Anda di halaman 1dari 6

1. a.

Apa perbedaan manajemen aset dengan manajemen logistik


Manajemen aset adalah kegiatan pengelolaan aset milik individu, organisasi,
ataupun perusahaan secara lebih efektif untuk mencapai suatu tujuan. Lebih dari
itu, keberadaan manajemen aset juga dianggap sebagai salah satu cara dalam
meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan Manajemen logistik adalah
suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses, mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan
serta penghapusan material/alat-alat.

b. Jelaskan tahapan pengelolaan aset


- Perencanaan Kebutuhan Aset
Tahap pertama adalah merencanakan kebutuhan aset perusahaan serta
membuat rencana pengelolaanya baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Hal ini termasuk kebutuhan pengadaan, perawatan, inventarisasi, dan lainnya.
Proses ini bertujuan agar perusahaan dapat meminimalisir kerugian serta
meningkatkan keuntungan.
- Pengadaan Aset
Selanjutnya, perusahaan melakukan pengadaan aset dengan membeli barang
atau jasa sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dilakukan sendiri atau menggunakan
pihak lain untuk menyediakan aset tersebut.
- Inventarisasi
Dalam tahapan ini, perusahaan melakukan proses inventariasi seperti
pencatatan dan pengecekan kualitas dan kuantitas aset. Perlu diperhatikan
juga apakah aset tersebut memiliki kondisi yang baik secara fisik/non fisik
maupun secara yuridis/legal. Setiap aset didokumentasikan dan diberi kode
tertentu untuk keperluan pengelolaan.
- Legal Audit
Tahapan selanjutnya dalam manajemen aset adalah legal audit atau uji tuntas
hukum. Hal ini bertujuan untuk memeriksa status kepemilikan, prosedur
pengadaan, sistem dan alur pengalihan aset serta mencari solusi jika aset
terjerat masalah hukum.
- Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pada tahap ini setiap aset yang dimiliki digunakan untuk melakukan tugas
dan pekerjaan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai tujuan perusahaan
dan melakukan pemeliharaan agar dapat digunakan dalam jangka panjang .
- Penilaian
Pada tahap ini perusahaan menentukan nilai aset yang dimiliki sehingga dapat
mengetahui secara rinci nilai kekayaan yang dimiliki dan histori aset yang telah
dialihkan maupun yang dihapuskan.
- Penghapusan
Jenis aset yang dianggap tidak menguntungkan akan dihapus dimana proses
ini pun dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
 Pengalihan aset, yaitu pemindahan hak dan/atau tanggungjawab,
wewenang, dan pemanfaatan suatu unit kerja ke unit kerja yang lainnya
dalam lingkungan sendiri. Misalnya penyertaan modal, hibah, dan lainnya.
 Pemusnahan aset, yaitu tindakan memusnahkan atau menghancurkan aset
untuk mengurangi aset karena dianggap tidak dapat dimanfaatkan lagi.
- Pembaharuan Aset
Setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu, nilai atau fungsi aset dapat
mengalami penyusutan. Aset yang dianggap tidak produktif bisa diperbaharui
sehingga dapat dimanfaatkan lagi sampai umur ekonomisnya berakhir.
Pembaharuan atau peremajaan tersebut dilakukan dalam bentuk perbaikan
atau penggantian suku cadang sehingga aset dapat bekerja seperti kondisi
semula.

2. a. Jelaskan ada berapa cara pengadaan barang dan jasa pemerintah


Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) dengan cara swakelola;
2) dengan cara melalui penyedia barang/jasa.
Pengadaan dengan cara swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan / atau diawasi sendiri oleh
Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Institusi (K/L/D/I) sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
Pengadaan dengan cara melalui penyedia barang/jasa adalah pengadaan
barang/jasa yang dikerjakan oleh pihak ketiga. Pada umumnya pihak ketiga
sebagai penyedia barang/jasa pemerintah adalah pemborong/rekanan berbentuk
badan usaha seperti perseroan, PT, CV, Firma, dan Koperasi.
Menurut pasal 1 Perpres nomor 70 tahun 2012 yang dimaksud penyedia
barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Ketentuan tersebut
memasukkan semua pihak, baik perorangan maupun badan usaha, yang
pekerjaannya menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa
lainnya sebagai penyedia barang/jasa. Dengan demikian penyedia barang/jasa
pemerintah tidak harus berbentuk badan usaha seperti perseroan, PT, CV, Firma,
Koperasi dan sebagainya, tetapi juga dapat berbentuk penyedia perseorangan
seperti konsultan perseorangan, penasihat hukum, buruh, toko, warung, outlet, dan
ssebagainya. Pengadaan barang/jasa melalui penyedia dilaksanakan dengan
mengutamakan prinsip bersaing yaitu dengan cara melakukan pemilihan penyedia
melalui proses pelelangan/seleksi. Penyedia yang ditunjuk untuk melaksanakan
pengadaan adalah penyedia yang bersedia menerima pembayaran harga paling
murah di antara penyedia yang menawarkan barang/jasa dengan kualitas yang
telah ditentukan. Dalam hal pemilihan penyedia dilakukan tidak dengan cara
lelang, seperti pembelian langsung di toko atau outlet, maka pihak yang
melakukan pembelian harus berupaya untuk mendapatkan toko atau outlet yang
menjual dengan harga paling murah.

b. Bagaimana pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, apakah sudah


efektif atau justru banyak menimbulkan perilaku negatif (sertakan dengan data-
data)
Pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah merupakan salah satu
alat untuk menggerakkan roda perekonomian, oleh karenanya penyerapan
anggaran melalui pengadaan barang dan jasa ini menjadi sangat penting. Namun,
tidak kalah penting dari itu adalah urgensi pelaksanaan pengadaan yang efektif
dan efisien serta ekonomis untuk mendapatkan manfaat maksimal dari
penggunaan anggaran. Telah banyak sorotan diarahkan pada berbagai masalah di
seputar pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah, antara lain
karena banyaknya penyimpangan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya. Upaya pemberantasan korupsi khususnya di bidang ini hanya
akan efektif jika diikuti dengan pencegahan dan upaya deteksi dini penyimpangan.
Masalah timbul ketika sementara pihak mengkaitkan upaya pemberantasan
korupsi dengan keengganan aparat birokrasi untuk menjadi pimpinan proyek
pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah bahkan ada yang
menyebutnya negative deterrent effect dari upaya pemberantasan korupsi.
Selama ini penunjukan Panitia Pengadaan dan Pimpinan Proyek tidak dilakukan
atas dasar pertimbangan profesionalisme dan integritas, tetapi lebih didasarkan
pada kedekatan-kedekatan tertentu, hubungan kekeluargaan antara Pimpinan
lembaga dengan pegawai yang bersangkutan, dan/atau kesanggupan dari pegawai
yang bersangkutan untuk memenuhi beban-beban yang diberikan kepadanya
sebagai Pimpinan Proyek atau Panitia Pengadaan Barang/Jasa.
Korupsi yang terjadi pada pengadaan barang dan jasa yang selama ini kita lakukan
adalah :
a. pengadaan barang/jasa tidak sungguh dibutuhkan karena dijinjing dan
dititipkan dari ”atas”, bukan direncanakan berdasarkan kebutuhan yang nyata.
b. Spek barang dan jasa serta Harga Perkiraan Sendiri yang seharusnya dibuat
Panitia Pengadaan sesungguhnya adalah spek yang diatur dan harga yang
ditetapkan oleh orang lain, disinilah mark up dan kadang-kadang mark down
dilakukan karena semua sudah diatur orang lain termasuk spek dan harga
pembanding.
c. Lelang yang seharusnya fair, terbuka dan berdasarkan kompetensi, nyatanya
hanya proforma, arisan bahkan pesertanya sudah diatur.
d. Kick back. Dari penyedia barang kepada sponsor ini menyebabkan harga
menjadi naik.
e. Setoran. Sejumlah persen yang harus disetor oleh Panitia Pengadaan dan
Pimpro kepada atasan, dengan dalih untuk belanja organisasi.
Ada kendala yang menyebabkan masih rendahnya daya serap APBN, antara lain
terkait dengan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah sebagaimana diatur
dalam Keppres nomor 80 tahun 2003 yang memerlukan waktu cukup lama dari
pengumuman pengadaan hingga ke pengumuman pemenang dan implementasi.
Penyerapan anggaran oleh setiap departemen sebagai berikut :
• menunjukkan adanya kelemahan dalam hal perencanaan;
• pelaksana, penguna anggaran, dan penerbit surat perintah membayar lebih
berhati-hati, atau
• pegawai yang ditunjuk untuk melaksanakan proyek menolak karena beban
yang terlalu berat dan tidak berkompeten untuk melakukan pengadaan.

3. Apa manfaat mapping aset daerah?


Jawaban :
Manfaat pemetaan aset adalah mengelola aset yang dimiliki oleh suatu instansi atau
organisasi. Mapping aset di daerah saat ini sudah sangat bagus, ini dapat dlihat
dengan adanya penggunaan teknologi dalam pemetaaan aset daerah dengan
menggunakan Sistem Pemetaan Aset Daerah (SIMPAD).
Aset/Barang Milik Daerah tersebar pada seluruh Dinas / Instansi / Badan / Kantor /
Unit Kerja Daerah Kabupaten serta tersebar pada daerah dalam Kabupaten/Kota yang
terdiri dari bermacam-macam jenis aset. Dengan demikian kalau kita tidak
mempunyai cara untuk memonitor semua aset tersebut tentu semua pekerjaan dalam
mengoptimalkan aset daerah akan mengalami kesulitan yang sangat besar. Untuk itu
kita berusaha bagaimana caranya sehingga kita dengan mudah dan cepat dapat
mengetahui kondisi tentang suatu aset daerah, dimana lokasinya walaupun kita sudah
mengetahui Kode Lokasi tapi itu baru terbatas pada lokasi dari Dinas/Instansi tempat
aset berada tapi belum mengetahui dengan jelas tempat (site) dari aset berada, serta
bagaimana kondisinya saat ini. Mapping yang kita maksud disini bukanlah terjemahan
lurus dari bahasa asing yang berarti pemetaan tetapi mempunyai maksud sebetulnya
lebih dari itu yaitu;
1. Untuk merekap aset tersebut didalam file berdasarkan bidang barang dan
mempunyai data sesuai yang diingini dan lengkap (Kode Lokasi).
2. Untuk memetakan lokasi dimana letak aset itu berada khususnya untuk aset tetap
berupa tanah dan/atau bangunan.
Berdasarkan kepada keinginan inilah kita ingin aset daerah untuk dimapping dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Memudahkan mengetahui pada Dinas/Instansi mana aset itu berada
2. Memudahkan mengetahui lokasi (site) dari aset berada.
3. Memudahkan mengetahui segala sesuatu tentang setiap aset tersebut. Dengan
tercapainya tujuan mapping aset daerah yaitu kita akan dapat mengetahui secara
detail, cepat serta mudah untuk aset daerah akan memudahkan kita dalam bekerja
selanjutnya tentang aset daerah ini.
Untuk tercapainya tujuan mapping aset daerah ini kita melihat kepada maksud dari
mapping itu sendiri, melihat kepada kedudukan dari aset itu yaitu :
1. Dilihat dari segi Pengguna Aset/BMD tersebut yaitu Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah, ini dapat dilihat dari Kode Lokasi barang,
2. Dilihat dari segi Pengelola Aset/BMD itu sendiri sebagai Pusat Informasi Barang
(PIB) yaitu Sekretaris Daerah

