Anda di halaman 1dari 5

Cerita Legenda Roro Jonggrang

Dahulu, terdapat kerajaan bernama Prambanan yang dipimpin


oleh Prabu Baka. Ia memiliki putri bernama Roro Jonggrang.
Rakyat merasa sejahtera di bawah kerajaan tersebut.

Berbeda dengan Kerajaan Prambanan, Kerajaan Pengging


memiliki raja yang buruk. Ia suka berperang dan memperluas
wilayah kekuasaannya. Raja Pengging pun memiliki ksatria
bernama Bandung Bondowoso.

Tak hanya kuat, ia juga sakti. Suatu hari ia diperintahkan untuk


menaklukkan Kerajaan Prambanan. Usaha penaklukan pun
berhasil dilakukan. Raja Baka tewas, Kerajaan Prambanan pun
jatuh pada Kerajaan Pengging.

Tersisa Roro Jonggrang yang ternyata disukai oleh Bandung


Bondowoso. Usai kalah, ia malah dipinang oleh Bandung
Bondowoso untuk jadi pramaisurinya.

Roro Jonggrang sebenarnya tak mau menerima, tapi di sisi lain


kasihan dengan rakyat Kerajaan Prambanan. Alhasil, Roro
Jonggrang memberikan syarat untuk dibuatkan 1.000 candi dan 2
sumur dalam semalam. Ternyata, Bandung Bondowoso
menyanggupi. Dengan pasukannya, ia nyaris berhasil
membangun candi dalam semalam.

Tapi, ia gagal membangun ke-1.000 karena pasukannya mengira


hari sudah pagi usai mendengar bunyi ayam berkokok. Rupanya,
usaha Bandung digagalkan oleh Roro Jonggrang. Mengetahui
Roro Jonggrang yang mencuranginya, alhasil putri raja itu
akhirnya dikutuk menjadi candi yang ke-1.000.

Pesan moral yang bisa dipetik adalah tidak ada pencapaian yang
dapat diraih dengan instan. Semuanya butuh proses. Kemudian,
janganlah berbuat buruk, kelak keburukan akan berbalik menimpa
diri sendiri.
Legenda Timun Mas

Mbok Sirni adalah seorang janda yang menginginkan seorang


anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari, ia didatangi
oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat
apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan ke raksasa
itu untuk disantap.

Mbok Sirni pun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar


ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun
yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti
emas.

Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati.


Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama Timun
Emas. Semakin hari Timun Emas tumbuh menjadi gadis jelita.

Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji. Mbok Sirni


amat takut kehilangan Timun Emas. Ia pun mengulur janji agar
raksasa datang 2 tahun lagi karena semakin dewasa, semakin
enak untuk disantap, raksasa pun setuju.

Mbok Sirni semakin sayang pada Timun Emas. Setiap kali ia


teringat akan janinnya hatinya menjadi cemas dan sedih. Suatu
malam Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus
menemui petapa di Gunung Gundul dan akhirnya pergi di pagi
hari.

Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya


4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan
terasi sebagai penangkal. Sesampainya di rumah diberikannya 4
bungkusan tadi kepada Timun Emas, dan disuruhnya Timun
Emas berdoa.

Pagi hari datang, raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun
Emas disuruh keluar lewat pintu belakang untuk Mbok Sirni dan
raksasa pun mengejarnya. Timun Emas teringat akan
bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib,
hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.

Raksasa memakannya tetapi buah timun tersebut malah


menambah tenaga raksasa. Kemudian, Timun Mas menaburkan
jarum sampai sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang
sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah
raksasa terus mengejar. Timun Emas membuka bingkisan yang
berisi garam tersebut dan ditaburkannya.

Seketika hutan pun menjadi lautan luas. Dengan kesaktiannya


raksasa dapat melewati. Timun Emas kemudian menaburkan
terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih,
raksasa pun mati. Akhirnya, Timun Mas dan Mbok Sirni hidup
bahagia dengan damai.

Pesan moral dari cerita legenda ini adalah setiap perbuatan jahat
akan mendapat balasan dan ganjaran di kemudian hari. Jadi,
jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai