Rerume Materi 6 Akuntansi Manajemen Sektor Publik (Pengadaan Barang Dan Jasa Sektor Publik)
Konsep Barang dan Jasa
Secara sederhana, barang adalah produk yang berwujud fisik sementara jasa adalah produk yang tidak berwujud fisik. Barang bisa dikategorikan sebagai berikut : a. Barang Kebutuhan Sehari-Hari b. Barang Toko c. Barang Khusus d. Barang yang Tidak Dicari e. Barang Industri menurut Kotler (2002;486) jasa adalaah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Tjiptono (2008) menyatakan lima karakteristik pokok pada jasa yang membedakannya dengan barang. Kelima karakteristik itu antara lain a. Intangibility (tidak berwujud) Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. b. Insperability (tidak dapat dipisahkan) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. c. Variability (berubah-ubah) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. d. Perishability (kurangnya daya tahan) Perishability berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan bersifat konstan, kondisi ini tidak menjadi masalah, karena staf dan penyedia jasa bisa direncanakan untuk memenihi permintaan e. Lack of ownership Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas. Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Publik Mahmudi (2010;238) mengatakan ketentuan mengenai prosedur pengadaan barang dan (asset) milik negara atau daerah adalah sebagai berikut a. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh tim pengadaan barang milik negara atau daerah dan dikoordinasikan oleh fungsi perlengkapan yang bertujuan untuk tertib administrasi dan optimalisasi pendayagunaan serta tertib inventarisasi. b. Pengadaan barang dapat melalui pengadaan atau pemborong pekerjaan, swakelola, hibah atau sumbangan, sewa beli, pinjaman, dan guna usaha. c. Prosedur pengadaan barang dimulai dari perencanaan kebutuhan barang oleh masing-masing Kementrian/Lembaga/SKPD dan diakhiri dengan dilaksanakannya pengadaan barang yang dibutuhkan oleh panitia pengadaan barang. d. Pengadaan barang milik negara atau daerah harus mengikuti peraturan perundang- undangan tentang pengadaan barang dan jasa. Siklus Pengadaan Barang dan Jasa Publik Siklus atau tahapan pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan melalui tahapan perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan barang dan jasa, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. a. Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa b. Persiapan Pengadaan Barang dan Jasa c. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Teknik Pengadaan Barang dan Jasa Publik Teknik pengadaan barang dan jasa terdiri dari 6 tahapan, yakni sebagai berikut : a. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa b. Persiapan Pengadaan c. Persiapan Pemilihan d. Pelaksanaan Pemilihan e. Pelaksanaan Kontrak f. Serah Terima Hasil Pekerjaan Regulasi Terkait Pengadaan Barang dan Jasa Publik Sebagai salah satu implementasinya, pada pelaksanaan nya pengadaan barang dan jasa publik dikeluarkan Perpres No.4 Tahun 2015 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. Perpres tersebut seharusnya dilaksanakan sesuai dengan sejalan dengan amanat pasal 33 UUD 1945. Beberapa peraturan yang mendasari pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sebagai berikut a. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2010 (tentang jasa konstruksi) dan Peraturan Pemerintah 29 Tahun 2010 (tentang penyelenggaraan jasa konstruksi) merupakan peraturan jasa konstruksi yang mendasari pengadaan barang dan jasa b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengenai perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa penyelenggaraan keuangan Negara dilakukan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran negara harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara administrasi dan memberikan kontribusi dalam memakmurkan rakyat c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 mengenai pengelolaan barng milik negara atau daerah menjelaskan bahwa pengelolaan barang milik daerah dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, pengahapusan, pemindah tangan, penatausahaan, dan pembinaan. Menurut peraturan ini pula pengadaan barang dan jasa harus transparan, efektif, efisien, dan akuntabel d. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 merupakan penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Tujuan diberlakukannya peraturan tentang APBN/APBD dlakukan secara efektif, efisien, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskripminatif, dan akuntabel. Jika tujuan tercapai maka pemerinth akan diuntungkan dari sisi pengguna anggaran.