Anda di halaman 1dari 84

TINJAUAN EKONOMI SYARI’AH TENTANG JUAL BELI

BERSYARAT BIBIT JAGUNG


(Studi Kasus di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung
Kabupaten Lampung Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Memenuhi Persyaratan


Mencapai Gelar Sarjana dalam Bidang Ekonomi Syari’ah (S.E)

Program Studi : Ekonomi Syari’ah

Disusun Oleh :

NUR MUHAMMAD RIFA'I


NPM. 18020015

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIS)


DARUSY SYAFA’AH LAMPUNG TENGAH
1443 H/2022 H
TINJAUAN EKONOMI SYARI’AH TENTANG JUAL BELI
BERSYARAT BIBIT JAGUNG
(Studi Kasus di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung
Kabupaten Lampung Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Memenuhi Persyaratan


Mencapai Gelar Sarjana dalam Bidang Ekonomi Syari’ah (S.E)

Program Studi : Ekonomi Syari’ah

Disusun Oleh :

NUR MUHAMMAD RIFA'I


NPM. 18020015

Pembimbing I : Arif Ismunandar, M.M


Pembimbing II : Chamdini Putri, M.

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIS)


DARUSY SYAFA’AH LAMPUNG TENGAH
1443 H/2022 H

ii
ABSTRAK

NUR MUHAMMAD RIFAI, 2022, Tinjauan Ekonomi Syari’ah Tentang Jual Beli
Bersyarat Bibit Jagung (Studi Kasus Di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih
Agung Kabupaten Lampungtengah). Skripsi Program Studi Ekonomi Syari’ah
STIS Darusy Syafa’ah Lampung Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik muamalah jual beli bibit jagung di
desa Gayau Sakti dan dampak dari penerapan ekonomi syari’ah dalam jual beli bibit
jagung terhadap masyarakat Gayau Sakti, manfaat dari penelitian ini adalah secara
teoritis penelitian dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang
jual beli dalam perspektif ekonomi syari’ah. Secara praktis penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan masukan bagi semua pihak yang berkaitan untuk mengetahui dan
memahami tinjauan ekonomi syari’ah tentang jual beli bibit jagung bersyarat di desa
Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh melalui metode wawacara (Interview) terhadap penjual bibit
jagung dan petani jagung. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan cara berfikir
induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan
kongkrit kemudian dari fakta yang khusus dan kongkrit tersebut ditarik secara
generalisasi yang mempunyai sifat umum.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan analisa data yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa praktik jual beli bibit jagung di desa Gayau Sakti terpenuhi
syarat dan rukunnya dengan dimasukkan dalam jenis jual beli murabahah yang
pembayarannya dengan cara ditangguhkan ketika petani sudah panen, selain itu ada
syarat yang diajukan penjual yaitu petani harus menjual hasil panennya ke penjual
bibit tersebut pastinya dengan harga yang sama dengan pasar, dan nantinya
pembayaran bisa dipotongkan dari hasil panennya, dan hal ini telah disepakati oleh
kedua belah pihak, yaiu: penjual dan pembeli diawal akad, BELUM SELESAI

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul : Tinjauan Ekonomi Syari’ah Tentang Jual Beli
Bersyarat Bibit Jagung (Studi Kasus Di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih
Agung Kabupaten Lampung Tengah) yang ditulis oleh NUR MUHAMMAD
RIFA'I dengan NPM. 18020015 sudah dapat kami setujui dan dapat diajukan ke
Program Studi Ekonomi Syari’ah STIS Darusy Syafa’ah Lampung Tengah.

Pembimbing I Pembimbing II

Arif Ismunandar, M.M Chamdini Putri, M.E


NIDN.2101018608 NIDN.2106119202

Mengetahui,
Ka. Prodi Ekonomi Syari’ah

Arif Ismunandar, M.M


NIDN.2101018608

iv
PEDOMAN TRANSLITER

1. Huruf Arab dan Latin

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin


‫ا‬ Tidak dilambangkan ‫ط‬ ṭ
‫ب‬ b ‫ظ‬ ẓ
‫ت‬ t ‫ع‬ ´
‫ث‬ ṥ ‫غ‬ g
‫ج‬ j ‫ف‬ f
‫ح‬ ḥ ‫ق‬ q
‫خ‬ kh ‫ك‬ k
‫د‬ d ‫ل‬ l
‫ذ‬ ż ‫م‬ m
‫ر‬ r ‫ن‬ n
‫ز‬ z ‫و‬ w
‫س‬ s ‫ه‬ h
‫ش‬ sy ‫ء‬ `
‫ص‬ ṣ ‫ي‬ y
‫ض‬ ḍ

2. Maddah atau Vokal Panjang


Maddah atau Vokal Panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
‫ ي‬-‫ ا‬- â
‫ي‬- î
‫و‬- û
‫اي‬- ai
‫او‬- au

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada kata yang pantas selain ucapan rasa syukur kepada Allah SWT, dan
ucapan Alhamdulillahirabbil’alamin. Peneliti persembahkan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Sahrudin dan Ibunda Binti maesaroh atas doa,
segala pengorbanan yang tak terbalaskan, kesabaran, keikhlasan, cinta, dan
kasih sayangnya
2. Seluruh dewan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Lampung Tengah
yang telah membimbing dan mengajarkan dengan ikhlas tanpa lelah.
3. Sahabat Ekonomi Syariah 2018 yang selalu memberikan semangat tiada
hentinya, berbagi nasihat dan kecerian
4. Almamaterku tercinta Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Darusy Syafa’ah
Lampung Tengah.

vi
MOTTO

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan taufiq dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal ini tepat pada waktunya.

Penulis proposal ini adalah salah satu bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan pada program sarjana (S1) pada Program Studi

Ekonomi Syari’ah STIS Darusy Syafa’ah Lampung Tengah.

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, penulis telah menerima banyakn

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. Andi Ali Akbar, M.Ag., selaku Ketua STIS Darusy Syafa’ah

Lampung Tengah

2. Arif Ismunandar, M.M., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syari’ah

STIS Darusy Syafa’ah Lampung Tengah dan selaku Pembimbing I yang

banyak memberikan kontribusi bagi perbaikan penulisan proposal selama

bimbingan berlangsung

3. Chamdini Putri, M.E., yang telah memberikan banyak koreksi yang berharga

dalam penulisan proposal ini sesuai kapasitasnya sebagai pembimbing II

4. Citra Indah Wulandari, S.E.Sy., yang telah meluangkan waktu dan sabar

membimbing dalam penulisan proposal ini

viii
5. Bapak dan Ibu Dosen, serta Civitas Akademika STIS Darusy Syafa’ah

Lampung Tengah yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka

pengumpulan data

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga amal

ibadah yang bapak/ibu/teman berikan mendapat balasan kebaikan dari Allah

SWT

Kritik dan saran demi perbaikan proposal ini sangat diharapkan dan akan

diterima dengan kerendahan hati. Dan akhirnya harapan penulis semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan

Ilmu Pengetahuan.

Lampung Tengah,………………………..2022
Penulis,

Nur Muhammad Rifa'i


NPM. 18020015

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………i


KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................v
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................6
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................................6
F. Landasan Teori....................................................................................................10
1. Akad..............................................................................................................10
a. Pengertian Akad.........................................................................................10
b. Dasar Hukum Akad...................................................................................10
2. Jual Beli.........................................................................................................11
a. Pengertian Jual Beli...................................................................................11
b. Dasar Hukum Jual Beli..............................................................................12
1). Al-Qur’an............................................................................................12
2). Hadist Nabi Hasil Riwayat Dari Ibnu Majah......................................15
3). Ijma’ Ulama’.......................................................................................15
c. Rukun dan Syarat Jual Beli.......................................................................17
d. Jual Beli Bersyarat.....................................................................................18
G. Metodologi Penelitian..........................................................................................26
1. Jenis dan Sifat Penelitian...............................................................................26
a. Jenis Penelitian..........................................................................................26
b. Sifat Penelitian..........................................................................................26
2. Sumber data...................................................................................................27
a. Sumber data primer...................................................................................27
b. Sumber data sekunder...............................................................................29
3. Teknik Pengumpulan Data............................................................................29

x
a. Wawancara................................................................................................29
b. Dokumentasi..............................................................................................30
4. Teknik Penjamin Keabsahan Data.....………………………….....................32
5. Teknik Analisis Data ...……………………………....……………..............36
H. Sistematika Penulisan..........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia populer juga dengan negara agraris, sebab tanah yang

dimilikinya sangatlah subur sehingga sebagian besarnya dimanfaatkan menjadi

lahan pertanian. Hal tersebut membuat bahan makanan yang ada di Indonesia

sangat melimpah, khususnya yang dihasilkan petani Indonesia sendiri,

termasuk tanaman obat, sayur, buah-buahan, dan bahan makanan pokok secara

umum. Untuk itu tidak mengherankan apabila mayoritas penduduk Indonesia

banyak menjalankan kegiatan bercocok tanam terutama di daerah

pegununggan. Ungkapan tersebut mengindikasikan semestinya para petani

Indonesia bisa memperoleh pertanian yang lebih baik, agar terkait memperoleh

makanan, manusia bisa melakukan pemenuhan kebutuhan hidupnya lewat

pertanian.1

Terutama bagi masyarakat, keberadaan petani pun sangatlah penting.

Islam ialah agama yang sempurna dan lengkap, sebab pada sisi kehidupan

manusia sudah memberi aturan dan kaidah-kaidah dasar, termasuk

hubungannya dengan antar mahkluk ataupun hal dalam ibadah. Semua manusia

memerlukan interaksi antar sesamanya sebagai bagian tolong menolong dan

penutup kebutuhan orang lain. Proses guna menciptakan kesepakatan pada

1
Izzudin Khatib Al-Tamim, Bisnis Islami (Jakarta: Fikahati Aneska, 2020), h. 56.

12
kerangka melakukan pemenuhan kebutuhan kedua hal itu, pada proses guna

melaksanakan perjanjian ataupun akad.2

Hubungan kepentingan antara sesama manusia diatur dalam Hukum

Islam yang berkenaan aktifitas ekonomi lewat petunjuk fikih muamalah yang

didalamnya mencakup norma dasar selaku pedoman. Praktik muamalah bisa

berubah-ubah seiring masyarakat yang terus berkembang. Sementara

muamalah, ditinjau dari definisi secara luas ialah hukum ataupun aturan-aturan

dari Allah SWT. Guna menjadi pengatur manusia yang berkenaan dengan

pergaulan sosial yang menjadi bagian atas urusan duniawi, tujuannya yakni

agar terwujud kehidupan perekonomian maslahat yang berhubungan antar

manusia terkait pemenuhan kebutuhan rohani sekaligus jasmani.3

Akad yang paling banyak dipakai masyarakat yakni jual beli, sebab

akad ini tidak bisa ditinggalkan pada seluruh aspek kebutuhan masyarakat yang

harus dipenuhi. Guna memperoleh suatu barang yang dikehendaki contohnya,

seringkali ia tidak bisa melakukan pemenuhan dengan sendirinya, namun

berhubungan dan memerlukan orang lain, oleh karenanya akad jual beli akan

terbentuk.4

Tekait pengertian umum, jual beli ialah sebuah perikatan tukar-

menukar berbagai hal yang bukan kenikmatan dan kemanfaatan, sementara

secara arti khusus jual beli ialah tukar-menukar berbagai hal yang bukan

2
Dimmyauddin Djwaini, Pengantar Fiqh Muamalat Muamalah (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008) h. 47.
3
Ahmad Azhar basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, Edisi Revisi (Yogyakarta: Uii Pres,
2000), h. 11
4
Dimmyauddin Djwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
h. 69.

13
kelezatan maupun kemanfaatan dengan daya tarik tertentu, ditukarnya bukan

perak dan bukan emas, benda itu ada di sekitar (tidak dilakukan penangguhan)

dan bisa di realisir, tidak termasuk utang meskipun ada ataupun tidaknya

barang tersebut di hadapan si pemilik, barang yang sebelumnya telah diketahui

dan barang yang telah diketahui berbagai sifatnya.5

Demi melakukan pemenuhan kebutuhan manusia, pertanian termasuk

sektor potensial guna dijalankan. Disamping menjadi sumber guna

menyediakan pangan bangsa, pun untuk masyarakat bisa dijadikan sumber

pendapatan agar berbagai kebutuhannya bisa terpenuhi. Ataupun proses

bercocok tanam yang dijalankan dilahan yang sebelumnya sudah disiapkan dan

dilaksanakan pengelolaan memakai cara manual dengan tidak banyak

memanfaatkan manajemen.6

Terkait penjabaran sebelumnya, menandakan perlunya pengetahuan

aturan Islam bagi sisi kehidupan secara menyeluruh, misalnya mengenai

interaksi sosial bersama manusia dan sesamanya, terlebih pada aspek

perpindahan dari pihak yang satu ke pihak yang lain. Masing-masing manusia

mempunyai perbedaan kondisi, ada yang miskin dan ada yang kaya, meskipun

semua manusia sangatlah mencintai harta. Kemudian, ada kalanya seorang

individu memerlukan uang sebagai penutup kebutuhan yang tiba-tiba. Untuk

kondisi ini, tidak terdapat pinjaman yang bisa membantunya dan ia tidak

menjumpai seseorang yang hendak bersedekah untuknya. Sampai ia harus

5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 69-70.
6
Deddy Wahyudin Purba, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian (Tt: Yayasan Kita Menulis,
2020), h.2.

14
datang ke orang lain agar bisa bekerja sama sebab tidak adanya modal guna

menjalankan usaha.

Secara umum, petani ialah pekerjaan bagi sebagian besar penduduk di

Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah,

masyarakat banyak menggantungkan hasil panen menjadi sumber

penghasilannya, yang mana harapannya berbagai kebutuhan hidup bisa

terpenuhi, akan tetapi ada waktu saat masyarakat berhadapan dengan kesulitan

ekonomi sedangkan belum waktunya masa panen.

Pilihan solusi yang dijalankan petani yang tengah melaksanakan

penutupan beban kebutuhan ekonomi lewat cara kerjasama dengan manusia

lainnya guna menjalankan penanaman supaya uang yang semestinya dipakai

sebagai modal penanaman jagung dapat dilaksanakan pengalihan sebagai

penutup kebutuhan hidup, yang kemudian hasil panen nantinya dijadikan

jaminan yang akan dijual kepada pemodal. Sistem perjanjian bersyarat yang

mana hasil panennya itu di jual ke penjual bibit atau pemberi modal.

Kerjasama petani dan penjual ataupun pengepul tidak bisa dilepaskan

dari akad jual beli. Didefinisikan jual beli yakni sebuah perjanjian tukar

menukar barang ataupun benda dengan nilai secara sukarela dari dua pihak,

yang mana sebuah pihak melakukan penerimaan benda dan pihak lainnya

menerimanya selagi ketentuan dan perjanjian yang disepakati dan secara syara'

sudah benar.7 Untuk kemitraan jenis ini, bibit jagung diberikan pemodal

kepada petani dan pembayarannya diambilkan dari hasil panen nantinya. Di

7
Hendi Suhedi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 68.

15
sini kewajiban petani yakni melakukan penjualan hasil panen kepada pemodal

atau penjual bibit.

Merujuk penjelasan sebelumnya yang hendak dicari tahu penulis yakni

terkait praktik jual beli bibit jagung yang ada di Desa Gayau Sakti apabila

ditinjau dari hukum Islam. Sehingga dilaksanakan penelitian yang judulnya

:Tinjauan Ekonomi Syariah Tentang Jual Beli Bersyarat Bibit Jagung

(Studi Kasus Di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah).

B. Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan penelitian yang dirumuskan adalah:

1. Bagaimana tinjauan ekonomi syari’ah tentang jual beli bersyarat bibit

jagung di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah?

2. Bagaimana dampak dari jual beli yang sesuai dengan ekonomi syari’ah

Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung

Tengah ?

16
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana praktik muamalah jual beli bersyarat bibit

jagung di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah.

2. Untuk mengetahui dampak dari jual beli yang sesuai dengan ekonomi

syari’ah di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam khazanah keilmuan tentang jual beli bersyarat dalam

perspektif Ekonomi Syariah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan masukan

kepada masyarakat khususnya petani di desa Gayau Sakti, supaya praktek

yang dilakukan sesuai dengan ketentuan Ekonomi Syari’ah.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan hasil penelitian yang

terdahulu dan relevan, sehingga menjadi gagasan menelusuri penelitian yang

akan peneliti lakukan, penelitian tersebut berjudul:

17
1. Amran Amran, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Parepare, tahun 2021 dengan judul : " Implementasi

Prinsip Pencatatan Hutang dalam Jual Beli Benih Jagung di Desa Timoreng

Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo". Penelitian ini bertujuan sebagai

pedoman serta rujukan bagi masyarakat dalam kegiatan bermuamalah agar

kegiatan tersebut bernilai ibadah serta tidak bertentangan dengan norma dan

kaidah-kaidah dalam ajaran islam dalam melakukan pencatatan dan jual

beli. Peneliti ini mengkaji permasalahan sebagai berikut: 1)Bagaimana

bentuk perjanjian dalam praktek permodalan bibit jagung yang dilakukan

oleh masyarakat di Desa Timoreng?, 2)Bagaimana proses pencatatan hutang

permodalan bibit jagung yang dilakukan masyarakat di Desa Timoreng?,

3)Bagaimana analisis hukum islam terhadap pencatatan hutang piutang yang

dilakukan oleh masyarakat di Desa Timoreng?.

Hasil penelitian ini menujukan bahwa: 1) Bentuk perjanjian yang

dilakukan masyarakat dalam melakukan kegiatan permodalan benih jagung

dilakukan secara lisan tanpa adanya perjanjian hitam diatas putih, serta hasil

panen tersebut harus dijual kepada tengkulak yang memberikan pinjaman;

2) Proses pencatatan piutang belum sepenuhnya menerapkan sistem

pencatatan yang baik dan benar sesuai anjuran pedoman ajaran islam. 3)

Ditinjau dari hukum islam, praktek hutang serta jual beli (perniagaan) tidak

sesuai dengan kaidah islam karena ditemukan dalam prakteknya adanya

tambahan harga setiap perkantong benih yang dipinjamkan kepada petani,

18
meski sebagian petani tidak merasa dirugikan, akan tetapi secara ajaran

islam hal tersebut adalah sesuatu yang dilarang.8

2. Syarima Eyunita, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, tahun

2014. Skripsi ini berjudul “Jual Beli Bersyarat antara Produsen Pakan

dengan Pengusaha Ikan di Desa Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten

Kampar Ditinjau dari Fiqih Muamalah”. Pokok Permasalahan dalam Skripsi

ini adalah bagaimana jual beli bersyarat yang diterapkan, mekanisme

penentuan harga dari praktek jual beli bersyarat antara produsen pakan dan

pengusaha ikan, serta tinjauan fiqih muamalah terhadap permasalahan

tersebut. Objek penelitian adalah jual beli bersyarat di Desa Rumbio

Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.

Hasil penelitian ini adalah akad jual beli bersyarat antara produsen

pakan dengan pengusaha ikan di Desa Rumbio Kecamatan Kampar

Kabupaten Kempar merupakan syarat yang dilarang yaitu produsen

menyaratkan kepada pengusaha ikan yang berhutang apabila ikan telah

layak panen harus dijual kepadanya. Adapun mekanisme penentuan harga

jual beli bersyarat antara produsen pakan dengan pengusaha ikan adalah

tidak disepakati di awal akad dan terdapat perbedaan harga jual ikan dan

beli pakan antara menjual ikan atau tidak kepada produsen. Tinjauan Fiqih

Muamalah terhadap jual beli bersyarat antara produsen pakan dengan

8
Amran Amran, " Implementasi Prinsip Pencatatan Hutang dalam Jual Beli Benih Jagung
di Desa Timoreng Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo”,( mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Parepare, tahun 2021).

19
pengusaha ikan di Desa Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

adalah bathil.9

3. Laksono Bagas, UIN Raden Intan Lampung, tahun 2021 dengan judul: "

Pemanfaatan Fasilitas Free Wifi Dengan Jual Beli Bersyarat Perspektif

Hukum Islam Di Indomaret Jensu Pringsewu 4 Kelurahan Pingsewu Barat,

Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu". Hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa: (1) Praktik jual beli id wifi yang di lakukan di

Indomaret Jensu Pringsewu sama saja dengan jual beli pada umumnya yaitu

adanya pembeli dan penjual yang telah melakukan transaksi jual beli id wifi

dan adanya unsur suka sama suka antara penjual dan pembeli untuk

membeli id wifi dalam bentuk voucher di toko tersebut. (2) Perspektif

hukum Islam mengenai praktik jual beli id wifi di Indomaret Jensu

Pringsewu 4 tidak diperbolehkan, karena adanya unsur keterpaksaan dan

tidak adanya perjanjian di awal yaitu bila terjadi kesalahan akses yang sudah

di beli oleh pembeli dan pihak penjual tidak dapat bertanggung jawab dan

meminta biaya tambahan jika ingin mengganti id dan password wifi

tersebut, dimana dalam hal ini pembeli merasa dirugikan oleh sistem jual

beli yang seperti ini. Dapat dikatakan bahwasanya yang menjadi sebab jual

beli tersebut tidak diperbolehkan karna tidak adanya sighat (akad) yang

9
Syarima Eyunita, “Jual Beli Bersyarat antara Produsen Pakan dengan Pengusaha Ikan
di Desa Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Ditinjau dari Fiqih Muamalah”.
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, tahun 2014).

20
menyatakan adanya unsur keterpaksaan pembeli dan penambahan biaya jika

ingin mengganti id dan password wifi tersebut.10

Peneliti dapat menyimpukan bahwa: dari ketiga hasil penelitian di atas

dengan penelitian yang peneliti lakukan mempunyai kesamaan dalam kasus

jual beli yang terlaku yakni dengan mendatangkan syarat di dalamnya, hanya

saja ada perbedaan dalam pensyaratan, serta objek dan tempat dari penelitian

masing-masing penelitian dan penelitian yang peneliti lakukan.

10
Laksono Bagas, Pemanfaatan Fasilitas Free Wifi Dengan Jual Beli Bersyarat Perspektif
Hukum Islam Di Indomaret Jensu Pringsewu 4 Kelurahan Pingsewu Barat, Kecamatan
Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, (UIN Raden Intan Lampung, tahun 2021).

21
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Akad

1. Pengertian Akad

Asal istilah akad yakni al-‘aqd, yang artinya menghubungkan,

menyambung ataupun mengikat (ar-rabt). Akad secara bahasa yakni

sebuah perikatan dari ijab dan qabul lewat pembenaran cara dari syara’

yang memberi ketetapan keberadaan akibat hukum dari objek yang ada. 11

Sementara merujuk istilah hukum Islam, terdapat sejumlah definisi

perjanjian (akad). Merujuk para ulama fikih, istilah akad diartikan

hubungan dari ijab dan qabul sejalan dengan apa yang dikehendaki syariat

terkait akibat (pengaruh) hukum bagi objek perikatan.12

2. Dasar Hukum Akad

Terdapat dasar hukum akad yang ada pada QS. Al-Baqarah Ayat
282:

ِ
‫اتب با‬
ٌ ‫ْتب بَين ُك ْم َك‬ َ ‫تم َبدي ٍن إىَل‬
ْ ‫أج ٍل ُم َس َّمي فا ْكتبوهُ َوليك‬ ْ ‫تدا َيْن‬
َ ‫ين َآمُن ْوا إ َذا‬
َ ‫أيها الذ‬
َ ‫يَا‬
‫َلع ْد ِل‬

Artinya:
“Hai Orang-orang yang beriman jika kamu bermuamalah tidak
secara tunai sampai waktu yang tertentu, buatlah secara tertulis” (QS. Al-
Baqarah Ayat 282.13

11
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, h. 65.
12
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2019), h.71.
13
Tim Penerjemah, al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid (Bandung:
CV Penerbit J-ART, 2014), h. 49.

22
Terkait ayat yang disebutkan, Ibnu Abbas menjabarkan

keterkaitannya ayat tersebut dengan transaksi bay‘ as-salam. Dan

disebutkan yakni, “saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang dijamin untuk

jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitabnya dan

diizinknnya.”

B. Jual Beli

a. Pengertian Jual Beli

Berdasar bahasa Arab, jual beli dinamakan al-bay’ yang berarti

menukar, mengganti, menjual sesuatu dengan hal yang lainnya.

Berdasarkan terminologi fiqh, lafal al-bay’ sering dipergunakan dalam

mengartikan lawannnya yakni lafal al-syira’ (beli), kata al-bay’ berarti jual

beli ataupun menjual serta membeli. Disamping itu, jual beli sudah diridhoi

Allah beserta Rasul-Nya, karena jual dan riba ialah dua yang tidak sama.

Definisi jual beli yakni kegiatan tukar menukar barang memakai cara

tertentu dengan barang yang lainnya. Mencakup pula jasa dan pemakaian

uang ataupun alat ukur lainnya.14

Bersumber sejumlah pemikiran yang dipaparkan diketahui

bahwasannya intinya jual beli yakni sebuah perjanjian tukar-menukar

barang ataupun benda yang secara sukarela memiliki nilai diantara kedua

belah pihak, yang satunya menerima barang dan lainnya menerima, sejalan

14
Tira Nur Fitria, “Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara”, Jurnal Ilmiah Hukum Ekonomi Islam, Vol. 03, no. 01, 2017, h. 53,
https://jurnal.stieaas.ac.id, diakses 18 mei 2022.

23
dengan ketentuan ataupun perjanjian yang sudah disepakati dan dianggap

benar oleh syara’.

Secara umum, jual beli berarti sebuah perikatan tukar-menukar

berbagai hal di luar kenikmatan dan kemanfaatan. Perikatan ialah akad

yang membuat kedua belah pihak terikat. Tukar-menukar yakni terdapat

pihak yang menyerahkan ganti penukaran dari sejumlah hal yang

ditukarkan pihak lain, dan hal-hal yang bukan merupakan manfaat yakni

bahwasannya benda yang menjadi objek tukar ialah dzat (berbentuk),

fungsinya menjadi objek yang diperjual belikan, jadi bukan hasil ataupun

manfaatnya.15

b. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli dari sesama manusia menjadi sarana tolong menolong

memiliki landasan yang pasti berdasar al-Qur’an serta sunah Rasulullah

SAW. Ada sejumlah ayat al-Qur’an yang mengungkap mengenai jual beli,

misalnya:

1).Al-Qur’an

Sejalan dengan firman Allah yang termuat pada QS. Al-Baqarah

(2): 275 yang berbunyi:

ِ
‫وحَّر َم الربَا‬
َ ‫البي َع‬
ْ ُ‫أح َّل اهلل‬
َ ‫الربا َو‬
َ ‫ثل‬ ْ ‫إمَّنَا‬
ُ ‫البي ُع م‬

Artinya:

15
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 69.

24
“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.(QS. Al-Baqarah
(2): 275).16

Sejalan yang tercantum dari pemaparan sebelumnya, dasar

hukum jual beli secara prinsip yakni diperbolehkan. Dari kalangan

mazhab para ulama sudah membuat kesepakatan akan dihalalkannya dan

disyariatkannya jual beli. Ijma’ ini mengungkap hikmah bahwasannya

apa yang dibutuhkan manusia berkenaan dengan sejumlah hal yang

dimiliki orang lain.14

Pada situasi tertentu bisa terjadi perubahan hukum asal, misalnya

pada jual beli yang memuat unsur riba. Secara bahasa riba berarti

ziyadah (tambahan). Definisi lainnya secara linguistic, riba pun bisa

dimaknai bertumbuh dan bertambah besar.17Berdasar hukum agama riba

tidak boleh dilaksanakan sebab seperti makan harta orang lain secara

bathil.

Sejalan dengan firman Allah dalam QS.An-Nisa (4): 29 yang

bunyinya:

‫راض ِمن ُك ْم واَل َت ْقُتلُوا‬ ِ ‫َّأ‬


ِ ‫االذين آمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأموالَ ُكم بين ُكم بِالب‬
ٍ َ‫اط ِل إاَّل اَ ْن ت ُك ْو َن جِت َار ًة َع ْن ت‬َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ ْ ‫يَا يُّ َه‬
‫إن اهللَ َكا َن ب ُك ْم َر ِحْي ًما‬
َّ ‫َأْن ُف َس ُك ْم‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.

16
Tim Penerjemah, al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, h. 47.
14
Ihsan Ghufron, fiqih muamalat (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h.27.
17

25
Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu” .(QS.An-Nisa (4): 29).18

Berdasar pemaparan ayat itu, orang muslim dilarang oleh Allah

SWT memakan harta lewat cara yang bathil sebab masing-masing orang

memiliki hak tersendiri, sehingga antara satu dengan lainnya perlu saling

menghargai. Dan jangan sampai menjadi orang yang rakus atas benda

ataupun harta orang lainnya.

Berdasar uraian sebelumnya, sebaiknya harta dicari dengan yang

benar bukanlah melalui kecurangan yang membawa kerugian bagi pihak

yang lain. Bentuk upaya manusia guna mendapatkannya misalnya yakni

jual beli (muamalah), sebaiknya muamalah dijalankan dengan landasan

ridha dan suka dari seluruh pihak, sebab dalam jual beli itulah unsur

yang terpenting.19

2).Hadist Nabi Hasil Riwayat Dari Ibnu Majah

‫ِّم ْش ِق ُّي َح َّدثَنَا َم ْر َوا ُن بْ ُن حُمَ َّم ٍد َح َّدثَنَا َعْب ُد الْ َع ِزي ِز بْ ُن حُمَ َّم ٍد َع ْن َد ُاو َد بْ ِن‬ ِِ
ُ َّ‫َح َّدثَنَا الْ َعب‬
َ ‫اس بْ ُن الْ َوليد الد‬
‫لَّ َم‬$‫ه َو َس‬$ِ ‫لَّى اللَّهُ َعلَْي‬$‫ص‬ ِ ُ $‫ال رس‬$ ٍ ِ‫ع‬$‫ا س‬$ ‫صالِ ٍح الْم ِدييِن عن َأبِ ِيه قَ َال مَسِ عت َأب‬
َّ ‫ ْد ِر‬$ُ‫يد اخْل‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ول ق‬$ ُ ‫ي َي ُق‬ َ َ ُ ْ ْ َ ِّ َ َ
. ‫اض‬ ٍ ‫ِإمَّنَا الَْبْي ُع َع ْن َتَر‬

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Al ‘Abbas bin Al-Walid Ad-
Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan Bapaknya
berkata: aku mendengar Abu Sa’id ia berkata, Rasulallah
Sallallahu‟alaihi wasallam bersabda: bahwasanya jual beli berlaku
dengan saling ridha.’’ (Abdullah Muhammad bin Yazid Al- Qozwani,
Sunan ibnu majah, Beirut: Daru al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1984). 20

18
Tim Penerjemah, al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, h. 78.
19
Asmawi Mahfudz, Pembaharuan Hukum Islam Telaah Manhaj Ijtihadshah Wali Allah
Al-Dihlawi (Yogyakarta: Teras, 2010), h.172-173.
20
Lidwa Pustaka, i-Software, Hadist 9 Imam Kitab Sunan Ibnu Majah (PT. Telkom
Indonesia dan PT. Keris IT Developer & Buildier), hadist no. 2176.

26
3).Ijma’ Ulama’

Ulama’ sudah membuat kesepakatan bahwasannya jual beli

diperkenankan jika alasansannya yakni manusia tidak akan bisa

membuat kebutuhan dirinya tercukupi sendiri, jika tidak dibantu orang

lain. Walaupun begitu, bantuan ataupun barang milik orang lain yang

diperlukan itu, perlu dilaksanakan penggantian dengan barang lain yang

tepat.21

Para ulama fikih mengungkap bahwasannya jual beli bersumber

dari hukum asal yakni diperbolehkan (mubah). Namun lewat sejumlah

kondisi tertentu, merujuk pakar Fikih Maliki yakni Imam Al-Syathibi,

hukum yang menyelimuti yakni boleh terjadi perubahan menjadi wajib.

Imam Al-Syathibi, memberikan contohnya saat dijumpai praktik ihtikar

(barang yang ditimbun dan membuat menghilangnya stok dari pasaran

dan terjadi pelonjakan harga secara drastis).

Apabila individu melaksanakan ihtikar dan menyebabkan

kenaikan harga barang yang disimpan dan ditimbun tersebut, maka

dianggapnya, pihak pemerintah bisa memberi paksaan kepada pedagang

dalam melaksanakan penjualan barang tersebut sejalan dengan harga

sebelum ada kenaikan harga.

Terdapat anggapan adanya kewajiban pedagang tersebut dalam

melaksanakan penjualan barang sejalan dengan yang ditentukan

21
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 75.

27
pemerintah. Hal tersebut sejalan denan prinsip Al-Syathibi,

bahwasannya yang mubah itu jika ditinggalkan secara menyeluruh, maka

hukum diperolehkan menjadi wajib. Jika kelompok pedagang besar

melaksanakan boikot tidak berkenan melaksanakan penjualan beras

kembali, pihak pemerintah dapat memberi paksaan guna melaksanakan

perdagangan dagang beras dan para pedagang ini harus melakukannya.

Begitupun saat dalam situasi lainnya.22

c. Rukun dan Syarat Jual Beli

Secara garis besar, rukun jual beli ada tiga, yaitu : ‘aqid, ma’qud

‘alayh, dan sighot, berikut perinciannya:23

1) ‫ ;عاقدان‬dua pihak yang bertransaksi yaitu penjual dan pembeli. Syaratnya:

a) Punya legalitas untuk mendistribusikan harta.

b) Tidak dipaksa.

c) Punya hak wewenang terhadap barang, seperti sebagai pemilik, wakil

atau wali dari anak kecil dan yatim.

ِ ; transaksi kesepakatan dari kedua pihak (ijab-kabul). Syaratnya:


2) ‫صْيغَة‬

a) Harus diucapkan dan harus memiliki satu kesepemahaman makna.

b) Antara ijab-kabul tidak dipisah dengan obrolan lain, berdiam lama

atau hal lain yang tidak mengindikasikan kesungguhan dalam

bertransaksi.

c) Menuju pada satu keputusan yang pasti (tidak digantungkan).


22
Abdul Rahman Ghazaly, dkk., Fiqh Muamalat, h. 70.
23
Andi Ali Akbar, Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Syari’ah, ( Banyuwangi, Jawa Timur:
Yayasan PP. Darussalam Blokagung, Karangdoro, Tegalsari, 2014), h. 20.

28
3) ‫ عليهما‬$‫ ; معقود‬kedua barang yang dibarterkan, yaitu ‫ مبيع‬dan ‫مثن‬. Syaratnya:

a) Suci atau bisa disucikan.

b) Memiliki nilai manfaat yang hakiki dan dibenarkan syara’.

c) Bisa diterima.

d) Maklum/ diketahui oleh kedua belah pihak.

3. Jual Beli Bersyarat

Jual beli bersyarat ialah jual beli dengan ijab dan qabul yang

dihubungkan dengan sejumlah syarat tertentu yang tidak mempunyai kaitan

dengan jual beli tersebut ataupun terdapat kemugkinan terdapat unsur yang

dilarang dan merugikan. Saat para pihak yang melaksanakan pengadaan

kesepakatan jual beli memberi pengajuan sebuah persyaratan pada transaksi

jual beli maka hukum jual beli itu sejalan bentuk persyaratan yang

diajukan.24

Ada perbedaan pendapat di kalangan fuqaha’ amshar terkait dengan

jual beli dengan syarat. Sebagian fuqaha’ menyatakan kebolehannya dan

sebagian yang lain menyampaikan tidak sahnya akad. Ulama’ Hanabilah

menyatakan sahnya akad jual beli dengan syarat, dengan catatan syarat

yang diberlakukan hanya satu saja. Imam Syafii dan Imam Abu Hanifah

menyatakan syaratnya boleh dan sah, namun jual belinya termasuk fasid

(rusak).

24
Muhammad Syamsudin,2018, “ Jual Beli Bersyarat Yang Diperbolehkan Syariat”,
https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/jual-beli-bersyarat-yang-diperbolehkan-syariat-4LyZu .
dalam google. Com., dikutip pada tanggal 26 mei 2022.

29
Salah satu ulama’ madzhab Hanafi, Syeikh Alauddin Al-

Samarqandy dalam Tuhfatu al-Fuqaha’ li al-Samarqandi menjelaskan:

‫ألن اشرتاط املنفعة ألحد املتعاقدين من باب الربا أو شبهة الربا‬

Artinya:
“Karena sesungguhnya penetapan syarat kemanfaatan bagi salah
satu pihak yang bertransaksi adalah termasuk pasal riba atau merupakan
bagian dari syubhatnya riba.” (‘Alauddin Al-Samarqandy, Tuhfatu al-
Fuqaha’ li al Samarqandy, juz 2, Beirut: Daru al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1984:
52).

Adapun pendapat dari kalangan Syafi’iyyah adalah sebagaimana

disampaikan oleh Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab,

sebagai berikut:

‫ أصحها فساد البيع والثاين فيه وجهان أصحها الفساد واآلخر الصحة وإن مل‬:‫إن بني املدة فطريقان‬
‫يبني املدة فالبيع باطل‬
Artinya:
“Ada dua metode istinbath (penggalian) hukum terkait dengan
syarat penetapan jangka waktu (dalam jual beli), metode yang paling
shohih menyatakan rusaknya akad jual beli. Metode kedua menghasilkan
dua pendapat, yaitu: pendapat yang paling shahih adalah rusaknya akad jual
beli, dan pendapat yang kedua shahih adalah sahnya akad jual beli, namun
jika tidak dijelaskan maksud dari masa, maka jual-belinya bathil.
(Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawy, Al-Majmu’ Syarah al-
Muhadzdzab, Mesir: Maktabah al- Mathba’ah al-Munîrah, tt.,: 6/364).

Mendasarkan diri pada pendapat Imam Nawawi, ternyata kalangan

fuqaha’ Syafi’iyyah tidak satu pendapat terkait dengan bolehnya

menyertakan syarat sebagaimana sudah disebutkan di atas. Hasil

kesepakatan yang paling shahih (qaul ashah) menyatakan “rusaknya akad”

sehingga jual beli dipandang sebagai tidak sah.25 Namun, pendapat lain yang
25
. Muhammad Syamsudin,2018, “ Jual Beli Bersyarat Yang Diperbolehkan Syariat”,
https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/jual-beli-bersyarat-yang-diperbolehkan-syariat-4LyZu .
dalam google. Com.

30
lebih rinci di kalangan Syafi’iyah menyatakan shahih, jual beli yang

demikian ini adalah “sah jika ada penjelasan lebih lanjut mengenai waktu

yang dimaksud.” Merujuk pada pendapat yang terakhir ini, maka para

fuqaha’ menyampaikan pandangannya mengenai batasan-batasan kebolehan

syarat yang bisa diikutsertakan dalam jual beli.  Ada tiga batasan syarat

yang bisa diikutsertakan dalam jual beli, antara lain:

1) Syarat merupakan bagian dari tujuan akad (muqtadla al-aqdi), seperti

untuk bisanya saling menerima barang dan kontannya harga. Semua

bentuk persyaratan ini, baik disampaikan ke konsumen ataupun tidak

disampaikan ke konsumen, adalah sama saja dan tidak mempengaruhi

sahnya akad. 

2) Syarat berada di luar ketentuan akad, dan tidak bertentangan dengan

tujuan akad. Syarat ini umumnya disampaikan agar tercapai

kemaslahatan syar’i dalam objek transaksi. Misalnya, membeli mobil

dengan syarat belum pernah dipergunakan, atau membeli ternak namun

dengan syarat mampu memproduksi susu yang banyak.

Syarat-syarat sebagaimana disebutkan ini adalah sah bila

disertakan dalam transaksi. Jika syarat tersebut tidak dijumpai dalam

barang yang dibeli, pembeli boleh melakukan khiyar (memilih) yaitu,

antara melanjutkan akad, membatalkannya, mengambil kompensasi

(arsyun) perbedaan antara barang yang disyaratkan dengan barang yang

dihadirkan.

31
Batasan dari diperbolehkannya menyertakan syarat semacam

dalam jual beli adalah bilamana syarat tersebut memungkinkan untuk

ditepati dan masuk akal, serta tidak bertentangan dengan syara’. Apabila

syarat bersifat tidak masuk akal dan bertentangan dengan syara’ maka

jual beli bisa dibatalkan. 

3. Apabila syarat disertai dengan menyebutkan pengecualian manfaat

tertentu yang bersifat mubah terhadap objek transaksi. Contoh: akan

menjual mobil namun setelah pemakaiannya satu bulan ke depan, atau

akan menjual rumah setelah usai masa satu tahun ia tinggali, atau akan

menjual tanah tegal setelah habisnya masa tanam di musim kemarau

dengan ketentuan paling lambat bulan Agustus, sudah bisa diterimakan

kepada pembeli.

Ketiga gambaran di atas, merupakan model-model syarat yang

disepakati oleh sebagian fuqaha’ akan kebolehannya. Kesimpulan hukum

dari jual beli sebagaimana dicontohkan dalam kasus di atas adalah boleh,

manakala ada kejelasan waktu kapan berakhirnya syarat tersebut

sehingga pembeli bisa menerima barang yang dibelinya.

Syarat mutlak harus diterapkan, menimbang tidak mungkin

membatalkan akad sewa-menyewa yang telah terlebih dahulu terjadi

antara penyewa dan orang yang menyewa. Syarat menunggu sampai

habisnya waktu sewa merupakan bagian yang ada di luar akad transaksi

jual beli sehingga tidak bersifat membatalkan jual beli. Pembeli tetap bisa

32
melakukan khiyar, apakah dia memutuskan menunggu atau membatalkan

akad.

4. Jual Beli Murobahah

a. Pengertian Murabahah

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli di mana penjual

menawarkan barang dagangannya dengan menyebutkan harga yang

merupakan jumlah dari harga perolehan dengan menambahkan

nominal tertentu sebagai keuntungan.26 Ibnu Qudamah mendefinisikan

murabahah sebagai jual beli dengan menghitung modal ditambah

keuntungan tertentu yang diketahui.27 Dapat disimpulkan, murabahah

merupakan salah satu bentuk jual beli amanah berdasarkan pada

penetapan harga, yaitu bentuk pertukaran obyek jual dengan harga

yang merupakan jumlah harga perolehan ditambah laba tertentu.

b. Pembayaran Murabahah

Salah satu bentuk jual beli yang populer adalah jual beli

tangguh, yaitu jual beli dengan barang diterima pada saat akad dan

pembayaran menyusul sesuai kesepakatan. Dalam jual beli tangguh,

apabila kesepakatan telah terjadi, penjual menyerahkan barang kepada

26
Asyraf Thaha Abu Dahab, al-Mu’jam al-Islāmy; al-Jawānib ad-Dīniyyah wa as-
Siyāsiyyah wa al-Ijtimā’iyyah wa al-Iqtishādiyyah, (Kairo: Dār asy-Syurūq, 2002), hlm.. 549
27
Fuad Sarthawy, at-Tamwīl al-Islāmī wa Daur al-Qithā’ al-Khāsh, cet.1, (Jordan: Dār
alMasīra,tt), hlm. 235

33
pembeli untuk kemudian pembeli membayar barang tersebut dalam

jangka waktu yang telah disepakati.28

Pada awalnya, jual beli secara murabahah biasa dilakukan

secara kontan, di mana serah terima barang dan harga dilakukan pada

saat akad. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ada yang

melakukan jual beli murabahah dengan pembayaran tangguh. Dalam

hal ini, biasanya pembeli menginginkan untuk mendapatkan suatu

barang akan tetapi tidak memiliki alat tukar yang cukup untuk

membeli barang tersebut sehingga dia meminta pihak lain untuk

menjual kepadanya secara tangguh. Jual beli semacam ini

diperbolehkan walaupun penjual sedikit menaikkan harga dari pasaran

dengan pertimbangan kemungkinan adanya perubahan nilai barang di

kemudian hari (sebagai antisipasi kerugian). Bentuk jual beli ini

diperbolehkan dan bukan termasuk riba. Adapun jual beli sejenis yang

digolongkan riba adalah ketika seorang penjual menawarkan barang

dagangannya dengan harga sekian jika dibayar secara tangguh dan

harga sekian jika dibayar secara kontan.29

Di antara dalil yang memperbolehkan jual beli tangguh adalah

hadits riwayat Aisyah r.a. yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw.

membeli makanan dari seorang yahudi secara tangguh dengan

menggadaikan baju besinya.30 Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa


28
Fuad Sarthawy, at-Tamwīl al-Islāmī wa Daur al-Qithā’ al-Khāsh, cet.1, (Jordan: Dār
alMasīra), hlm. 242
29
Ali Ahmad Salus, al-Mu’āmalāt., (Kuwait: Maktabah al-Falāh, 1986), hlm. 164
30
Fuad Sarthawy, at-Tamwīl., cet.1, (Jordan: Dār al-Masīra), hlm. 243

34
dalam jual beli tangguh, penjual boleh meminta jaminan kepada

pembeli sebagai bentuk keseriusan dan antisipasi resiko kerugian dari

pihak penjual apabila pembeli tidak menepati kesepakatan.

Apabila jual beli murabahah dilakukan secara tangguh, maka

selanjutnya akan menghadirkan hukum piutang atas penjual dan

pembeli sehingga hal-hal berkenaan dengan etika piutang harus

diperhatikan seperti pencacatan kesepakatan piutang (QS. Al-Baqarah

[2]: 282) dan etika menagih piutang (QS. Al-Baqarah [2]: 280).

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

jual beli tangguh atau angsur, yaitu.31

1. Disyaratkan kepastian jumlah angsuran dan jangka waktu

pembayaran untuk menghindari pertikaian dan rusaknya akad.

2. Apabila pembeli terlambat membayar angsuran pembayaran,

penjual tidak boleh menaikkan harga atau menambah nilai

pembayaran dari yang telah disepakati. Penjual boleh mensyaratkan

waktu tertentu sebagai tempo pembayaran dan berhak mengambil

keseluruhan harga apabila pembeli tidak menepatinya.

3. Penjual tidak boleh menahan barang selama angsuran belum

dilunasi akan tetapi harus menyerahkannya pada saat akad.

4. Apabila barang telah diterima oleh pembeli dalam keadaan baik

dan rusak di tangan pembeli, maka pembeli tidak berhak

31
Fuad Sarthawy, at-Tamwīl al-Islāmī wa Daur al-Qithā’ al-Khāsh, cet.1, (Jordan: Dār
alMasīra, 1999), hlm. 245

35
mengembalikannya kepada penjual dan tetap berkewajiban

membayar harga yang telah disepakati.

Demikian konsep murabahah berdasarkan literatur fikih Islam

klasik, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

murabahah di mana prinsip kehati-hatian dalam pengadaan barang,

penentuan harga, serta akad sangat diperlukan demi menghindari riba

yang dilarang berdasarkan syari’ah Islam.

36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penulis memakai penelitian dengan jenis penelitian lapangan (field

research). Didefinisikan penelitian lapangan yakni dilaksanakan untuk

aspek kehidupan yang sesungguhnya. Secara hakekat penelitian lapangan

ialah metode agar secara khusus dan realistik menemukan terjadinya sebuah

fenomena yang ada diantara masyarakat.32

Merujuk pemaparannya, penulis menjabarkan hasil yang sudah

didapat dari lapangan dengan sejumlah tahapan penelitian, oleh karenanya

secara spesifik diarahkan lewat wawancara sekaligus guna mengetahui

Praktik Jual beli benih jagung dengan perjanjian bersyarat perspektif

Ekonomi Islam di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Husein Umar

deskriftif adalah menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat

penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari dari suatu gejala

tertentu.33 Sedangkan menurut sudarto, kualitatif merupakan prosedur

penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan
32
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2009), h.
100.
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Sripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja
33

Grafindo Persada, 2009),h. 22.

37
dari orang atau perilaku yang dapat diamati.34 Penelitian kualitatif yakni

penelitian tanpa penggunaan angka saat data dikumpulkan dan kemudian

menafsirkan hasil yang didapat, meskipun beberapa kali penelitian kualitatif

dijumpai memakai angka didalamya.35

Berdasarkan uraian di atas penelitian deskriptif kualitatif dalam

penulisan skripsi ini adalah menggambarkan fakta apa adanya dengan cara

sistematis dan akurat. Di dalam penelitian ini, peneliti berusaha

memaparkan atau menguraikan hasil wawancara dengan perbandingan

pustaka yang ada.

B. Sumber data

Penelitian ini memakai dua sumber datanya yang hendak dijabarkan yakni:

1. Sumber Data Primer

Didefinisikan sumber data primer yakni yang secara langsung bisa

didapat dari sumber asli tanpa media perantara. Secara khusus data primer

dihimpun agar berbagai pertanyaan penelitian bisa terjawab. 36 Sumber data

primer yakni sumber utama yang bisa mengungkap informasi kepada

peneliti secara langsung melalui data-data utama yang diperlukan

penelitian. Sumber data primer bisa berwujud hasil wawancara bersama

narasumber utama secara langsung, dokumen, dan buku.37


34
Moh Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Sukses Offset,
2010), h. 175.
35
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2009), h.
100.
36
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Peelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h. 157.
37
Agus Sunaryo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah IAIN Purwokerto,(t.k:
t.p, t.t), h.10.

38
Peneliti di sini memperoleh informasi dari wawancara yang

dilaksanakan. Data primer yang didapat asalnya dari informan lewat

wawancara yang secara langsung memanfaatkan sejumlah pertanyaan yakni

dengan petani dan penjual bibit jagung di Desa Gayau Sakti Kecamatan

Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ialah hasil wawancara dan data tertulis yang

tidak termasuk sumber primer dan mempunyai sifat sebagai pelengkap yang

didapat dari sumber primer.38 Misalnya data yang didapat dari literatur,

internet, hasil penelitian, karya ilmiah maupun buku yang berkenaan

dengan praktek jual beli bibit jagung dengan perjanjian bersyarat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara atau metode yang digunakan

dalam pengumpulan data berupa pencatatan peristiwa, hal-hal, keterangan atau

karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen masyarakat. Pengumpulan data

ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka

mencapai tujuan penelitian.39

Dalam karya ilmiah ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

berupa:

38
Agus Sunaryo, dkk, Pedoman Penulisan, h. 10.
39
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005),h. 110.

39
a. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.40

Dalam metode ini peneliti akan melakukan wawancara dengan

peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu

teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam mengambil sampelnya.41 Alasan

digunakannya teknik purposive sampling karena peneliti hanya bisa

menggunakan lima orang yakni bambang selaku satu-satunya penjual bibit

didesa Gayau Sakti dengan sistem pembayarannya ditangguhkan, kemudian

mudai, sutopo, ahmadi, dan agus selaku perwakilan dari 40 orang petani

jagung lainnya. Sehingga peneliti memerlukan lima orang yang dapat

mewakili karakteristik seluruh populasi. Karakter yang diambil peneliti

yakni: petani yang menanam jagung diladangnya sama-sama membeli

benihnya dipenjual benih yang sama.42

40
Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003), h. 57.
41
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 97.
42
Wawancara dengan bapak imam syafi’i, masyarakat desa Gayau Sakti, tanggal 30 mei
2022.

40
Tabel. 1.1 Sampel responden pelaku jual beli bibit jagung

No. Nama Alamat Keterangan


1. Bambang Gayau sakti Penjual bibit jagung
2. Mudai Gayau sakti Petani
3. Sutopo Gayau sakti Petani
4. Agus Gayau sakti Petani
5. Ahmadi Gayau sakti Petani

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa yang lalu. Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya.43

Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data atau

informasi melalui bahan-bahan tertulis baik dari peraturan perundang-

undangan, kitab atau buku, arsip, maupun catatan lapangan atau hasil

wawancara serta foto-foto selama penelitian di Desa Gayau Sakti

Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah.

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui

sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 231.

41
keadaan atau prilaku objek sasaran.44 Pada observasi peneliti mendatangi

lapangan penelitian secara langsung yakni di Desa Gayau Sakti Kecamatan

Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui sistem jual beli bibit jagung

yang dilakukan masyarakat Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung

Kabupaten Lampung Tengah.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi

uji credibility (validitas internal), transferability (validitas

eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).45

1. Uji kredibilitas /Kepercayaan

Kepercayaan yaitu apakah proses dan hasil penelitian dapat

diterima atau dipercaya. Kepercayaan (credibility) pada dasarnya berfungsi

sebagai pelaksana inkuiry sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

penemuan dapat tercapai. Selain itu juga berfungi untuk menunjukkan

derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh

peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan,

ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat,

44
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), h. 104.
45
Psikologi Belajar, Teknik Analisis data Valisitas, dan Realibitas dalam Penelitian
Kualitatif, http://MetodologiPenelitianPendidikanIslam.Blogspot.com/2010/11/teknik-analisis-
data-validitas-dan.html diakses pada pukul 14.015 WIB tanggal 25 Maret 2022.

42
analisis kasus negatif dan membercheck. Dengan perpanjangan

pengamatan berarti hubungan peneliti dengan nara sumber semakin akrab,

saling terbuka, saling mempercayai, seperti yang dikatakan Susan

Stainback dalam Sugiyono “Rapport is a relationship of mutual trust and

emotional affinity between two or more people”.

2. Uji Tranferability/Keteralihan

Transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian

kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau

setting yang lain. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat

diterapkan pada situasi yang lain. Dalam penelitian kuantitatif,

transferabilitas ini merupakan validitas eksternal. Validitas eksternal

menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannnya hasil penelitian

ke populasi dimana sampel tersebut diambil. 46

Dari sebuah perspektif kualitatif transferabilitas adalah tanggung

jawab seseorang dalam melakukan generalisasi. Orang yang ingin

mentransfer hasil penelitian pada konteks yang berbeda bertanggung jawab

untuk membuat keputusan tentang bagaimana transfer tersebut masuk akal.

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sampai mana hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka

peneliti dalam membuat laporan penelitin harus memberikan uraian yang

46
Psikologi Belajar, Teknik Analisis data Valisitas, dan Realibitas dalam Penelitian
Kualitatif, http://MetodologiPenelitianPendidikanIslam.Blogspot.com/2010/11/teknik-analisis-
data-validitas-dan.html diakses pada pukul 14.015 WIB tanggal 25 Maret 2022.

43
rinci, jelas dan sitemtis, dan dapat dipercaya. Sanfiah Faisal mengatakan

bahwa bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang

sedemikian jelasnya, semacam apa suatu hasil penelitian dapat

diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar

transferbilitas. 47

3. Uji Dependability/ Ketergantungan

Dependabilitas dalam bentuk penelitian kuantitatif,

dependability disebut juga dengan reliabilitas. Penelitian yang reliabel

adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian

tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability ditempuh dengan

cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Audit dilakukan oleh auditor yang independen atau

pembimbing. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada,

maka penelitian itu tidak reliable atau dependable. Seperti yang dikatakan

Sanafiah Faisal, jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat

menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka depensibilitas

penelitiannya patut diragukan. 48

47
Psikologi Belajar, Teknik Analisis data Valisitas, dan Realibitas dalam Penelitian
Kualitatif, http://MetodologiPenelitianPendidikanIslam.Blogspot.com/2010/11/teknik-analisis-
data-validitas-dan.html diakses pada pukul 14.015 WIB tanggal 25 Maret 2022.
48
Psikologi Belajar, Teknik Analisis data Valisitas, dan Realibitas dalam Penelitian
Kualitatif, http://MetodologiPenelitianPendidikanIslam.Blogspot.com/2010/11/teknik-analisis-
data-validitas-dan.html diakses pada pukul 14.015 WIB tanggal 25 Maret 2022.

44
4. Uji Konfirmability/ Kepastian

Konfirmabilitas dalam penelitian kuantitatif pengujian ini disebut

sebagai uji obyektivitas penelitian yaitu, jika hasil penelitian telah

disepakati banyak orang maka penelitian dikatakan obyektif. Namun

dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability ini mirip dengan uji

dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersamaan. 

Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang

berkaitan dengan proses yang dilakukan. Penelitian itu bisa dikatakan

memenuhi standar konfirmabilitas, apabila hasil penelitian merupakan

fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut

telah memenuhi standar confirmability. Dalam penelitian, jangan sampai

proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

Keabsahan data terutama yang diperoleh dari wawancara,

dilakukan melalui teknik triangulasi data dicek balik derajat suatu

kepercayaan dan suatu informasi. Paton menjelaskan bahwa hal ini dapat

dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dilakukan pribadi

c. Membandingkan dengan apa yang dilakukan orang-orang dengan

situasi penelitian dengan apa yang dilakukan sepanjang waktu

45
d. Membanding keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dengan pandangan seseorang.

Data yang diperoleh pada setiap wawancara bila diperlukan

pendalaman dapat dilakukan melalui langkah-langkah seperti kutipan di

atas. Keabsahan data yang diperoleh dari lapangan diperiksa dengan

menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: pertama, observasi terhadap

bukti-bukti yang di lapangan, sekaligus mencek kesesuaian apa yang

diungkapkan dan apa yang dilaksanakan. Kedua, menginformasikan hasil

temuan dengan informasi penelitian. Maksudnya setelah data yang

diperoleh melalui wawancara dan observasi pengamatan di lokasi

penelitian, dilakukan rechecking (melalui ulang) terhadap kebenaran data

yang telah didapatkan di lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara mendalam,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami orang lain.49

Penelitian ini menggunakan analisi deskriptif kualitatif, yaitu berupa

keterangan-keterangan dalam bentuk uraian-uraian sehingga untuk

menganalisisnya dipergunakan cara berpikir induktif. Teknik analisa data

dilakukan melalui beberapa tahapan yang telah ditentukan yakni identifikasi,

klasifikasi dan selanjutnyan diinterpretasikan dengan cara menjelaskan secara

49
M. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015), 138.

46
deskriptif. Metode berpikir induktif yaitu bertitik tolak dari fakta-fakta khusus,

peristiwa-peristiwa tersebut ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.50

Dengan cara berfikir induktif, peneliti dapat melihat dampak yang

terjadi terhadap pengelola kolam dan pemacing. Hal ini dapat diketahui setelah

peneliti mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dari buku-buku dan

juga dokumen-dokumen.

50
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 1, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,
1985), 70.

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Gayau Sakti

Seperti desa-desa transmigrasi lainnya di daerah Lampung khusunya

Lampung Tengah, maka kampung Gayau Sakti pada mulanya juga

merupakan hutan belukar. Namun berkat keuletan serta kemauan keras dari

penduduk yang datang dari jawa ke daerah Lampung dengan tujuan

meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarga serta dorongan dari Pemerintah

yang di prakarsai oleh jawatan transmigasi, maka terbentuklah Kampung

Gayau Sakti dimana hurup “G” Pada permulaan nama kampung merupakan

urutan ketujuh dari desa transmigasi wilayah Kecamatan Seputih Agung.

Adapun riwayat pembukaan Kampung Gayau Sakti sebagai berikut :

Pada tahu 1957 oleh jawatan transmigasi se Way Seputih di buka Kampung

Gayau Sakti oleh bapak SUKATAM NTS Yang bertindak sebagai ketua

rombongan dengan jumlah KK sebanyak 420 yang sebagian besar berasal

dari Jawa Timur (Banyuwangi, Malang, Ponorogo, Jember, Trenggalek) dan

sebagian berasal dari Yokyakarta. Bentuk pemerintahan pada mulanya

terdiri dari 4 pedukuan dengan 21 ketua kelompok yang selanjutnya setiap

kelompok di ketuai oleh ketua RT.

Pada tahun 1959 datang lagi penduduk dari daerah

Yongyakarta.Madiun dan Ponorogo sejumla 80 KK yang selanjutnya di

tempatkan sebelah utara yang berjarak 1.200 m dan penduduk tersebut

48
dinamakan Spontan Gunung Sari sampai sekarang. Sebagai pemimpin

pemerintahan di pilih seorang Kepala Kampung Gayau Sakti dengan

perangkat Kampung untuk mengatur dan melayani kebutuhan masyarakat

menurut peraturan yang berlaku. Tahun 2021 Jumlah ketua RT 27, jumlah

Dusun 5, luas wilayah 1.032 Ha, pada saat ini 2021 jumlah KK 1.485

Jumlah penduduk laki-laki 2.502 jiwa. Jumlah penduduk perempuan 2.285

jiwa, jumlah penduduk keseluruan 4.930 jiwa.

Demikian selayang pandang Kampung Gayau Sakti dari tahun 1957

hingga 2021 ini yang dapat kami ceritakan dan sejarah kepemimpinan akan

kami lampirkan di bawah ini kurang dan lebihnya sejarah yang dapat

disampaikan mohon maklum adanya.

Tabel. 1.2 Sejarah Kepala Desa Gayau Sakti

No Periode Nama Kepala Desa Keterangan

1 1957 - 1959 S. HARJITO - PJS

2 1960 - 2065 SUNANDAR - Pemilihan

3 1965 - Agustus 1965 KARTO REJO - PJS

4 1965 - 1972 M.DIMYATI - Pilihan

5 1972 - 1979 M.DIMYATI - Pilihan

6 1980 - 1988 M.DIMYATI - Pilihan

7 1989 - 1999 M.DIMYATI - Pilihan

8 1999 - 2005 KHOIRUDIN - Pilihan

9 2006 - 2007 PURWANTO - PJS

49
10 2007 - Juli 2007 SANGIDUN SYAM - PLH

11 2007 - 2013 JOKO SUSILO - Pilihan

2013 - September
12 ARZEN RAHMAN - PJS
2013
13 2013 - 2019 IMRON KURNIADI.SE - Pilihan

2019 - September
14 SANNUDIN - PJS
2019
2019 September –
15 MAKSM -Pilihan
sekarang

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak di Desa

Gayau Sakti, Desa Gayau Sakti terletak di Kabupaten Lampung Tengah.

Secara geografis, wilayah Desa Gayau Sakti mempunyai luas 1.032 Ha dan

secara administratif lokasi desa ini berbatasan dengan wilayah yang

mengelilinginya yaitu:

a. Sebelah Utara : Kampung Purnama Tunggal

b. Sebelah Selatan : Kampung Pajar Asri

c. Sebelah Barat : Kampung Muji Rahayu

d. Sebelah Timur : Kampung Dono Arum

Kondisi geografis Desa Gayau Sakti diantaranya bentuk wilayah

dataran rendah yang terdiri dari pesawahan dan perkebunan. Luas

kemiringan lahan (rata-rata): Datar, Ketinggian di atas permukaan laut : +

50
48 M, dan wilayah ini memiliki Suhu udara rata-rata: 30-32 °C, serta

Curah Hujan: 2.452 mm/Th.

Tabel. 1.3 Tata Guna Tanah Desa Gayau Sakti

No. Tata Guna Tanah Luas

1. Tanah Ladang 301 ha

2. Tanah Sawah teririgasi 395 Ha

3. Tanah Pemukiman 30,106 Ha

4. Tanah Tegalan 102 ha

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

3. Kondisi Umum Desa Adiluwih

Masyarakat Desa Adiluwih mayoritas berasal dari suku jawa dan

beragama islam. Sumber daya manusia yang ada sudah cukup maju, ini

ditandai dengan sedikitnya jumlah masyarakat yang buta huruf dan anak

putus sekolah serta sudah banyaknya jumlah lulusan sarjana. Ini semua

ditunjang dengan banyaknya sarana pendidikan yang tersedia baik di desa

Gayau Sakti maupun di Kabupaten sendiri.

Tabel. 1.4 Jumlah Penduduk Desa Gayau Sakti

No. Kategori (Kelamin/Kepala Keluarga) Jumlah


1. Laki-laki 2.415 Orang
2. Perempuan 2.425 Orang
3. Kepala Keluarga 1.553 KK

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

51
Tabel. 1.5
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Gayau Sakti

No. Jenjang Pendidikan Jumlah (Orang)


1. Belum Sekolah 450 Orang
2. Taman Kanak-kanak 126 Orang
3. Tamat SD/Sederajat 507 Orang
4. SLTP/Sederajat 737 Orang
5. SLTA/Sederajat 716 Orang
6. Akademi/D1-D3 51 Orang
7. Sarjana (S1-S3) 75 Orang
8. Pondok Pesantren 210 Orang
9. Sekolah Luar Biasa 2 Orang

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

Potensi pertanian sangat besar meliputi jagung, ubi kayu, padi, karet

dan sawit. Selain itu juga mempunyai potensi perternakan yang berupa

peternakan sapi, kambing dan ayam. Harapannya Desa Gayau Sakti dapat

menjadi sentra tanaman pertanian, dan peternakan dimasa yang akan datang,

ini sesuai dengan kondisi geografis dan sumber daya manusia yang terdapat

di Desa Gayau Sakti.

Tabel. 1.6
Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Gayau Sakti
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
1. Petani 2.203 Orang
2. Buruh Petani 465 Orang
3. Buruh/Swasta 245 Orang
4. Pegawai Negeri 35 Orang

52
5. Pertukangan 37 Orang
6. Pedagang 220 Orang
7. Pensiunan 18 Orang
8. TNI/ POLRI 13 Orang
9. Jasa 12 Orang

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

Selain itu juga di Desa Gayau Sakti ada Industri rumah tangga

serta industri sedang lainnya. Seperti usaha tahu, tempe, keripik

singkong, keripik pisang, dan lain-lain. Hal ini ditunjang karena tidak

ada masalah bahan baku yang digunakan. Keahlian dan ketrampilan

dalam kegiatan pengembangan usaha ini diperoleh dari turun temurun

dan binaan dari pemerintah atas program yang diberikan serta dari

kemauan masyarakat itu sendiri untuk belajar.

Tabel. 1.7 Kelembagaan Ekonomi Desa Gayau Sakti


No. Jenis Jumlah
1. Industri Rumah Tangga 40 Unit
2. Industri kecil 12 Unit
3. Toko 18 Unit
4. Warung Kelontong 21 Unit
5. Pasar Lingkungan 1 Unit
6. Usaha Peternakan 25 Orang
7. Usaha Perikanan 5 Orang
8. Usaha Perkebunan 24 Orang

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

53
Aspek pemerintahan, sarana dan prasarana Desa Gayau Sakti

yang tersedia diantaranya Jumlah pegawai pemerintahan sebanyak 5

orang Kades, Sekdes, dan 5 orang Kaur ), mempunyai data dan informasi

tentang desa (profil), Badan Permusyawaratan Kampung (BPK), LPM,

Karang Taruna, PKK, Majelis Ta’lim, Risma dan organisasi pemuda

lainnya, serta mempunyai kantor balai desa yang permanen.

Sarana ekonomi yang tersedia berupa pasar, dan adanya listrik

pada semua rumah penduduk serta memiliki akses penggunaan hand

phone (adanya tower pemancar) atau alat komunikasi yang baik dan

sarana pengembangan kapasitas telah tersedia. Sarana kesehatan yang

tersedia berupa Posyandu pada masing-masing dusun serta terdapat

Puskesmas yang menerima rawat inap.

Fasilitas umum yang dimiliki berupa gedung serba guna,

lapangan sepakbola, dan tempat ibadah (masjid dan gereja). Tempat

pendidikan keagamaan berupa TPA yang tersebar di setiap dusun, juga

terdapat pondok pesantren yang kompeten dibidangnya. Sedangkan

prasarana pendidikan berupa gedung TK/RA, Gedung SD sederajat,

gedung SLTP sederajat, dan gedung SLTA sederajat.

54
Tabel. 1.8 Sarana Pendidikan Desa Gayau Sakti
No. Jenis Sarana Jumlah (Unit) Kondisi
1. TK/PAUD 6 Unit Baik
2. SD/MI/Sederajat 3 Unit Baik
3. SLTP/MTs/Sederajat 3 Unit Baik
4. SLTA/SMK/MA/Sederajat 2 Unit Baik

Sumber data : Sekretariat Desa Gayau Sakti

B. Temuan Khusus Penelitian

1..Praktik Jual Beli Bersyarat Bibit Jagung di Desa Gayau Sakti

Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah

Perekonomian masyarakat di Desa Gayau Sakti meggantungkan dari

hasil pertanian. Banyak lahan pertanian adanya letaknya mengelilingi

tempat tinggal masyarakat. Wujud upaya guna mengambil manfaat dari

ladang pertanian yang ada yakni melalui cocok tanam yang dilaksanakan.

Merawat dan mengelola lahan pertanian, tentunya petani tidak dapat

menjalankannya sendiri. Oleh karenanya para petani memerlukan berbagai

kerjasama demi memenuhi kebutuhan pertanian agar saling

menguntungkan.

