Peran
Pengadaan
untuk Mencapai
Kinerja
Organisasi
ii | Edisi 22 Tahun 2019 IAPI IN ACTION
Sosialisasi
IAPI pusatPerpres 16 Tahun 2018 oleh Dpp Iapi Di Jakarta
HUMOR PENGADAAN | 41
Pemkab Pasuruan
N ilai belanja pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2018 nilai belanja pemerintah sebesar Rp. 2.001 T dimana dari anggaran
tersebut sebanyak 51% atau Rp. 1.040 T adalah anggaran belanja pengadaan
yang digunakan oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah prov/kab/
kota. Nilai anggaran pengadaan yang sedemikian besar memerlukan tatakelola
yang baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten agar tujuan
dari pengadaan barang/jasa tercapai sesuai dengan amanat pasal 4 perpres 16
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagai berikut:
a. menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
b. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
c. meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;
d. meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
e. mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian;
f. meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
g. mendorong pemerataan ekonorni; dan
h. mendorong pengadaan berkelanjutan.
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada saat ini terdapat beberapa kendala
yaitu: korupsi dalam pengadaan barang/jasa, tata kelola pengadaan yang
masih rendah dan masih diperlukan peningkatan kompetensi pelaku PBJ serta
penguatan kelembagaan PBJ. Permasalahan korupsi dalam pengadaan barang/
jasa masih cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kasus korupsi
yang ditangani oleh KPK, dimana secara akumulasi jumlah kasus korupsi berada
diperingkat ke-2 setelah kasus suap. Hingga tahun 2018 kasus korupsi pengadaan
barang/jasa yang ditangani oleh KPK sebanyak 188 kasus. Oleh sebab itu maka
Dalam Peraturan LKPP No. 14 tahun 2018 tentang UKPBJ menjabarkan bahwa
UKPBJ sebagai pusat keunggulan Pengadaan Barang/Jasa merupakan unit kerja
yang memiliki karakter strategis, kolaboratif, berorientasi pada kinerja, proaktif
dan mampu melakukan perbaikan berkelanjutan sehingga merupakan pendorong
dalam penciptaan nilai tambah dan manfaat dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa di Indonesia. Untuk mencapai karakter dimaksud, UKPBJ dituntut
untuk melakukan upaya perbaikan dari sisi kelembagaan, tatakelola, SDM dan
pengelolaan Sistem Informasi. Upaya perbaikan tersebut tersebut dapat diukur
melalui penilaian tingkat kematangan UKPBJ yang merupakan representasi dari
kapabilitas UKPBJ dalam melaksanakan modernisasi pengadaan barang/jasa.
Kapabilitas UKPBJ ditampilkan melalui 5 (lima) tingkatan (level) kematangan
sebagai berikut:
1. Inisiasi, yaitu UKPBJ yang pasif dalam merespon setiap permintaan dengan
bentuk yang masih ad-hoc dan belum merefleksikan keutuhan perluasan
fungsi dalam organisasi pengadaan barang/jasa (UKPBJ).
2. Esensi, yaitu UKPBJ yang memfokuskan pada fungsi dasar UKPBJ dalam
proses pemilihan, memiliki pola kerja tersegmentasi dan belum terbentuk
kolaborasi antar pelaku proses PBJ yang efektif.
3. Proaktif, yaitu UKPBJ yang menjalankan fungsi PBJ dengan berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan pelanggan melalui kolaborasi, penguatan fungsi
perencanaan bersama pelanggan internal maupun eksternal.
4. Strategis, yaitu UKPBJ yang melakukan pengelolaan pengadaan inovatif,
terintegrasi dan strategis untuk mendukung pencapaian kinerja organisasi.
