Anda di halaman 1dari 28

TOPIK TUGAS : EVALUASI SIMPANG TAK BERSINYAL

JENIS TUGAS : TUGAS KELOMPOK


MATA KULIAH : TRANSPORTASI DAN LALULINTAS
SKS : 4 SKS
DOSEN : TONNY HERMAWANTO, ST., MT.

BENTUK TUGAS :
Secara kelompok mahasiswa ditugaskan untuk melakukan evaluasi simpang tak bersinyal pada suatu kawasan
TUJUAN TUGAS :
Mahasiswa secara kelompok memahami langkah-langkah evaluasi simpang tak bersinyal serta parameter-para
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi simpang tak bersinyal dan menyimpulkan kelayakan desain simpang

NAMA ANGGOTA KELOMPOK ......


1. MUHAMMAD INSAN DUTA ZAMAN NIM 2122201016
2. MUSAFAU NIM ....................................................
3. JUSTINE NIM ....................................................
4. ROSYID NIM ....................................................
5. ....................................................................... NIM ....................................................
6. ....................................................................... NIM ....................................................
7. ....................................................................... NIM ....................................................
8. ....................................................................... NIM ....................................................
PROGRAM STUDI: TEKNIK SIPIL FAKULTAS:
UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA BLITAR
Petunjuk Penulisan Laporan :
1. Kertas HVS Ukuran A4 70 gr
2. Ukuran huruf 12
3. Jenis huruf Arial atau Times New Roman
4. Spasi 1,5
5. Top Margin 4 cm
6. Bottom Margin 3 cm
7. Left Margin 4 cm
8. Right Margin 2,5 cm
9. Baris pertama masuk 5 ketukan dalam setiap paragraf
10. Selama praktikum agar diambil gambarnya minimal 3 buah tahap
(persiapan, pelaksanaan dan akhir praktikum)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata Alla, sholawat beserta
salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi
Wassalam yang kita harapkan syafaatnya di yaumul akhir nanti, dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mata Kuliah Transportasi dan Lalulintas ini tentang
“Evaluasi Simpang Tak Bersinyal” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Rektor, Bapak Dekan, Ibu
Kaprodi dan Bapak Dosen Pengasuh Mata Kuliah Transportasi dan Lalulintas yang telah
memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Di
samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas praktikum mata kuliah
transportasi dan lalulintas pada semester V (lima). Penulis menyadari bahwa laporan tugas ini
masih banyak sekali kekurangan baik dalam substansi materinya maupun redaksional
penulisan laporan. Kepada seluruh pembaca diharapkan untuk memberikan kritik dan saran,
agar pelaksanaan praktikum transportasi dan lalulintas di masa mendatang lebih baik.
Pada akhirnya kami berharap semoga laporan ini memberikan manfaat dan dapat
memperluas wawasan pembaca sesuai dengan harapan kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


(Ucapan terimakasih, harapan bagi penyusunan laporan berikutnya dan
pentingnya penyusunan laporan praktikum)
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
( profil lokasi survei , teori mengenai simpang tak bersinyal, dan perlunya dst
dilakukan evaluasi)
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1. Bagaimanakah gambar denah simpang pada lokasi terpilih ?
2. Bagaimanakah arus lalulintas jam desain pada simpang ?
3. Bagaimanakah kapasitas lalulintas pada simpang terpilih ?
4. Bagaimanakah derajat kejenuhan pada simpang terpilih ?
5. Bagaimanakah tundaan pada simpang terpilih ?
6. Bagaimanakah peluang antrian pada simpang terpilih ?
7. Bagaimanakah gambar denah rekomendasi hasil penelitian ?
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................
1. Membuat gambar denah simpang pada lokasi terpilih.
2. Mengetahui arus lalulintas jam desain pada simpang.
3. Mengetahui kapasitas lalulintas pada simpang terpilih.
4. Mengetahui derajat kejenuhan pada simpang terpilih.
5. Mengetahui tundaan pada simpang terpilih.
6. Mengetahui peluang antrian pada simpang terpilih.
7. Mengetahui gambar denah rekomendasi hasil penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Simpang ...............................................................................
(Definisi dan pengertian simpang)
2.2. Pengaturan Simpang ..............................................................................
2.3. Prosedur Perhitungan Analisis Kinerja Simpang ……..........................
a. Data masukan
b. Perhitungan arus lalulintas dalam skr
c. Perhitungan rasio belok dan rasio arus jalan minor
d. Kapasitas simpang tak bersinyal
e. Derajat kejenuhan
2.4. Fasilitas Pengaturan pada Simpang Tidak Bersinyal ..........................
2.5. Volume Lalu Lintas .............................................................................
BAB III METODOLOGI
3.1. Kerangka Analisis .................................................................................
(Penyusunan kerangka pelaksanaan penelitian dalam bentuk flow
chart)
3.2. Studi Pustaka dan Studi Pendahuluan .....................................................
(Studi literatur untuk mendapatkan gambaran penelitian, dan
gambaran awal lokasi penelitian)
3.3. Pemilihan Lokasi .....................................................................................
(Alasan pemilihan lokasi dengan memberikan diskripsi permasalahan
pada simpang yang diteliti)
3.4. Pengumpulan Data ……………………………………………………...
(Data geometrik simpang seperti lebar pendekat, tipe pendekat,
median dan sebagainya serta survei volume lalulintas.)
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Data Geometri dan Denah Simpang……………………………………
(Melakukan survei geometri simpang dan menggambar denah simpang)
4.2. Data Masukan Lalulintas ………………………………………………
(Menghitung arus lalulintas jam desain berdasarkan LHRT)
4.3. Kapasitas Simpang …………………………………………………….
(Menghitung kapasitas simpang dari kapasitas dasar dan faktor
koreksi)
4.4. Tundaan ……………………………………………………………….
(Menghitung tundaan dari komulatif tundaan geometrik dan tundaan
lalulintas)
4.5. Peluang Antrian ……………………………………………………….
(Menghitung rentang kemungkinan dari derajat kejenuhan)
4.6. Penilaian Kinerja ………………………………………………………
(Menghitung kapasitas simpang dan derajat kejenuhan)
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .......................................................................................
(Hasil analisis sebagai bahan kesimpulan)
4.2. Saran ....................................................................................................
(Perbaikan dimensi geometrik simpang pada lokasi penelitian dan
rekomendasi gambar)
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
(Sumber panduan bagi penyusunan laporan penelitian)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan
mengenai suatu lokasi tertentu. Profil lokasi survei mencakup berbagai aspek seperti geografi,
topografi, demografi, infrastruktur, dan kondisi lingkungan di sekitar lokasi tersebut. Penelitian ini
diperlukan untuk memahami konteks dan karakteristik suatu area yang akan menjadi fokus penelitian
lebih lanjut, seperti dalam studi transportasi, perencanaan perkotaan, atau pengembangan wilayah.
Dengan memperoleh profil lokasi survei yang komprehensif, peneliti dapat membuat keputusan yang
lebih informasional dan mendapatkan wawasan yang lebih baik dalam merancang solusi atau
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang ada di lokasi tersebut.
Simpang tak bersinyal atau yang sering disebut juga simpang tanpa rambu lalu lintas atau
lampu lalu lintas adalah simpang jalan yang tidak memiliki pengatur lalu lintas formal seperti rambu
lalu lintas atau lampu merah-hijau. Simpang tak bersinyal dapat menjadi tempat yang berpotensi
meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas, terutama jika volume lalu lintas yang melewati simpang
tersebut tinggi. Oleh karena itu, penelitian mengenai simpang tak bersinyal mencoba untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan, efisiensi, dan kinerja lalu lintas di simpang
tersebut. Dalam konteks ini, teori-teori yang berkaitan dengan perilaku pengemudi, aliran lalu lintas,
geometri jalan, dan interaksi antara kendaraan dapat digunakan untuk menganalisis dan
mengoptimalkan kinerja simpang tak bersinyal. Penelitian ini penting dalam mengidentifikasi
masalah dan mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi lalu lintas di
simpang tak bersinyal.
Evaluasi merupakan proses kritis dalam penelitian yang bertujuan untuk menilai atau
mengukur efektivitas, efisiensi, keberlanjutan, atau dampak suatu tindakan atau kebijakan. Dalam
konteks penelitian tentang simpang tak bersinyal, evaluasi menjadi penting untuk mengevaluasi
kinerja simpang tersebut setelah implementasi perubahan atau perbaikan tertentu. Evaluasi dapat
melibatkan pengumpulan dan analisis data mengenai keselamatan lalu lintas, efisiensi arus lalu
lintas, kepuasan pengguna jalan, atau indikator lain yang relevan. Dengan melakukan evaluasi,
peneliti dapat mengevaluasi apakah tindakan yang diambil efektif dan memberikan manfaat yang
diharapkan. Hasil evaluasi juga dapat memberikan masukan untuk perbaikan lebih lanjut atau
pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan dan perencanaan lalu lintas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah gambar denah simpang pada lokasi terpilih ?
1.2.2 Bagaimanakah arus lalulintas jam desain pada simpang ?
1.2.3 Bagaimanakah kapasitas lalulintas pada simpang terpilih ?
1.2.4 Bagaimanakah derajat kejenuhan pada simpang terpilih ?
1.2.5 Bagaimanakah tundaan pada simpang terpilih ?
1.2.6 Bagaimanakah peluang antrian pada simpang terpilih ?
1.2.7 Bagaimanakah gambar denah rekomendasi hasil penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Membuat gambar denah simpang pada lokasi terpilih.
1.3.2 Mengetahui arus lalulintas jam desain pada simpang.
1.3.3 Mengetahui kapasitas lalulintas pada simpang terpilih.
1.3.4 Mengetahui derajat kejenuhan pada simpang terpilih.
1.3.5 Mengetahui tundaan pada simpang terpilih.
1.3.6 Mengetahui peluang antrian pada simpang terpilih.
1.3.7 Mengetahui gambar denah rekomendasi hasil penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Simpang


