Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Made Dodik Gunawan

NIM : 2017051228

Kelas :6H

Rerume Materi 6 Akuntansi Manajemen Sektor Publik (Pengadaan Barang Dan Jasa Sektor
Publik)

 Konsep Barang dan Jasa


Secara sederhana, barang adalah produk yang berwujud fisik sementara jasa
adalah produk yang tidak berwujud fisik. Barang bisa dikategorikan sebagai berikut :
a. Barang Kebutuhan Sehari-Hari
b. Barang Toko
c. Barang Khusus
d. Barang yang Tidak Dicari
e. Barang Industri
menurut Kotler (2002;486) jasa adalaah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Tjiptono (2008) menyatakan lima karakteristik
pokok pada jasa yang membedakannya dengan barang. Kelima karakteristik itu antara lain
a. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau
benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(performance), atau usaha.
b. Insperability (tidak dapat dipisahkan)
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan
jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
c. Variability (berubah-ubah)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output,
artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan,
dan dimana jasa tersebut diproduksi.
d. Perishability (kurangnya daya tahan)
Perishability berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila
permintaan bersifat konstan, kondisi ini tidak menjadi masalah, karena staf dan
penyedia jasa bisa direncanakan untuk memenihi permintaan
e. Lack of ownership
Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan
manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau
menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya
memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas.
 Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Mahmudi (2010;238) mengatakan ketentuan mengenai prosedur pengadaan
barang dan (asset) milik negara atau daerah adalah sebagai berikut
a. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh tim pengadaan barang
milik negara atau daerah dan dikoordinasikan oleh fungsi perlengkapan yang
bertujuan untuk tertib administrasi dan optimalisasi pendayagunaan serta tertib
inventarisasi.
b. Pengadaan barang dapat melalui pengadaan atau pemborong pekerjaan, swakelola,
hibah atau sumbangan, sewa beli, pinjaman, dan guna usaha.
c. Prosedur pengadaan barang dimulai dari perencanaan kebutuhan barang oleh
masing-masing Kementrian/Lembaga/SKPD dan diakhiri dengan dilaksanakannya
pengadaan barang yang dibutuhkan oleh panitia pengadaan barang.
d. Pengadaan barang milik negara atau daerah harus mengikuti peraturan perundang-
undangan tentang pengadaan barang dan jasa.
 Siklus Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Siklus atau tahapan pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan melalui
tahapan perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan barang dan jasa, pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa.
a. Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa
b. Persiapan Pengadaan Barang dan Jasa
c. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
 Teknik Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Teknik pengadaan barang dan jasa terdiri dari 6 tahapan, yakni sebagai berikut :
a. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
b. Persiapan Pengadaan
c. Persiapan Pemilihan
d. Pelaksanaan Pemilihan
e. Pelaksanaan Kontrak
f. Serah Terima Hasil Pekerjaan
 Regulasi Terkait Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Sebagai salah satu implementasinya, pada pelaksanaan nya pengadaan barang dan
jasa publik dikeluarkan Perpres No.4 Tahun 2015 tentang pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Perpres tersebut seharusnya dilaksanakan sesuai dengan sejalan dengan
amanat pasal 33 UUD 1945. Beberapa peraturan yang mendasari pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa sebagai berikut
a. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2010 (tentang jasa konstruksi) dan Peraturan
Pemerintah 29 Tahun 2010 (tentang penyelenggaraan jasa konstruksi) merupakan
peraturan jasa konstruksi yang mendasari pengadaan barang dan jasa
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 mengenai perbendaharaan Negara
menjelaskan bahwa penyelenggaraan keuangan Negara dilakukan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengadaan
barang dan jasa yang menggunakan anggaran negara harus dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara administrasi dan memberikan kontribusi
dalam memakmurkan rakyat
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 mengenai pengelolaan barng milik
negara atau daerah menjelaskan bahwa pengelolaan barang milik daerah dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, pengahapusan, pemindah
tangan, penatausahaan, dan pembinaan. Menurut peraturan ini pula pengadaan
barang dan jasa harus transparan, efektif, efisien, dan akuntabel
d. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 merupakan penyempurnaan dari
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah. Tujuan diberlakukannya peraturan tentang APBN/APBD dlakukan
secara efektif, efisien, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskripminatif,
dan akuntabel. Jika tujuan tercapai maka pemerinth akan diuntungkan dari sisi
pengguna anggaran.

Anda mungkin juga menyukai