Anda di halaman 1dari 7

BUKUJAWABANTUGASMATAKULIAHT

UGAS2

NamaMahasiswa : Bayu Setyawan

NomorIndukMahasiswa/NIM : 049325524

Kode/NamaMataKuliah : ADPU4332/Hukum Administrasi Negara

Kode/NamaUPBJJ : 45/UPBJJ-UT Yogyakarta

MasaUjian : 2023/2024Ganjil(2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAANUNIVERSITASTERBUKA
1a. Jawaban
Perhitungan secara ekonomis diperlukan saat melakukan
penghapusan Barang Milik Negara (BMN) karena hal ini
memungkinkan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa
penghapusan BMN dilakukan dengan efisien dan efektif. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa perhitungan secara ekonomis
diperlukan:

Penentuan nilai aset: Perhitungan ekonomis membantu dalam


menentukan nilai aset yang akan dihapus. Ini melibatkan penilaian
aset berdasarkan kondisi fisik, usia, dan nilai pasar saat ini. Dengan
mengetahui nilai aset, pemerintah atau organisasi dapat membuat
keputusan yang tepat tentang penghapusan.
Pemilihan metode penghapusan: Perhitungan ekonomis membantu
dalam memilih metode penghapusan yang paling efisien dan
ekonomis. Metode penghapusan dapat mencakup penjualan,
lelang, pemberian, atau pemusnahan. Dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat dari setiap metode, organisasi dapat memilih
opsi yang paling menguntungkan.
Evaluasi biaya: Perhitungan ekonomis memungkinkan untuk
mengevaluasi biaya yang terkait dengan penghapusan BMN. Ini
mencakup biaya pemusnahan, biaya administrasi, biaya
transportasi, dan biaya lainnya yang terkait dengan proses
penghapusan. Dengan mengetahui biaya yang terlibat, organisasi
dapat mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana.
Penghindaran kerugian: Perhitungan ekonomis membantu dalam
menghindari kerugian yang tidak perlu. Dengan melakukan analisis
yang cermat, organisasi dapat mengidentifikasi risiko dan potensi
kerugian yang terkait dengan penghapusan BMN. Hal ini
memungkinkan untuk mengambil tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk meminimalkan kerugian.
1b. Analisis mengapa perhitungan secara ekonomis diperlukan saat
melakukan penghapusan BMN
Perhitungan secara ekonomis diperlukan saat melakukan
penghapusan Barang Milik Negara (BMN) karena hal ini
memungkinkan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa
penghapusan BMN dilakukan dengan efisien dan efektif. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa perhitungan secara ekonomis
diperlukan:

Penentuan nilai aset: Perhitungan ekonomis membantu dalam


menentukan nilai aset yang akan dihapus. Ini melibatkan penilaian
aset berdasarkan kondisi fisik, usia, dan nilai pasar saat ini. Dengan
mengetahui nilai aset, pemerintah atau organisasi dapat membuat
keputusan yang tepat tentang penghapusan.
Pemilihan metode penghapusan: Perhitungan ekonomis membantu
dalam memilih metode penghapusan yang paling efisien dan
ekonomis. Metode penghapusan dapat mencakup penjualan,
lelang, pemberian, atau pemusnahan. Dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat dari setiap metode, organisasi dapat memilih
opsi yang paling menguntungkan.
Evaluasi biaya: Perhitungan ekonomis memungkinkan untuk
mengevaluasi biaya yang terkait dengan penghapusan BMN. Ini
mencakup biaya pemusnahan, biaya administrasi, biaya
transportasi, dan biaya lainnya yang terkait dengan proses
penghapusan. Dengan mengetahui biaya yang terlibat, organisasi
dapat mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana.
Penghindaran kerugian: Perhitungan ekonomis membantu dalam
menghindari kerugian yang tidak perlu. Dengan melakukan analisis
yang cermat, organisasi dapat mengidentifikasi risiko dan potensi
kerugian yang terkait dengan penghapusan BMN. Hal ini
memungkinkan untuk mengambil tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk meminimalkan kerugian.
Proses tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam penghapusan
BMN
Proses penghapusan BMN melibatkan beberapa tahapan yang
harus dilalui untuk memastikan penghapusan dilakukan dengan
benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut adalah
tahapan-tahapan umum yang harus dilakukan dalam penghapusan
BMN:

Identifikasi BMN yang akan dihapus: Tahap pertama adalah


mengidentifikasi BMN yang akan dihapus. Ini melibatkan
peninjauan inventarisasi BMN dan penentuan aset yang sudah
tidak diperlukan atau tidak berfungsi lagi.
Penilaian dan perhitungan: Setelah identifikasi, tahap selanjutnya
adalah melakukan penilaian dan perhitungan nilai aset yang akan
dihapus. Ini melibatkan penentuan nilai aset berdasarkan kondisi
fisik, usia, dan nilai pasar saat ini.
Penentuan metode penghapusan: Setelah penilaian, metode
penghapusan yang paling sesuai harus ditentukan. Metode
penghapusan dapat mencakup penjualan, lelang, pemberian, atau
pemusnahan. Pemilihan metode harus didasarkan pada peraturan
yang berlaku dan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas.
Persiapan administrasi: Tahap ini melibatkan persiapan
administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan penghapusan. Ini
termasuk persiapan dokumen, persiapan kontrak (jika diperlukan),
dan persiapan prosedur administrasi lainnya.
Pelaksanaan penghapusan: Setelah persiapan administrasi selesai,
tahap berikutnya adalah melaksanakan penghapusan sesuai
dengan metode yang telah ditentukan. Ini melibatkan menjual,
melelang, memberikan, atau memusnahkan BMN sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pelaporan dan dokumentasi: Tahap terakhir adalah pelaporan dan
dokumentasi penghapusan BMN. Ini melibatkan pembuatan
laporan penghapusan yang mencakup informasi tentang aset yang
dihapus, metode penghapusan yang digunakan.
2.jawaban
Dalam PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara), hukum acara
perdata, dan hukum pidana, terdapat perbedaan dalam prinsip
pembuktian. Berikut adalah gambaran prinsip pembuktian dalam
ketiga bidang tersebut:
PTUN
Asas Beban Pembuktian: Dalam PTUN, beban pembuktian berada
pada pihak yang mengajukan gugatan. Pihak yang mengajukan
gugatan harus membuktikan bahwa tindakan atau keputusan yang
dilakukan oleh pemerintah atau badan administrasi negara adalah
tidak sah atau melanggar hukum.
Asas Proposisi: Dalam PTUN, pembuktian dilakukan secara
proposional. Artinya, pihak yang mengajukan gugatan harus
menyajikan bukti yang cukup untuk mendukung klaimnya. Bukti
yang disajikan harus relevan, jelas, dan memadai untuk
membuktikan bahwa tindakan atau keputusan yang digugat adalah
tidak sah.
Hukum Acara Perdata
Asas Beban Pembuktian: Dalam hukum acara perdata, beban
pembuktian awalnya berada pada pihak yang mengajukan gugatan.
Namun, jika terdapat fakta yang sulit dibuktikan oleh pihak yang
mengajukan gugatan, maka beban pembuktian dapat dialihkan
kepada pihak tergugat.
Asas Kepastian Hukum: Dalam hukum acara perdata, pembuktian
dilakukan untuk mencapai kepastian hukum. Pihak yang
mengajukan gugatan harus menyajikan bukti yang cukup untuk
meyakinkan hakim bahwa klaimnya benar. Hakim akan
memutuskan berdasarkan bukti yang disajikan.
Hukum Pidana
Asas Beban Pembuktian: Dalam hukum pidana, beban pembuktian
berada pada pihak penuntut umum. Pihak penuntut umum harus
membuktikan bahwa terdakwa bersalah melebihi keraguan yang
wajar. Terdakwa dianggap tidak bersalah sampai terbukti secara
sah dan meyakinkan sebaliknya.
Asas Presumsi Tak Bersalah: Dalam hukum pidana, terdakwa
dianggap tidak bersalah sampai terbukti secara sah dan
meyakinkan sebaliknya. Pihak penuntut umum harus menyajikan
bukti yang cukup untuk meyakinkan hakim dan juri bahwa
terdakwa bersalah.
Dalam PTUN, hukum acara perdata, dan hukum pidana, prinsip
pembuktian berbeda sesuai dengan sifat dan tujuan dari masing-
masing bidang hukum tersebut.

3a. Jawaban
Dalam artikel tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu entitas atau organisasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa entitas
tersebut telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik, serta mematuhi peraturan dan prosedur yang berlaku.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dapat mencakup beberapa


hal, antara lain:

Pemeriksaan Keuangan: BPK melakukan pemeriksaan terhadap


laporan keuangan entitas untuk memastikan keakuratan dan
keandalannya. Tujuannya adalah untuk menilai apakah entitas
tersebut telah menggunakan sumber daya dengan efisien dan
efektif, serta memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Pemeriksaan Kinerja: BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap
kinerja entitas dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi entitas dalam menjalankan program dan
kegiatan yang telah direncanakan.
Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan: BPK melakukan pemeriksaan
terhadap kepatuhan entitas terhadap peraturan dan prosedur yang
berlaku. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa entitas
tersebut telah mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah
atau lembaga yang berwenang.

3b. BPK memiliki fungsi sebagai lembaga pemeriksa tertinggi di


negara. Fungsi-fungsi utama BPK antara lain:

Pemeriksaan Keuangan Negara: BPK bertanggung jawab untuk


melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan
negara dilakukan dengan baik, transparan, dan akuntabel.
Pengawasan Terhadap Penggunaan Anggaran: BPK melakukan
pengawasan terhadap penggunaan anggaran negara oleh entitas
pemerintah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa anggaran
negara digunakan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang
berlaku, serta mencapai hasil yang diharapkan.
Memberikan Rekomendasi dan Rekomendasi: BPK memberikan
rekomendasi dan rekomendasi kepada entitas yang diperiksa untuk
perbaikan dan peningkatan pengelolaan keuangan dan kinerja.
Rekomendasi ini dapat membantu entitas untuk meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya.
Pelaporan dan Informasi: BPK memberikan laporan dan informasi
hasil pemeriksaan kepada pemerintah, lembaga legislatif, dan
masyarakat umum. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi
yang transparan dan akurat mengenai pengelolaan keuangan
negara dan kinerja entitas yang diperiksa.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, BPK berperan penting dalam
menjaga akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
negara, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja entitas
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai