Kel. 3 - Simpang Tak Bersinyal
Kel. 3 - Simpang Tak Bersinyal
BENTUK TUGAS :
Secara kelompok mahasiswa ditugaskan untuk melakukan evaluasi simpang tak bersinyal pada suatu kawasan
TUJUAN TUGAS :
Mahasiswa secara kelompok memahami langkah-langkah evaluasi simpang tak bersinyal serta parameter-para
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi simpang tak bersinyal dan menyimpulkan kelayakan desain simpang
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata Alla, sholawat beserta
salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi
Wassalam yang kita harapkan syafaatnya di yaumul akhir nanti, dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mata Kuliah Transportasi dan Lalulintas ini tentang
“Evaluasi Simpang Tak Bersinyal” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Rektor, Bapak Dekan, Ibu
Kaprodi dan Bapak Dosen Pengasuh Mata Kuliah Transportasi dan Lalulintas yang telah
memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Di
samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas praktikum mata kuliah
transportasi dan lalulintas pada semester V (lima). Penulis menyadari bahwa laporan tugas ini
masih banyak sekali kekurangan baik dalam substansi materinya maupun redaksional
penulisan laporan. Kepada seluruh pembaca diharapkan untuk memberikan kritik dan saran,
agar pelaksanaan praktikum transportasi dan lalulintas di masa mendatang lebih baik.
Pada akhirnya kami berharap semoga laporan ini memberikan manfaat dan dapat
memperluas wawasan pembaca sesuai dengan harapan kita semua.
DAFTAR ISI
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan
mengenai suatu lokasi tertentu. Profil lokasi survei mencakup berbagai aspek seperti geografi,
topografi, demografi, infrastruktur, dan kondisi lingkungan di sekitar lokasi tersebut. Penelitian ini
diperlukan untuk memahami konteks dan karakteristik suatu area yang akan menjadi fokus penelitian
lebih lanjut, seperti dalam studi transportasi, perencanaan perkotaan, atau pengembangan wilayah.
Dengan memperoleh profil lokasi survei yang komprehensif, peneliti dapat membuat keputusan yang
lebih informasional dan mendapatkan wawasan yang lebih baik dalam merancang solusi atau
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang ada di lokasi tersebut.
Simpang tak bersinyal atau yang sering disebut juga simpang tanpa rambu lalu lintas atau
lampu lalu lintas adalah simpang jalan yang tidak memiliki pengatur lalu lintas formal seperti rambu
lalu lintas atau lampu merah-hijau. Simpang tak bersinyal dapat menjadi tempat yang berpotensi
meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas, terutama jika volume lalu lintas yang melewati simpang
tersebut tinggi. Oleh karena itu, penelitian mengenai simpang tak bersinyal mencoba untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan, efisiensi, dan kinerja lalu lintas di simpang
tersebut. Dalam konteks ini, teori-teori yang berkaitan dengan perilaku pengemudi, aliran lalu lintas,
geometri jalan, dan interaksi antara kendaraan dapat digunakan untuk menganalisis dan
mengoptimalkan kinerja simpang tak bersinyal. Penelitian ini penting dalam mengidentifikasi
masalah dan mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi lalu lintas di
simpang tak bersinyal.
Evaluasi merupakan proses kritis dalam penelitian yang bertujuan untuk menilai atau
mengukur efektivitas, efisiensi, keberlanjutan, atau dampak suatu tindakan atau kebijakan. Dalam
konteks penelitian tentang simpang tak bersinyal, evaluasi menjadi penting untuk mengevaluasi
kinerja simpang tersebut setelah implementasi perubahan atau perbaikan tertentu. Evaluasi dapat
melibatkan pengumpulan dan analisis data mengenai keselamatan lalu lintas, efisiensi arus lalu
lintas, kepuasan pengguna jalan, atau indikator lain yang relevan. Dengan melakukan evaluasi,
peneliti dapat mengevaluasi apakah tindakan yang diambil efektif dan memberikan manfaat yang
diharapkan. Hasil evaluasi juga dapat memberikan masukan untuk perbaikan lebih lanjut atau
pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan dan perencanaan lalu lintas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah gambar denah simpang pada lokasi terpilih ?
1.2.2 Bagaimanakah arus lalulintas jam desain pada simpang ?
1.2.3 Bagaimanakah kapasitas lalulintas pada simpang terpilih ?
1.2.4 Bagaimanakah derajat kejenuhan pada simpang terpilih ?
1.2.5 Bagaimanakah tundaan pada simpang terpilih ?
1.2.6 Bagaimanakah peluang antrian pada simpang terpilih ?
1.2.7 Bagaimanakah gambar denah rekomendasi hasil penelitian ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian simpang secara umum mengacu pada tempat di mana kendaraan dapat mengubah arah
atau melanjutkan perjalanannya ke jalan lain. Simpang sering menjadi titik fokus perencanaan
transportasi dan perencanaan perkotaan, karena efisiensi dan keselamatan lalu lintas di simpang
dapat berdampak signifikan terhadap kinerja sistem transportasi dan kualitas kehidupan di perkotaan.
1. Bentuk Geometri: Simpang dapat memiliki bentuk geometri yang berbeda, seperti simpang
tiga (T-junction), simpang empat (four-way intersection), simpang lima (five-way
intersection), atau bahkan simpang yang lebih kompleks. Bentuk geometri simpang
mempengaruhi aliran lalu lintas, pergerakan kendaraan, dan keamanan di area tersebut.
2. Pengaturan Lalu Lintas: Simpang dapat diatur dengan berbagai pengaturan lalu lintas, seperti
simpang bersinyal (signalized intersection), simpang tak bersinyal (unsignalized intersection),
atau simpang bundaran (roundabout). Pengaturan lalu lintas yang digunakan di simpang akan
mempengaruhi aliran lalu lintas, kecepatan kendaraan, dan interaksi antara pengemudi.
3. Prioritas dan Hak Utama: Simpang juga dapat dibedakan berdasarkan prioritas dan hak
utama. Misalnya, simpang dengan peraturan prioritas jalan utama (priority road) akan
memberikan hak utama kepada kendaraan yang berada di jalan utama, sedangkan kendaraan
di jalan samping harus memberikan jalan kepada kendaraan di jalan utama.
Pengertian simpang juga terkait dengan konsep-konsep lain dalam perencanaan transportasi,
seperti kepadatan lalu lintas, waktu tempuh, kualitas layanan, dan tingkat keselamatan. Analisis dan
perancangan simpang yang baik memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk mencapai efisiensi,
keselamatan, dan kepuasan pengguna jalan yang optimal.
Dalam penelitian dan praktik perencanaan transportasi, pemahaman yang mendalam tentang
pengertian simpang dan karakteristiknya penting untuk mengembangkan strategi perbaikan,
pengaturan lalu lintas yang efektif, dan pengembangan infrastruktur yang sesuai. Dengan
mengoptimalkan desain dan pengaturan simpang, dapat dicapai peningkatan efisiensi lalu lintas,
penurunan risiko kecelakaan, dan perjalanan yang lebih aman dan nyaman bagi pengguna jalan.
Dalam pengaturan lalu lintas jalan, pengaturan simpang atau sering disebut dengan
intersection control adalah salah satu aspek yang sangat penting. Pengaturan simpang bertujuan
untuk mengatur aliran lalu lintas di persimpangan jalan agar dapat berjalan dengan aman, efisien, dan
teratur. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka mengenai definisi dan pengertian pengaturan
simpang, termasuk konsep dasar, tipe-tipe pengaturan simpang yang umum digunakan, dan prinsip-
prinsip yang melatarinya.
Pengaturan simpang dapat didefinisikan sebagai serangkaian langkah atau tindakan yang
diambil untuk mengatur interaksi antara kendaraan yang bergerak di berbagai arah di sebuah
simpang jalan. Tujuan utama pengaturan simpang adalah untuk mencapai efisiensi lalu lintas,
mengurangi kemacetan, meminimalkan konflik antar-kendaraan, dan meningkatkan keselamatan
pengguna jalan. Pengaturan simpang mencakup perencanaan geometri simpang, penggunaan
peralatan kontrol lalu lintas, pengaturan prioritas, dan penggunaan sinyal lalu lintas.
Tipe-tipe Pengaturan Simpang: Ada beberapa tipe pengaturan simpang yang umum digunakan,
antara lain:
1. Simpang Tak Bersinyal (Unsignalized Intersection): Simpang tak bersinyal adalah simpang
jalan di mana tidak ada sinyal lalu lintas yang mengatur aliran kendaraan. Pengaturan
simpang ini umumnya didasarkan pada aturan prioritas tertentu, seperti aturan prioritas
kendaraan dari arah kanan atau aturan prioritas kendaraan yang datang terlebih dahulu.
Beberapa contoh pengaturan simpang tak bersinyal termasuk simpang bersinyal, simpang tipe
Y, dan simpang tipe T.
1. Keamanan (Safety):
Prinsip utama dalam pengaturan simpang adalah menjaga keamanan pengguna jalan.
Pengaturan simpang harus meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas dan
konflik antar-kendaraan dengan menggunakan desain geometri yang tepat, peralatan
pengendalian lalu lintas yang efektif, dan penandaan jalan yang jelas.
2. Lancar dan Efisien (Efficiency): Pengaturan simpang juga harus memastikan aliran lalu
lintas yang lancar dan efisien. Ini melibatkan pengaturan yang meminimalkan waktu
tunggu kendaraan, mengoptimalkan kapasitas simpang, dan mengurangi kemacetan.
Penggunaan sinyal lalu lintas, pengaturan prioritas, dan pengelolaan aliran lalu lintas yang
baik merupakan beberapa strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan efisiensi ini.
Pengaturan simpang merupakan aspek penting dalam pengaturan lalu lintas jalan. Tinjauan
pustaka mengenai definisi dan pengertian pengaturan simpang telah menjelaskan konsep dasar, tipe-
tipe pengaturan simpang, serta prinsip-prinsip yang melatarinya. Dengan memperhatikan keamanan,
keefisienan, konteks lokal, keberlanjutan, dan integrasi teknologi, pengaturan simpang dapat
dirancang dan diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan optimal dalam mengatur aliran lalu
lintas di persimpangan jalan.
Analisis kinerja simpang jalan merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan dan
pengaturan lalu lintas. Untuk melakukan analisis kinerja simpang, diperlukan prosedur perhitungan
yang mempertimbangkan berbagai faktor, seperti data masukan, arus lalu lintas, rasio belok,
kapasitas simpang, dan derajat kejenuhan. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka mengenai
prosedur perhitungan untuk melakukan analisis kinerja simpang.
a. Data Masukan
Proses analisis kinerja simpang dimulai dengan pengumpulan data masukan. Data masukan
yang dibutuhkan meliputi karakteristik geometri simpang, jumlah lajur, panjang antrian, volume
lalu lintas, kecepatan, dan waktu siklus sinyal lalu lintas. Data masukan ini diperoleh melalui
survei lapangan atau menggunakan model simulasi yang telah terkalibrasi.
Perhitungan arus lalu lintas dalam satu siklus (SKR) bertujuan untuk mengestimasi jumlah
kendaraan yang melalui simpang dalam satu siklus sinyal lalu lintas. Perhitungan ini dilakukan
dengan mempertimbangkan volume lalu lintas pada setiap arah, rasio belok, waktu hijau, dan
waktu pergerakan kendaraan.
e. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan menggambarkan tingkat pemanfaatan kapasitas jalan atau simpang pada
suatu waktu tertentu. Derajat kejenuhan dapat dihitung berdasarkan volume lalu lintas aktual
dibagi dengan kapasitas jalan atau simpang. Derajat kejenuhan digunakan untuk mengukur tingkat
kepadatan lalu lintas dan dapat digunakan sebagai indikator kinerja simpang.
Dengan mengumpulkan data masukan yang akurat, termasuk volume lalu lintas dan
karakteristik geometri simpang, prosedur perhitungan dapat dilakukan untuk mengestimasi jumlah
kendaraan yang melintasi simpang dalam satu siklus, memperhitungkan perbandingan antara
kendaraan yang belok dan kendaraan yang melaju lurus, menghitung kapasitas simpang tak
bersinyal, serta mengukur derajat kejenuhan.
Melalui prosedur perhitungan yang tepat, analisis kinerja simpang dapat memberikan
informasi yang berharga dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pengaturan simpang.
Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merancang perubahan dan perbaikan dalam pengaturan
simpang yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan kinerja lalu lintas di
persimpangan jalan.
Namun, penting untuk diingat bahwa prosedur perhitungan ini dapat bervariasi tergantung
pada metodologi yang digunakan dan konteks lokal simpang tersebut. Oleh karena itu, penelitian
lebih lanjut dan pemilihan metode yang sesuai perlu dilakukan untuk memastikan keakuratan dan
relevansi hasil analisis kinerja simpang.
Simpang tidak bersinyal atau unsignalized intersection merupakan simpang jalan di mana tidak
ada sinyal lalu lintas yang mengatur aliran kendaraan. Dalam situasi ini, fasilitas pengaturan simpang
tidak bersinyal sangat penting untuk memastikan kelancaran dan keselamatan lalu lintas di
persimpangan jalan. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka mengenai berbagai fasilitas
pengaturan yang digunakan pada simpang tidak bersinyal, termasuk konsep dasar, karakteristik, dan
penerapan yang umum.
Fasilitas pengaturan pada simpang tidak bersinyal merujuk pada berbagai elemen fisik atau
tanda yang digunakan untuk mengarahkan aliran kendaraan dan meminimalkan konflik di simpang
tersebut. Fasilitas ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi lalu lintas, serta
membantu pengguna jalan dalam memahami dan mengikuti aturan lalu lintas di persimpangan yang
tidak memiliki sinyal.
Ada beberapa tipe fasilitas pengaturan yang umum digunakan pada simpang tidak bersinyal,
antara lain:
1. Marka Jalan (Road Markings): Marka jalan yang tepat dan jelas digunakan untuk
memberikan petunjuk mengenai jalur lalu lintas, pergerakan belok, dan prioritas kendaraan di
simpang. Ini meliputi garis putus-putus, garis lurus, panah belok, dan marka penyebrangan
pejalan kaki. Marka jalan yang baik membantu pengendara untuk memahami alur lalu lintas
dan menghindari konflik yang tidak diinginkan.
2. Rambu Lalu lintas (Traffic Signs): Rambu lalu lintas yang dipasang di simpang tidak
bersinyal berfungsi untuk memberikan instruksi dan informasi kepada pengendara. Rambu
peringatan, rambu larangan, rambu petunjuk arah, dan rambu prioritas merupakan beberapa
jenis rambu yang umum ditemui. Rambu lalu lintas yang dipasang dengan tepat membantu
mengatur aliran kendaraan dan memberikan petunjuk yang jelas kepada pengendara.
3. Lampu Pengatur Lalu Lintas (Traffic Control Lights): Meskipun simpang tidak bersinyal
tidak memiliki lampu pengatur lalu lintas yang umum seperti pada simpang bersinyal, dalam
beberapa kasus, lampu pengatur lalu lintas dapat digunakan untuk mengatur aliran kendaraan.
Lampu pengatur lalu lintas ini biasanya dipasang di simpang yang memiliki lalu lintas yang
kompleks atau tingkat kepadatan yang tinggi.
4. Tanda Lalu Lintas dan Marka Penunjuk Arah (Traffic Signs and Directional Markings):
Tanda lalu lintas dan marka penunjuk arah dapat membantu pengendara dalam menavigasi
simpang yang tidak bersinyal. Tanda lalu lintas seperti tanda perhentian (stop sign) dan tanda
memberikan jalan (yield sign) digunakan untuk mengatur prioritas kendaraan di simpang
tersebut. Tanda-tanda ini memberikan petunjuk kepada pengendara untuk berhenti atau
memberikan jalan kepada kendaraan yang datang dari arah yang berbeda.
Selain itu, marka penunjuk arah seperti panah belok dan garis putus-putus digunakan untuk
memberikan petunjuk arah kepada pengendara. Marka penunjuk arah yang jelas dan terlihat
membantu pengendara untuk memilih jalur yang tepat saat berbelok di simpang yang tidak bersinyal.
Strategi Fasilitas Pengaturan pada Simpang Tidak Bersinyal: Penerapan fasilitas pengaturan
pada simpang tidak bersinyal dapat mengikuti beberapa strategi berikut:
1. Prioritas Jalan Utama: Strategi ini memberikan prioritas kepada kendaraan yang berada di
jalan mayor atau jalan dengan volume lalu lintas yang lebih tinggi. Kendaraan yang melintas
di jalan mayor memiliki hak lintas yang lebih tinggi, sementara kendaraan yang melintas di
jalan minor harus memberikan jalan.
2. Prinsip "First Come, First Served": Prinsip ini mengacu pada pengaturan simpang di mana
kendaraan yang tiba lebih dulu di simpang memiliki hak lintas lebih dahulu. Kendaraan yang
tiba kemudian harus menunggu giliran mereka untuk melintas.
3. Penggunaan Bundaran Lalu Lintas (Roundabout): Bundaran lalu lintas adalah bentuk
pengaturan simpang yang efektif untuk mengatur aliran lalu lintas tanpa menggunakan sinyal.
Dalam bundaran lalu lintas, kendaraan mengikuti arah putaran berlawanan jarum jam dan
memberikan jalan kepada kendaraan yang sudah ada di dalam bundaran.
4. Peraturan Lalu Lintas Tambahan: Selain fasilitas fisik, peraturan lalu lintas tambahan seperti
larangan belok kanan saat lampu merah atau pembatasan kecepatan dapat diterapkan untuk
meningkatkan keamanan dan efisiensi di simpang tidak bersinyal.
Fasilitas pengaturan pada simpang tidak bersinyal berperan penting dalam mengatur aliran
lalu lintas dan memastikan keselamatan di persimpangan jalan. Tanda lalu lintas, marka penunjuk
arah, dan strategi pengaturan seperti prioritas jalan utama atau prinsip "first come, first served"
digunakan untuk membantu pengendara dalam menavigasi simpang tidak bersinyal.
Volume lalu lintas adalah salah satu parameter kunci dalam analisis lalu lintas dan perencanaan
transportasi. Mengetahui dan memahami volume lalu lintas yang melewati suatu jalan atau simpang
sangat penting untuk merancang infrastruktur yang sesuai, mengatur lalu lintas dengan efisien, dan
memprediksi kondisi lalu lintas di masa depan. Dalam bab ini, akan disajikan tinjauan pustaka
mengenai volume lalu lintas, termasuk definisi, pengukuran, dan pengaruhnya dalam analisis lalu
lintas.
Volume lalu lintas mengacu pada jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau ruas jalan
dalam suatu periode waktu tertentu. Volume lalu lintas dapat diukur dalam berbagai satuan, seperti
kendaraan per jam (pcu/hr), kendaraan per hari (pcu/day), atau kendaraan per minggu (pcu/week).
Pengukuran volume lalu lintas dilakukan baik secara langsung melalui survei lapangan maupun
menggunakan data lalu lintas yang telah tersedia.
Metode Pengukuran Volume Lalu Lintas: Pengukuran volume lalu lintas dapat dilakukan
menggunakan beberapa metode, antara lain:
1. Survei Lapangan: Survei lapangan dilakukan dengan mengamati dan mencatat jumlah
kendaraan yang melintasi titik pengamatan dalam periode waktu tertentu. Survei lapangan
dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan petugas yang mencatat jumlah
kendaraan secara visual atau menggunakan peralatan otomatis seperti penghitung lalu lintas
atau kamera lalu lintas.
2. Sensor Otomatis: Sensor otomatis digunakan untuk mengumpulkan data volume lalu lintas
secara real-time tanpa memerlukan pengamatan langsung. Sensor otomatis yang umum
digunakan termasuk sensor loop induktif yang terpasang di jalan, kamera lalu lintas, dan
sensor inframerah. Sensor ini mendeteksi pergerakan kendaraan dan menghasilkan data
volume lalu lintas yang akurat.
3. Data Lalu Lintas yang Tersedia: Data volume lalu lintas juga dapat diperoleh dari sumber
data yang telah tersedia, seperti lembaga transportasi, polisi lalu lintas, atau operator tol. Data
ini dapat berupa data pemantauan lalu lintas yang tercatat secara rutin atau data transaksi
elektronik yang dikumpulkan melalui sistem pembayaran tol atau parkir.
Pengaruh Volume Lalu Lintas dalam Analisis Lalu Lintas: Volume lalu lintas memiliki
pengaruh yang signifikan dalam analisis lalu lintas. Volume yang tinggi dapat menyebabkan
kemacetan, peningkatan waktu perjalanan, dan penurunan kecepatan rata-rata. Analisis volume lalu
lintas juga digunakan dalam perencanaan transportasi untuk memperkirakan kebutuhan kapasitas
jalan, memprediksi kemacetan masa depan, dan merencanakan peningkatan infrastruktur yang
sesuai.
Selain itu, volume lalu lintas juga menjadi faktor penting dalam perencana an transportasi publik.
Informasi tentang volume lalu lintas membantu dalam menentukan rute, frekuensi, dan kapasitas kendaraan
transportasi publik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa transportasi dengan efektif.
