NIM : 041123069
Tugas Ke : 1 (Satu)
SOAL
a) Perencanaan kebutuhan aset, muncul karena adanya tujuan yang hendak dicapai.
Dikarenakan aset yang dibutuhkan akan digunakan oleh pemilik atau pengelola
untuk memperlancar pencapaian tujuan, maka dari itu perencanaan kebutuhan aset
harus berorientasi kepada pengguna dan didasarkan pada master plan organisasi
bersangkutan dan ketersediaan dana.
b) Pengadaan aset, yaitu kegiatan mengadakan barang atau jasa yang dibiayai sendiri
ataupun yang dibiayai oleh pihak luar, baik yang dilaksanakan secara swakelola atau
sendiri maupun oleh penyedia barang atau jasa.
c) Inventaris aset atau database aset, yaitu kegiatan mengidentifikasi kualitas dan
kuantitas prasarana serta sarana secara fisik dan secara yuridis atau legal.
Inventarisasi ini dalam bentuk informasi data aset biasa disebut sebagai database
aset atau barang.
d) Legal audit, yaitu kegiatan pengauditan untuk status prasarana dan sarana, sistem
dan prosedur penguasaan, sistem dan prosedur pengalihan penggunaan,
pengidentifikasian adanya indikasi permasalahan legalitas atau aspek yuridis, serta
pencarian solusi untuk memecahkan masalah legalitas yang terjadi atau terkait
dengan penguasaan dan pengalihan aset.
e) Penilaian aset, yaitu proses suatu kegiatan untuk menentukan nilai aset yang dimiliki
sehingga dapat diketahui secara jelas nilai kekayaan yang dimiliki, yang akan
dialihkan, ataupun yang akan dihapuskan.
f) Operasi dan peliharaan aset, yaitu proses pendayagunaan aset sedangkan
pemeliharaan yang dimaksud adalah kegiatan menggunakan atau memanfaatkan
prasarana dan sarana dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Pada tahap ini aset
dioptimalkan dari segi potensi, fisik, lokasi, nilai, jumlah atau volume, legal, dan
ekonomi, dan pada tahap ini juga aset-aset yang dikuasi oleh pemda akan
diidentifikasi dan dikelompokan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki
potensi.
g) Penghapusan aset, yaitu kegiatan untuk menjual, menghibahkan, atau bentuk lain
dalam memindahkan hak kepemilikan atau memusnahkan seluruh maupun sebuah
unit atau unsur terkecil dari aset yang dimiliki.
h) Peremajaan aset, pada tahap ini dilakukan peremajaan bagi aset yang telah usang,
baik usang dalam sisi penggunaan dan pemanfaatannya maupun usang karena habis
umur ekonomis atau umur teknisnya.
i) Pengalihan aset, yaitu proses memindahkan hak atau tanggung jawab, wewenang,
kewajiban penggunaan, dan pemanfaatan dari sebuah unit kerja ke unit lainnya di
lingkungan sendiri.
B) Berikut adalah kesimpulan saya dari pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
pemerintah, mengenai apakah sudah efektif atau justru banyak menimbulkan perilaku
negatif beserta dengan data-data yang terkait,
Menurut saya, sejauh ini pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah terbilang
sudah cukup baik namun belum terlalu efektif, hal ini saya simpulkan setelah saya
menganalisis topik ini dari berbagai sumber yang ada. Dimana pada saat ini menurut
saya pengadaan barang dan jasa pemerintah telah menjadi isu strategis dan penting,
baik dalam persepektif perdagangan internasional maupun dari persepektif hukum
nasional, serta implikasinya terhadap hukum yang ada di Indonesia. Selain itu
pengadaan barang atau jasa untuk kepentingan pemerintah merupakan salah satu alat
untuk menggerakkan roda perekonomian, dalam rangka meningkatkan perekonomian
nasional guna mensejahterahkan kehidupan rakyat, karena pengadaan barang dan jasa
terutama di sektor publik terkait erat dengan penggunaan anggaran negara.
