NIM : 044440188
• Menajemen aset
Dapat didenifisikan sebagai serangkaian jkeputusan untuk mengelola
kekayaan secara optimal,yaitu meminimalisasi biaya
kepemilikan,memaksimalisasi ketersediaan dan penggunaan aset
melalui proses perencanaan
kebutuhan,pengadaan,inventarisasi,kepemilikam/legal
audit,penilaian,pengoperasian,pemiliharaan,penghapusan,peremajaan,
pengalihan,serta pengawasanaset untuk mendukung tujuan
organisasidalam melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan
ramah lingkungan.
Sedangkan
• Menajemen Logistic
Serangkaian keputusan untuk mengelola barang secara optimal mulai
dari perencanaa kebutuhan,pengadaan atau
pengumpulan,pemindahan,penyimpanan,hingga penyampaian
ditribusi barang kepada pelanggan.
Campbell (2011) berpendapat bahwa tahapan dalam siklus hidup aset dimulai dari
strategi (strategy), perencanaan (plan), evaluasi rencana/ membuat rancangan
(evaluate/design), pengadaan (create/procure), pengoperasian (operate),
pemeliharaan (maintain), pengembangan (modify), dan penghapusan (dispose).
Semua rangkaian siklus tersebut didukung dan dijalankan dengan manajemen
keuangan yang baik sebagai pengaturan terhadap biaya-biaya yang timbul akibat
adanya siklus hidup aset (life cycle cost of asset) dan terintegrasi oleh suatu
teknologi dan membentuk suatu sistem (asset management information system).
Ini merupakan langkah awal dan paling strategis dalam proses manajemen aset.
Perencanaan kebutuhan aset harus dapat memberikan informasi mengenai tingkat
kebutuhan perusahaan atas aset tetap (fixed asset) yang akan dikelola, baik
pengelolaan jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan perencanaan ini,
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan dan menekan risiko kerugian
perusahaan di masa depan.
2. Pengadaan Aset
Tahap selanjutnya dalam siklus adalah pengadaan aset, yaitu serangkaian kegiatan
untuk mendapatkan aset yang dilakukan baik oleh pihak internal perusahaan
maupun oleh pihak luar yang ditunjuk sebagai penyedia aset bersangkutan.
3. Inventarisasi Aset
Pada tahap ini, perusahaan melakukan pendataan dan pencatatan aset berwujud
maupun tidak berwujud dengan memberikan kode aset dan menuliskan keterangan
mengenai suatu aset, seperti lokasi aset, luas aset, harga perolehan aset,
peruntukan aset, bukti kepemilikan aset, identitas penanggung jawab, dan
spesifikasi aset. Selanjutnya, hasil data tersebut dilaporkan dan didokumentasikan
pada suatu waktu tertentu untuk memperoleh data seluruh aset yang dimiliki.
Dikenal juga dengan istilah uji tuntas hukum, ini merupakan tahap audit atau
pemeriksaan mengenai status kepemilikan aset, sistem dan prosedur pengadaan,
sistem dan alur pengalihan, serta mencari jika ada masalah hukum terkait aset dan
menemukan solusi yang tepat.
6. Penilaian Aset
Perusahaan menentukan nilai asetnya untuk mengetahui dengan jelas nilai
kekayaan yang dimiliki, yang dialihkan maupun yang dihapuskan.
Jika suatu aset tidak dapat dapat dimanfaatkan lagi, perusahaan akan memutuskan
untuk menghapuskan aset dengan cara mengalihkannya atau memusnahkannya.
Pengalihan aset adalah pemindahan hak dan/atau tanggung jawab dan wewenang
aset pada divisi lain. Sedangkan pemusnahan aset adalah penghancuran aset untuk
mengurangi aset yang dimiliki.
8. Pembaruan Aset
Pada sebagian aset yang dinilai tidak dapat bekerja dengan optimal, masih dapat
diperbarui sehingga tetap dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Karena itu,
perusahaan melakukan proses pembaruan atau peremajaan aset sehingga dapat
kembali bekerja secara optimal.
Cara Pengadaan barang/jasa pada PBJP secara garis besar dibagi menjadi dua
kelompok yaitu melalui swakelola dan melalui pemilihan penyedia. Swakelola
adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lain, organisasi kemasyarakatan atau kelompok masyarakat.
Pemilihan Penyedia
APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menindaklanjuti pengaduan
sesuai kewenangannya.
Pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah merupakan salah satu
alat untuk menggerakkan roda perekonomian, oleh karenanya penyerapan
anggaran melalui pengadaan barang dan jasa ini menjadi sangat penting. Namun,
tidak kalah penting dari itu adalah urgensi pelaksanaan pengadaan yang efektif dan
efisien serta ekonomis untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan
anggaran. Telah banyak sorotan diarahkan pada berbagai masalah di seputar
pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah, antara lain karena
banyaknya penyimpangan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya. Upaya pemberantasan korupsi khususnya di bidang ini hanya akan
efektif jika diikuti dengan pencegahan dan upaya deteksi dini penyimpangan.
Masalah timbul ketika sementara pihak mengkaitkan upaya pemberantasan korupsi
dengan keengganan aparat birokrasi untuk menjadi pimpinan proyek pengadaan
barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah – bahkan ada yang menyebutnya
negative deterrent effect dari upaya pemberantasan korupsi
Dalam hal aset publik yang sah atau legal, kepemilikan yang jelas (legal
audit) dapat menimbulkan kepastian hukum atas harta kekayaan (aset) tersebut.
Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari perselisihan atau sengketa dan
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan ingin
mengelola aset pemerintah daerah tersebut.
Legal audit, atau secara umum dikenal dengan legal due diligence (LDD) adalah
aktivitas penasihat hukum untuk menyelidiki secara cermat suatu perusahaan atau
subjek transaksi dari perspektif hukum, tergantung pada tujuan transaksi. Audit
hukum melakukan penilaian terhadap tingkat keamanan suatu perusahaan
dan memperoleh informasi atau fakta penting yang dapat menjelaskan keadaan
atau objek transaksi suatu perusahaan, terutama yang berkaitan dengan aspek
risiko hukum yang dapat membahayakan aset perusahaan. Tinjauan hukum ini
menjadi dasar bagi nasabah untuk mengambil keputusan tentang langkah
selanjutnya terkait transaksi tersebut. Uji tuntas umumnya dilakukan dengan
1. Menyelidiki dokumen
2. Menghadiri pertemuan tinjauan dengan manajemen perusahaan dan
pemangku kepentingan lainnya
3. Mencari informasi yang tersedia untuk umum.
Pemahaman terhadap legal drafting dapat mengarah pada perjanjian dan kontrak
kerjasama dengan praktisi hukum dan pihak lain di berbagai disiplin ilmu dan
institusi, karena masih banyak orang yang belum memahami bagaimana menyusun
rancangan undang-undang dengan benar dan sah. Profesional hukum sering
menghadapi situasi di mana mereka harus mengembangkan struktur hukum untuk
kepentingan hukum mereka sendiri, klien mereka, atau institusi. Penyusunan RUU
ini harus memperhatikan teori, prinsip, aturan, dan norma, standar, dan praktik
hukum yang berlaku umum yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ini
memungkinkan Anda untuk melindungi secara hukum keabsahan produk
pengeditan hukum yang disepakati dan kepentingan hukum pihak yang membuat
pengeditan hukum.