Simpang merupakan titik pertemuan atau persilangan antara dua atau lebih jalan yang
membentuk sudut. Di simpang, arus lalu lintas dari jalan-jalan yang berbeda bertemu dan
berinteraksi satu sama lain. Simpang dapat memiliki berbagai konfigurasi dan jenis, tergantung pada
desain geometri jalan, jumlah lengan jalan yang terlibat, dan pengaturan lalu lintas yang digunakan.

Pengertian simpang secara umum mengacu pada tempat di mana kendaraan dapat mengubah arah
atau melanjutkan perjalanannya ke jalan lain. Simpang sering menjadi titik fokus perencanaan
transportasi dan perencanaan perkotaan, karena efisiensi dan keselamatan lalu lintas di simpang
dapat berdampak signifikan terhadap kinerja sistem transportasi dan kualitas kehidupan di perkotaan.

Simpang dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, seperti:

1. Bentuk Geometri: Simpang dapat memiliki bentuk geometri yang berbeda, seperti simpang
tiga (T-junction), simpang empat (four-way intersection), simpang lima (five-way
intersection), atau bahkan simpang yang lebih kompleks. Bentuk geometri simpang
mempengaruhi aliran lalu lintas, pergerakan kendaraan, dan keamanan di area tersebut.

2. Pengaturan Lalu Lintas: Simpang dapat diatur dengan berbagai pengaturan lalu lintas, seperti
simpang bersinyal (signalized intersection), simpang tak bersinyal (unsignalized intersection),
atau simpang bundaran (roundabout). Pengaturan lalu lintas yang digunakan di simpang akan
mempengaruhi aliran lalu lintas, kecepatan kendaraan, dan interaksi antara pengemudi.

3. Prioritas dan Hak Utama: Simpang juga dapat dibedakan berdasarkan prioritas dan hak
utama. Misalnya, simpang dengan peraturan prioritas jalan utama (priority road) akan
memberikan hak utama kepada kendaraan yang berada di jalan utama, sedangkan kendaraan
di jalan samping harus memberikan jalan kepada kendaraan di jalan utama.

Pengertian simpang juga terkait dengan konsep-konsep lain dalam perencanaan transportasi,
seperti kepadatan lalu lintas, waktu tempuh, kualitas layanan, dan tingkat keselamatan. Analisis dan
perancangan simpang yang baik memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk mencapai efisiensi,
keselamatan, dan kepuasan pengguna jalan yang optimal.

Dalam penelitian dan praktik perencanaan transportasi, pemahaman yang mendalam tentang
pengertian simpang dan karakteristiknya penting untuk mengembangkan strategi perbaikan,
pengaturan lalu lintas yang efektif, dan pengembangan infrastruktur yang sesuai. Dengan
mengoptimalkan desain dan pengaturan simpang, dapat dicapai peningkatan efisiensi lalu lintas,
penurunan risiko kecelakaan, dan perjalanan yang lebih aman dan nyaman bagi pengguna jalan.

2.2 Pengaturan Simpang

Dalam pengaturan lalu lintas jalan, pengaturan simpang atau sering disebut dengan
intersection control adalah salah satu aspek yang sangat penting. Pengaturan simpang bertujuan
untuk mengatur aliran lalu lintas di persimpangan jalan agar dapat berjalan dengan aman, efisien, dan
teratur. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka mengenai definisi dan pengertian pengaturan
simpang, termasuk konsep dasar, tipe-tipe pengaturan simpang yang umum digunakan, dan prinsip-
prinsip yang melatarinya.