5. Unggul, yaitu UKPBJ yang senantiasa melakukan penciptaan nilai tambah dan
penerapan praktik terbaik PBJ yang berkelanjutan sehingga menjadi panutan
dan mentor untuk UKPBJ lainnya
Pengukuran level/tingkat kematangan dilakukan pada 4 domain dan dirinci
dalam 9 variabel. Adapun rincian domain, variabel dan deskripsi dari masing-
masing tingkatan diuraikan dalam tabel sebagai berikut:
Referensi:
1. Perpres 54 Tahun 2018 tentang Strategi
Nasional Pencegahan Korupsi
2. Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
3. Peraturan LKPP No. 14 tahun 2018 tentang
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
4. Peraturan LKPP No. 16 Tahun 2018 tentang
Agen Pengadaan
5. Surat Keputusan Bersama (SKB) antara KPK,
KSP, KEMENDAGRI, BAPPENAS, KEMENPANRB
tentang Aksi Pencegahan Korupsi 2019-2020
6. Bahan Paparan Kepala LKPP pada acara
Workshop Penguatan Kelembagaan UKPBJ
dalam Kerangka Keberlanjutan Program
Modernisasi Pengadaan
7. Bahan Paparan Direktur Pengembangan
Profesi dan Kelembagaan pada acara
Workshop Penguatan Kelembagaan UKPBJ
dalam Kerangka Keberlanjutan Program
Modernisasi Pengadaan
Ajik Sujoko
FH Undip
1 Ali Mufrodi, Islam Dikawasan Kebudayaan Islam Arab (Jakarta: Logos, 1997), h. 57 di dalam skripsi Sufriani,
Kebijakan Politik Umar Bin Abdul Aziz Dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah, Universitas Islam Negeri Suma-
tera Utara Medan, 2017, hlm. 47
2 Silmi Adawiya, Kriteria Orang Paling Cerdas Menurut Rasulullah, https://bincangsyariah.com /kalam/
kriteria-orang-paling-cerdas-menurut-rasulullah/, diunduh tanggal 20 April 2019, jam 10.27
3 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Jakarta, PT Kompas Media Nusantara, 2006, hlm. 126.
6 Dylan Aprialdo Rachman, KPK Ingatkan Pimpinan Lembaga Negara Tak Kompromi terhadap PNS Korup-
tor, https://nasional.kompas.com/read/2019/01/28/20494041/ kpk-ingatkan-pimpinan-lembaga-negara-
tak-kompromi-terhadap-pns-koruptor, diunduh tanggal 28 Juni 2016, jam 11.20 WIB
7 Diamanty Meiliana "Pasca-putusan MK soal Pemecatan PNS Koruptor...", https://nasional.kompas.com/
read/2019/04/30/08362031/pasca-putusan-mk-soal-pemecatan-pns-koruptor?page=all, diunduh tanggal
28 Juni 2016, jam 11.24 WIB
8 Stefanus Arief Setiaji, Batas Waktu Pemecatan PNS Koruptor Paling Lambat 30 April 2019, https://ka-
bar24.bisnis.com/read/20190429/15/916630/batas-waktu-pemecatan-pns-koruptor-paling-lambat-30-
april-2019, diunduh tanggal 4 Juli 2019, jam 13.56 WIB
Sebelum Putusan MK yang bernomor 87/ Setelah Putusan MK yang bernomor 87/
PUU-XVI/2018 PUU-XVI/2018
dihukum penjara atau kurungan berdasarkan dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan dan/atau pidana umum; dengan jabatan
Bagan 1. Perbedaan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara sebelum dan sesudah Putusan MK yang bernomor 87/PUU-XVI/2018
9 Richo Andi Wibowo, Kejanggalan Beberapa Putusan Korupsi Pengadaan dan Kaitannya dengan Konstitusi,
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufrodi, 2017, Islam Dikawasan Kebudayaan Islam Arab (Jakarta: Logos,
1997), h. 57 di dalam skripsi Sufriani, Kebijakan Politik Umar Bin Abdul Aziz
Dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan
Mudjisantoso, 2017, Kesalahan Pengadaan? (Perspektif Hukum), Yogyakarta, CV.
Primaprint
Satjipto Rahardjo, 2006, Membedah Hukum Progresif, Jakarta, PT Kompas Media
P agi ini setelah sholat subuh saya membaca tesis dengan judul penunjukan
langsung dalam perspektif hukum persaingan usaha. Tesis itu intinya
menjelaskan tentang penunjukan langsung yg tidak memenuhi prinsip dan
kaidah persaingan. Dalam perspektif ini tesis tersebut benar.
Namun pengadaan ternyata tidak bisa dilihat hanya dalam satu perspektif
hukum persaingan. Kita harus melihat dari perspektif manajemen yang mewakili
prinsip efektif, dimana proses pengadaan harus mampu merespon kondisi dan
waktu kebutuhan, sehingga untuk keadaan tertentu atau untuk pekerjaan yang
khusus, maka prinsip persaingan bukan prinsip yg utama atau bahkan memang
tidak bisa terwujud, misalnya karena penyedia tunggal.
Disisi lain, secara ekonomi pengadaan juga harus menjunjung tinggi prinsip
efisien, dimana dalam kondisi pasar yang secara alamiah tidak ada persaingan,
maka negosiasi lebih baik daripada tender semu yang justru berpotensi merugikan
karena memberikan kendali pengaturan kepada penyedia yang sebenarnya pasar
yg ada tidak mungkin mampu menciptakan persaingan.
Saya masih mencari literatur tentang pengadaan dalam konteks yang lebih
luas seperti politik ekonomi pengadaan yang bisa dikaji di fakultas ilmu politik,
dimensi pengadaan antara hukum, manajemen dan seni atau bahkan hubungan
pengadaan dengan korupsi partai saat pemilu serentak. Pengadaan menawarkan
banyak hal untuk kita supaya terus berpikir, karena itu teruslah menjadi orang
pengadaan.
Salam
Abstraksi
Konstruksi dalam Pengerjaan atau KDP merupakan salah satu jenis aset tetap
yang masih dalam proses penyelesaian pekerjaan pada tanggal pelaporan keuangan.
Hambatan dan kendala seringkali muncul dalam proses penyelesaiannya, hingga
berlarut-larut dari tahun ke tahun. Tulisan ini mengupas perlakuan akuntansi atas
KDP yang dihentikan pengerjaannya, baik secara temporer maupun permanen.
Pendahuluan
Konstruksi Dalam Pengerjaan atau lebih sering disingkat dengan KDP adalah
aset tetap yang masih dalam proses pengerjaan pembangunan dan sampai pada
tanggal pelaporan keuangan pengerjaan tersebut belum selesai seluruhnya
sehingga aset tetap tersebut masih belum siap untuk digunakan dalam operasional
pemerintah maupun digunakan oleh masyarakat umum. Penyelesaian atas KDP
tersebut akan dilanjutkan pada periode akuntansi berikutnya. KDP dapat berupa
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan,
maupun aset tetap lainnya yang proses perolehannya memerlukan suatu jangka
waktu tertentu.
Pada praktiknya, banyak terjadi satuan kerja instansi pemerintah yang
mengalami hambatan dan kendala dalam menyelesaikan pembangunan KDP,
sehingga pengerjaannya menjadi terhenti. Salah satu contoh adalah Pusdiklat
ABC yang merupakan satuan kerja instansi pemerintah berlokasi di Jakarta.
Pada tahun anggaran 2012, Pusdiklat ABC mendapatkan alokasi belanja modal
untuk membangun gedung asrama bagi peserta diklat yang diselenggarakan
oleh Pusdiklat ABC. Hasil pelaksanaan pembangunan di tahun tersebut sebuah
struktur bangunan asrama 2 lantai seluas 1.085m2 yang terdiri dari 32 kamar
Pengertian KDP
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Nomor 8 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan, yang dimaksud
dengan Konstruksi Dalam Pengerjaan atau KDP adalah aset-aset tetap yang
dalam proses pembangunan. Dari definisi tersebut, kriteria pertama KDP adalah
aset dimaksud merupakan aset tetap. Aset tetap sendiri didefinisikan sebagai
aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Jenis-jenis aset tetap meliputi tanah,
gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, serta aset
tetap lainnya.
Kriteria kedua dari KDP adalah aset tetap tersebut masih dalam proses
perolehan berupa pembangunan atau pengerjaan, jadi belum menjadi aset
tetap yang telah selesai dan siap digunakan, baik untuk digunakan sendiri dalam
kegiatan operasional pemerintah maupun untuk digunakan oleh masyarakat
umum. Perolehan aset KDP dapat dilakukan dengan membangun sendiri (kegiatan
swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. Kontrak konstruksi
mencakup kontrak jasa perencanaan konstruksi aset ( jasa arsitektur); kontrak
pembangunan konstruksi itu sendiri; kontrak jasa pengawasan konstruksi aset
atau manajemen konstruksi; serta kontrak untuk membongkar atau merestorasi
aset dan lingkungan.