Selain pengaruh dalam analisis lalu lintas dan perencanaan transportasi, volume lalu lintas juga
berperan dalam berbagai aspek lain, termasuk:
1. Keselamatan Jalan: Volume lalu lintas yang tinggi dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu
lintas. Kepadatan lalu lintas yang tinggi dapat mengakibatkan konflik antara kendaraan dan
mempengaruhi waktu reaksi pengemudi. Oleh karena itu, pemahaman tentang volume lalu
lintas yang melewati suatu ruas jalan atau simpang membantu dalam merancang strategi
pengaturan lalu lintas yang dapat meningkatkan keselamatan jalan.
2. Pencemaran Udara dan Emisi Gas Rumah Kaca: Volume lalu lintas yang tinggi berkontribusi
terhadap emisi gas buang dan pencemaran udara. Tingginya jumlah kendaraan yang melintas
dapat menyebabkan peningkatan polusi udara, termasuk emisi gas rumah kaca yang
berdampak pada perubahan iklim. Dalam perencanaan transportasi yang berkelanjutan,
pemahaman tentang volume lalu lintas yang tinggi dapat digunakan untuk mengembangkan
strategi pengurangan emisi dan mempromosikan transportasi berkelanjutan.
3. Evaluasi Kinerja Jalan: Volume lalu lintas adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja jalan. Dengan membandingkan volume lalu lintas aktual dengan
kapasitas jalan yang tersedia, dapat diidentifikasi tingkat kejenuhan jalan, waktu perjalanan
yang meningkat, dan tingkat pelayanan jalan yang rendah. Informasi ini membantu dalam
mengidentifikasi ruas jalan yang membutuhkan perbaikan atau perluasan kapasitas.
Volume lalu lintas merupakan faktor penting dalam analisis lalu lintas, perencanaan
transportasi, keselamatan jalan, pencemaran udara, dan evaluasi kinerja jalan. Pengukuran yang
akurat dan pemahaman yang mendalam tentang volume lalu lintas membantu dalam merancang
infrastruktur jalan yang sesuai, mengatur lalu lintas dengan efisien, dan mengambil langkah-langkah
untuk meningkatkan keamanan, keberlanjutan, dan kinerja jalan secara keseluruhan.
BAB III
METODOLOGI
Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang digunakan untuk
menyusun kerangka analisis penelitian. Kerangka analisis merupakan langkah-langkah atau proses
yang digunakan untuk mengorganisir dan menyajikan informasi penelitian secara sistematis. Dalam
konteks ini, kerangka analisis akan disusun dalam bentuk flowchart atau diagram alir, yang
memberikan gambaran visual tentang urutan dan hubungan antar elemen analisis.
1. Identifikasi Tujuan Penelitian: Langkah pertama dalam menyusun kerangka analisis adalah
mengidentifikasi tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian akan menjadi
panduan dalam menentukan variabel yang akan dianalisis dan langkah-langkah yang perlu
dilakukan.
4. Analisis Data: Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis data yang
telah dikumpulkan. Analisis data dapat melibatkan berbagai teknik statistik, pengolahan data
kualitatif, atau metode analisis lainnya tergantung pada sifat data dan tujuan penelitian.
Proses analisis data melibatkan langkah-langkah seperti pemrosesan data, pengolahan
statistik, dan interpretasi hasil.
5. Pengembangan Kerangka Analisis: Setelah analisis data selesai, langkah selanjutnya adalah
menyusun kerangka analisis dalam bentuk flowchart. Flowchart akan menggambarkan urutan
langkah analisis yang perlu dilakukan, termasuk hubungan antar variabel, alur pengolahan
data, dan tahapan interpretasi hasil. Flowchart harus dirancang dengan jelas dan mudah
dipahami, sehingga memudahkan dalam menjalankan analisis dan menjelaskan proses kepada
pembaca.
6. Validasi dan Verifikasi: Sebelum kerangka analisis final digunakan, perlu dilakukan validasi
dan verifikasi terhadap hasil analisis. Validasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil
analisis dengan teori atau penelitian terkait lainnya. Verifikasi dapat dilakukan dengan
melibatkan rekan peneliti atau ahli dalam bidang terkait untuk meninjau dan memberikan
masukan terhadap kerangka analisis.
7. Pelaporan Hasil: Langkah terakhir dalam metodologi penelitian adalah pelaporan hasil.
Setelah kerangka analisis selesai, hasil penelitian perlu dirangkum dan disajikan secara
sistematis dalam bentuk laporan. Laporan harus mencakup ringkasan tujuan penelitian,
metodologi yang digunakan, temuan utama, analisis data, dan kesimpulan penelitian.
Dalam pelaporan hasil, penting untuk menjelaskan dengan jelas langkah-langkah analisis yang
dilakukan berdasarkan kerangka analisis yang telah disusun. Penggunaan flowchart atau diagram
alir dalam laporan dapat membantu pembaca untuk memahami urutan proses analisis dengan
lebih baik.
Laporan hasil penelitian juga harus mencakup interpretasi temuan, implikasi, dan saran untuk
penelitian lanjutan atau tindakan kebijakan. Kesimpulan yang didasarkan pada analisis data harus
disajikan secara objektif dan didukung oleh temuan penelitian yang valid.
Selain laporan tertulis, hasil penelitian juga dapat disajikan melalui presentasi atau poster
dalam forum ilmiah atau konferensi yang relevan. Presentasi harus mengikuti struktur logis
berdasarkan kerangka analisis dan menyajikan temuan penelitian dengan jelas dan ringkas.
Penyusunan kerangka analisis dalam bentuk flowchart merupakan langkah penting dalam
metodologi penelitian. Kerangka analisis membantu mengorganisir dan menyajikan informasi
penelitian secara sistematis. Flowchart memvisualisasikan urutan langkah analisis dan hubungan
antar variabel, sehingga mempermudah pemahaman dan pelaksanaan analisis. Pelaporan hasil
penelitian berdasarkan kerangka analisis yang telah disusun merupakan tahap akhir dalam
metodologi penelitian, yang melibatkan ringkasan tujuan penelitian, metodologi, analisis data, dan
kesimpulan penelitian.
Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai metodologi studi pustaka dan studi pendahuluan yang
digunakan dalam penelitian. Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan gambaran penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, sementara studi pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
awal tentang lokasi penelitian yang akan dilakukan.
1. Studi Pustaka: Studi pustaka melibatkan pencarian, penelaahan, dan analisis terhadap literatur
yang relevan dengan topik penelitian. Langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam studi
pustaka meliputi:
c. Seleksi dan Penelaahan Literatur: Setelah literatur ditemukan, langkah selanjutnya adalah
menyeleksi dan menelaah literatur yang paling relevan dengan topik penelitian. Literatur
yang dipilih harus memiliki kualitas dan otoritas yang baik serta relevan dengan tujuan
penelitian.
Studi pustaka membantu peneliti untuk memahami kerangka teoritis yang relevan,
mengidentifikasi metode penelitian yang tepat, dan membangun landasan teoritis untuk penelitian
yang akan dilakukan.
2. Studi Pendahuluan: Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang
lokasi penelitian yang akan dilakukan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam studi
pendahuluan meliputi:
c. Observasi dan Wawancara Awal: Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang lokasi penelitian, dilakukan observasi langsung di lokasi dan wawancara dengan pihak
terkait. Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, lingkungan, dan aktivitas yang
terjadi di lokasi penelitian. Sementara itu, wawancara dilakukan dengan melakukan interaksi
langsung dengan individu atau kelompok yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang
lokasi tersebut, seperti penghuni, pengelola, atau ahli terkait.
d. Analisis Data Pendahuluan: Setelah observasi dan wawancara dilakukan, data yang
diperoleh perlu dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang lokasi penelitian. Analisis data pendahuluan dapat meliputi pengorganisasian data,
pengelompokan temuan, identifikasi permasalahan atau potensi yang relevan, dan
pengidentifikasian kebutuhan atau tantangan yang perlu diatasi dalam penelitian
selanjutnya.
Studi pendahuluan membantu peneliti dalam memahami konteks spesifik lokasi penelitian,
mengidentifikasi isu-isu yang relevan, dan memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan sesuai
dengan keadaan dan karakteristik lokasi tersebut. Hasil dari studi pendahuluan juga dapat membantu
dalam perencanaan metodologi penelitian yang lebih terarah dan efektif.
Bab metodologi studi pustaka dan studi pendahuluan merupakan langkah awal dalam proses
penelitian. Studi pustaka membantu peneliti dalam memahami kontribusi penelitian sebelumnya dan
membangun landasan teoritis yang kuat. Studi pendahuluan, di sisi lain, membantu peneliti untuk
memahami konteks spesifik lokasi penelitian dan mengidentifikasi isu-isu yang relevan. Kedua studi
ini memberikan landasan yang solid untuk merancang dan melaksanakan penelitian yang lebih
efektif dan relevan.