Pengaturan simpang dapat didefinisikan sebagai serangkaian langkah atau tindakan yang
diambil untuk mengatur interaksi antara kendaraan yang bergerak di berbagai arah di sebuah
simpang jalan. Tujuan utama pengaturan simpang adalah untuk mencapai efisiensi lalu lintas,
mengurangi kemacetan, meminimalkan konflik antar-kendaraan, dan meningkatkan keselamatan
pengguna jalan. Pengaturan simpang mencakup perencanaan geometri simpang, penggunaan
peralatan kontrol lalu lintas, pengaturan prioritas, dan penggunaan sinyal lalu lintas.
Tipe-tipe Pengaturan Simpang: Ada beberapa tipe pengaturan simpang yang umum digunakan,
antara lain:

1. Simpang Tak Bersinyal (Unsignalized Intersection): Simpang tak bersinyal adalah simpang
jalan di mana tidak ada sinyal lalu lintas yang mengatur aliran kendaraan. Pengaturan
simpang ini umumnya didasarkan pada aturan prioritas tertentu, seperti aturan prioritas
kendaraan dari arah kanan atau aturan prioritas kendaraan yang datang terlebih dahulu.
Beberapa contoh pengaturan simpang tak bersinyal termasuk simpang bersinyal, simpang tipe
Y, dan simpang tipe T.

2. Simpang Bersinyal (Signalized Intersection): Simpang bersinyal adalah simpang jalan di


mana ada sinyal lalu lintas yang digunakan untuk mengatur aliran kendaraan. Sinyal lalu
lintas memberikan petunjuk visual berupa lampu hijau, kuning, dan merah untuk mengatur
kendaraan yang bergerak di setiap arah. Sistem pengaturan simpang bersinyal ini umumnya
menggunakan deteksi kendaraan dan algoritma pengaturan sinyal yang kompleks untuk
mengoptimalkan kinerja simpang.

Pengaturan simpang didasarkan pada beberapa prinsip penting, di antaranya:

1. Keamanan (Safety):

Prinsip utama dalam pengaturan simpang adalah menjaga keamanan pengguna jalan.
Pengaturan simpang harus meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas dan
konflik antar-kendaraan dengan menggunakan desain geometri yang tepat, peralatan
pengendalian lalu lintas yang efektif, dan penandaan jalan yang jelas.

2. Lancar dan Efisien (Efficiency): Pengaturan simpang juga harus memastikan aliran lalu
lintas yang lancar dan efisien. Ini melibatkan pengaturan yang meminimalkan waktu
tunggu kendaraan, mengoptimalkan kapasitas simpang, dan mengurangi kemacetan.
Penggunaan sinyal lalu lintas, pengaturan prioritas, dan pengelolaan aliran lalu lintas yang
baik merupakan beberapa strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan efisiensi ini.

3. Kesesuaian Konteks Lokal (Local Context): Pengaturan simpang harus mempertimbangkan


karakteristik unik dari konteks lokal. Setiap simpang jalan dapat memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda tergantung pada volume lalu lintas, jenis kendaraan, kecepatan, dan
preferensi lokal. Oleh karena itu, pengaturan simpang harus disesuaikan dengan kondisi
setempat dan mempertimbangkan preferensi dan kebutuhan masyarakat yang menggunakan
simpang tersebut.

4. Keberlanjutan (Sustainability): Pengaturan simpang juga harus mempertimbangkan


keberlanjutan dan dampak lingkungan. Ini termasuk penggunaan strategi pengendalian lalu
lintas yang ramah lingkungan, seperti penggunaan sinyal lalu lintas dengan teknologi
hemat energi, penggunaan transportasi umum yang efisien, dan peningkatan aksesibilitas
bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda.

5. Integrasi Teknologi (Technological Integration): Penggunaan teknologi dalam pengaturan


simpang dapat meningkatkan efisiensi dan keamanan lalu lintas. Misalnya, sistem
pengendalian lalu lintas adaptif menggunakan sensor dan pemrosesan data real-time untuk
mengoptimalkan timing sinyal lalu lintas sesuai dengan kondisi lalu lintas yang berubah-
ubah. Teknologi lainnya, seperti penggunaan CCTV dan sistem komunikasi antara
kendaraan, juga dapat digunakan untuk meningkatkan pengawasan dan koordinasi di
simpang.

Pengaturan simpang merupakan aspek penting dalam pengaturan lalu lintas jalan. Tinjauan
pustaka mengenai definisi dan pengertian pengaturan simpang telah menjelaskan konsep dasar, tipe-
tipe pengaturan simpang, serta prinsip-prinsip yang melatarinya. Dengan memperhatikan keamanan,
keefisienan, konteks lokal, keberlanjutan, dan integrasi teknologi, pengaturan simpang dapat
dirancang dan diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan optimal dalam mengatur aliran lalu
lintas di persimpangan jalan.

2.3 Prosedur Perhitungan Analisis Kinerja Simpang

Analisis kinerja simpang jalan merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan dan
pengaturan lalu lintas. Untuk melakukan analisis kinerja simpang, diperlukan prosedur perhitungan
yang mempertimbangkan berbagai faktor, seperti data masukan, arus lalu lintas, rasio belok,
kapasitas simpang, dan derajat kejenuhan. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka mengenai
prosedur perhitungan untuk melakukan analisis kinerja simpang.

a. Data Masukan

Proses analisis kinerja simpang dimulai dengan pengumpulan data masukan. Data masukan
yang dibutuhkan meliputi karakteristik geometri simpang, jumlah lajur, panjang antrian, volume
lalu lintas, kecepatan, dan waktu siklus sinyal lalu lintas. Data masukan ini diperoleh melalui
survei lapangan atau menggunakan model simulasi yang telah terkalibrasi.

b. Perhitungan Arus Lalulintas dalam SKR

Perhitungan arus lalu lintas dalam satu siklus (SKR) bertujuan untuk mengestimasi jumlah
kendaraan yang melalui simpang dalam satu siklus sinyal lalu lintas. Perhitungan ini dilakukan
dengan mempertimbangkan volume lalu lintas pada setiap arah, rasio belok, waktu hijau, dan
waktu pergerakan kendaraan.

c. Perhitungan Rasio Belok dan Rasio Arus Jalan Minor


Rasio belok menggambarkan perbandingan antara volume kendaraan yang belok dengan
volume kendaraan yang melaju lurus di setiap pergerakan simpang. Rasio arus jalan minor
menggambarkan perbandingan antara volume kendaraan yang melintasi jalan minor dengan
volume kendaraan yang melintasi jalan mayor di simpang tersebut. Perhitungan rasio belok dan
rasio arus jalan minor dilakukan berdasarkan data volume lalu lintas yang diperoleh dari survei
lapangan atau model simulasi.

d. Kapasitas Simpang Tak Bersinyal

Kapasitas simpang tak bersinyal merupakan kemampuan maksimum simpang dalam


melayani volume lalu lintas tanpa menyebabkan peningkatan antrian yang signifikan. Kapasitas ini
dipengaruhi oleh jumlah lajur, tipe simpang, waktu siklus sinyal, dan derajat kejenuhan. Terdapat
berbagai metode yang digunakan untuk menghitung kapasitas simpang tak bersinyal, seperti
metode Webster, HCM, dan MKJI.

e. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan menggambarkan tingkat pemanfaatan kapasitas jalan atau simpang pada
suatu waktu tertentu. Derajat kejenuhan dapat dihitung berdasarkan volume lalu lintas aktual
dibagi dengan kapasitas jalan atau simpang. Derajat kejenuhan digunakan untuk mengukur tingkat
kepadatan lalu lintas dan dapat digunakan sebagai indikator kinerja simpang.

Prosedur perhitungan analisis kinerja simpang merupakan langkah penting dalam


memahami dan mengevaluasi kinerja simpang jalan. Tinjauan pustaka mengenai prosedur ini
memberikan pemahaman tentang data masukan yang diperlukan, perhitungan arus lalu lintas
dalam satu siklus, perhitungan rasio belok dan rasio arus jalan minor, kapasitas simpang tak
bersinyal, dan derajat kejenuhan.

Dengan mengumpulkan data masukan yang akurat, termasuk volume lalu lintas dan
karakteristik geometri simpang, prosedur perhitungan dapat dilakukan untuk mengestimasi jumlah
kendaraan yang melintasi simpang dalam satu siklus, memperhitungkan perbandingan antara
kendaraan yang belok dan kendaraan yang melaju lurus, menghitung kapasitas simpang tak
bersinyal, serta mengukur derajat kejenuhan.

Melalui prosedur perhitungan yang tepat, analisis kinerja simpang dapat memberikan
informasi yang berharga dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pengaturan simpang.
Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merancang perubahan dan perbaikan dalam pengaturan
simpang yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan kinerja lalu lintas di
persimpangan jalan.
Namun, penting untuk diingat bahwa prosedur perhitungan ini dapat bervariasi tergantung
pada metodologi yang digunakan dan konteks lokal simpang tersebut. Oleh karena itu, penelitian
lebih lanjut dan pemilihan metode yang sesuai perlu dilakukan untuk memastikan keakuratan dan
relevansi hasil analisis kinerja simpang.

2.4 Fasilitas Pengaturan pada Simpang Tidak Bersinyal

Simpang tidak bersinyal atau unsignalized intersection merupakan simpang jalan di mana tidak
ada sinyal lalu lintas yang mengatur aliran kendaraan. Dalam situasi ini, fasilitas pengaturan simpang
tidak bersinyal sangat penting untuk memastikan kelancaran dan keselamatan lalu lintas di
persimpangan jalan. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka mengenai berbagai fasilitas
pengaturan yang digunakan pada simpang tidak bersinyal, termasuk konsep dasar, karakteristik, dan
penerapan yang umum.

Fasilitas pengaturan pada simpang tidak bersinyal merujuk pada berbagai elemen fisik atau
tanda yang digunakan untuk mengarahkan aliran kendaraan dan meminimalkan konflik di simpang
tersebut. Fasilitas ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi lalu lintas, serta
membantu pengguna jalan dalam memahami dan mengikuti aturan lalu lintas di persimpangan yang
tidak memiliki sinyal.

Ada beberapa tipe fasilitas pengaturan yang umum digunakan pada simpang tidak bersinyal,
antara lain:

1. Marka Jalan (Road Markings): Marka jalan yang tepat dan jelas digunakan untuk
memberikan petunjuk mengenai jalur lalu lintas, pergerakan belok, dan prioritas kendaraan di
simpang. Ini meliputi garis putus-putus, garis lurus, panah belok, dan marka penyebrangan
pejalan kaki. Marka jalan yang baik membantu pengendara untuk memahami alur lalu lintas
dan menghindari konflik yang tidak diinginkan.

2. Rambu Lalu lintas (Traffic Signs): Rambu lalu lintas yang dipasang di simpang tidak
bersinyal berfungsi untuk memberikan instruksi dan informasi kepada pengendara. Rambu
peringatan, rambu larangan, rambu petunjuk arah, dan rambu prioritas merupakan beberapa
jenis rambu yang umum ditemui. Rambu lalu lintas yang dipasang dengan tepat membantu
mengatur aliran kendaraan dan memberikan petunjuk yang jelas kepada pengendara.

3. Lampu Pengatur Lalu Lintas (Traffic Control Lights): Meskipun simpang tidak bersinyal
tidak memiliki lampu pengatur lalu lintas yang umum seperti pada simpang bersinyal, dalam
beberapa kasus, lampu pengatur lalu lintas dapat digunakan untuk mengatur aliran kendaraan.
Lampu pengatur lalu lintas ini biasanya dipasang di simpang yang memiliki lalu lintas yang
kompleks atau tingkat kepadatan yang tinggi.
4. Tanda Lalu Lintas dan Marka Penunjuk Arah (Traffic Signs and Directional Markings):
Tanda lalu lintas dan marka penunjuk arah dapat membantu pengendara dalam menavigasi
simpang yang tidak bersinyal. Tanda lalu lintas seperti tanda perhentian (stop sign) dan tanda
memberikan jalan (yield sign) digunakan untuk mengatur prioritas kendaraan di simpang
tersebut. Tanda-tanda ini memberikan petunjuk kepada pengendara untuk berhenti atau
memberikan jalan kepada kendaraan yang datang dari arah yang berbeda.

Selain itu, marka penunjuk arah seperti panah belok dan garis putus-putus digunakan untuk
memberikan petunjuk arah kepada pengendara. Marka penunjuk arah yang jelas dan terlihat
membantu pengendara untuk memilih jalur yang tepat saat berbelok di simpang yang tidak bersinyal.

Strategi Fasilitas Pengaturan pada Simpang Tidak Bersinyal: Penerapan fasilitas pengaturan
pada simpang tidak bersinyal dapat mengikuti beberapa strategi berikut:

1. Prioritas Jalan Utama: Strategi ini memberikan prioritas kepada kendaraan yang berada di
jalan mayor atau jalan dengan volume lalu lintas yang lebih tinggi. Kendaraan yang melintas
di jalan mayor memiliki hak lintas yang lebih tinggi, sementara kendaraan yang melintas di
jalan minor harus memberikan jalan.

2. Prinsip "First Come, First Served": Prinsip ini mengacu pada pengaturan simpang di mana
kendaraan yang tiba lebih dulu di simpang memiliki hak lintas lebih dahulu. Kendaraan yang
tiba kemudian harus menunggu giliran mereka untuk melintas.