Dilingkungan pemerintah sendiri pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah
sering kali bermasalah dan terjadi berbagai macam penyimpangan, baik dari segi kualitas
barang yang tidak sesuai, maupun adanya unsur korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN
antara pejabat pemerintah dengan para penyedia barang dan jasa. Seperti fenomena
banting harga yang menyebabkan persaingan tidak sehat, terjadi spesifikasi teknis
barang yang susah ditemukan di pasar yang cenderung ke produk tertentu, dan juga
adanya sub kontrak yang seharusnya pemerintah bisa menolak suatu tender yang
dikontrakkan lagi ke pihak lain. Dan menurut data yang saya ambil referensinya dari
Detiknews (28 Februari 2019) dimana menjelaskan bahwa penyimpangan yang paling
rawan berpotensi disalahgunakan adalah yang berupa perjanjian atau kontrak
pengadaan barang dan jasa. Selain itu menurut data dari KPK yang menyebut bahwa ada
80% penyimpangan yang telah terjadi terkait dengan bidang pengadaan barang dan jasa.
Maka dengan adanya beragam penyimpangan tersebutlah yang membuat saya menilai
bahwa masih rendahnya penyerapan anggaran pengadaan barang dan jasa.
Meskipun pada faktanya pada jaman sebelum reformasi pelaksanaan pengadaan yang
dijalankan dalam bentuk konvensional memiliki beberapa kelemahan seperti lemahnya
transparansi, kurang efisien, serta kurang berfungsinya perangkat untuk memajukan
pembangunan dikarenakan pengadaan barang dan jasa yang tidak berjalan secara efektif.
Oleh karena itu pemerintah mencoba memperbaiki hal tersebut, shingga pada tahun 2001
akhirnya dikeluarkanlah Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan
dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia, yang menjadi landasan penerapan e-
Government mulai berlaku di Indonesia yakni melalui inovasi . Keberadaan ini kemudian
menjadi peluang besar terhadap ekspektasi pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pengadaan terhadap pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah saat ini. Karena
dari adanya inovasi berupa e- Procurement memungkinkan terjadinya kualitas pengadaan
yang meningkat sehingga tujuan dari pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
pun dapat diwujudkan.
Dan dengan seiring berjalannya waktu, pemerintah Indonesia juga membuat berbagai
skenario pengembangan mengenai pengadaan barang dan jasa yang berlangsung di
Indonesia yang secara otomatis memberi pengaruh pula terhadap penerapan e-
Procurement sebagai satu mekanisme yang dijalankan oleh pemerintah dalam kegiatan
pengadaan barang dan jasa. Hal ini ditandai dengan kemunculan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan barang dan Jasa pemerintah sebagai
perubahan keempat dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang telah diubah
sebanyak tiga kali, dari yang terakhir yakni Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014.
Dimana perubahan yang dihasilkan dari Perpres Nomor 4 Tahun 2015 ini telah
membawa pengaruh signifikan di beberapa segmen yang berkenaan dengan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, terutama yang kini telah
sepenuhnya menggunakan mekanisme elektronik atau e-Procurement. Namun
pengaruh tersebut memiliki dua sisi mata uang, yakni di satu sisi memudahkan dan di sisi
lain membuat teknis pelaksanaan pengadaan menjadi berbeda dengan yang
sebelumnya.
Hal ini dapat dilihat apabila kita sendikit merinci pasal-pasal yang terdapat pada Perpres
tersebut, sepertierd pada Pasal 19 (1) pada huruf I yang tidak lagi menyatakan bahwa
penyedia berkewajiban memiliki laporan pajak paling kurag 3 (tiga) bulan terakhir. Hal
tersebut memiliki perbedaan dengan peraturan sebelumnya yakni Perpres No. 70 Tahun
2012. Selain itu, penyederhanaan mekanisme pun dapat terlihat pada pasal 70 (2) yang
mengindikasikan dibebaskannya penyedia dari kewajiban menyerahkan surat jaminan
pelaksanaan untyk pengadaan tertentu. Hal tersebut terlihat dari perbedaan redaksi di
antara kedua pasal tersebut. Selain hal tersebut perubahan Perpres tentang pengadaan
barang dan jasa ini pula turut mempengaruhi penyedia layanan pengadaan, yang hal ini
dapat dilihat melalui perbandingan antara Pasal 1 angka (9) Perpres Nomor 4 Tahun
2015. Pada Pasal 1 angka (9) Perpres Nomor 4 tahun 2015, dinyatakan bahwa Pejabat
Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung,
Penunjukan Langsung, dan E-Purchasing. Sedangkan pada aturan sebelumnya yakni
pada Pasal 1 angka (9) Perpres Nomor 70 tahun 2012 dinyatakan bahwa Pejabat
Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung.
