KORELASI SEDERHANA
DI SUSUN OLEH :
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan Rahmat-NYAlah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Analisis
Korelasi”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat untuk mengetahui
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Melalui kata pengantar ini kami minta maaf bila isi makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan terdapat banyak kekurangan yang kami buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat bagi banyak orang.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Contoh sebaran diagram di bawah ini menunjukkan adanya hubungan atau korelasi antara
dua variable, yaitu variable x dan y.
Keterangan:
a) Diagram sebaran yang menunjukkan korelasi linear positif.
b) Diagram sebaran yang menunjukkan korelasi linear negatif.
c) Diagram sebaran yang menunjukkan korelasi nol.
Contoh:
Suatu perusahaan mengadakan test masuk untuk calon karyawan. Dari peserta tersebut,
ternyata yang diterima sebagai karyawan hanya 10 orang saja, dengan nilai test masing-
masing adalah sebagai berikut:
63 67 61 72 70 60 74 64 69 75
Setelah mereka bekerja dalam waktu tertentu, tercatat nilai-nilai hasil kerja merekaa adalah:
230 235 220 270 245 225 260 240 250 265
Dari diagram sebaran di atas(dengan sumbu x dan y), didapat empat kuadran, yaitu:
Kuadran I, mempunyai harga x negatif dan y positif
Kuadran II, mempunyai harga x positif dan y positif
Kuadran III, mempunyai harga x positif dan y negatif
Kuadran IV, mempunyai harga x negatif dan y negatif
Dengan demikian pada kuadcran II dan IV mempunyai hasil perkalian antara x dan y yang
positif, sedangkan pada kuadran I dan III mempunyai hasil perkalian antara x dan y yang
negatif. Karena itu apabila sebagian besar data tersebar di kuadra II dan IV maka dikatakan
bahwa antara variable x dan y berkorelasi positif, tetapi jika sebagian besar data tersebar di
kuadran I dan II, maka dikatakan bahwa antara variable x dan y itu berkorelasi negatif, dan
jika data itu tersebar secara rambang di semua kuadran, maka dapat dikatakan bahwa variable
x dan y itu tidak berkorelasi. Jadi dari uraian di atas dapat dikatakan pula bahwa:
Korelasi positif bila xy > 0
Korelasi negatif bila xy < 0
Korelasi nol bila xy = 0
Namun demikian cara pengukuran itu kurang memadai dan untuk memperbaiki cara
pengukuran diatas maka koefisien korelasi (r) dihitung melalui koefisien penentuan
(Coeffisient of Determination) yang diberi notasi “r²”. Koefisien korelasi ini menentukan
berapa besar variasi y yang dapat dijelaskan oleh variasi x. Oleh karena itu r² merupakan ratio
antara variasi yang dapat dijelaskan oleh garis regresi dengan variasi total, sehingga r²
dirumuskan dengan:
2.2 UJI HIPOTESIS UNTUK ρ (rho)
Harga Koefisien Korelasi (r) yang telah diuraikan dimuka hanyalah merupakan harga r
taksiran dari koefisien korelasi populasinya (ρ = rho) karena data yang diambil hanyalah
suatu sample saja dan karena itu mungkin saja r itu bukan merupakan penaksir ρ yang dapat
diandalkan. Maka untuk mengetahui keterandalan r sebagai penaksir ρ, perlu dilakukan
pengujian dengan statistik “t”. Harga statistik untuk hipotesa ρ dihitung dengan rumus :
Sebagai contoh, kita akan menjuri ρ terhadap r yang telah dihitung di muka, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Ho : ρ (rho) = 0
Ha : ρ (rho) > 0 (dapat juga digunakan alternative yang lain)
2. Misal digunakan α = 0,05
dengan df = n – 1 – k = 8
ttab = 1,86
5. Tolak Ho karena th > ttab. Kesimpulannya bahwa ada korelasi positif
yang signifikan antara nilai test dengan nilai hasil kerja.
Disamping dengan cara diatas maka uji signifikansi koefisien korelasi
dapat pula dilakukan dengan menggunakan table harga kritik r product
moment. Dalam pengujian ρ dengan product moment ini biasanya c
“tidak ada korelasi antara variable x dan y”. Ho ditolak jika harga r dari
perhitungan sama dengan atau lebih besar dari harga kritik r dari tabel.
Dan Ho diterima jika harga r dari perhitungan lebih kecil dari harga kritik
r dari tabel.
Untuk menguji r dari hasil perhitungan diatas, maka terlebih dahulu kita
cari harga kritik r dalam tabel untuk n = 10 dengan taraf keyakinan
95%. Dari tabel harga kritik r product moment diperoleh harga kritik r =
0,632. Ternyata harga r hasil perhitungan = 0,93, lebih besar dari harga
kritik r = 0,632, maka Ho ditolak. Jadi harga r = 0,93 itu signifikan dan
disimpulkan ada korelasi positif antara nilai tes dengan nilai hasil kerja
secara meyakinkan.
Dari data diatas ditentukan koefisien korelasi antar jenjang untuk kelima salesman tersebut
diatas!
Penyelesaian:
Perhitungan korelasi antar jenjang dari nilai ujian (x) dan hasil penjualan (y) dari 5 orang
salesman adalah sebagai berikut:
Oleh karena Badu, Tono dan Tini mempunyai nilai ujian (variable x) yang sama dan jatuh
pada jenjang ke 2, 3, 4 maka angka jenjang nilai ujian (x) mereka masing-masing juga harus
sama, yaitu:
(2+3+4)/3=3
Sedangkan Badu dan Umar mempunyai angka hasil penjualan (variable y) yang sama dan
jatuh pada jenjang ke 1 dan 2 sehingga angka jenjang hasil penjualan (y) masing-masing
adalah:
(1+2)/2=1,5
Setelah diperoleh nilai d2 masing-masing salesman, maka harga koefisien korelasi antar
jenjang dapat dihitung:
Menurut Spearman besarnya harga kritik r pada n-5 dengan taraf signifikasi 5% atau taraf
keyakinan 95% adalah 1. Jadi karena harga r’ < rtab, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan (korelasi) yang meyakinkan antara nilai ujian dengan penjualan dari salesman.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Korelasi menyatakan derajat hubungan antara dua variabel tanpa memperhatikan variabel
mana yang menjadi peubah. Karena itu hubugan korelasi belum dapat dikatakan sebagai
hubungan sebab akibat. Sedangkan korelasi antar jenjang dimaksudkan untuk menentukan
ada tidaknya korelasi antar variabel pengaruh x dan variabel pengaruh y, jika variabel-
variabel itu disajikan dalam bentuk jenjang atau angka-angka ranking.
DAFTAR PUSTAKA
Sudiyanto. (1992). Statistik Perusahaan III. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press