Anda di halaman 1dari 111

MODUL 1

Ada 3 macam komponen (segmen) Supply Chain1) yaitu Rantai Pasok


Hulu (Upstream Supply Chain), Rantai Pasok Internal (Internal Supply
Chain) Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain)
Rantai pasok Hulu (Upstream Supply Chain) Aktivitas yang utama
adalah proses perencanaan, serta pencarian pemasok dan pengadaan
barang/jasa
Rantai Pasok Internal (Internal Supply Chain) Perhatian yang utama
adalah manajemen produksi, penyimpanan dan pengendalian
persediaan, serta manajemen pengendalian mutu
Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain) Perhatian diarahkan
pada proses transportasi, distribusi, serah terima, dan layanan purna jual.
Maka dapat disimpulkan bahwa urut-urutan proses SCM adalah
perencanaan (planning), pengadaan (sourcing/procurement), konversi
atau produksi (conversion/making), dan pengiriman/distribusi
(delivery).
Make (Pembuatan/ Produksi) Proses untuk mentransformasi bahan
baku/komponen menjadi barang atau produk yang akan digunakan oleh
pengguna akhir. Bentuk transformasi dapat berupa proses:
1) Menghasilkan suatu output produk terkait proses penelitian atau kerja
operasional.
2) Melakukan kegiatan produksi termasuk penjadwalan produksi,
melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi,
memelihara fasilitas produksi, dll. 3) Aktivitas menggunakan dan
memanfaatkan barang/jasa yang berbentuk aset atau barang habis
pakai dalam kegiatan administrasi dan operasional pelayanan (baik
swasta maupun publik), seperti peralatan medis di rumah sakit,
kendaraan operasional, mesin fotokopi, alat telekomunikasi, dll
Ada 5 aspek agar manajemen rantai pasok suatu perusahan berjalan
dengan baik, yaitu:
1) Reliability (handal) Barang yang diproduksi sampai ke tangan
konsumen harus berkualitas sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan
konsumen. Reliability atau kehandalan juga berarti kemampuan unyuk
mengirimkan barang ke konsumen secara tepat waktu. Janji 2 minggu
harus ditepati 2 minggu.
2) Responsiveness (kecepatan) Kecepatan memenuhi permintaan
pelanggan dengan lebih cepat. Kalau tahun yang lalu siklus waktu
pemesanan 2 hari, maka sekarang harusnya bisa kurang dari 2 hari.
3) Agility (fleksibel dan adatif) Permintaan bisa naik dan bisa turun dan
itu pun bisa mendadak. Pertanyaannya apakah perusahaan bisa mampu
untuk menyesuaikan diri namun tetap bisa berkelanjutan secara bisnis.
Ini sangat penting sebab ada perusahaan yang menaikturunkan kapasitas
produksi sangat sulit, tapi juga ada yang yang sangat
4) Efficiency Manajemen rantai pasok yang bagus juga dicirikan oleh
proses effisiensi. Proses pembelian material, proses produksi, proses
pengiriman sedapat mungkin dibuat rendah. Untuk menunjang daya saing
harga dipasar, maka harus efisien disepanjang rantai pasok.
5) Asset productivity Manajemen rantai pasok adalah mengelola asset.
Ada pabrik, ada mesin produksi yang ada, ada bangunan, ada forklift yang
mungkin ada di gudang, kapal, truk dan alat transportasi yang lain. Ini
yang dinamakan asset. Persoalannya bagaimana bisa mendapatkan
revenu atau penghasilan yang lebih besar dengan aset yang lebih kecil.
Ini juga merupakan hal penting supaya aset perusahaan produktif
menghasilkan revenue.
Sektor Nirlaba Suatu organisasi yang didirikan untuk tujuan memberikan
dukungan, menyediakan kebutuhan, membantu pemerintah, dan
memberikan kontribusi bagi sesama di ruang publik tanpa bermaksud
memperoleh keuntungan finansial (non-profit) secara langsung dari
kegiatan tersebut. Secara umum sektor nirlaba terbagi atas:
1) Lembaga pendidikan: pendidikan formal dan pendidikan informal
2) Lembaga sosial kemanusiaan: lembaga sosial keagamaan, lembaga
sosial kesehatan, lembaga bantuan sosial kemasyarakatan, lembaga
sosial korporasi 3) Lembaga swadaya masyarakat: organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga kajian masyarakat 4)
Lembaga bantuan internasional: palang merah internasional, lembaga
dan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga bantuan sosial
internasiona

Sektor Pemerintah
\Kegiatan birokrasi yang dijalankan oleh suatu sistem ketatanegaraan
dalam suatu negara dengan tujuan menjalankan roda pemerintahan dan
sekaligus melayani masyarakat di negara tersebut. Secara umum sektor
layanan pemerintah dilaksanakan oleh Kementerian, Lembaga, dan
Pemerintah Daerah.
MODUL 2
Jenis Pengadaan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
a. Barang, yakni setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang
b. Pekerjaan Konstruksi, yakni keseluruhan atau sebagian kegiatan
yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan
c. Jasa Konsultansi, yakni jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan
adanya olah pikir (brainware)
d. Jasa Lainnya, yakni jasa non konsultansi atau jasa yang
membutuhkan peralatan, metodologi khusus dan/atau keterampilan
(skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia
usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaa

Cara Pengadaan Cara Pengadaan Barang/Jasa pada PBJP secara garis


besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Swakelola, yakni cara memperoleh Barang/Jasa yang dikerjakan
sendiri oleh K/L/PD Pengguna Anggaran, K/L/PD lain pelaksana
Swakelola, Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat;
b. Penyedia, yakni cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh
Pelaku Usaha berdasarkan kontrak

Tujuan PBJP
1. Menghasilkan Barang/Jasa yang Tepat dari Setiap Uang yang
Dibelanjakan, Diukur dari Aspek Kualitas, Kuantitas, Waktu, Biaya,
Lokasi, dan Penyedia
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri
3. Meningkatkan Peran Serta Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi.
4. Meningkatkan Peran Pelaku Usaha Nasional
5. Mendukung Pelaksanaan Penelitian dan Pemanfaatan Barang/Jasa
Hasil Penelitian
6. Meningkatkan Keikutsertaan Industri Kreatif
7. Pemerataan ekonomi dan memberikan perluasan kesempatan
berusaha
8. Meningkatkan Pengadaan Berkelanjutan
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi

1. Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa


2. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Lebih Transparan,
Terbuka, dan Kompetitif
3. Memperkuat Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Barang/Jasa
4. Mengembangkan e-Marketplace Pengadaan Barang/Jasa
5. Menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi dan Transaksi
Elektronik
6. Mendorong Penggunaan Barang/Jasa dalam Negeri dan Standar
Nasional Indonesia (SNI)
7. Memberikan Kesempatan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Tujuan PBJP dalam rangka meningkatkan meningkatkan peran serta
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi
8. Mendorong Pelaksanaan Penelitian dan Industri Kreatif
9. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Berkelanjutan

Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip sebagai berikut


1. Efisien
2. Efektif
3. Transparan
4. Terbuka
5. Bersaing
6. Adil
7. Akuntabel

Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa harus


mematuhi etika sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa;
2. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan
informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah
penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
yang berakibat persaingan usaha tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan
pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan
Barang/Jasa
6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan
negara;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi;
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja
dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan
dengan Pengadaan Barang/Jasa

Pengguna Anggaran (PA)


Tugas dan Kewenangan PA adalah:
a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja;
b. Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang
ditetapkan;
c. Menetapkan perencanaan pengadaaan;
d. Menetapkan dan mengumumkan RUP;
e. Melaksanakan konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
f. Menetapkan penunjukkan langsung untuk tender/seleksi ulang gagal;
g. Menetapkan pengenaan Sanksi Daftar Hitam;
h. Menetapkan PPK;
i. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
j. Menetapkan Penyelenggara Swakelola;
k. Menetapkan tim teknis yang dibentuk dari unsur
Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah untuk membantu,
memberikan masukan, dan melaksanakan tugas tertentu terhadap
sebagian atau seluruh tahapan Pengadaan Barang/Jasa;
l. Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui
Sayembara/Kontes;
m. Menyatakan Tender/Seleksi gagal dalam hal terjadi KKN yang
melibatkan Pokja Pemilihan/PPK;
n. Menetapkan pemenang pemilihan atau calon Penyedia untuk metode
pemilihan.
1) Tender/Penunjukan Langsung/E-Purchasing untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp.100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah); atau
2) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). PA untuk
pengelolaan APBN dapat melimpahkan kewenangan kepada
KPA sesuai dengan peraturan perundang undangan. PA untuk
pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan poin a
sampai poin g kepada KPA. (Pasal 9 Perpres No. 12 Tahun 2021)

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Tugas dan Kewenangan KPA adalah:
a. Melaksanakan pendelegasian sesuai pelimpahan dari PA;
b. Menjawab sanggah banding peserta tender pekerjaan konstruksi;
c. Dapat mendelegasikan kewenangan kepada PPK yang terkait
dengan;
1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja; dan/atau
2) Mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan
d. Dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa;
e. Dalam hal tidak ada personil yang dapat ditunjuk sebagai PPK, KPA
dapat merangkap sebagai PPK

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Tugas PPK antara lain:
a. Menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
c. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;
e. menetapkan HPS;
f. menetapkan besaran uang muka 'yang akan dibayarkan kepaJa
Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
i. mengendalikan kontrak;
j. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan;
k. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA
l. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA
dengan berita acara penyerahan;
m. menilai kinerja Penyedia;
n. menetapkan tim pendukung;
o. menetapkan tim ahli atau tenaga ahli; dan
p. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

Pejabat Pengadaan
Tugas Pejabat Pengadaan:
a. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung;
b. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung
untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
d. Melaksanakan E-Purchasing yang bernilai paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Kelompok Kerja Pemilihan


Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai
tugas yaitu:
a. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
kecuali Epurchasing dan Pengadaan Langsung;
b. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
melalui metode Penunjukan Langsung untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
melalui metode Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa
Konsultansi yang bernilai di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah); dan d. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk
metode pemilihan:
1) Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu
Anggaran paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan
2) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Penyelenggara Swakelola
Tugas Tim Penyelenggara Swakelola
a. Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan,
jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya.
b. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat, mengevaluasi,
dan melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
penyerapan anggaran.
c. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan
fisik maupun administrasi swakelola

Peran Usaha Kecil

Penggunaan Produk Dalam Negeri


Dalam rangka meningkatkan penggunaan produk dalam negeri,
pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan salah satunya Perpres No.
12/2021 pasal 66 ayat 2 tentang kewajiban penggunaan produk dalam
negeri dilakukan apabila terdapat produk dalam negeri yang memiliki
penjumlahan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah
nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (ernpat puluh
persen

Preferensi Harga
Preferensi harga adalah insentif bagi produk dalam negeri pada pemilihan
Pengadaan Barang/Jasa berupa kelebihan harga yang dapat diterima
Ketentuan Preferensi harga sebagai berikut:
a. Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang
bernilai di atas Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
b. Preferensi harga diberikan terhadap barang/jasa yang memiliki TKDN
lebih besar atau sama dengan 25 % (dua puluh lima persen)
c. Preferensi harga untuk barang/jasa paling tinggi 25 % (dua puluh lima
persen);
d. Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan oleh
Perusahaan Nasional paling tinggi 7,5 % (tujuh koma lima persen) di
atas harga penawaran terendah dari Perusahaan Asing;
e. Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran
yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis;
f. Penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah Hasil
Evaluasi Akhir;
g. Hasil Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan rumus =(1−Kp )× HP
dengan: KP = TKDN×preferensi KP = Koefisien Preferensi HP = Harga
Penawaran setelah koreksi aritmatik
h. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA
terendah yang sama, penawar dengan TKDN lebih besar ditetapkan
sebagai pemenang

