pendekatan diagnosis yang cermat dan teliti seberum
menangani
hipertensi reslsten. Pemanlauan tekanan darah e4 jam
dengan ABpM akan sangat
bermanfaat dan dianjurkan untuk pasien hipertensi resisten,
dan pengukuran kadar
aktivilas renin di plasma serta kadar aldosteron juga diperlukan untuk mendeteksi
kemungkinan penyebab hipertensi sekunder.
$etelah kombinasi g macam obat berum cukup untuk mencapai target
rekanan
darah optimal, dapat ditambahkan gorongan penghambat minerarokortikoid,
seperti
spironolakton atau eplerenon mulai dosis rendah, serta penghambal
reseptor alfa. Untuk
pasien yang sudah mendapatkan terapi obat yang
optimal, namun tetap berum dapat
mencapai rD yang diharapkan, upaya baru yang sedang dikembangkan
adarah dengan
cathether based-renal denervation, yaitu perusakan saral renal yang
berjalan sepanjang
arteri renalis, dengan pendekatan ablasi radio-frekuensi menggunakan
kateter dad
pembuluh darah femoraris, yang bermanfaat untuk
menekan aktivitas simpatis, aktivasi
renin serta mencegah reabsorbsi natrium. pada beberapa studi,
teknik ini dilaporkan
dapat mengonkol rD sampai 'r dan 3 tahun setelah tindakan dan hingga saat ini masih
terus dievaiuasi efekivitasnya.
Kriteria yang harus dipenuhi seberum pasien dipertimbangkan untuk
tindakan
renal denervation:
1. Besi$ten sesungguhnya pada pasien dengan kepatuhan yang baik
2. Tidak ada hipertensi sekunder
3. Fungsi ginjal yang normal
4. Tidak ada stenosis atau abnormalitas pada arteri renalis.
Dugaan
Hlpertenel
Hip€*e*!i fesisten r+*slen
- TD di bawah target
- Menggunakan > 3 - Mengikuti panduan
antihipertensi, - Pengobatan optimal
28
3.15. Hipertensi Emergensl dan Urgensi
Hipertensi emergensi: peningkatan TDS atau TDD (masing-masing, >180 mmHg
atau >120 mmHg) dan berhubungan dengan kerusakan organ, seperti hipertensi
ensetalopati, infark serebral, perdarahan intrakranial, kegagalan ventrikel kiri akut, edema
paru akut, diseksi aorta, gagal ginjal, atau eklampsia. Hipertensi urgensi: peningkatan TD
sama, seperti hipertensi emergensi, namun tanpa kerusakan organ akut.
Pengobatan hipertensi emergensi tergantung pada ienis kerusakan organ, Pada
stroke iskemik akut tekanan darah cenderung untuk tidak diturunkan, namun pada kasus
edema paru akut atau diseksi aorta penurunan tekanan darah dilakukan dengan agresif.
Penurunan tekanan darah parsial, bertujuan menurunkan <25o/o fD pada jam pertama,
dan menurun pelan-pelan setelah itu. Obat yang akan digunakan, awalnya intravena dan
selanjutnya secara oral, rnerupakan pengobatan yang direkomendasikan dari hipertensi
maligna.
Pada penderita hipertensi kronis, maka obat penurun TD yang biasa dikonsumsi
disarankan untuk tetap dilanjutkan, dan harus dicegah penghentian obat clonidin atau
penyekat beta karena dapat menyebabkan efek rebound lekanan darah dan laju nadi.
Perhatian khusus dibedkan pada kasus operasi yang menyebabkan banyak kehilangan
volume intravaskular, di mana obat diuretik sebaiknya ditunda sampai status volumnya
dinilai cukup.
- Hipertensi yang terjadi secara mendadak atau memburuk dan pada usia >55 tahun
atau <30 tahun.
* Adanya bruit abdominal.
29
Hipertensi yang resisten dengan tiga jenis atau lebih
obat antihipertensi.
Adanya peningkatan kadar kreatinin serum
230o/o seterah penggunaan angiotensin_
converting enzyme inhibitor alau angiotensin lt receptor
antagonist
- Penyakit pemburuh darah ateroskrerosis rainnya, khususnya
pasien ctengan
kebiasaan merokok atau merniliki dislipidemia
3. I 8. Aldosteronisme primer
3.18.t. Evaluasi dan Diagnosis
1. skrining untuk hiperardosteronisme harus dipertimbangkan pada pasien
berikut ini:
- Pasien hipertensi dengan hipokaremia sponran (K. kurang dari g,o mmor/L)
* Pasien hipertensi yang retrakrer lerhadap pengobatan dengan
3 macam atau
lebih obat antihipertensi; dan
30
spironolakton, dapat diberikan amiloride 10-20 mg per hari sebagai alternatif.
Penambahan diuretik lhiazid, bela bloker dan/atau calcium channel b/ocker dapat
berguna untuk mengontrol TD.
Karena sejumlah pasien APA (aldosterone Produeing adenoma) telap
mengalami hipertensi setelah pembedahan dari APA, pasien-pasien ini sebaiknya diikuti
dan, jika diperlukan, diberikan tsrapi sesuai dengan panduan umum hipertensi
nonendokrin.
31
Pelayanan Penyakit Hipertensi
32
n*Tsi{sl
*tA6X*5IS
P€ft {rik3aa* Fan*tids*:
Aee{eriil98 P
$;k €t1b, tri, guia
Ur;s r
F .ah: t e€tisj*" 6ivlaa
r
fxe F Feia ter*85 K
T-ERAPI
&sf"aHr*&trg?
glslia* 1
$irx ? o:]st
.P
.P
:K
.t
P
p
.l(
i3
33
Daftar Pustaka
34