4. Bagaimana pelaksanaan mapping aset daerah saat ini?


Informasi mengenai aset darah yang dimiliki pemerintah daerah harusnya tidak
hanya dapat dimanfaatkan oleh Badan Keuangan Daerah (BKD) saja, melainkan
dapat dimanfaatkan juga oleh Sekretaris Daerah serta Anggota Dewan sesuai
dengan kebutuhannya. Namun bila informasi tersebut hanya dituangkan dalam
bentuk peta konvensional saja maka akan terasa tidak efisien dalam hal
manajemen waktu dan biaya karena peta konvensional tidak mampu memberikan
informasi secara lengkap dan paling baru mengenai lokasi aset daerah. Oleh karena
itu dibutuhkan sebuah sistem yang mampu mengatasi masalah – masalah ini
yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem informasi geografis dibangun dengan
tujuan dapat memenuhi keperluan informasi yang cepat, lengkap dan tepat
sehingga dapat mempermudah pemerintah daerah dalam pengelolaan aset
yang dimilikinya. SIG ini dapat memberikan data-data berupa data spasial
beserta dengan atribut-atributnya dalam bentuk geografis yang ditampilkan
dalam peta digital dengan bantuan Google MAPS API (Application Programming
Interface) dari Google yang mampu memetakan aset-aset daerah beserta rute
untuk menuju ke aset tersebut, sehingga informasi yang diperoleh menjadi dinamis
dan lebih menarik serta lebih mudah untuk dipahami.
Dalam merancang sebuah sistem diperlukan pembatasan masalah, hal ini bertujuan
untuk mengetahui ruang lingkup permasalahan yang ada sehingga pembuatan
sistem informasi geografis menjadi lebih mudah.
5. Mengapa legal audit diperlukan dalam aset public?
Legal Audit adalah kegiatan pemeriksaan secara menyeluruh, detail, dan seksama dari
segi hukum yang dilakukan oleh Konsultan Hukum terhadap perusahaan.
Dalam pemeriksaannya, berguna untuk memperoleh informasi dan fakta keadaan
perusahaan. Yang dimaksud dengan keadaan perusahaan disini adalah apakah
perusahaan tersebut “sehat” secara hukum atau mengalami masalah.
Legal Audit memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhannya.
Berikut tujuan umumnya:
 Memperoleh status hukum yang jelas terhadap perusahaannya. Hal ini karena
adanya dokumen laporan yang diaudit sehingga bisa mengetahui apakah
perusahaan tersebut memiliki status hukum yang jelas atau tidak.
 Mengetahui legalitas perusahaan/badan hukum/badan usaha. Jika perusahaan
setelah diperiksa sudah memenuhi syarat hukum dan legal maka ini akan
memudahkan perkembangan bisnis Anda.
 Memberikan pandangan hukum dalam suatu kebijakan yang diterapkan di
perusahaan. Setelah dilakukan audit pihak konsultan bisa memberikan masukan
dan kepastian hukum untuk mengatasi masalah kebijakan perusahaan yang kurang
tepat.
Dengan dilakukan Legal Audit, maka status penguasaan dan bukti legal terhadap aset
menjadi jelas. Hal ini akan menghindari risiko permasalahan terkait dengan aset di
kemudian hari. Aset yang dilindungi dalam Legal Audit tidak hanya berasal dari aset
perusahaan tetapi juga dari aset publik. Adapun aset publik adalah aset yang dimiliki
oleh negara, contohnya adalah aset daerah. Aset daerah perlu dikelola dengan baik
agar efisien dan efektif dalam perencanaan dan pendistribusiannya.
Alasan mengapa kegiatan audit diperlukan dalam aset publik agar bisa membawa
pemerintah pusat dan daerah untuk lebih waspada dan peka melengkapi dokumen dan
bukti kepemilikan aset-aset publik.
Dengan demikian, aset-aset yang digunakan oleh publik berada dalam pengawasan
dari pemerintah. Ini akan berguna untuk melindungi aset dan menghindari adanya
risiko dari pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin menguasai aset publik.
Pemerintah perlu melakukan Legal Audit untuk keabsahan kepemilikan lengkap dan
mengurangi adanya perselisihan aset dengan pihak lain terkait dokumen kepemilikan
menjadi semakin berkurang.

6. Jelaskan objek dan dokumen apa saja yang akan diaudit?


Dalam pelaksanaan audit, auditor memerlukan dokumen seperti: bukti transaksi, buku
besar, laporan keuangan tahun berjalan, laporan auditor independen tahun lalu, dan
surat konfirmasi utang. Pada akhir pelaksanaan audit, auditor akan memberikan opini
atas kewajaran laporan keuangan perusahaan tersebut.
Biasanya setiap perusahaan perlu melakukan audit atas catatan keuangan mereka
untuk memastikan integritas dan akurasinya.
Audit Sistem Informasi
 keamanan informasi dan privasi.
 efektivitas dan efisiensi operasional.
 integritas data dan informasi.
 standar pengembangan sistem.
 pengendalian internal dan desain sistem
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari : 1. Jurnal, buku besar, dan
buku pembantu, memorial, dan catatan tidak resmi (daftar lembar kerja yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi).

Anda mungkin juga menyukai