Penutup
Dalam memberikan perlakuan akuntansi yang tepat atas KDP yang dihentikan
pengerjaannya, satker perlu menelaah sebab musabab dan status KDP yang
bersangkutan. KDP yang dihentikan sementara pengerjaannya tetap disajikan
pada neraca satker yang bersangkutan, tanpa dilakukan penyusutan. KDP yang
dihentikan secara permanen pengerjaannya segera diusulkan penghapusannya
kepada Pengelola Barang. Selanjutnya satker yang bersangkutan mengeliminasi
KDP tersebut dari neraca satker. Untuk memenuhi kecukupan pengungkapan
(adequate disclosure), KDP tersebut perlu dijelaskan secara memadai pada CaLK.
Referensi:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
2. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 8
tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat.
Output atau keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan. Pendanaan untuk menghasilkan output dialokasikan
melalui APBN/APBD. Adapun outcome atau hasil adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu program.
Referensi :
1. UU No. 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara
2. Peraturan Pemerintah N0. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
3. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PAJAK PENGHASILAN
ATAS PENGHASILAN DARI USAHA
JASA KONSTRUKSI
I r a w an P u r w o A j i
A. Pendahuluan
1 Dalughu (2015)
2 Pasal 1 angka 2 PP 51 Tahun 2008
3 Pasal 19 UU No.2 Tahun 2017
4 Pasal 20 UU No.2 Tahun 2017
B. Pembahasan
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan kon-
struksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsul-
tansi pengawasan pekerjaan konstruksi5. Yang dimaksud dengan pekerjaan kon-
struksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/
atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengka-
pannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain6.
Tarif pemotongan PPh atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi dibedakan
berdasarkan jenis layanan dan kualifikasi usaha jasa konstruksi tersebut. Tarif
pemotongan PPh untuk Pelaksanaan Konstruksi berbeda dengan Perencanaan
Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi. Perencanaan Konstruksi adalah
pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang
profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan
pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain7. Pelaksanaan
Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan
ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan
menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan
konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model
penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering,
procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan (design and build)8. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa
oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan
PT Jaya Hadi Perkasa harus menyetorkan sendiri kekurangan PPh Final tersebut
ke kas negara sesuai dengan ketentuan penyetoran pajak yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi. 12 Januari 2017. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi. 20 Juli 2008. Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2008. Jakarta.
Dalughu, Meyliza. 2015. Analisis Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 pada
Karyawan PT BPR Primaesa Sejahtera Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
Volume 15 No.03. Manado
Biodata Penulis
Nama : Irawan Purwo Aji
Tempat/Tanggal Lahir : Gunungkidul, 23 Desember 1979
Agama : Islam
Alamat Rumah : Pesona Maguwo No.17, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY
Alamat Email : mazpoerwo@gmail.com
Telepon : 085228597096
O l e h : R i y an t o , S E . , M M .
Abstrak
PENDAHULUAN
Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan
barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai
oleh APBN/APBD, dan prosesnya dimulai sejak identifikasi kebutuhan sampai
a. Sistem Nilai
Metode evaluasi sistem nilai digunakan untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya yang harga penawarannya dipengaruhi oleh kualitas teknis,
sehingga penetapan pemenang berdasarkan kombinasi perhitungan penilaian
teknis dan harga. Evaluasi penawaran dilakukan dengan memberikan bobot
penilaian terhadap teknis dan harga. Besaran bobot harga antara 30% sampai
dengan 40%, sedangkan besaran bobot teknis antara 60% sampai dengan 70%.
Evaluasi administrasi menggunakan sistem gugur (pass and fail). Sedangkan
penilaian teknis dilakukan dengan memberikan bobot terhadap masing-
masing unsur penilaian (kriteria) dengan nilai masing-masing unsur dan/atau
nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang batas minimal. Nilai angka/
bobot ditetapkan dalam kriteria evaluasi yang menjadi bagian dari dokumen
tender. Unsur/sub unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat
dikuantifikasikan. Penilaian penawaran harga dengan cara memberikan nilai
tertinggi kepada penawar terendah. Nilai penawaran peserta yang lain dihitung
dengan menggunakan perbandingan harga penawarannya dengan harga
penawaran terendah.
c. Harga Terendah
Metode evaluasi harga terendah digunakan untuk pengadaan barang/
pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dalam hal harga menjadi dasar penetapan
pemenang di antara penawaran yang memenuhi persyaratan teknis. Pada sistem
harga terendah, penetapan pemenang dilakukan terhadap peserta tender yang
memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga terendah.
Evaluasi administrasi menggunakan sistem gugur (pass and fail). Sedangkan
evaluasi teknis menggunakan sistem gugur (pass and fail) atau sistem gugur
dengan ambang batas. Sistem harga terendah dapat digunakan untuk pengadaan
barang/jasa di mana:
1) Spesifikasi/KAK jelas dan standar
2) Persyaratan teknis mudah dipenuhi
3) Harga/biaya adalah kriteria evaluasi utama.
Metode evaluasi harga terendah digunakan misalnya untuk barang/jasa
standar seperti peralatan kantor, peralatan komunikasi, bahan kimia, mesin
sederhana atau bahan baku.
PEMBAHASAN
Pada artikel ini, penulis akan membahas cara melakukan evaluasi dokumen
penawaran pada tender jasa lainnya dengan sistem nilai. Jasa lainnya yang akan
dibahas adalah pengadaan konsumsi peserta pelatihan satker Pusdiklat X. Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) pengadaan tersebut telah ditetapkan oleh PPK sebesar Rp
2.440.000.000,- (data fiktif).
Setelah HPS ditetapkan, pokja UKPBJ kemudian menyusun dokumen tender.
Salah satu isi dokumen tender adalah penetapan kriteria evaluasi penawaran.
Adapun kriteria evaluasi penawaran peserta tender yang telah dibuat pokja UKPBJ
adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi harga penawaran (bobot 40%)
b. Evaluasi teknis (bobot 60%) dengan kriteria teknis sebagai berikut:
1) Pengalaman sejenis (bobot 20%), dibuktikan dengan salinan kontrak
pekerjaan sejenis.
- Lebih dari 8 tahun (poin 100)
- 4 – 8 tahun (poin 75)
- Kurang dari 4 tahun (poin 50)
2) Variasi menu (bobot 40%), dibuktikan dengan daftar menu makan pagi,
makan siang, makan malam, coffee break pagi, dan coffee break sore)
- 15 menu (poin 100)
c. Nilai ambang batas (passing grade) untuk data teknis minimal 80.
Pada saat pelaksanaan tender, terdapat empat perusahaan yang dinyatakan
lulus evaluasi administrasi. Adapun data harga penawaran dan data teknis
perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
Harga Penawaran
No Nama Perusahaan (setelah koreksi Aspek Teknis
aritmatik)
1 CV Super Bayam 2.367.000.000 - Pengalaman 10 tahun
- 15 variasi menu
- 1 koki dan 1 asisten
- Lengkap, sebagian sewa
2 CV Lembayung Jaya 2.302.000.000 - Pengalaman 8 tahun
- 15 variasi menu
- 1 koki dan 2 asisten
- Lengkap, milik sendiri
3 CV Kurnia Hudaya 2.309.000.000 - Pengalaman 7 tahun
- 15 variasi menu
- 1 koki dan 2 asisten
- Lengkap, sebagian sewa
4 CV Tunggul Rahayu 2.337.500.000 - Pengalaman 9 tahun
- 15 variasi menu
- 1 koki dan 1 asisten
- Lengkap, milik sendiri
Nama
No Harga Penawaran Poin Perhitungan Total
Perusahaan
1 CV Super Bayam - Pengalaman 10 tahun 100 100 x 20% = 20,00 90,00
100
- 15 variasi menu 100 100 x 40% = 40,00
100
- 1 koki dan 1 asisten 75 75 x 25% = 18,75
100
- Lengkap, sebagian sewa 75 75 x 15% = 11,25
100
Jika melihat hasil evaluasi teknis di atas, maka nilai semua peserta tender di
atas nilai ambang batas, yang artinya semua dinyatakan lulus (di atas 80). Pada
evaluasi teknis ini, CV Lembayung Jaya memperoleh nilai tertinggi. Hal ini berbeda
dengan hasil evaluasi harga penawaran. Untuk menentukan pemenang tender,
maka pokja UKPBJ menggabungkan hasil evaluasi harga dan evaluasi teknis.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Harga
Penawaran Teknis (nilai teknis x Total
No Nama Perusahaan Peringkat
bobot 60%) Nilai
(bobot 40%)
1 CV Super Bayam 39,02 90 x 60% = 54,00 93,02 IV
2 CV Lembayung Jaya 39,78 95 x 60% = 57,00 96,78 I
3 CV Kurnia Hudaya 40,00 91,25 x 60% = 54,75 94,75 III
4 CV Tunggul Rahayu 39,51 93,75 x 60% = 56,25 95,76 II
PENUTUP
Untuk mempermudah pejabat pengadaan dan pokja UKPBJ dalam
melaksanakan tugasnya, maka Perpres 16 tahun 2018 dan Peraturan LKPP nomor
9 tahun 2018 memberi pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui
penyedia. Salah satunya adalah pengaturan metode evaluasi penawaran pada
tender barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya/jasa konsultansi. Terdapat tiga
metode evaluasi penawaran tender barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya,
yaitu sistem nilai, biaya selama umur ekonomis, dan harga terendah.
Pada metode sistem nilai, penawaran dari para peserta tender dievaluasi
harga penawaran dan data teknisnya. Besaran bobot harga penawaran antara
30% sampai dengan 40%, sedangkan besaran bobot teknis antara 60% sampai
dengan 70%. Adapun tujuan metode sistem nilai ini adalah untuk memperoleh
pemenang tender yang harga penawarannya kompetitif dan memiliki aspek
teknis yang baik secara proporsional.
REFERENSI
Peraturan Presiden nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan LKPP nomor 9 tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Melalui Penyedia
Bapak : Jangan Nak, bapak dulu playboy di Jombang, takutnya nanti pacarmu
masih saudaramu kandung.
Bu aku gak boleh nikah sama cewek Jombang, Mojokerto dan Sidoarjo kata Bapak
dia playboy di sana, takutnya pacarku masih saudaraku kandung.
Ibu : Sudahlah Nak kalau mau nikah yaa nikah saja, karena kamu belum tentu
*anaknya bapakmu* tapi anaknya bapak yang lain !!!
Abstrak
Jika kita mendengar atau membicarakan masalah cost recovery di KKKS (Kontraktor
Kontrak Kerja Sama) MIGAS, yang muncul selalu nada negatif dan miring.
Pembicaraan akan mengarah pada rekapitulasi dari pos-pos biaya tinggi yang
disebabkan karena penggelembungan (mark-up) atau dari biaya-biaya yang tidak
termasuk kedalam biaya yang boleh di recover. Sumber utama informasi selalu
bermuara dari hasil temuan audit baik internal BPMIGAS,BPKP maupun BPK.
Ribut dan gonjang ganjing tentang Cost Recovery pada suatu periode bisa sangat
impulsif. Tindakan yang muncul setelah itu , berbagai departemen terkait atau barisan
stakeholders maupun DPR secara sporadik mendeklarasikan atau membentuk
banyak forum ,Pansus, atau “task force” dengan tujuan ingin menyelesaikan
masalah ini.Dari banyak usulan dan diskusi selalu muncul kesimpulan antara lain
“Kita akan membuat negatif list cost recovery yang lebih tegas , yang selama ini
masih abu-abu akan di hitam atau diputihkan, mengawasi spending di masing-masing
cost centre atau usulan yang lebih ekstrim merubah pola kontrak dari konsep cost
recovery (Profit Sharing) menjadi Revenue Sharing atau Royalty System”. Belum
pernah ada usaha melihat, mengevaluasi atau mengkritisi apakah pola operasi
kita saat ini sudah benar , boros , royal , penuh redudancy atau tidak?
Apakah itu salah? Semua pendekatan atau usaha tersebut tidak salah, pertanyaannya
apakah kita sudah membidik dan menyelesaikan inti permasalahan krusial yaitu
menurunkan “cost recory” secara sistemik atau belum? PerbaikanEdisipada
22 Tahun
cost 2019 | 49
centre
spending dan perbaikan pada kesalahan administrasi terutama pengadaan dari temuan
audit mungkin akan menurunkan sedikit cost recovery tapi apakah solusi ini dapat
recovery (Profit Sharing) menjadi Revenue Sharing atau Royalty System”. Belum
pernah ada usaha melihat, mengevaluasi atau mengkritisi apakah pola operasi
kita saat ini sudah benar , boros , royal , penuh redudancy atau tidak?
Apakah itu salah? Semua pendekatan atau usaha tersebut tidak salah, pertanyaannya
apakah kita sudah membidik dan menyelesaikan inti permasalahan krusial yaitu
menurunkan “cost recory” secara sistemik atau belum? Perbaikan pada cost centre
spending dan perbaikan pada kesalahan administrasi terutama pengadaan dari temuan
audit mungkin akan menurunkan sedikit cost recovery tapi apakah solusi ini dapat
menjamin cost recovery yang akan datang tidak akan lebih besar atau apakah secara
nasional kita sudah bicara tentang solusi permanen.?
Page 1 of 5
Pada akhir tahun 80an ketika harga minyak dunia jatuh dibawah 10 USD//Barel
semua perusahaan minyak dunia menjerit dan mencari alternatif solusi untuk bertahan
hidup. Perusahaan yang beroperasi di North Sea (Laut Utara) ketika itu memiliki
biaya sekitar 13 USD/barel.Upaya yang dilakukan perusahan adalah melakukan
perubahan pola operasi dengan sangat drastis. Semua operator duduk bersama dan
meredefinisi ulang pola operasi yang ada. Pola operasi yang tadinya sendiri-sendiri
dan eksklusif dirubah total dengan melakukan pola operasi bersama. Para operator
melakukan planning bersama (Collaborative planning) untuk kegiatan seismik dan
drilling , melakukan kegiatan pengadaan yang strategis atau tidak transaktional
(strategic procurement ) serta melakukan kegiatan pendukung operasi produksi dari
suatu logistic base bersama sehingga terjadi tingkat utilisasi fasilitas secara optimal.
Perubahan dan Konsekuensi logis dari kombinasi menerapkan pola operasi yang
berbasis collaboration (bersama) ,strategic procurement (mendapatkan diskon harga
dari volume pembelian yang besar dan mentransfer biaya inventori yang besar ke
pihak ketiga / vendor managed inventory), menggunakan fasilitas logistik bersama
secara optimum (gudang,kapal,pelabuhan, pesawat dll) bagi semua operator terbukti
bisa menekan biaya hingga 30%. Inisiatif ini dikenal dengan nama Cost Reduction in
the New Era (CRINE) . Hal yang sama ditiru dan diterapkan oleh negara tetangga kita
Malaysia dengan inisiatif yang dinamakan CORAL (Cost Reduction Alliance) dan
menggunakan logistik base hanya di dua lokasi Kemaman (di pantai Timur
Malaysia) dan Labuhan di bagian Kalimantan Utara untuk mendukung kegiatan
operator diseluruh Offshore Malaysia, inisiatif ini terbukti dapat mengurangi biaya
produksi mereka hingga 35% (EY report tahun 2000).
Page 2 of 5
Dibawah ini adalah contoh gambaran distribusi biaya untuk salah satu KKKS
berproduksi di Indonesia. Struktur biaya tertinggi (73%) adalah biaya procurement
(beli barang dan jasa) dan biaya logistik (pengelolaan barang atau biaya
pendukung pekerjaan jasa).
15% 23%
12%
Procure-
Salary & ment of
Insurance Benefit services
Melihat pola spending diatas terlihat bahwa jika kita akan melakukan perubahan
drastis dipola spending atau menekan cost recovery, kita harus melakukan inisiatif-
inisiatif strategis di bidang procurement dan logistics atau saat ini dikenal dengan
Supply Chain Management. Pola pengadaan yang sangat transaksional (banyak
PO/Kontrak) dan Pola pengelolaan logistik yang sendiri-sendiri perlu di reform
menjadi pola pengadaan yang strategis dan pengelolaan logistik bersama atau
meningkatkan penggunaaan shared facilities.
Bagaimana memulai?
Untuk memulai inisiatif ini BPMIGAS sebagai badan pelaksana MIGAS di Indonesia
dapat menjadi penggerak utama (prive mover). Inisiatif Kepala BPMGAS yang baru
menempatkan eksekutifnya di KKKS harus diikuti dengan membentuk tim-tim kerja
untuk KKKS yang berdekatan (lihat gambar-2 usulan lokasi logistics base yang meng
cover perubahan pola operasi di Industri MIGAS nasional ). Tim ini merupakan
gabungan key-person yang ditempatkan oleh masing-masing KKKS dan akan bekerja
setiap hari , difasilitasi dan berkantor di BPMIGAS tetapi statusnya tetap dibayar
sebagai karyawan KKKS. Ketika diperlukan tenaga ahli untuk bidang-bidang tertentu
si key person dapat membawa tenaga ahli dari masing-masing KKKS sebagai tim
Page 3 of 5
pendukung dalam membuat planning bersama. Salah satu tugas tim ini adalah
melahirkan WP&B (Work Program & Budget , AFE(Authorized For Expenditure)
/format-format planning dan budgeting yang berlaku antar KKKS saat ini atau
kontrak dan monitoring sistem yang berbasis “collaborative plan”,shared dan
optimalization skenario. Hal ini jika terjadi akan melibas habis alasan kurang
kordinasi antar KKKS , meeting yang berulang-ulang, melelahkan dan tidak efektif.
BPMIGAS dalam konteks ini akan secara elegan berperan sebagai fasilitator dan
perekat sehingga semua tujuan tercapai dengan efisien.
Pada pola operasi ini akan terjadi perubahan sangat mendasar atau indikator
keberhasilannya akan diperlihatkan dari minimum atau tidak terjadi biaya mobilisasi
peralatan pada cost recovery (misal seismik dan drilling), pembelian barang yang
sangat efisien dengan sedikitnya PO karena diganti dengan pembelian yang berbasis
group purchase, minimalnya inventori karena dimasing-masing logistics base akan
muncul vendor-vendor yang menstok barang seperti adanya supermarket didalam
komplek perumahan (artinya kebutuhan rutin tidak perlu distok pembeli), penggunaan
fasilitas dibayar hanya yang dipakai (gudang,kapal,pesawat,utilitas pelabuhan dll),
dan berbagai indikator cantik lainnya..
Muncul pertanyaan sederhana apa ini bisa dilakukan? Jawabannya pun sangat
sederhana apa kita mau melakukan? Kalau kita takut gagal dalam implementasi kita
tinggal mengcopy (menjiplak) habis apa yang sudah dan sedang dilakukan diberbagai
negara saat ini, pasti paling tidak 70-80% nya akan terjadi atau berhasil menurunkan
biaya cost recovery yang selalu diributkan.Jika ditahun 2010 ini sesuai presentasi
Edisi 22 Tahun 2019 | 53
Page 4 of 5
WAKA BPMIGAS pada seminar tentang Financing Breakthrough bulan April 2010
lalu,cost recovery dari KKKS produksi akan menjadi 13,6 Miliar USD dan jika
ditambah dengan KKKS eksplorasi menjadi 15.98 Miliar USD dan 73% nya adalah
pengadaan dan logistik, jika kita dapat menghemat 20% saja (70% dari pengalaman
sukses negara lain) kita sudah menghemat hingga 20 Triliun Rupiah/tahun , angka
yang sangat signifikan untuk dinikmati bagi banyak rakyat Indonesia yang masih
hidup dibawah garis kemiskinan ? (KRMay2010)
KHAIRUL RIZAL
• Graduated from ITB (Geophysics Dept ) and MBA (Strategic Mng)-Cumlaude.
• 1985-1994 : From Geophysicist to Seismic Project Manager Asamera Oil Indonesia.
• 1994-1999 : From Exploration & New Venture Manager to VP.Business Development Risyad Salim
Resources Int’l-PSC (Operator of Bontang & Asahan Block ,partner in Tuban Block)
• 1999- 2006 : Business Process Re-engineering & Cost Reduction Consultant in Gulf Indonesia
Resources and Star Energy (Initiator of E-procurement implementation in Gulf Indonesia).
• 20006-present : Director of Seismic Acquisition company and International Purchasing & Supply
Chain Management (IPSCM) certified instructor.
Page 5 of 5
Pengalaman
MEDIASI KAMPUS
Pengadaan
Pengadaan
Pengadaan
Pengadaan
Pengadaan
Jilid
1
2
3
Edisi 22 Tahun 2019 | 61
EVEN penting
Pengadaan
member of