Pengadaan Berkelanjutan
Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang
bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang menguntungkan secara
ekonomis tidak hanya untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan
siklus penggunaanya.
a. Aspek ekonomi, meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia
barang/jasa tersebut;
b. Aspek sosial, meliputi pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil,
jaminan kondisi kerja yang adil, pemberdayaan komunitas/usaha
lokal, kesetaraan, dan keberagaman; dan
c. Aspek lingkungan hidup, meliputi pengurangan dampak negatif
terhadap kesehatan, kualitas udara, kualitas tanah, kualitas air, serta
menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)


SPSE memiliki interkoneksi dengan sistem informasi perencanaan,
penganggaran, pembayaran, manajemen aset, dan sistem informasi lain.
Sistem pendukung SPSE meliputi:
1. Portal Pengadaan Nasional
2. Pengelolaan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa,
3. Pengelolaan advokasi dan penyelesaian permasalahan hukum,
4. Pengelolaan peran serta masyarakat,
5. Pengelolaan sumber daya pembelajaran, dan
6. Monitoring dan Evaluasi

Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA
yang meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal
dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa

Persiapan Pengadaan
Persiapan Pengadaan dilakukan oleh PPK meliputi:
1) Penetapan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK).
2) Penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
3) Penetapan rancangan kontrak; dan/atau
4) Penetapan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan,
jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian
harga.
Disamping itu PPK melakukan identifikasi apakah barang/jasa yang akan
diadakan termasuk dalam kategori barang/jasa yang akan diadakan
melalui pengadaan langsung, E-purchasing, atau termasuk pengadaan
khusus. Yang termasuk pengadaan khusus, yaitu:
1) Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka Penanganan Keadaan
Darurat;
2) Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri;
3) Pengadaan Barang/Jasa yang masuk dalam Pengecualian;
4) Penelitian; atau
5) Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau
Hibah Luar Neger

Persiapan Pemilihan Penyedia


Persiapan pemilihan penyedia dilaksanakan oleh kelompok kerja
pemilihan/pejabat pengadaan setelah kelompok kerja pemilihan/pejabat
pengadaan melakukan review terhadap Spesifikasi Teknis/KAK, HPS,
Rancangan Kontrak, Uang Muka, Jaminan Uang Muka, Jaminan
Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan, Sertifikat Garansi, dan/atau
Penyesuaian Harga, yang ditetapkan oleh PPK

Pelaksanaan Pemilihan Penyedia


Pelaksanaan Pemilihan Penyedia secara umum dilakukan oleh kelompok
kerja pemilihan terdiri atas pengumuman, penjelasan, pemasukan
penawaran, evaluasi dokumen penawaran, pengumuman pemenang dan
sanggah/sanggah banding
Pelaksanaan Kontrak
Dalam pelaksanaan kontrak secara umum terdiri atas penetapan Surat
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa dan penandatanganan kontrak terkait
penyusunan rancangan kontrak, eksekusi perikatan, administrasi kontrak
dapat dilakukan melalui E-kontrak

Serah Terima Hasil Pekerjaan


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diselesaikan secara
menyeluruh dengan melaksanakan serah terima hasil pekerjaan yang
dapat dilakukan secara elektronik.

Pengelolaan Penyedia
Pengelolaan penyedia merupakan aktifitas yang dapat dilakukan secara
terus menerus terhadap penyedia atau dilakukan secara berkala dengan
memanfaatkan Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP) atau yang
biasa juga disebut Vendor Management System (VMS) merupakan
sebuah subsistem dari Sistem Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik
yang digunakan untuk mengelola data/informasi mengenai riwayat kinerja
dan/atau data kualifikasi penyedia barang/jasa yang dikembangkan oleh
LKPP. SiKaP membantu proses identifikasi data penyedia, sehingga
pemilihan penyedia dapat dilakukan dengan cepat

Katalog Elektronik (E-katalog)


Katalog Elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat
informasi berupa daftar, jenis, spesifikasi teknis, Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN), produk dalam negeri, produk Standar Nasional
Indonesia (SNI), produk ramah lingkungan, negara asal, harga, Penyedia,
dan informasi lainnya terkait barang/jasa. Diharapkan dengan melakukan
pengadaan melalui Ekatalog, suatu organisasi akan mendapatkan value
for money dari aktifitas pengadaan dengan memperoleh barang/jasa
pada harga yang sebaik mungkin dalam kerangka waktu yang tersedia.
Pengadaan secara elektronik memungkinkan untuk mencapai kebutuhan
tersebut dan mampu mencapai efisiensi waktu di dalam pengadaannya.

Toko Daring (Marketplace)