3. Penggunaan Bundaran Lalu Lintas (Roundabout): Bundaran lalu lintas adalah bentuk
pengaturan simpang yang efektif untuk mengatur aliran lalu lintas tanpa menggunakan sinyal.
Dalam bundaran lalu lintas, kendaraan mengikuti arah putaran berlawanan jarum jam dan
memberikan jalan kepada kendaraan yang sudah ada di dalam bundaran.

4. Peraturan Lalu Lintas Tambahan: Selain fasilitas fisik, peraturan lalu lintas tambahan seperti
larangan belok kanan saat lampu merah atau pembatasan kecepatan dapat diterapkan untuk
meningkatkan keamanan dan efisiensi di simpang tidak bersinyal.

Fasilitas pengaturan pada simpang tidak bersinyal berperan penting dalam mengatur aliran
lalu lintas dan memastikan keselamatan di persimpangan jalan. Tanda lalu lintas, marka penunjuk
arah, dan strategi pengaturan seperti prioritas jalan utama atau prinsip "first come, first served"
digunakan untuk membantu pengendara dalam menavigasi simpang tidak bersinyal.

Pemilihan dan penerapan fasilitas pengaturan yang tepat perlu mempertimbangkan


karakteristik lalu lintas, tipe simpang, dan kebutuhan lokal. Dengan menggunakan fasilitas
pengaturan yang efektif, simpang tidak bersinyal dapat diatur dengan baik untuk meminimalkan
konflik dan meningkatkan efisiensi aliran lalu lintas di persimpangan jalan.

2.5 Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas adalah salah satu parameter kunci dalam analisis lalu lintas dan perencanaan
transportasi. Mengetahui dan memahami volume lalu lintas yang melewati suatu jalan atau simpang
sangat penting untuk merancang infrastruktur yang sesuai, mengatur lalu lintas dengan efisien, dan
memprediksi kondisi lalu lintas di masa depan. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka
mengenai volume lalu lintas, termasuk definisi, pengukuran, dan pengaruhnya dalam analisis lalu
lintas.

Volume lalu lintas mengacu pada jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau ruas jalan
dalam suatu periode waktu tertentu. Volume lalu lintas dapat diukur dalam berbagai satuan, seperti
kendaraan per jam (pcu/hr), kendaraan per hari (pcu/day), atau kendaraan per minggu (pcu/week).
Pengukuran volume lalu lintas dilakukan baik secara langsung melalui survei lapangan maupun
menggunakan data lalu lintas yang telah tersedia.

Metode Pengukuran Volume Lalu Lintas: Pengukuran volume lalu lintas dapat dilakukan
menggunakan beberapa metode, antara lain:

1. Survei Lapangan: Survei lapangan dilakukan dengan mengamati dan mencatat jumlah
kendaraan yang melintasi titik pengamatan dalam periode waktu tertentu. Survei lapangan
dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan petugas yang mencatat jumlah
kendaraan secara visual atau menggunakan peralatan otomatis seperti penghitung lalu lintas
atau kamera lalu lintas.

2. Sensor Otomatis: Sensor otomatis digunakan untuk mengumpulkan data volume lalu lintas
secara real-time tanpa memerlukan pengamatan langsung. Sensor otomatis yang umum
digunakan termasuk sensor loop induktif yang terpasang di jalan, kamera lalu lintas, dan
sensor inframerah. Sensor ini mendeteksi pergerakan kendaraan dan menghasilkan data
volume lalu lintas yang akurat.

3. Data Lalu Lintas yang Tersedia: Data volume lalu lintas juga dapat diperoleh dari sumber
data yang telah tersedia, seperti lembaga transportasi, polisi lalu lintas, atau operator tol. Data
ini dapat berupa data pemantauan lalu lintas yang tercatat secara rutin atau data transaksi
elektronik yang dikumpulkan melalui sistem pembayaran tol atau parkir.

Pengaruh Volume Lalu Lintas dalam Analisis Lalu Lintas: Volume lalu lintas memiliki
pengaruh yang signifikan dalam analisis lalu lintas. Volume yang tinggi dapat menyebabkan
kemacetan, peningkatan waktu perjalanan, dan penurunan kecepatan rata-rata. Analisis volume lalu
lintas juga digunakan dalam perencanaan transportasi untuk memperkirakan kebutuhan kapasitas
jalan, memprediksi kemacetan masa depan, dan merencanakan peningkatan infrastruktur yang
sesuai.

Selain itu, volume lalu lintas juga menjadi faktor penting dalam perencana an transportasi publik.
Informasi tentang volume lalu lintas membantu dalam menentukan rute, frekuensi, dan kapasitas kendaraan
transportasi publik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa transportasi dengan efektif.

Selain pengaruh dalam analisis lalu lintas dan perencanaan transportasi, volume lalu lintas juga
berperan dalam berbagai aspek lain, termasuk:

1. Keselamatan Jalan: Volume lalu lintas yang tinggi dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu
lintas. Kepadatan lalu lintas yang tinggi dapat mengakibatkan konflik antara kendaraan dan
mempengaruhi waktu reaksi pengemudi. Oleh karena itu, pemahaman tentang volume lalu
lintas yang melewati suatu ruas jalan atau simpang membantu dalam merancang strategi
pengaturan lalu lintas yang dapat meningkatkan keselamatan jalan.

2. Pencemaran Udara dan Emisi Gas Rumah Kaca: Volume lalu lintas yang tinggi berkontribusi
terhadap emisi gas buang dan pencemaran udara. Tingginya jumlah kendaraan yang melintas
dapat menyebabkan peningkatan polusi udara, termasuk emisi gas rumah kaca yang
berdampak pada perubahan iklim. Dalam perencanaan transportasi yang berkelanjutan,
pemahaman tentang volume lalu lintas yang tinggi dapat digunakan untuk mengembangkan
strategi pengurangan emisi dan mempromosikan transportasi berkelanjutan.

3. Evaluasi Kinerja Jalan: Volume lalu lintas adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja jalan. Dengan membandingkan volume lalu lintas aktual dengan
kapasitas jalan yang tersedia, dapat diidentifikasi tingkat kejenuhan jalan, waktu perjalanan
yang meningkat, dan tingkat pelayanan jalan yang rendah. Informasi ini membantu dalam
mengidentifikasi ruas jalan yang membutuhkan perbaikan atau perluasan kapasitas.

Volume lalu lintas merupakan faktor penting dalam analisis lalu lintas, perencanaan
transportasi, keselamatan jalan, pencemaran udara, dan evaluasi kinerja jalan. Pengukuran yang
akurat dan pemahaman yang mendalam tentang volume lalu lintas membantu dalam merancang
infrastruktur jalan yang sesuai, mengatur lalu lintas dengan efisien, dan mengambil langkah-langkah
untuk meningkatkan keamanan, keberlanjutan, dan kinerja jalan secara keseluruhan.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Kerangka Analisis

Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang digunakan untuk
menyusun kerangka analisis penelitian. Kerangka analisis merupakan langkah-langkah atau proses
yang digunakan untuk mengorganisir dan menyajikan informasi penelitian secara sistematis. Dalam
konteks ini, kerangka analisis akan disusun dalam bentuk flowchart atau diagram alir, yang
memberikan gambaran visual tentang urutan dan hubungan antar elemen analisis.

1. Identifikasi Tujuan Penelitian: Langkah pertama dalam menyusun kerangka analisis adalah
mengidentifikasi tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian akan menjadi
panduan dalam menentukan variabel yang akan dianalisis dan langkah-langkah yang perlu
dilakukan.

2. Penentuan Variabel Penelitian: Selanjutnya, variabel penelitian yang relevan perlu


ditentukan. Variabel penelitian merupakan faktor atau karakteristik yang akan dianalisis
dalam penelitian. Variabel dapat berupa variabel independen (faktor yang mempengaruhi)
dan variabel dependen (hasil atau dampak yang diukur). Variabel juga dapat dibagi menjadi
subvariabel atau dimensi yang lebih spesifik.

3. Pengumpulan Data: Langkah selanjutnya adalah merancang dan menjalankan proses


pengumpulan data yang relevan dengan variabel penelitian. Pengumpulan data dapat
dilakukan melalui survei lapangan, wawancara, observasi, atau penggunaan sumber data
sekunder. Pada langkah ini, juga perlu mempertimbangkan metode pengambilan sampel yang
tepat.

4. Analisis Data: Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis data yang
telah dikumpulkan. Analisis data dapat melibatkan berbagai teknik statistik, pengolahan data
kualitatif, atau metode analisis lainnya tergantung pada sifat data dan tujuan penelitian.
Proses analisis data melibatkan langkah-langkah seperti pemrosesan data, pengolahan
statistik, dan interpretasi hasil.

5. Pengembangan Kerangka Analisis: Setelah analisis data selesai, langkah selanjutnya adalah
menyusun kerangka analisis dalam bentuk flowchart. Flowchart akan menggambarkan urutan
langkah analisis yang perlu dilakukan, termasuk hubungan antar variabel, alur pengolahan
data, dan tahapan interpretasi hasil. Flowchart harus dirancang dengan jelas dan mudah
dipahami, sehingga memudahkan dalam menjalankan analisis dan menjelaskan proses kepada
pembaca.

6. Validasi dan Verifikasi: Sebelum kerangka analisis final digunakan, perlu dilakukan validasi
dan verifikasi terhadap hasil analisis. Validasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil
analisis dengan teori atau penelitian terkait lainnya. Verifikasi dapat dilakukan dengan
melibatkan rekan peneliti atau ahli dalam bidang terkait untuk meninjau dan memberikan
masukan terhadap kerangka analisis.

7. Pelaporan Hasil: Langkah terakhir dalam metodologi penelitian adalah pelaporan hasil.
Setelah kerangka analisis selesai, hasil penelitian perlu dirangkum dan disajikan secara
sistematis dalam bentuk laporan. Laporan harus mencakup ringkasan tujuan penelitian,
metodologi yang digunakan, temuan utama, analisis data, dan kesimpulan penelitian.

Dalam pelaporan hasil, penting untuk menjelaskan dengan jelas langkah-langkah analisis yang
dilakukan berdasarkan kerangka analisis yang telah disusun. Penggunaan flowchart atau diagram
alir dalam laporan dapat membantu pembaca untuk memahami urutan proses analisis dengan
lebih baik.
Laporan hasil penelitian juga harus mencakup interpretasi temuan, implikasi, dan saran untuk
penelitian lanjutan atau tindakan kebijakan. Kesimpulan yang didasarkan pada analisis data harus
disajikan secara objektif dan didukung oleh temuan penelitian yang valid.
Selain laporan tertulis, hasil penelitian juga dapat disajikan melalui presentasi atau poster
dalam forum ilmiah atau konferensi yang relevan. Presentasi harus mengikuti struktur logis
berdasarkan kerangka analisis dan menyajikan temuan penelitian dengan jelas dan ringkas.
Penyusunan kerangka analisis dalam bentuk flowchart merupakan langkah penting dalam
metodologi penelitian. Kerangka analisis membantu mengorganisir dan menyajikan informasi
penelitian secara sistematis. Flowchart memvisualisasikan urutan langkah analisis dan hubungan
antar variabel, sehingga mempermudah pemahaman dan pelaksanaan analisis. Pelaporan hasil
penelitian berdasarkan kerangka analisis yang telah disusun merupakan tahap akhir dalam
metodologi penelitian, yang melibatkan ringkasan tujuan penelitian, metodologi, analisis data, dan
kesimpulan penelitian.

3.2 Studi Pustaka dan Studi Pendahuluan

Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai metodologi studi pustaka dan studi pendahuluan yang
digunakan dalam penelitian. Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan gambaran penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, sementara studi pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
awal tentang lokasi penelitian yang akan dilakukan.

1. Studi Pustaka: Studi pustaka melibatkan pencarian, penelaahan, dan analisis terhadap literatur
yang relevan dengan topik penelitian. Langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam studi
pustaka meliputi:

a. Identifikasi Sumber Literatur: Langkah pertama adalah mengidentifikasi sumber literatur


yang relevan. Sumber literatur dapat berupa buku, jurnal ilmiah, konferensi, tesis, atau
publikasi lainnya yang terkait dengan topik penelitian.

b. Pencarian Literatur: Setelah identifikasi sumber literatur, dilakukan pencarian literatur


menggunakan basis data akademik, perpustakaan, atau mesin pencari online. Pencarian
dapat dilakukan dengan menggunakan kata kunci yang relevan dengan topik penelitian.

c. Seleksi dan Penelaahan Literatur: Setelah literatur ditemukan, langkah selanjutnya adalah
menyeleksi dan menelaah literatur yang paling relevan dengan topik penelitian. Literatur
yang dipilih harus memiliki kualitas dan otoritas yang baik serta relevan dengan tujuan
penelitian.

d. Analisis Literatur: Setelah penelaahan literatur dilakukan, langkah selanjutnya adalah


menganalisis literatur tersebut. Analisis dapat meliputi pemetaan konsep, identifikasi
temuan-temuan penting, perbandingan hasil penelitian sebelumnya, dan identifikasi celah
penelitian yang belum tercakup.

Studi pustaka membantu peneliti untuk memahami kerangka teoritis yang relevan,
mengidentifikasi metode penelitian yang tepat, dan membangun landasan teoritis untuk penelitian
yang akan dilakukan.