Setelah dilakukan analisis, lokasi yang paling sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian dapat
dipilih. Keputusan pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan yang matang dan
mempertimbangkan aspek-aspek penting yang telah disebutkan sebelumnya.
Pemilihan lokasi yang tepat adalah langkah penting dalam penelitian, terutama pada penelitian
yang fokusnya pada simpang. Melalui analisis dan pemilihan lokasi yang sistematis, peneliti dapat
memastikan bahwa lokasi yang dipilih memenuhi kriteria penelitian, relevan dengan tujuan
penelitian, dan memungkinkan peneliti untuk menjalankan penelitian dengan baik.
Bab ini akan menjelaskan metodologi yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
penelitian tentang data geometrik simpang dan survei volume lalu lintas. Pengumpulan data yang
akurat dan representatif sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang
simpang yang diteliti. Pada bab ini, akan dijelaskan tentang pengumpulan data geometrik simpang,
seperti lebar pendekat, tipe pendekat, median, dan lain-lain, serta survei volume lalu lintas.
1. Identifikasi Variabel dan Parameter: Langkah pertama dalam pengumpulan data adalah
mengidentifikasi variabel dan parameter yang akan diukur atau diamati. Pada penelitian ini,
variabel dan parameter yang relevan meliputi data geometrik simpang, seperti lebar pendekat,
tipe pendekat, median, lebar jalur, dan lain-lain. Selain itu, variabel volume lalu lintas juga
perlu diidentifikasi untuk survei volume lalu lintas.
b. Pengumpulan Data Sekunder: Selain survei lapangan, data geometrik simpang juga
dapat diperoleh dari sumber data sekunder, seperti peta jalan, dokumen perencanaan,
atau data yang tersedia dari instansi terkait. Data sekunder ini dapat memberikan
informasi tambahan atau melengkapi data yang diukur secara langsung di lapangan.
a. Metode Survei: Memilih metode survei yang sesuai untuk mengumpulkan data
volume lalu lintas. Metode yang umum digunakan meliputi penghitungan manual
dengan menggunakan penghitung kendaraan, penggunaan perangkat pengukuran
otomatis, atau penggunaan sensor kendaraan yang terpasang di jalan. Pemilihan
metode survei bergantung pada faktor seperti kebutuhan data, ketersediaan sumber
daya, dan tingkat akurasi yang diinginkan.
4. Validasi Data: Setelah pengumpulan data, perlu dilakukan validasi untuk memastikan keabsahan dan
kualitas data. Validasi data merupakan proses pengecekan dan verifikasi terhadap data yang telah
dikumpulkan untuk memastikan bahwa data tersebut akurat, konsisten, dan dapat dipercaya. Berikut
adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam validasi data:
c. Rekonsiliasi Data: Jika terdapat perbedaan antara data yang dikumpulkan dengan data
sekunder atau data yang telah dikumpulkan sebelumnya, perlu dilakukan rekonsiliasi
data. Hal ini dapat melibatkan analisis lebih lanjut, komunikasi dengan sumber data
lainnya, atau pemilihan data yang paling valid dan representatif.
f. Dokumentasi dan Pelabelan Data: Membuat dokumentasi yang lengkap dan rinci
mengenai proses pengumpulan data, termasuk informasi mengenai metode,
instrumen, lokasi, dan waktu pengumpulan. Selain itu, memberikan label atau kode
yang jelas pada setiap data untuk memudahkan pengolahan dan analisis data.
Validasi data merupakan langkah penting dalam proses penelitian untuk memastikan bahwa
data yang digunakan adalah data yang berkualitas dan dapat dipercaya. Dengan melakukan validasi
data, peneliti dapat meningkatkan keandalan dan validitas temuan penelitian serta mengurangi
potensi bias atau kesalahan dalam interpretasi data
SURVEY YANG DILAKUKAN :
Membuat gambar situasi simpang : (contoh)
Tipe Pendekat
Kendaraan
ABC D
LRSBKaBKiLRSBKaBKiLRSBKa LRS
BKi BKi BKa
KR KS SM
KTB
Formulir Perhitungan Kapasitas Simpang :
Foto dokumentasi penelitian