Anda di halaman 1dari 1

Jakarta (23/3) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang

Puspayoga, menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk
aktif secara politik, agar tercipta kebijakan, program dan kegiatan pembangunan  yang lebih
responsif gender dan peduli anak untuk pembangunan yang lebih baik. “Saya berharap semakin
banyak perempuan yang dapat ikut berpartisipasi di lembaga legislatif, sehingga demokrasi di
Indonesia akan semakin sehat,” ujar Menteri PPPA, dalam acara Transformasi Sosial Pancasila
(Kesetaraan Gender dan Kebhinekaan) pada Selasa (22/3) secara virtual. 
Menteri PPPA menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase
keterwakilan perempuan di parlemen pada tahun 2015 hanya 17 persen, dan pada 2019
keterwakilan perempuan meningkat menjadi 21 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat,
provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan keterwakilan perempuan dalam politik
tertinggi yakni mencapai 58,8 persen. “Namun, masih ada beberapa daerah dengan tingkat
keterwakilan perempuan dalam politik masih di bawah 30 persen,” ungkap Menteri PPPA.
Menurut Menteri PPPA, rendahnya tingkat partisipasi politik perempuan dikarenakan antara lain oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan faktor internal, terdapat
kurangnya kapabilitas dan minat dari kader perempuan di bidang politik. Kemudian terdapat faktor
eksternal, yaitu kebijakan partai yang terkadang masih menganut budaya patriarki, sehingga
menyebabkan kurang berpihaknya kebijakan partai kepada perempuan dalam hal pencalonan
kadernya untuk maju dalam kontestasi politik.
Untuk meningkatkan tingkat partisipasi politik perempuan perlu adanya dukungan dari semua pihak.
Keterlibatan pemerintah, partai politik serta perempuan itu sendiri secara selaras akan mampu
meningkatkan tingkat partisipasi politik perempuan yang masih rendah,” ujar Menteri PPPA.
Sementara itu, Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA, Lenny N. Rosalin memaparkan
beberapa data, antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender
(IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), dan data perempuan dalam ketenagakerjaan. Pada
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), yang menilai sejauh mana peran perempuan di dunia politik,
pengambilan keputusan, dan ekonomi, hanya 5 provinsi yang angkanya menunjukkan di atas angka
nasional, yaitu Provinsi Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Tengah. Sedangkan, 29 provinsi lainnya masih di bawah angka nasional.
Kemudian, Lenny menambahkan secara spesifik untuk partisipasi perempuan di parlemen, hanya 9
provinsi yang angkanya di atas angka nasional, yaitu di atas 21 persen, sedangkan provinsi lainnya
masih di bawah angka nasional. “Ini yang perlu menjadi perhatian kita semua. Kita perlu
memberikan pendidikan politik secara lebih masif lagi kepada para perempuan, karena salah satu
indikator IDG ini adalah bagaimana partisipasi perempuan dalam politik,” ujar Lenny.
Lebih lanjut, Lenny menyatakan bahwa dalam menyikapi kesenjangan yang ada pada beberapa
data, dimana angka perempuan menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding laki-laki, maka
diperlukan adanya aksi afirmasi dan memperkuat koordinasi dan sinergi dengan dinas-dinas terkait
di daerah, agar dinas-dinas yang mempunyai tugas dan fungsi terkait dapat memberikan perhatian
dan target yang lebih berfokus pada perempuan. 
 

Anda mungkin juga menyukai