2. Studi Pendahuluan: Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang
lokasi penelitian yang akan dilakukan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam studi
pendahuluan meliputi:

a. Identifikasi Lokasi Penelitian: Langkah pertama adalah mengidentifikasi lokasi penelitian


yang relevan dengan topik penelitian. Lokasi penelitian dapat berupa wilayah geografis,
kota, bangunan, atau fasilitas tertentu yang terkait dengan tujuan penelitian.

b. Pengumpulan Informasi Awal: Setelah lokasi penelitian teridentifikasi, langkah selanjutnya


adalah mengumpulkan informasi awal tentang lokasi tersebut. Informasi ini dapat
diperoleh melalui sumber informasi publik, data pemerintah, atau studi sebelumnya yang
telah dilakukan di lokasi tersebut.

c. Observasi dan Wawancara Awal: Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang lokasi penelitian, dilakukan observasi langsung di lokasi dan wawancara dengan pihak
terkait. Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, lingkungan, dan aktivitas yang
terjadi di lokasi penelitian. Sementara itu, wawancara dilakukan dengan melakukan interaksi
langsung dengan individu atau kelompok yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang
lokasi tersebut, seperti penghuni, pengelola, atau ahli terkait.

d. Analisis Data Pendahuluan: Setelah observasi dan wawancara dilakukan, data yang
diperoleh perlu dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang lokasi penelitian. Analisis data pendahuluan dapat meliputi pengorganisasian data,
pengelompokan temuan, identifikasi permasalahan atau potensi yang relevan, dan
pengidentifikasian kebutuhan atau tantangan yang perlu diatasi dalam penelitian
selanjutnya.

Studi pendahuluan membantu peneliti dalam memahami konteks spesifik lokasi penelitian,
mengidentifikasi isu-isu yang relevan, dan memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan sesuai
dengan keadaan dan karakteristik lokasi tersebut. Hasil dari studi pendahuluan juga dapat membantu
dalam perencanaan metodologi penelitian yang lebih terarah dan efektif.

Bab metodologi studi pustaka dan studi pendahuluan merupakan langkah awal dalam proses
penelitian. Studi pustaka membantu peneliti dalam memahami kontribusi penelitian sebelumnya dan
membangun landasan teoritis yang kuat. Studi pendahuluan, di sisi lain, membantu peneliti untuk
memahami konteks spesifik lokasi penelitian dan mengidentifikasi isu-isu yang relevan. Kedua studi
ini memberikan landasan yang solid untuk merancang dan melaksanakan penelitian yang lebih
efektif dan relevan.

3.3 Pemilihan Lokasi


Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam pemilihan lokasi
penelitian. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan langkah penting dalam penelitian, terutama ketika
fokus penelitian adalah pada simpang yang spesifik. Pada bab ini, akan dijelaskan alasan pemilihan
lokasi dan deskripsi permasalahan yang ada pada simpang yang diteliti.
1. Identifikasi Kebutuhan Penelitian: Langkah pertama dalam pemilihan lokasi adalah
mengidentifikasi kebutuhan penelitian. Apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini? Apakah
ada aspek tertentu yang ingin dikaji atau diperbaiki pada simpang yang akan diteliti?
Identifikasi kebutuhan ini akan membantu dalam menentukan karakteristik lokasi yang
diinginkan.
2. Deskripsi Permasalahan pada Simpang: Setelah kebutuhan penelitian teridentifikasi, langkah
selanjutnya adalah melakukan deskripsi permasalahan yang ada pada simpang yang akan
diteliti. Apa yang membuat simpang tersebut menjadi fokus penelitian? Apakah ada
permasalahan lalu lintas, kecelakaan, atau konflik antar-pengguna jalan yang perlu ditangani?
Deskripsi permasalahan ini akan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang konteks
penelitian.
3. Kriteria Pemilihan Lokasi: Berdasarkan kebutuhan penelitian dan deskripsi permasalahan,
selanjutnya ditentukan kriteria pemilihan lokasi yang sesuai. Kriteria ini dapat meliputi:
a. Tingkat Kepadatan Lalu Lintas: Apakah simpang yang dipilih memiliki tingkat lalu lintas
yang signifikan? Tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi dapat menjadi alasan untuk
memilih lokasi tersebut.
b. Tingkat Kecelakaan: Apakah simpang tersebut memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi?
Jika ya, penelitian dapat difokuskan untuk menganalisis faktor penyebab kecelakaan dan
merancang solusi yang sesuai.
c. Ketersediaan Data: Apakah data yang diperlukan untuk penelitian tersedia di simpang
tersebut? Penting untuk memastikan bahwa data yang diperlukan dapat diakses dengan
mudah.
d. Keragaman Pengguna Jalan: Apakah simpang tersebut dilalui oleh berbagai jenis
pengguna jalan, seperti kendaraan pribadi, sepeda, atau pejalan kaki? Keragaman
pengguna jalan dapat memberikan konteks yang kaya untuk penelitian.
e. Aksesibilitas: Apakah simpang tersebut mudah diakses oleh peneliti dan memiliki
aksesibilitas yang baik bagi responden atau partisipan penelitian?
f. Konteks Geografis dan Sosial: Apakah simpang tersebut mewakili kondisi geografis dan
sosial yang relevan dengan tujuan penelitian? Pemilihan lokasi yang sesuai dengan
konteks penelitian akan meningkatkan validitas dan generalisabilitas hasil penelitian.
4. Analisis dan Pemilihan Lokasi: Setelah kriteria pemilihan lokasi ditentukan, langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis dan pemilihan lokasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Analisis dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai potensi lokasi yang memenuhi
kriteria tersebut. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis dan pemilihan lokasi
antara lain:
5. Data dan Informasi: Mengumpulkan informasi terkait dengan karakteristik lalu lintas,
kecelakaan, dan kondisi jalan pada potensi lokasi yang ada. Data-data tersebut dapat
diperoleh dari instansi terkait, laporan statistik, atau penelitian sebelumnya.
6. Tinjauan Lapangan: Melakukan tinjauan langsung ke setiap potensi lokasi yang telah
diidentifikasi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi fisik,
geometri jalan, dan lingkungan sekitar.
7. Stakeholder dan Keberlanjutan: Mempertimbangkan keterlibatan dan partisipasi stakeholder
terkait dalam penelitian. Juga perlu memperhatikan aspek keberlanjutan penelitian, seperti
kemungkinan kerjasama jangka panjang dengan pihak terkait atau kebutuhan pengembangan
infrastruktur penelitian.
8. Keterkaitan dengan Tujuan Penelitian: Memastikan bahwa lokasi yang dipilih secara
substansial terkait dengan tujuan penelitian. Lokasi tersebut harus memberikan konteks yang
relevan dan memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan baik.
9. Faktor Praktis: Memperhatikan faktor-faktor praktis, seperti ketersediaan akses transportasi,
fasilitas penelitian, dan kebutuhan logistik. Lokasi yang dipilih harus dapat diakses dengan
mudah dan memungkinkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data secara efisien.

Setelah dilakukan analisis, lokasi yang paling sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian dapat
dipilih. Keputusan pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan yang matang dan
mempertimbangkan aspek-aspek penting yang telah disebutkan sebelumnya.
Pemilihan lokasi yang tepat adalah langkah penting dalam penelitian, terutama pada penelitian
yang fokusnya pada simpang. Melalui analisis dan pemilihan lokasi yang sistematis, peneliti dapat
memastikan bahwa lokasi yang dipilih memenuhi kriteria penelitian, relevan dengan tujuan
penelitian, dan memungkinkan peneliti untuk menjalankan penelitian dengan baik.

3.4 Pengumpulan Data

Bab ini akan menjelaskan metodologi yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
penelitian tentang data geometrik simpang dan survei volume lalu lintas. Pengumpulan data yang
akurat dan representatif sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang
simpang yang diteliti. Pada bab ini, akan dijelaskan tentang pengumpulan data geometrik simpang,
seperti lebar pendekat, tipe pendekat, median, dan lain-lain, serta survei volume lalu lintas.

1. Identifikasi Variabel dan Parameter: Langkah pertama dalam pengumpulan data adalah
mengidentifikasi variabel dan parameter yang akan diukur atau diamati. Pada penelitian ini,
variabel dan parameter yang relevan meliputi data geometrik simpang, seperti lebar pendekat,
tipe pendekat, median, lebar jalur, dan lain-lain. Selain itu, variabel volume lalu lintas juga
perlu diidentifikasi untuk survei volume lalu lintas.

2. Pengumpulan Data Geometrik Simpang:

a. Survei Lapangan: Melakukan survei lapangan untuk mengumpulkan data geometrik


simpang. Survei ini melibatkan pengukuran langsung di lokasi simpang menggunakan
alat-alat pengukuran yang sesuai, seperti pengukur jarak, penggaris, atau perangkat
pengukuran lainnya. Data yang diukur dapat mencakup lebar pendekat, tipe pendekat
(misalnya, berupa jalan lurus atau tikungan), median, lebar jalur, dan informasi
geometrik lainnya yang relevan.

b. Pengumpulan Data Sekunder: Selain survei lapangan, data geometrik simpang juga
dapat diperoleh dari sumber data sekunder, seperti peta jalan, dokumen perencanaan,
atau data yang tersedia dari instansi terkait. Data sekunder ini dapat memberikan
informasi tambahan atau melengkapi data yang diukur secara langsung di lapangan.

3. Survei Volume Lalu Lintas:

a. Metode Survei: Memilih metode survei yang sesuai untuk mengumpulkan data
volume lalu lintas. Metode yang umum digunakan meliputi penghitungan manual
dengan menggunakan penghitung kendaraan, penggunaan perangkat pengukuran
otomatis, atau penggunaan sensor kendaraan yang terpasang di jalan. Pemilihan
metode survei bergantung pada faktor seperti kebutuhan data, ketersediaan sumber
daya, dan tingkat akurasi yang diinginkan.

b. Perencanaan Survei: Merencanakan survei volume lalu lintas, termasuk menentukan


waktu, durasi, dan lokasi survei yang representatif. Survei volume lalu lintas biasanya
dilakukan selama periode waktu tertentu, seperti beberapa jam pada hari kerja atau
akhir pekan. Perencanaan yang baik akan memastikan bahwa data yang dikumpulkan
mencerminkan kondisi lalu lintas yang sebenarnya di simpang yang diteliti.

4. Validasi Data: Setelah pengumpulan data, perlu dilakukan validasi untuk memastikan keabsahan dan
kualitas data. Validasi data merupakan proses pengecekan dan verifikasi terhadap data yang telah
dikumpulkan untuk memastikan bahwa data tersebut akurat, konsisten, dan dapat dipercaya. Berikut
adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam validasi data:

a. Pemeriksaan Konsistensi: Melakukan pemeriksaan terhadap data untuk memastikan


konsistensi internal. Hal ini meliputi pengecekan apakah data tersebut logis, tidak ada
nilai yang aneh atau diluar kisaran yang diharapkan, dan tidak ada inkonsistensi
antara variabel yang saling terkait. Misalnya, memeriksa apakah data volume lalu
lintas tidak melebihi kapasitas maksimum jalan yang ada.

b. Perbandingan dengan Data Sekunder: Membandingkan data yang dikumpulkan


dengan data sekunder yang tersedia, seperti peta jalan, dokumen perencanaan, atau
data statistik yang relevan. Hal ini dilakukan untuk memverifikasi kebenaran data dan
memastikan kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan informasi yang ada.

c. Rekonsiliasi Data: Jika terdapat perbedaan antara data yang dikumpulkan dengan data
sekunder atau data yang telah dikumpulkan sebelumnya, perlu dilakukan rekonsiliasi
data. Hal ini dapat melibatkan analisis lebih lanjut, komunikasi dengan sumber data
lainnya, atau pemilihan data yang paling valid dan representatif.

d. Cross-Checking: Melakukan cross-checking atau pengecekan silang terhadap data


dengan melibatkan pihak lain, seperti rekan peneliti atau ahli terkait. Dengan
melibatkan pihak eksternal, dapat dilakukan penilaian independen terhadap data yang
dikumpulkan untuk memverifikasi keabsahan dan keandalannya.

e. Penggunaan Metode Statistik: Jika diperlukan, dapat dilakukan analisis statistik


terhadap data untuk mengidentifikasi anomali atau outlier, serta untuk memastikan
keabsahan data. Metode statistik yang digunakan dapat meliputi uji regresi, uji
signifikansi, atau analisis lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

f. Dokumentasi dan Pelabelan Data: Membuat dokumentasi yang lengkap dan rinci
mengenai proses pengumpulan data, termasuk informasi mengenai metode,
instrumen, lokasi, dan waktu pengumpulan. Selain itu, memberikan label atau kode
yang jelas pada setiap data untuk memudahkan pengolahan dan analisis data.

Validasi data merupakan langkah penting dalam proses penelitian untuk memastikan bahwa
data yang digunakan adalah data yang berkualitas dan dapat dipercaya. Dengan melakukan validasi
data, peneliti dapat meningkatkan keandalan dan validitas temuan penelitian serta mengurangi
potensi bias atau kesalahan dalam interpretasi data
SURVEY YANG DILAKUKAN :
 Membuat gambar situasi simpang : (contoh)

 Data Arus lalulintas :

Tipe Pendekat
Kendaraan
ABC D
LRSBKaBKiLRSBKaBKiLRSBKa LRS
BKi BKi BKa
KR KS SM
KTB
 Formulir Perhitungan Kapasitas Simpang :
 Foto dokumentasi penelitian

Anda mungkin juga menyukai