Toko Daring atau Toko Dalam Jaringan bisnis online adalah suatu tempat
terjadinya transaksi barang/jasa melalui sebuah sistem yang
memungkinkan penjual dan pembeli melakukan transaksi secara online.
MODUL 3
Dalam menyusun Perencanaan Pengadaan PPK perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib menggunakan
produk usaha kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri
dengan mengalokasikan paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
nilai anggaran belanja barang/jasa yang dikelola K/L/PD untuk
penggunaan produk usaha kecil dan/atau koperasi dari hasil produksi
dalam negeri. b.
2. Kewajiban penggunaan produk dalam negeri, termasuk rancang
bangun dan perekayasaan nasional, apabila terdapat produk dalam
negeri yang memiliki penjumlahan nilai Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP)
paling sedikit 40% (empat puluh persen). Nilai TKDN dan BMP
mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian.
3. Pelaksanaan pengadaan yang berkelanjutan. Pengadaan yang
berkelanjutan adalah pengadaan barang/jasa yang
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah
satu bagian pengadaan yang berkelanjutan adalah pengadaan
barang/jasa Ramah Lingkungan Hidup, yaitu pengadaan barang/jasa
yang memprioritaskan barang/jasa yang berlabel Ramah Lingkungan
Hidup. Barang/jasa yang berlabel Ramah Lingkungan Hidup diberikan
kepada barang/jasa, termasuk teknologi yang telah menerapkan
prinsip pelestarian, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Daftar barang/jasa yang berlabel ramah lingkungan hidup diterbitkan
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang
lingkungan hidup dan kehutanan. Daftar barang/jasa tersebut dapat
dilihat melalui website resmi kementerian yang menyelenggarakan
urusan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
4. Pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian dalam negeri Pemerintah
memiliki keinginan yang kuat dan jelas untuk mendorong peneliti-
peneliti lokal agar bisa menciptakan barang dan jasa yang lebih baik
dan kompetitif. Untuk mendukung peneliti dalam negeri, pemerintah
mengutamakan penggunaan barang dan jasa hasil penelitian.
Contohnya TSM QR-EDC ini yang merupakan mesin EDC pertama di
dunia yang memiliki teknologi dual screen yang berguna menampilkan
menu aplikasi dan kode QR pembayaran, disertai dengan dua kamera
depan untuk memindai kode QR dari pelanggan. Contoh lainnya
adalah Xirka Silicon Technology dan Gesits Motor Listrik.
Kebutuhan barang/jasa di dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi:
1. Kebutuhan operasional
Kebutuhan operasional adalah kebutuhan yang sifatnya rutin guna
mendukung operasional sehari-hari untuk pemenuhan tujuan jangka
pendek organisasi.
2. Kebutuhan investasi
Kebutuhan investasi adalah kebutuhan untuk mendukung tujuan
jangka panjang organisasi dimana sifatnya tidak rutin dan sifat
pekerjaannya adalah pekerjaan project yang biasanya dilaksanakan
satu kali

Identifikasi kebutuhan barang/jasa secara umum dilakukan dengan


memperhatikan
1. Prinsip efisien dan efektif dalam Pengadaan Barang/Jasa
Efisien yang dimaksud adalah Pengadaan Barang/Jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum
untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan
atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil
dan sasaran dengan kualitas yang maksimum
2. Aspek pengadaan berkelanjutan
Pengadaan berkelanjutan merupakan Pengadaan Barang/Jasa yang
bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang menguntungkan secara
ekonomis tidak hanya untuk K/L/PD sebagai penggunanya tetapi juga
untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus penggunaannya.
3. Penilaian prioritas kebutuhan
Setelah organisasi mempunyai keputusan belanja, maka dibuatlah
paketpaket pengadaan dengan berbagai opsi atau pilihan-pilihan yang
paling sesuai dengan tujuan organisasi, sebagai contoh yang paling
ekonomis, atau paling optimum pelayanannya
4. Barang/jasa pada katalog elektronik
Memanfaatkan produk yang tayang dalam katalog elektronik dalam
melakukan Perencanaan Pengadaan sebagai bahan masukan untuk
menyusun kebutuhan dalam hal ada atau tidaknya ketersediaan
barang/jasa dan pelaku usaha yang mampu.
5. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa Konsolidasi
Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa
yang menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa
sejenis pada tahap Perencanaan Pengadaan
6. Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai
Menggunakan database Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD)
dan/atau daftar riwayat kebutuhan Barang/Jasa sebagai sumber data
dan informasi yang diperlukan.

Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah batasan mengenai gambaran


tujuan, ruang lingkup dan struktur sebuah kegiatan yang telah disepakati
untuk memandu suatu kegiatan/agar sesuai dengan apa yang diharapkan
dan menjadi acuan dan rambu-rambu bagi pelaksana.

Spesifikasi Teknis Barang/Jasa Fungsi spesifikasi antara lain


memberikan informasi kepada penyedia dan menyediakan deskripsi dari
atribut produk yang ditawarkan. Apabila spesifikasi dibuat oleh pembeli
maka spesifikasi memberikan informasi kepada penyedia apa yang
dibutuhkan user, sedangkan apabila spesifikasi ditawarkan oleh penyedia
maka spesifikasi menyediakan deskripsi dari atribut produk yang
ditawarkan.

PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/ KAK menggunakan:


Produk dalam negeri;
Produk bersertifikat SNI;
Produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam
negeri
Produk ramah lingkungan hidup
Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan
merek terhadap:

Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah dokumen perencanaan kegiatan


yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa, siapa,
kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya pada
pengadaan jasa konsultansi. KAK merupakan gambaran umum dan
penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai.
KAK jasa konsultansi paling sedikit berisi antara lain:
a. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: latar belakang,
maksud dan tujuan, lokasi pekerjaan, dan produk yang dihasilkan
(output)
b. Waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan memperhatikan batas akhir efektif tahun anggaran c.
Spesifikasi teknis jasa konsultansi yang akan diadakan mencakup
kompetensi tenaga ahli yang dibutuhkan
Rencana Anggaran Belanja/RAB pengadaan adalah rincian detail
kebutuhan anggaran untuk mencapai output Pengadaan Barang/Jasa.
RAB disusun dengan cara memasukkan rincian alokasi anggaran yang
dibutuhkan untuk setiap komponen kegiatan dalam suatu pekerjaan.
Tahapan Penyusunan RAB Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagi
berikut:
a. Pengumpulan Data dan Informasi
b. Identifikasi Komponen Pekerjaan
c. Penentuan komponen biaya dan/atau harga satuan
d. Penyusunan Rincian RAB

Penyusunan RAB disusun dengan cara memasukkan rincian alokasi


anggaran yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan dalam suatu pekerjaan.
RAB sekurang-kurangnya memuat komponen/tahapan, rincian
komponen biaya, volume, satuan ukur, biaya satuan ukur dari suatu
keluaran kegiatan seperti honorarium yang terkait dengan keluaran,
bahan, jasa profesi, perjalanan, jumlah volume dan total jumlah biaya.

Data/Informasi dalam Menyusun HPS


Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun HPS antara lain:
1) Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya
pemilihan Penyedia;
2) Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
3) Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
asosiasi. Yang dimaksud dengan asosiasi adalah asosiasi profesi
keahlian, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri.
Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan termasuk pula
sumber data dari situs web komunitas internasional yang
menayangkan informasi biaya/harga satuan profesi keahlian di luar
negeri yang berlaku secara internasional termasuk dimana
Pengadaan Barang/Jasa akan dilaksanakan;
4) Daftar harga/biaya/tarif barang/jasa setelah dikurangi rabat/potongan
harga (apabila ada) yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor/agen/pelaku usaha dengan memperhatikan
masa berlaku potongan harga dari pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha tersebut;
5) Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga pinjaman tahun berjalan
dan/atau kurs tengah valuta asing terhadap rupiah di Bank Indonesia;
6) Hasil perbandingan biaya/harga satuan barang/jasa sejenis dengan
Kontrak yang pernah atau sedang dilaksanakan;
7) Perkiraan perhitungan biaya/harga satuan yang dilakukan oleh
konsultan perencana (engineer’s estimate);
8) Informasi harga yang diperoleh dari toko daring;
9) Informasi biaya/harga satuan barang/jasa di luar negeri untuk
tender/seleksi internasional; dan/atau
10) Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penetapan dan Pendokumentasian


PPK menetapkan HPS dengan menandatangani pada lembar
persetujuan/penetapan. HPS yang sah adalah yang telah ditandatangani
oleh PPK. Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja
sebelum batas akhir untuk:
1) Pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau
2) Pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.
PPK mendokumentasikan data riwayat dan informasi pendukung dalam
rangka penyusunan HPS.

Penetapan HPS dikecualikan untuk :


1) Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling
banyakRp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
2) E-purchasing; dan
3) Tender pekerjaan terintegrasi.
Komponen biaya yang perlu diperhitungkan dalam Jasa Konsultansi
Nonkonstruksi antara lain:
a) Biaya langsung personel (Remuneration) yaitu biaya langsung yang
diperlukan untuk membayar remunerasi tenaga ahli berdasarkan
kontrak. Biaya langsung personel ini telah memperhitungkan gaji
dasar (basic salary), beban biaya social (social charge), beban biaya
tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/ fee); dan
b) Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost) yaitu biaya
langsung yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kontrak
yang dibuat dengan mempertimbangkan dan berdasarkan harga
pasar yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai
dengan perkiraan kegiatan. Biaya langsung non personel di antaranya
pengumpulan data sekunder, seminar, workshop, sosialisasi,
pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei, biaya tes laboratorium, hak
cipta, sewa kendaraan, sewa kantor proyek, sewa peralatan kantor,
biaya operasional kantor proyek, biaya ATK, biaya computer dan
pencetakan, biaya komunikasi, dan tunjangan harian

Konsolidasi
Konsolidasi pengadaan dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan,
persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia, dan/atau persiapan
pemilihan penyedia. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa sebagai
strategi menggabungkan pelaksanaan pengadaan untuk beberapa paket
pengadaan yang sejenis dalam 1 (satu) kali pelaksanaan pengadaan.
Manfaat Konsolidasi pengadaan antara lain:
a. Biaya pengadaan dan biaya transaksi menjadi turun;
b. Mengurangi beban kerja untuk paket berulang;
c. Waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat pada saat pemilihan
penyedia

Rencana Umum Pengadaan (RUP)


PA/KPA menetapkan Perencanaan Pengadaan yang telah disusun oleh
PPK. Dalam menetapkan Perencanaan Pengadaan PA/KPA dapat
menggunakan Surat Penetapan atau menggunakan dokumen lain,
seperti Nota Dinas, Surat Keluar, dan dokumen lainnya yang berkaitan
dengan penetapan Perencanaan Pengadaan. Penetapan tersebut
dilakukan dengan melampirkan formulir identifikasi kebutuhan, formulir
Perencanaan Pengadaan dan/atau dokumen pendukung lainnya.

Pengumuman RUP
Pengumuman RUP Kementerian/Lembaga dilakukan setelah penetapan
alokasi anggaran (APBN). Sedangkan untuk Perangkat Daerah, RUP
diumumkan setelah rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Model Kematangan UKPBJ


Model kematangan UKPBJ digunakan untuk mengukur kapabilitas
UKPBJ digambarkan melalui 5 (lima) tingkatan kematangan dari terendah
sampai tertinggi, dimana pengukurannya dilakukan secara berjenjang
dan kenaikan tingkatan dilakukan secara bertahap/berurutan. Kapabilitas
UKPBJ digambarkan melalui 5 (lima) tingkatan kematangan sebagai
berikut:

Pengelolaan risiko pada pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan


melalui proses:
a. Komunikasi dan Konsultasi
b. Penetapan konteks
c. Identifikasi Risiko
d. Analisis Risiko
e. Evaluasi Risiko
f. Mitigasi Risiko (penanganan Risiko)
g. Pemantauan (monitoring) dan reviu

Pengelolaan Risiko Pengadaan barang/jasa yang dilakukan akan


memberi manfaat untuk organisasi, diantaranya:
a. Memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pengadaan
barang/jasa selama proses pengadaan;
b. Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian/ekonomi biaya tinggi;
c. Meningkatkan kemungkinan pemenuhan kebutuhan yang tepat waktu;
d. Meningkatkan hasil pengadaan yang strategis;
e. Melindungi kredibilitas dan reputasi
f. Memberikan perlindungan yang lebih baik bagi aset dan sumber daya
manusia
g. Mengurangi kemungkinan terjadinya tuntutan litigasi
h. Mereduksi dampak risiko yang mungkin terjadi
i. Meningkatkan kualitas dan efektifitas pengambilan keputusan
j. Memudahkan estimasi biaya yang lebih tepat dan realitis
k. Meningkatkan komunikasi diantara tim pengelola dan para pihak
DATA DAN INFOTMASI
MODUL 4

Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia


merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan pada tahapan Persiapan
Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Dimana UKPBJ/Pokja Pemilihan atau
Pejabat Pengadaan menerima dokumen persiapan Pengadaan
Barang/Jasa yang diserahkan oleh PPK dengan dilampiri dengan:
a. Surat Keputusan Penetapan sebagai PPK;
b. Dokumen Anggaran Belanja (RKA-KL/RKA-PD yang telah
ditetapkan) atau Surat Persetujuan PA untuk persiapan pengadaan
dan proses pemilihan mendahului persetujuan RKA K/L oleh DPR
atau RKA Perangkat Daerah oleh DPRD;
c. ID paket RUP; dan
d. Rencana waktu penggunaan barang/jasa.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan


reviu dokumen persiapan pengadaan barang/jasa:
1) Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja (KAK);
Reviu spesifikasi teknis/KAK untuk memastikan bahwa spesifikasi
teknis/KAK telah menggunakan barang/jasa yang memiliki Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mengacu pada daftar
inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri yang ditetapkan oleh
Kementerian Perindustrian, memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI), produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi
dalam negeri, dan produk ramah lingkungan hidup, sehingga peserta
pemilihan dapat memahami spesifikasi teknis/KAK dan merespon
untuk menyusun penawaran dengan baik.
Spesifikasi teknis/KAK harus didefinisikan dengan jelas dan tidak
mengarah kepada produk atau merek tertentu sehingga menghalangi
persaingan usaha yang sehat, kecuali pada:
1) komponen barang/jasa;
2) suku cadang;
3) bagian dari satu sistem yang sudah ada; atau
4) barang/jasa dalam katalog elektronik atau toko daring.
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
Reviu HPS untuk memastikan bahwa nilai HPS telah cukup dan sesuai
dengan spesifikasi teknis/KAK dan ruang lingkup pekerjaan. Reviu
HPS dapat dilakukan menggunakan perkiraan biaya/RAB yang telah
disusun pada tahap perencanaan pengadaan, data/informasi pasar
terkini, dan dengan cara membandingkan pekerjaan yang sama pada
paket yang berbeda atau memeriksa apakah komponen/unsur
pembayaran pada uraian pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi
teknis/KAK dan ruang lingkup pekerjaan. Pokja Pemilihan juga
memeriksa apakah HPS sudah memperhitungkan kewajiban
perpajakan, cukai, asuransi, dan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) atau biaya lain yang dipersyaratkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3) Rancangan Kontrak;
Reviu Rancangan Kontrak untuk memastikan bahwa rancangan
kontrak telah sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan. Reviu
Rancangan Kontrak memperhatikan:
1) Naskah Perjanjian;
2) Syarat-syarat Umum Kontrak;
3) Syarat-syarat Khusus Kontrak;
4) Ketentuan Uang Muka;
5) Ketentuan Jaminan Pengadaan
6) Ketentuan Sertifikat Garansi;
7) Ketentuan Sertifikat/Dokumen lain dalam rangka Pengadaan
Barang Impor (hanya untuk barang impor); dan/atau
8) Ketentuan Penyesuaian Harga.
4) Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL/RKA-PD
yang telah ditetapkan);
Reviu Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL/RKAPD
yang telah ditetapkan) untuk memastikan bahwa anggaran untuk
pekerjaan yang akan dilaksanakan telah tersedia dan jumlahnya
cukup.
5) Identitas paket yang tercantum dalam RUP (ID paket RUP);
Reviu ID paket RUP untuk memastikan bahwa paket yang akan
dilaksanakan telah terdaftar dan diumumkan dalam SiRUP.
6) Waktu penggunaan barang/jasa;
Reviu waktu penggunaan barang/jasa untuk memastikan bahwa
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa sejak proses persiapan,
pemilihan, dan pelaksanaan kontrak dapat selesai sesuai rencana
penggunaan/pemanfaatan barang/jasa.
7) Analisis Pasar;
Berdasarkan dokumen persiapan pengadaan yang diserahkan oleh
PPK, Pokja Pemilihan melakukan analisis pasar untuk mengetahui
kemungkinan ketersediaan:
1) barang/jasa; dan
2) Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi
persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan.
Hasil analisis pasar digunakan untuk menentukan metode kualifikasi
dan/atau metode pemilihan Penyedia. Dalam hal hasil analisis pasar
diketahui tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu dan
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan maka Pokja
Pemilihan mengusulkan dan meminta persetujuan kepada PPK untuk
dilaksanakan melalui Tender/Seleksi Internasional.
8) Uraian pekerjaan,
identifikasi bahaya, dan penetapan risiko pekerjaan terkait
keselamatan; (bila diperlukan
MODUL 5
Kontrak Tahun Jamak
Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan atau
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran; seperti:
1) Pekerjaan Konstruksi: proyek pembangunan infrastruktur yang dimulai
pada 28 Maret 2021 sampai dengan 12 Desember 2022;
2) Pekerjaan Konstruksi: jalan, jembatan, waduk, gedung dengan jangka
waktu pekerjaan 15 bulan;
Pekerjaan yang penyelesaiannya tidak lebih dari 12 (dua belas)
bulan tetapi pelaksanaannya membebani lebih dari 1 (satu) Tahun
Anggaran, seperti:
1) pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya bergantung pada
musim penanaman benih/bibit, penghijauan; atau
2) pengadaan barang/jasa yang layanannya contoh pekerjaan
pembangunan rehabilitasi bangunan yang mendesak untuk dibuat
dengan jangka waktu pekerjaan 17 Oktober 2021 sampai dengan 13
Februari 2022
Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan
untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan paling
lama 3 (tiga) tahun Anggaran, seperti:
1) Pengadaan barang/jasa yang bersifat rutin dan selalu berulang setiap
tahunnya, seperti pengadaan kertas, tinta printer, obatobatan;
2) Pengadaan jasa layanan yang tidak boleh terhenti misalnya
pelayanan angkutan perintis darat/laut/udara, layanan pembuangan
sampah, sewa kantor, jasa internet/jasa komunikasi, atau pengadaan
jasa pengelolaan gedung. Sewa gedung selama 3 tahun sekaligus
tentunya akan menjadi lebih efektif dibandingkan di lakukan
perpanjangan kontrak tiap tahun.