Dari perbandingan dua pasal tersebut terdapat perubahan tugas yang dimiliki oleh
Pejabat Pengadaan, dimana perubahan signifikan yang terjadi pada peraturan yang
mengatur mengenai pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah tentu akan
berimplikasi terhadap pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
dilakukan oleh setiap para pejabat di Indonesia, baik itu di pusat maupun di daerah. Dan
itulah juga yang mendasari pernyataan saya mengenai pengadaan barang dan jasa di
Indonesia saat ini memanglah terbilang sudah lebih baik dari sebelumnya namun masih
belum begitu efektif dikarenakan masih terdapat beberapa oknum pejabat yang memliki
perliku negatif dan menjadi penghambat dalam pengadaan barang dan jasa di Indonesia.
3. Berikut adalah manfaat mapping aset daerah,
Secara umum, mapping aset daerah dilakukan bertujuan untuk memonitor atau
mengetahui tentang suatu aset daerah secara cepat dan mudah, seperti untuk
mengetahui lokasinya meskipun kita sudah mengetahui kode lokasi, namun itu baru
terbatas pada lokasi dari dinas atau instansi tempat aset berada atau dengan kata lain
belum mengetahui dengan jelas tempat atau site dari aset berada serta bagaimana
kondisinya saat ini. Hal ini diperlukan dikarenakan aset atau barang milik daerah
tersebar di seluruh dinas atau instansi atau badan atau kantor atau unit kerja daerah
kabupaten atau kota serta tersebar pada daerah dalam kabupaten atau kota uang terdiri
atas bermacam-macam jenis aset.
Namun mapping yang dimaksud disini bukanlah terjemahan lurus dari bahasa asing yang
berarti pemetaan, tetapi mempunyai maksud sebetulnya lebih dari itu, seperti :
Untuk merekap aset tersebut dalam file berdasarkan bidang barang dan mempunyai
data sesuai yang diingini dan lengkap (kode lokasi).
Untuk memetakan lokasi atau letak aset itu berada khususnya untuk aset tetap
berupa tanah atau bangunan.
Dan berdasarkan keinginan itulah timbul keinginan aset daerah untuk di mapping
dengan bertujuan sebagai berikut,
Mudah mengetahui pada dinas atau instansi mana aset itu berada.
Mudah mengetahui lokasi atau site dari aset berada.
Mudah mengetahui segala sesuatu tentang setiap aset tersebut.
Sehingga apabila tujuan mapping daerah tersebut dapat tercapai, maka kita akan dapat
mengetahui secara detail, cepat, serta mudah untuk aset daerah dan akan memudahkan
kita dalam bekerja berkaitan dengan tentang aset daerah ini.
4. Berikut adalah hasil analisa saya mengenai pelaksanaan mapping aset daerah pada
saat ini,
5. Berikut adalah alasan mengapa legal audit diperlukan dalam aset public,
Dalam aset publik legal audit diperlukan guna menjamin semua pihak dalam organisasi
dapat mengelola aset secara tepat dan memenuhi tuntutan aspek hukum, oleh karena
itu sebuah legal audit dapat menjadi legitimasi yaitu proses mengungkap masalah yang
sesuai dengan aspek yuridis. Selain itu legal audit akan memberikan manfaat yang besar
terutama untuk menentukan barang milik negara yang seharusnya diikutsertakan dalam
pencatatan aset tetap pada laporan keuangan. Legal audit juga dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah legal menyangkut status kepemilikan aset, antara lain
status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset
yang tidak termonitor, dan lain sebagainya, sehingga legal audit dapat mengeliminasi
atau meminimalisasi risiko hukum serta menurunkan tensi permasalahan yang
ditimbulkan oleh ketiadaan atau kekurang lengkapan dokumen-dokumen tertulis.
6. Berikut adalah penjelasan mengenai objek dan dokumen apa saja yang akan diaudit ,
Aset fisik yang berperan sebagai objek yang harus diaudit antara lain adalah :
Tanah.
Gedung dan ruangan.
Peralatan dan perlengkapan.
Infrastruktur dan fasilitas umum seperti terminal, pelabuhan, pasar, dan dan objek
wisata.