Uang Muka
PPK dapat memberikan uang muka kepada Penyedia pada seluruh jenis
barang/jasa. Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan, antara lain:
1) mobilisasi barang/bahan/material/peralatan dan tenaga kerja;
2) pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok
barang/bahan/material/alat; dan/atau,
3) pekerjaan teknis yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan
Jaminan Pengadaan
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa berfungsi untuk pengendalian dan
mitigasi resiko atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya proses
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, baik pada tahap pemilihan
Penyedia dan pelaksanaan Kontrak. Jaminan Pengadaan diterbitkan dan
akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta Tender atau Penyedia
tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Pemilihan atau Dokumen Kontrak.
Tugas Tim Pengelola Kontrak
1) Tim Teknis dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah, untuk membantu, memberikan masukan, dan melaksanakan
tugas tertentu terhadap sebagian atau seluruh tahapan Pengadaan
Barang/Jasa. Tim Teknis dapat membantu PPK untuk menyusun
perencanaan pengadaan, menetapkan spesifikasi teknik/KAK,
menetapkan rancangan kontrak, menetapkan HPS, dan melakukan
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kontrak.
2) Tim/Tenaga Ahli dapat berbentuk tim atau perorangan dalam rangka
memberi masukan dan penjelasan/pendampingan/pengawasan
terhadap sebagian atau seluruh pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa. Tim/Tenaga Ahli membantu PPK untuk melakukan
tugas antara lain: perubahan desain, quality assurance dan quality
control, menyiapkan sebagian bahan untuk preconstruction meeting.
3) Tim Pendukung dapat dibentuk dalam rangka membantu untuk
urusan yang bersifat administrasi/keuangan kepada
PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan. Tim Pendukung untuk membantu PPK
dalam melakukan pengawasan lapangan, administrasi kontrak,
menetapkan besaran uang muka, mengusulkan perubahan jadwal
kegiatan, melakukan epurchasing paling sedikit diatas Rp.200 juta,
membuat SPPBJ ke Penyedia, mengendalikan kontrak, melaporkan
pelaksanaan/penyelesaian kegiatan ke PA/KPA, menyerahkan
pekerjaan ke PA/KPA, menyimpan dan menjaga keutuhan dokumen
pelaksanaan kegiatan, menilai kinerja penyedia.
Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Sebelum melaksanakan Kontrak yang bernilai besar atau kompleks, PPK
dan Penyedia harus melakukan rapat secara tatap muka/daring untuk
mendiskusikan kesamaan pemahaman dan administrasi Kontrak. Rapat
tatap muka/daring harus dilaksanakan secara:
1) formal;
2) agenda rapat diketahui secara bersama sebelum pelaksanaan rapat;
3) para pihak masing-masing harus menunjuk penanggunjawab selama
pelaksanaan kontrak.
Hal-hal yang dibahas dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak:
1) reviu kontrak, dan pembagian tugas dan tanggung jawab dari kedua
belah pihak;
2) pemutakhiran/pembaharuan rencana pekerjaan seperti tanggal efektif
pelaksanaan, dan tahapan pelaksanaan kontrak;
3) reviu rencana penilaian kinerja pekerjaan sebagai dasar melakukan
evaluasi kemajuan pekerjaan;
4) diskusi bagaimana dan kapan dilakukan pelaporan pekerjaan;
5) tata cara, waktu dan frekuensi pengukuran dan pelaporan yang
disesuaikan dengan kondisi pekerjaan;
6) melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas dan
mendiskusikan prosedur untuk manajemen perubahan;
7) melakukan klarifikasi rencana koordinasi antar para pihak selama
pelaksanaan pekerjaan
Proses Pengendalian Kontrak
Berkenaan dengan proses pengendalian kontrak, proses ini dapat
dilakukan pada jenis pengadaan apapun, tidak hanya konstruksi. Untuk
pengadaan barang/jasa lainnya/konstruksi yang tidak memiliki pedoman
cara mengendalikan kontrak, PPK dapat membuat sendiri mekanismenya
disesuaikan dengan karakteristik barang/jasanya. Para pihak melakukan
pengawasan/pengendalian terhadap pelaksanaan Kontrak baik secara
langsung atau melalui pihak lain yang ditunjuk.
Pengawasan/pengendalian Kontrak dapat dilaksanakan secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama oleh:
1. PPK;
2. Konsultan pengawas dan kosultan perencana untuk pekerjaan
konstruksi; pihak ketiga yang independen diluar pekerjaan konstruksi
3. Penyedia; dan/atau
4. Pengguna akhir
Dalam hal terjadi deviasi antara realisasi dengan target pelaksanaan
Kontrak atau terjadi Kontrak Kritis maka para pihak melakukan Rapat
Pembuktian (Show Cause Meeting/SCM). PPK memerintahkan Penyedia
untuk melaksanakan perbaikan target dan realisasi pelaksanaan
pekerjaan. Penting untuk dipahami agar pengendalian kontrak dapat
dilakukan sepanjang waktu, tidak hanya pada saat melakukan SCM,
untuk menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan durasi
yang kontrak dan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari.
Dalam pengendalian, kontrak dinyatakan kritis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari Kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan
rencana lebih besar 10%. 2
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari
Kontrak), selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan
dengan rencana lebih besar 5%.
3) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari
Kontrak), selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan
dengan rencana pelaksanaan kurang dari 5% dan akan melampaui
tahun anggaran berjalan.
4) Pada saat kontrak dinyatakan kritis, Pengawas Pekerjaan
memberikan peringatan secara tertulis kepada Penyedia an
selanjutnya menyelenggarakan Rapat Pembuktian (SCM) tahap I.
Apabila Penyedia tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada
SCM maka PPK mengeluarkan Surat Peringatan kepada Penyedia.
Dalam hal telah dikeluarkan Surat Peringatan ketiga dan Penyedia dinilai
tidak mampu mencapai target yang ditetapkan, maka PPK dapat
melakukan pemutusan Kontrak secara sepihak dan memberikan sanksi
kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku.
Perubahan Kontrak
Perubahan kontrak harus memperhatikan proses pelaksanaan
pekerjaan sering dihadapkan pada perubahan kondisi lapangan, akibat
ketidaksesuaian gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang tertuang
dalam dokumen kontrak. Perubahan-perubahan kondisi lapangan, baik
terjadi di awal, pertengahan, dan akhir pekerjaan. PPK bersama
Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak antara lain:
1) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum
dalam Kontrak;
2) Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
3) Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kondisi
lapangan; dan/atau
4) Mengubah jadwal pelaksanaan
Pemutusan Kontrak
Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh PPK atau
Penyedia untuk mengakhiri berlakunya Kontrak karena alasan tertentu.
Pemutusan kontrak secara sepihak dapat dilakukan mengecualikan Pasal
1266 dan 1267 KUHPerdata dengan dicantumkan di dalam Kontrak.
1) Pemutusan Kontrak oleh PPK PPK melakukan pemutusan Kontrak
apabila:
a) Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan
dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang
berwenang.
b) Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
c) Penyedia berada dalam keadaan pailit;
d) Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum
penandatangan Kontrak;
e) Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat
Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali;
f) Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
g) Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan;
h) berdasarkan penelitian PPK, Penyedia tidak akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan
kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak
masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan
pekerjaan;
i) setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai
dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan;
j) Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan
dalam Kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam program
mutu serta tanpa persetujuan pengawas pekerjaa
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan
Penyedia:
a) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b) Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang
Muka dicairkan (apabila diberikan);
c) Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
2) Pemutusan Kontrak oleh Penyedia Penyedia melakukan
pemutusan Kontrak apabila:
a) Setelah mendapatkan persetujuan PPK, Pengawas pekerjaan
memerintahkan Penyedia untuk menunda pelaksanaan pekerjaan
atau kelanjutan pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik selama
waktu yang ditentukan dalam Kontrak.
b) PPK tidak menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk
pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati
sebagaimana tercantum dalam Syarat-syarat Kontrak.
Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia
mampu menyelesaikan pekerjaan, PPK memberikan kesempatan
Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dengan pengenaan sanksi
denda keterlambatan. Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dituangkan dalam adendum kontrak yang
didalamnya mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada
Penyedia dan perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan
(apabila ada). Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dan dapat melampaui Tahun
Anggaran
Alur Serah Terima Hasil Pekerjaan
Serah Terima Hasil Pekerjaan 100% (seratus persen) dari Penyedia
kepada PPK sampai dengan serah terima hasil pekerjaan kepada
PA/KPA dijelaskan dalam bagan alur berikut:

Masa Pemeliharaan (Khusus Pekerjaan Konstruksi)


1) masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama
6 (enam) bulan sejak serah terima pekerjaan pertama (provisional hand
over) dilakukan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3
(tiga) bulan sejak serah terima pekerjaan pertama (provisional hand
over) dilakukan; dan Contoh bangunan permanen: bangunan gedung
perkantoran. Contoh bangunan semi permanen: bangunan rumah semi
permanen untuk penanggulangan bencana.
2) masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
Penilaian Kinerja
PPK melakukan Penilaian Kinerja setelah:
1) Penyedia melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK
melalui Berita Acara Serah Terima (BAST) dan/atau Berita Acara
Serah Terima Akhir (BAST-A) untuk pekerjaan barang/jasa yang
memerlukan masa pemeliharaan/garansi;
2) PPK menghentikan kontrak karena keadaan kahar dan pekerjaan
tidak dapat dilanjutkan/diselesaikan; atau
3) PPK melakukan pemutusan kontrak karena kesalahan Penyedia
Peraturan Lembaga Nomor 4 Tahun 2021 sendiri juga memberikan
gambaran terkait dengan aspek indikator dan bobot yang dipergunakan
untuk penilaian kinerja penyedia, dengan persentase sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas dengan indikator kesesuaian diberikan bobot
30%;
b. Biaya dengan indikator kemampuan pengendalian biaya diberikan
bobot 20%;
c. Waktu dengan indikator ketepatan diberikan bobot 30%; d. Layanan
dengan indikator komunikasi dan tingkat respon diberikan bobot 20%.
Kuitansi sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas para pihak;
b. Nilai Pembelian;
c. Jenis dan Jumlah Barang/Jasa;
d. Tanda tangan Penyedia diatas materai sesuai ketentuan yang
berlaku;
e. Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui
MODUL 6
Swakelola Tipe I.
Penyelenggara Swakelola Tipe I memiliki sumber daya yang cukup dan
kemampuan teknis untuk melaksanakan Swakelola. Pada prinsipnya,
penyelenggara swakelola tipe I merupakan K/L atau Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran. Swakelola Tipe I juga dapat dilaksanakan
oleh:
1) Badan Layanan Umum (BLU) yang merupakan bagian dari
Kementerian/Lembaga penanggung jawab anggaran sebagai instansi
induk;
2) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang merupakan bagian dari
Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran sebagai instansi
induk; atau
3) Perguruan Tinggi Negeri yang merupakan bagian dari
Kementerian/Lembaga penanggung jawab anggaran.
Swakelola Tipe II.
Penyelenggara Swakelola Tipe II memiliki sumber daya yang cukup dan
kemampuan teknis untuk menyediakan barang/jasa. Swakelola tipe II
dapat dilaksanakan oleh:
1) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang mempunyai tugas dan
fungsi yang sesuai dengan pekerjaan Swakelola yang akan
dilaksanakan;
2) UKPBJ Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang ditunjuk
sebagai Agen Pengadaan untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
3) Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain; atau
4) Perguruan Tinggi Negeri Kementerian/Lembaga lain.
Swakelola Tipe III.
Swakelola tipe III dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat/Organisasi kemasyarakatan Sipil. Swakelola tipe III juga
dapat dilaksanakan oleh:
1) Perguruan Tinggi Swasta; atau
2) Organisasi profesi.
Swakelola Tipe IV
Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe IV yaitu: Surat Pengukuhan
yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang yang memuat:
1) memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi
tempat pelaksanaan kegiatan; dan
2) memiliki kemampuan untuk menyediakan atau mengerjakan
barang/jasa sejenis yang diswakelolakan

Anda mungkin juga menyukai