Cara guna mengambil manfaat dari lahan pertanian misalnya para

petani di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah sudah melaksanakan praktik penanaman jagung. Mereka

mengharapkan penanaman jagung ini bisa sampai pada kesuksesannya

55
supaya hasil panen yang diperoleh bisa dijadikan alat guna memenuhi

kelangsungan hidup.

Tentunya para petani ini akan memerlukan bibit jagung selaku

modal awal pada tahapan pokok saat menjalankan cocok tanam. Kondisi ini

menyebabkan sebagian penduduk dengan ekonomi menengah atas ataupun

dinamakan orang kaya di daerah itu akan berupaya memperoleh bibit

jagung agar diperjual belikan untuk para petani yang memerlukan bibit

jagung itu. Oleh karenanya hal tersebut yang menjadi faktor adanya praktik

jual beli bibit jagung di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung

Kabupaten Lampung Tengah.

Sebelum diketahui dengan jauh dan jelas terkait praktik jual beli

tanaman kentang, maka perlu di ketahui dalam pelaksanaannya praktik

tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Penjual/Pengepul

Penyalur bibit jagung di Desa Gayau Sakti dinamakan pengepul.

Peranan usaha ini yakni memberi bantuan bagi para petani di Desa

Gayau Sakti. Adapun satu-satunya penjual bibit jagung yang sekaligus

menjadi pengepul tanaman jagung di Desa Gayau Sakti adalah Bapak

Bambang.

b. Petani

Petani adalah warga masyarakat Desa Gayau Sakti Kecamatan

Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah yang termasuk memiliki

56
pekerjaan bercocok tanam dari ladangnya. Segingga para petani tersebut

dinamakan pembeli bibit jagung kepada pengepul.

Dalam kerjasama pertanian kentang antara petani dengan pengepul

di Desa Gayau Sakti menggunakan perjanjian sistem bersyarat. Sedangkan

akad yang digunakan dalam kerjasama antara petani dan pengepul di Desa

Gayau Sakti dalam pertanian jagung ini memakai akad jual beli. Bisa

dikatakan menggunakan akad jual beli di karenakan dalam kerjasama

pertanian kentang pengepul sebagai peneyedia bibit kentang tidak

memberikan benih bibit secara gratis, pengepul sifatnya hanya petani

membawa lebih dulu benih tersebut, kemudian setelah panen petani baru

wajib membayar benih tersebut dengan cara dipotongkan langsung dari

hasil panen jagungnya.

Selain itu akad jual beli juga terjadi pada praktek penjualan hasil

panen pertanian kentang antara petani dengan pengepul, yaitu petani

sebagai penjual dan pengepul sebagai pembeli hal ini dikarenakan petani

berkewajiban menjual seluruh hasil panen kentang kepada pengepul dengan

harga pasar yang berlaku, dan petani tidak diperbolehkan menjual hasil

panen tersebut kepada pihak lain, karena hasil panen kentang petani

tersebut akan dipotong guna untuk memebayar bibit jagung yang diberikan

oleh pengepul.

Untuk mengikuti kerjasama pertanian jagung antara petani dan

pengepul di Desa Gayau Sakti sangat mudah, cukup mendaftar dengan cara

57
langsung menemui ke pengepul tanpa harus ada persyaratan yang terlampir

sistemnya pengepul dan petani saling kepercayaan dan tanpa harus

menyerahkan anggunan atau jaminan kepada pengepul, kemudian setelah

petani setuju dengan adanya syarat yang sudah ditentukan oleh pengepul

pada saat mendaftar maka pengepul akan memberikan benih kentang

kepada petani. Seperti yang telah disampaikan oleh pengepul ketika

wawancara:

Bapak Bambang (Responden 1): iya mas mereka datang ke saya


langsung kerumah niatnya membeli bibit jagung, katanya untuk ikut
membeli dengan jumlah mereka yang di butuhkan, tapi saya berikan
persyaratan dalam perjanjian tersebut harus di jual ke saya setelah
panen, pastinya dengan harga sesuai harga pasar dan tidak ada
jaminan apapun cuma saya kasih syarat, kalau mereka setuju, ya
saya berikan bibit jagung tersebut ke petani mas, jadi di sini saling
suka sama suka tanpa adanya paksaan hal ini mas.51

Serupa halnya dengan para petani sebagai pihak pembeli ketika

wawancara mengucap hal berikut:

Bapak Mudai ( Responden 2) mengatakan demikian:


“Saya niat langsung ke rumah Pak Bambang sebagai pengepul
jagung di Desa ini. Saya berniat membeli untuk kebun saya, tetapi
hanya membeli 4 kantong yang kisaran harga totalnya 240.000,
karena ladang saya tidak luas hanya ¼ hektar yang mau tak tanami
jagung. Waktu membeli itu saya diberikan persyaratan. Saya
langsung setuju saja asal saya mendapatkan bibit jagung tersebut,
lumayan mas, uang yang seharusnya dibuat modal bibit, bias
dialihkan untuk kebutuhan yang lainnya”.57

Bapak Sutopo (Responden 3) selaku petani juga menyampaikan hal


serupa:
“Saya ikut membeli di pengepul langsung. Menggunakan perjanjian
yang seperti biasanya yaitu secara lisan, tetapi ada syaratnya.
Syaratnya harus ditepati ketika waktu panen bukan sekarang. Jadi
51
Wawancara dengan Bapak Sarifudin, Pengepul pada tanggal 14
Juni 2021. Wawancara dengan Bapak Darsun, Petani pada tanggal 14 Juni
57

2021.

58
enak mas hanya di catat nama saya dengan jumlah bibitnya berapa,
soalnya ladang yang akan saya tanami jagung lumayan mas, 1
hektar dan itu kurang lebih membutuhkan 16 kantong dan setiap
kantongnya seharga 80.000, ini alasan saya mengapa membeli bibit
jagung denagan bayar pas panen, karena uang bisa dipakai untuk
kebutuhan yang lain dulu mas”.52

Bapak Agus ( Responden 4) sebagai petani juga mengatakan:


“Saya biasanya membeli di Bapak Bambang, Langsung kerumahnya
itu. Saya bilang ikut membeli dengan jumlah bibit 8 kantong, kira-
kira totalnya habis 640.000 an lah, biasanya kebun saya butuh
segitu. Tetapi juga diberikan syarat. Ketika saya setuju ya diberikan
bibit jagungnya dan di tulis di buku, itung-itung bisa buat beli popok
sama susunya anak mas”.59

Bapak Ahmadi ( Responden 5) sebagai petani juga mengatakan:


“ Saya membeli bibit jagung dengan sistem ini baru sekali mas,
karena pas saya harus menanami ladang saya, kebetulan bareng
dengan anak saya yang mau masuk sekolah SMA, ladang saya 1 ½
hektar, butuh sekitar 24 kantong, sedangkan setiap kantong harganya
80.000, tinggal totalin aja itu mas, maka dari itu, saya pilih pakai
sistem bersyarat ini, saya datang ke tempat pak bambang, saya ambil
barang lalu dicatat, udah beres “.

Secara teknis dalam kerjasama pertanian jagung dari pengepul

dengan petani di Desa Gayau Sakti ini tidak sama dengan teknis jual beli

secara umum. Umumnya kontrak hanyalah sederhana dengan pertukaran

barang dengan uang, saling menyukai dan bersepakat. Akan tetapi terdapat

perbedaan disini, sejalan yang dikatakan dari hasil wawancara itu ada

sejumlah hal yang sudah dibuat dengan di kehendaki oleh pengepul pada

waktu perjanjian berlangsung yakni lahirnya sebuah persyaratan. Untuk

wawancara, penulis menggambarkan perjanjian sejalan yang sudah

dilaksanakan pihak pengepul dan petani yakni:

52
Wawancara dengan Bapak Abdul Hamid, Petani pada tanggal 14 Juni
2021. 59
Wawancara dengan Bapak Mahrudin Petani pada tanggal 14 Juni 2021.

59
“Saya beri gambaran bagaimana perjanjian ini berjalan mas, ketika
petani datang kerumah saya untuk membeli bibit tanaman jagung.
Pak Bambang saya mau ikut membeli bibit jagung masih bisa
engga?, kemudian saya jawab mas: Ya masih bisa pak, mau ikut
berapa pak?, Petani: 8 kantong aja pak, saya : jadi begini pak kalo
mau ikut beli itu ada syaratnya pak, syarate bapak harus jual
kembali hasil panen ke saya sama harganya ya berbeda kalo untuk
bibit harganya 80.000 per kantong, jadi bagaimana?, Petani: gitu ya
mas, iya tidak apa-apa saya sepakat. Saya: iya pak, nanti saya
siapkan bibitnya. Petani: iya sudah, terima kasih pak. Saya: iya
pak”. Seperti itu lah mas perjanjiannya.53

Merujuk ungakapan wawancara itu bahwasannaya perjanjian ini

dijumpai persyaratan yang diinginkan oleh pengepul bagi para petani yang

ikut melaksanakan pembelian bibit jagung di tempatnya. Persyaratan yang

ada pada jual beli bibit jagung yaitu bahwasannya saat hasil panen perlu

dilaksanakan penjualan lagi kepada pengepul. Syarat itu yang diberikan

pengepul ke pihak petani telah disetujui pihak petani.

Secara perjanjian lewat syarat yang ada ini diberlakukan oleh

pengepul di Desa Gayau Sakti Kecamatan Seputih Agung Kabupaten

Lampung Tengah. Syarat ini telah diberlakukan terus-menerus oleh pihak

pengepul oleh karenanya sudah menjadi kebiasaan di masyarakat Desa

Gayau Sakti yang memang tidak mempunyai cukup modal untuk membeli

bibit jagung tersebut secara kontan. Walaupun dengan adanya syarat,

namun prosedur yang ada lebih mudah dengan tidak perlu memberi jaminan

selain bermodal kepercayaan bagi seluruh pihak. Para petani pun sadar akan

terbatasnya kemampuan, ekonomi dan waktu guna secara langsung

53
Wawancara dengan Bapak Sarifudin Pengepul pada tanggal 14 Juni 2021.

60
melaksanakan pembelian di perusahaan tempat benih pertanian. Sejalan

yang telah diucapkan informan saat wawancara:

Bapak Sutopo sebagai petani mengatakan bahwa:


Iya mas ada persyatan dari pengepul. Waktu panen harus menjual
kembali hasil panen ke pengepul tersebut. Harganya oleh pengepul
disamakan dengan harga pasar, terus pembayaran bibit juga ketika
waktu panen. tetapi tidak dijamin. Hanya bermodal kepercayaan
sejauh ini, dan sudah seperti kebiasaan di Desa ini.54

Bapak Bambang sebagai pengepul juga mengatakan: iya mas dalam


jual beli bibit jagung ini saya mengajukan persyaratan yang perlu
ada. Hasil panen harus dijual ke saya, manfaatnya saya sudah punya
calon petani yang nantinya akan menjual hasil panennya ke saya,
serta adanya syarat itu untuk menambah saling kepercayaan antara
kami karena adanya ikatan ini. Sehingga persyaratan perlu saya
berikan. Dan itu sudah saya pertimbangkan. Sebenarnya kegiatan
pertanian yang saling menguntungkan mas.62

Persyaratan yang diberikan pengepul itu bukan semata merugikan

para petani dan secara sepihak hendak mendapat keuntungan. Akan tetapi

terdapat alasan lainnya yang mendasari para pengepul dalam memberi

persyaratan pada jual beli bibit jagung tersebut. Sedangkan adanya

perjanjian ini pengepul bertujuan untuk membuat beban para petani lebih

ringan lewat pembayaran bibit jagung ketika panen dengan hasil panen

yang didapatkan. Oleh karenanya dikatakan bahwasannya perjanjian

memakai syarat ini telah dijadikan kebiasaan masyarakat Desa Gayau Sakti

dan saling menguntungkan seluruh pihak. Secara mudah petani dapat

mendapatkan bibit jagung dan pihak pengepul memperoleh relasi petani

yang nantinya akan menjual hasil panen ke tempatnya.

54
Wawancara dengan Bapak Abdul Hamid, Petani pada tanggal 14 Juni
2021. 62
Wawancara dengan Bapak Sarifudin Pengepul pada tanggal 14 Juni 2021.

61
Begitulah akhir suatau perjanjian jual beli tanaman kentang ini ialah

ketika petanu sudah mencukupi berbagai syarat yang semestinya dijalankan

saat panen. Jika syaratnya sudah dijalankan semua, keterkaitan dua pihak

ini semestinya langsung berakhir. Yakni perlu melaksanakan penjualan

hasil panen kepada pihak pengepul dan melakukan pembayaran harga

pembelian bibit tanaman kentang yang sudah di tangguhkan di awal.

Adapun kedua belah pihak mempunyai kewajiban masing-masing

sesuai dengan perjajian. Beberapa kewajiban-kewajiban yang harus

dilakukan baik oleh pengepul dan para petani, antara lain sebagai berikut:

a. Kewajiban Pengepul

1) Menyediakan bibit kentang dengan kualitas bibit kentang terjamin.

2) Menjamin ketersediaan sarana produksi lainnya bagi yang

membutuhkan yang sifatnya tidak mengikat.

3) Membina teknis budidaya lewat pendampingan kepada petani.

4) Menampug hasil dari petani dengan spesifikasi dan harga produk

yang sudah menjadi kesepakatan.

b. Kewajiban Petani

1) Melakukan pembelian bibit kentang yang disediakan oleh pengepul.

2) Menjalankan budidaya kentang selaras dengan yang dianjurkan

3) Melaksanakan penjualan hasil panen kepada pengepul.

62
4) Melaksanakan pembayaran kredit bibit dengan sistem bayar sesudah

panen lewat cara pemotongan ketika peneyerahan hasil panen kentang

tersebut.

Dalam kerjasama pertanian kentang antara petani dan pengepul

hanya menyediakan benih bibit saja dan akan membantu dan mengawasi

petani dalam penanaman kentang agar sesuai dengan aturan yang

ditetapkan, untuk pemupukan dan pemberian obat-obatan semua

sepenuhnya diserahkan kepada petani.

Sedangkan untuk proses pemupukan dan pemberian obat-obatan

petani diperbolehkan untuk membeli sendiri pupuk dan obat-obatan yang

diperlukan, karena untuk perawatan lahan tanah tiap kebun berbeda-beda

tergantung musim yang dihadapi petani, karena yang mengetahui pupuk

dan obat-obatan yang cocok untuk lahannya yaitu petani sendiri. Tetapi

kalau petani keberatan dalam membeli pupuk dan obat-obatan sendiri,

petani juga bisa menjalin kerjasama dengan toko pupuk dan obat-obatan

untuk menyediakan pupuk dan obat-obatan tersebut, dan untuk pembayaran

pupuk dan obat-obatan dibayar setelah panen jagung tersebut.55

Dalam kerjasama antara petani dan pengepul dalam pertanian

kentang ini tidak akan terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi oleh

kedua belah pihak, bai itu karena iklim cuaca yang tidak menentu, kondisi

tanah, maupun dari benih bibit yang diberikan oleh pihak pengepul kurang
55
Wawancara dengan Bapak Sarifudin, Pengepul pada tanggal 14
Juni 2021. Wawancara dengan Bapak Darsun, Petani pada tanggal 14 Juni
64

2021.

63
baik. Masalahmasalah seperti ini dapat mengakibatkan gagal panen pada

tanaman kentang yang akan membuat kedua belah pihak merugi.

Untuk mengantisipasi adanya gagal panen akibat buruknya kualitas

benih kentang tersebut pengepul memberikan garansi pada benih bibit yang

diberikan oleh pengepul kepada petani pihak pengepul memberikan garansi

pada benih bibit kentang selama 1 minggu, jadi setelah bibit kentang dari

pengepul disalurkan kepada petani ketika dalam penyortiran yang dilakukan

petani pada bibit kentang banyak yang rusak maka petani tidak berkewajiban

untuk membayar benih bibit kentang tersebut. Akan tetapi kalau benih itu

sudah lebih dari 1 minggu sampai di tangan petani sudah menjadi tanggung

jawab petani, dan ketika ditanam benih tersebut munus (tidak tumbuh) maka

petani berkewajiban membayar benih tersebut setelah panen.64

Selain memberikan garansi terhadap benih bibit kentang dalam

kerjasama pertanian kentang ini, pengepul juga mendampingi petani dalam

proses penanaman bibit kentang sampai pemanenan kentang tersebut.

Apabila dalam proses pertanian kentang terjadi kegagalan panen akibat faktor

alam yaitu buruknya cuaca yang tidak menentu ataupun kondisi tanah yang

kurang baik yang mengakibatkan batang menjadi kering sehingga bibit

kentang tidak tumbuh dengan sempurna pengepul akan meneliti dan

menganalisa tanaman tersebut dengan cara pengepul terjun kelapangan

langsung untuk mengecek dan mengambil foto tanaman tesebut untuk

kemudain di teliti. Apabila tanaman kentang tersebut gagal panen karena ulah

petani maka petani wajib membayar bibit tersebut ketika panen. Akan tetapi

64
apabila kegagalan panen tersebut karena faktor dari luar dengan catatan

petani sudah melaksanakan semua yang telah disarankan oleh pengepul

sesuai ketentuan, maka petani tidak berkewajiban untuk membayar benih

tersebut di akhir panen.

Sejalan yang sudah diungkapkan informan saat wawancara:

Bapak Mahrudin: kalo menurut yang sudah, dalam penanaman bibit


layu atau kering semua kemudian bibit di survai langsung oleh
penegepul trus di foto dan ditandai sudah gagal panen, kelanjutanya
pengepul tidak akan menagih uang bibit kentang tersebut, karena
kegagalan berasal dari bibit sendiri. Tapi sebaliknya ketika kegagalan
berasal dari kesalahan petani, petani berkewajiban membayar bibit
tersebut.56

Jadi pada intinya dalam kerjasama antara petani dan pengepul dalam

pertanian kentang pengepul bertanggung jawab penuh dalam kerjasama ini

dengan memberikan garansi kepada petani apabila gagal panen yang

disebabkan oleh pengepul atau faktor lainnya. Petani tidak berkewajiban

membayar benih kentang tersebut ketika panen, asalkan petani sudah

melakukan prosedur atau arahan yang benar yang di sarankan oleh pengepul.

Apabila kesalahan berasal dari petani maka petani wajib membayar benih

kentang tersebut ketika panen.

Beberapa pendapat yang penulis ambil dari hasil wawancara

kepada responden yang termasuk pengelola pemancingan dan pemancing

dengan tujuan mempermudah mengidentifikasikan permasalahan secara

detail, yakni sebagai berikut:

56
Wawancara dengan Bapak Mahrudin, Petani pada tanggal 14 Juni 2021.

65
1. Responden 1 (Pengelola Pemancingan)
Menurut bapak Edi Suyanto keuntungan yang diperoleh

dari kolam pemancingan ini alhamdulillah lumayan dia bisa

mengambil untung dari ikan yang dia beli dari peternak ikan lele

kemudian dia masukan ke kolam pemancingan untuk dipancing

oleh pemancing. Keuntungan yang lain yang dia dapatkan adalah

dengan membuka kantin yang menjual makanan dan minuman

seperti kopi. Dia juga menjual umpan pancingan dan peralatan

pancing. Menurut bapak Edi Suyanto ada juga kerugian yang

diperoleh dari kolam

pemancingan yang dia kelola, kerugian yang di dapat ialah saat

ikan mati pada malam hari yang di akibatkan dari banyaknya

campuran kimia dari umpan pemancing yang membuat ikan mabuk

atau mati. Namun tidak banyak ikan yang mati, menurut bapak Edi

Suyanto hanya beberapa ikan saja yang mati.57

2. Responden 2 (Pemancing)
Menurut bapak Wahidun pemacingan desa Adiluwih ini

menggunakan sistem harian cukup dengan membayar Rp25.000

dia bisa memancing dari pukul 13.00-18.00 dan apabila mendapat

ikan ia bisa langsung membawa ikannya pulang tanpa harus

ditimbang lagi. Terkait mekanisme pelaksanaan di pemancingan

desa Adiluwih ini menurut bapak Wahidun harga atau tarif yang

diberikan untuk memancing dalam sehari adalah sejumlah Rp.


57
Wawancara dengan bapak Edi Suyanto, Pengelola Kolam Pemancingan, tanggal 3
April 2022.

66
25.000, termasuk harga yang terjangkau. Kemudian fasilitasnya

pun sudah lengkap ada kantin dan pengelola kolam juga menjual

peralatan pancing. Namun karena bapak Wahidun jarang sekali

mendapatkan ikan, ia merasa rugi dengan membayar Rp. 25.000

ini, namun menurut dia hal ini sudah menjadi resiko dia, karena dia

sudah membuat perjanjian dengan pengelola kolam diawal. Dapat

atau tidaknya ikan

67
dia harus tetap membayar uang sejumlah Rp. 25.000. walaupun dia

sering tidak mendapat ikan sama sekali bapak Wahidun tetap

merasa puas karena dia tidak jauh-jauh untuk pergi memancing ke

danau atau rawa yang sekarang juga sudah sedikit ikannya.58

3. Responden 3 (Pemancing)
Menurut bapak Wito ia senang memancing ikan di

pemancingan desa Adiluwih ini karena alesan lebih dekat dan

terjangkau untuk mengisi waktu libur kerja. Sistem yang

digunakan di pemanicingan desa Adiluwih ini menggunakan

sistem harian yang dimana pemancingan di buka pukul 13.00-

18.00. Bagi pemancing yang akan memancing di pemancingan

desa Adiluwih ini cukup dengan membayar uang sejumlah

Rp.25.000 di awal atau sebelum pemancingan selesai, pemancing

bisa memancing dengan puas sampai batas waktu yang di tentukan

yaitu 13.00-18.00. Pemilik kolam juga menyediakan kantin dan

perlatan pancing beserta umpan jika pemancing ingin membelinya

tidak jauh-jauh, Pemilik kolam juga ramah kepada para pemancing.

Dengan sistem harian menurut bapak Wito ia suka mengeluh

karena sering kali ia tidak mendapat ikan sama sekali, sulitnya ikan

memakan umpan padahal ia sudah meracik umpan dengan banyak

campuran dan ia pun harus mengeluarkan uang tambahan untuk

membeli umpan seperti pelet ikan, minyak ikan, keroto sampai

wiskas makanan kucing ia pernah pakai untuk campuran umpan


58
Wahidun, pemancing, tanggal 5 April 2022.
Wawancara dengan bapak

68
ikan. Walaupun terkadang ia tidak mendapat ikan sama sekali

menurut bapak Wito ia tetap senang karena hobinya memancing

dapat atau tidaknya ikan sudah menjadi resikonya.59

4. Responden 4 (Pemancing)
Menurut bapak Jaito ia senang memancing di pemancingan

desa Adiluwih ini karena sistem pemancingan memakai sistem

harian hanya dengan membayar uang sejumlah Rp.25.000 ia bebas

memancing seharian secara bebas dengan menggunakan umpan

apa saja dan modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar hanya

dengan membayar uang sejumlah Rp.25.000. Untuk pelayanan

pemilik kolam kepada pemancing menurut dia pemilik kolam

sangat ramah kepada para pemancing dan fasilitasnya bagus karena

sudah disediakan kursi kemudian ada kantin dan pemilik kolam

juga menjual peralatan pancing dan umpan, sehingga tidak jauh-

jauh untuk membeli makan, minum dan membeli peralatan

pancing. Menurut bapak Jaito dengan sistem harian terkadang ia

bisa banyak mendapatkan ikan hasil pancingan namun terkadang

pula tidak mendapatkan ikan sama sekali. Tapi menurut ia senang

karena pemancingan ini dekat dengan rumahnya dan tidak jauh-

jauh untuk memancing, walaupun terkadang tidak mendapatkan

ikan sama sekali sudah menjadi konsekuensinya karena ia hobi

59
Wito, pemancing, tanggal 5 April 2022.
Wawancara dengan bapak

69
memancing ia akan tetap kembali memancing walaupun seringkali

tidak medapat ikan sama sekali.60

5. Responden 5 (Pemancing)
Menurut bapak Sudiman dalam praktik yang terjadi

dikolam pemancingan desa Adiluwih tidak adanya unsur paksaan

dari pihak pengelola kolam kepada pihak pemancing dalam

melaksanakan perjanjian, karena pemancing bebas memilih

maupun melaksanakan perjanjian atau tidak dengan cara membayar

uang sejumlah Rp.25.000 dahulu di awal perjanjian atau sebelum

pemancingan selesai. Dalam hal ini kebanyakan kedua belah pihak

juga samasama rela dalam melaksanakan perjanjian.61

Menurut pendapat para pemancing pada dasarnya para pemancing

datang ke pemancingan mayoritas karena hobi dan mencari hiburan

setelah lelah bekerja. Setelah diwawancari, salah satu pemancing juga

ada yang mengutarakan pendapat bahwa sebenarnya kegiatan memancing

di pemancingan itu banyak ruginya, karena harus mengeluarkan biaya

juga selain membayar untuk jasa pemancingan seperti umpan dan

konsumsi seperti kopi ketika memancing. Tetapi hal ini tidak mengurangi

minat para pemancing untuk tetap datang dan memancing di jasa

pemancingan

tersebut

Wawancara dengan bapak Jaito, pemancing, tanggal 7 April 2022.


60

Sudiman, pemancing, tanggal 7 April 2022


61

Wawancara dengan bapak

70
Berdasarkan penjelasan tentang praktik jasa pemancingan

diatas dapat diketahui bahwa sejatinya akad yang digunakan dalam

praktik jasa pemancingan pada umunya adalah sewa menyewa

(ijaroh). Tetapi dapat kita ketahui bersama bahwa ketentuan ijaroh

sendiri sudah jelas, ketika menyewa maka objek (barang) yang disewa

harus langsung diserahkan.62

Hal ini bertentangan dengan praktik jasa pemancingan pada

umumnya, yaitu menyewa kolam pemancingan dengan objek sewanya

adalah ikan, akan tetapi tidak diserahkan secara langsung melainkan

harus

dimasukan dulu ke kolam pemancingan kemudian pemancing


mengambilnya dengan cara memancingnya terlebih dahulu.
Praktik yang dilakukan diatas tentu mengandung unsur

ketidakjelasan (gharar) karena ikan yang akan didapat belum tentu

sama dengan ikan pada transaksi awal dan juga timbangannya tidak

menentu berapapun yang diperoleh maka boleh dibawa pulang hal ini

tentu mengakibatkan kemungkinan rugi atau kemungkinan untung.

Berdasarkan ketentuan Ekonomi Syari’ah praktik yang lebih

tepat digunakan dalam jasa pemancingan itu adalah menggunakan akad

jual-beli (bay’) dan sewa menyewa (ijaroh). Praktiknya, kolam

pemancingan dijadikan objek untuk akad sewa menyewa (ijaroh) yang

diambil manfaatnya untuk bisa digunakan memancing ikan. Kemudian,

seteleh memperoleh ikan maka harus ditimbang dulu kemudian

diakadi dengan jual-beli (bay’). Dengan demikian yang perlu


62
Andi Ali Akbar, Prinsip-prinsip dasar transaksi syari’ah, 47

71
dibayarkan oleh pengunjung pasti berbeda-beda sesuai dengan yang

diperoleh dan tidak ada lagi unsur untung atau rugi didalamnya.

2. Tinjauan Jasa pemancingan Desa Adiluwih Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu menurut ilmu syari’ah


Berdasarkan pemaparan di atas. Dapat dipahami bahwa jasa

pemancingan yang terjadi di desa Adiluwih adalah hal yang

menunjang terjadinya transaksi tersebut seperti masalah ekonomi.

Karena tidak dipungkiri untuk menjaga kelangsungan hidup, manusia

harus terus memenuhi kebutuhannya. Dengan terpenuhinya segala

sesuatu apapun itu maka akan menciptakan kebahagian dunia dan

akhirat, tidak hanya terpenuhinya kebutuhan manusia tetapi juga

terpenuhi rukun dan syarat dalam berbagai macam muamalah itu yang

utama, karena dengan itu bisa menentukan boleh dan tidaknya kegiatan

muamalah itu sndiri seperti jasa pemacingan.

Subjek (pelaku) yang melakukan perjanjian memancing ikan di

pemancingan desa Adiluwih ini terdiri dari dua belah pihak, yaitu

pihak pengelola kolam dan pihak pemancing di mana pengelola disebut

sebagai penyedia dan pemancing sebagai pengguna. Dalam

pelaksanaan jasa pemancingan dengan cara memancing di

pemancingan desa Adiluwih ini, rata-rata pemancing dan pengelola

sudah cakap dalam melakukan hukum, karena rata-rata pemancing

yang memancing disini sudah dewasa begitu juga dengan pengelola,

mereka sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk bagi

dirinya bagi dirinya dan mereka juga dalam melaksanakan perjanjian

72
pemancingan ini sehat jasmani dan rohani. Selain itu perjanjian yang

terjadi di kolam pemancingan ikan di pemancingan desa Adiluwih ini

dilakukan dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak dimana tidak

ada unsur paksaan dan di laksanakan atas dasar suka sama suka

diantara kedua subjek (pelaku) yang bertransaksi di pemancingan desa

Adiluwih ini. Berdasarkan hal ini, dilihat dari subjek (pelaku) dalam

melaksanakan perjanjian jasa pemancingan dengan cara memancing di

pemancingan desa Adiluwih ini secara hukum sudah benar atau sah.

Dalam pelaksanaan jasa pemancingan dengan cara memancing

di pemancingan desa Adiluwih terdapat objek yang berupa kolam yang

berisi ikan yang menjadi objek di pemancingan ini jumlahnya tidak

dapat ditentukan, karena ikan tersebut berada di dalam kolam

pemancingan sehingga tidak bisa diketahui secara pasti ukuran dan

jumlahnya, selain itu pengelola juga tidak memberitahu pemancing

jumlah ikan yang berada di dalam kolam pemancingan. Ikan bukan

merupakan barang yang tidak diperkenankan oleh hukum baik secara

hukum maupun Islam untuk diperjual belikan. Ikan merupakan barang

yang bisa dimakan, dan objeknya halal. Namun objek dalam perjanjian

ini tidak dapat diserahterimakan secara langsung oleh pihak pengelola

kepada pihak pemancing, karena pemancing harus memancing dulu

ikan yang berada di dalam kolam.

Berdasarkan hal ini, yang terjadi di pemancingan desa Adiluwih

sudah terpenuhi beberapa syarat-syarat objek dalam perjanjian, namun

terkait syarat objeknya harus tertentu atau setidaknya dapat ditentukan

73
tidak terpenuhi karena dalam praktik jasa pemancingan ikan

dipemancinngan desa Adiluwih ini ikan berada di dalam kolam sehingga

tidak bisa diketahui secara pasti berapa berat ikan dan berapa jumlahnya.

Selain itu syarat objek terkait dimungkinkan untuk dilaksanakan juga

tidak terpenuhi karena objek dalam perjanjian ini tidak dapat di

serahterimakan secara langsung oleh pihak pengelola kepada pihak

pemancing, karena pemancing harus memancing terlebih dahulu ikan

yang berada di kolam, dan ini bisa menyebabkan salah satu pihak untung

dan pihak lain rugi.

Berdasarkan praktik jasa pemancingan dengan cara memancing

yang dilakukan di pemancingan desa Adiluwih ternyata dalam

praktiknya ikan yang menjadi objek transaksi masih berada di kolam

pemancingan, dan terkait syarat objeknya harus tertentu atau

setidaknya dapat ditentukan tidak terpenuhi karena dalam praktik jasa

pemancingan dengan cara memancing ini ikan berada di dalam kolam

sehingga tidak bisa diketahui secara pasti berapa berat tiap ikan dan

berapa jumlah ikan yang berada di dalam kolam, serta syarat objek

terkait dimungkinkan untuk dilaksanakan juga tidak terpenuhi karena

objek dalam perjanjian ini tidak dapat diserahterimakan secara

langsung oleh pihak pengelola kepada pihak pemancing, karena

pemancing harus memancing dulu ikan yang berada di dalam kolam,

dan harga yang mungkin dibayarkan belum tentu sesuai dengan

kesepakatan diawal perjanjian, sehingga dalam perjanjian jasa

pemancingan dengan cara memancing ini bisa menyebabkan salah satu

74
pihak untung dan pihak lain rugi dan menyebabkan adanya unsur

untunguntungan, karena dapat atau tidaknya ikan pemancing tetap

harus membayar, padahal barang (ikan) yang menjadi objek transaksi

belum diketahui dengan pasti keberadaanya, dan untuk

memperikirakan hasil yang akan diperoleh pemancing hanya melihat

objek dengan dasar perkiraan saja yang jumlahnya tidak diketahui

secara pasti, sehingga pemancing bisa saja mendapatkan keuntungan

jika beruntung namun bisa juga mengalami kerugian pula jika

pemancing tidak mendapatkan ikan seperti yang ia harapakan atau

paling tidak sesuai dengan yang dibayarkan.

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan jelas bahwa

bertransaksi sesuatu barang yang belum diketahui dengan pasti

keberadaanya adalah terlarang karena mengandung unsur gharar dan

maysir atau spekulasi. Secara sederhana, gharar adalah semua transaksi

yang mengandung

ketidakjelasan atau keraguan tentang adanya objek akad, ketidakjelasan

akibat, dan bahaya yang mengancam antara untung dan rugi, pertaruhan

atau perjudian dalam Islam. Gharar adalah perkara yang dilarang dan

haram hukumnya karena sangat merugikan salah satu pihak. Maysir atau

spekulasi, Spekulasi disebut maysir, diharamkan karena mengandung

ketidakjelasan antara untung dan rugi . Dalam Al-Quran Allah Swt

berfirman :

75
$َ ‫رج س ِم ْن‬ ِ ِ
‫نب‬ ْ ‫ْيط ِن ف‬$‫ل ال َّش‬$ِ ‫عم‬
ُ ‫اجت‬$ ْ ُ‫اب َوالَْزمََل‬ َ ‫ُر َوالَْن‬$‫ر َواملَْيس‬$ُ ‫ا اخلَ ْم‬$َ‫ين َام ُن ْوا امن‬
ُ $‫ص‬ َ ‫ذ‬$‫ا ال‬$‫ياَي َه‬
‫ْوهُ لعل ُك ْم‬
‫لح ْو َن‬
ُ ْ‫ت ف‬
ُ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum

khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah,

adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbutan itu

agar kamu mendapat keberuntungan” (Q.S. Al-Maidah ayat 90)63

Tindakan spekulasi berangkat dari keinginan untuk mendapatkan

keuntungan yang besar dengan tidak memperdulikan tanggung jawab dan

dampak negatif yang merugikan. Spekulasi dilarang oleh agama karena

dapat merugikan diri sendiri dan berakibat munculnya permusuhan antara

manusia.

Kasus diatas juga sejalan dengan hasil Bahtsu Masail Lembaga

Bahtsu Masail (LBM) PCNU Lampung Tengah. Dengan kasus yang

hampir sama indikasinya yakni yang membahas akad pemancingan, “Ada

10 orang yang sepakat bahwa masing-masing orang membeli ikan 1 Kg

(sehingga terkumpul 10 Kg) kemudian semua ikan tersebut dimasukkan ke

suatu kolam untuk dipancing bersama oleh masing-masing anggota”,

alhasil dengan keputusan jawaban sebagai berikut :64

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Lajnah


63

Pentashihan
Mushaf Al-Quran, 2019), 165
64
Muhammad Masykur & Andi Ali Akbar, Fiqh Ramadhan, (Lampung Tengah: PCNU
Lampung Tengah, 2021), 91

76
1. jual-beli gharar, jika ikan yang mereka beli tidak bisa mereka terima,

karena langsung dimasukkan ke kolam oleh penjual, sehingga pembeli

harus mancing dulu dan hasil pancingannya pun belum jelas.

2. Termasuk praktek maysir (judi) karena membayar uang dengan imbalan

ikan yang tidak jelas berapa yang diperolehnya.

Dasar Pengambilan Hukum65

‫(ّوهبة ّشّزحطلي‬٥/٦٩ )‫ّشفقه شإلسالم وأ ّدته‬

‫ف‬$$‫ون تعري‬$$‫ فيك‬،‫ول‬$$‫ واجمله‬،‫وله‬$$‫دري حص‬$$‫ا َل ي‬$$‫مل م‬$$‫رر يش‬$$‫اء أن الغ‬$$‫ثر الفقه‬$$‫د أك‬$$‫راجح عن‬$$‫وال‬
‫ام‬$$‫ قال اإلم‬: ‫ حكم بيع الغرر‬.‫ وهو ماكان مستور العاقبة‬:‫السرخسي للغرر هو أرجح التعاريف‬
‫ )ويف‬.‫داا‬$$ ‫ريٌ ج‬$$ ‫ائل كث‬$$ ‫ه مس‬$$ ‫دخل حتت‬$$ ‫رع ي‬$$ ‫ول الش‬$$ ‫ل من أص‬$$ ‫رر أص‬$$ ‫ع الغ‬$$ ‫ النهي عن بي‬: ‫ووي‬$$ ‫الن‬
،‫رر‬$$‫ول غ‬$$‫ل جمه‬$$‫ فك‬،‫ة‬$$‫رر أعم من اجلهال‬$$‫ الغ‬: ‫ة‬$$‫رر واجلهال‬$$‫رق بني الغ‬$$‫( الف‬٢٣١ ‫حيفة‬$$‫ ص‬،‫زءه‬$$‫ج‬
،‫فة‬$$ ‫وم الص‬$$ ‫ق املعل‬$$ ‫راء اآلب‬$$ ‫ا يف ش‬$$ ‫ة كم‬$$‫دون اجلهال‬$$ ‫رر ب‬$$ ‫د الغ‬$$ ‫د يوج‬$$ ‫ فق‬، ‫واَل‬$ ‫رر جمه‬$$ ‫ل غ‬$$ ‫وليس ك‬
‫ولكن لَتوجد‬
‫اجلهالة بدون الغرر‬
Artinya : “Pendapat yang paling benar dari para ahli fiqh bahwa gharar

mencakup sesuatu yang tidak diketahui hasilnya dan tidak jelas. Maka definisi

yang paling benar tentang gharar menurut as-sarkhasi adalah sesuatu yang

memiliki akibat tersembunyi. Hukum jual beli gharar, imam nawawi berkata :

mencegah jual beli gharar adalah salah satu prinsip syariat dimana banyak

masalah yang terlibat. Perbedaan antara gharar dengan juhalah, gharar lebih

umum daripada juhalah, maka sesuatu yang tidak diketahui itu pasti gharar

dan tidak semua gharar itu tidak diketahui. Sungguh akan ditemukan gharar

dengan tanpa juhalah seperti membeli budak abiq yang diketahui sifatnya,
65
Muhammad Masykur & Andi Ali Akbar, Fiqh Ramadhan, 91

77
‫‪tetapi tidak akan ditemukan juhalah tanpa gharar.‬‬ ‫وموش رت‬
‫‪ : ٧٧‬فت وي َ‬

‫ّلدكتور محلد سعطد رمض ن ّشّبوياي‪ .‬ص‬

‫تباع عن‪$$‬دنا بطاق‪$$‬ات لل‪$$‬دخول ايل املعب بس‪$‬عر زهي‪$‬د‪ ،‬وعليه‪$‬ا ع‪$$‬رض مغ‪$$‬ري وه‪$$‬و أن البطاق‪$‬اٌ فيه‪$$‬ا‬
‫َ‬
‫سيار( والثالث منطق‪$‬ة مغط‪$$‬اه‬‫ثَثة أجزاء جزء للدخول للملعب واجلزء األخر)كوبون سحب علي ٌ‬
‫‪$‬ال؟‬‫قد اربح فيها ‪ ٢١١‬دينار أو أكثر فما حكم السحوبات واجلزء املخفي ال‪$‬ذي ق‪$‬د أربح من‪$‬ه م َ‬
‫هذا أسلوب من أساليب امليسر‪ ،‬الذي حرمه اهلل عز وجل‪ .‬و ّشق مدة فطه أن ك م ل يدفعه‬
‫شانس ن ّق ء ف ئدة أوهدية أوج ئزة م ّطة‪ ،‬ايدري ه سطن ّه أم ا‪ .‬فهو تع م محرم‬
‫ألنه‬
‫دشخ في معني ّشلطسر‬

‫‪Terjemah bagian yang bergaris bawah: “Kaidahnya: Setiap harta yang‬‬

‫‪diserahkan oleh seseorang dalam rangka mendapatkan faidah, atau hadiah,‬‬

‫‪atau‬‬ ‫‪bagian‬‬ ‫‪harta,‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪mana‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪diketahui‬‬ ‫‪apakah‬‬ ‫‪dia‬‬ ‫‪akan‬‬

‫‪mendapatkannya atau tidak, maka hal itu adalah transaksi yang diharamkan,‬‬

‫”‪karena hal itu tergolong dalam makna maysir (judi).‬‬

‫‪Ikan yang diperoleh yang sudah membaur dengan ikan lain, hukumnya‬‬

‫‪tidak halal karena hasil dari akad yang haram.‬‬

‫‪Dasar Pengambilan Hukum66‬‬

‫ّشّح وى ّشّكبطر – ّشل وردى‪)-‬ج ‪ / ٥‬ص ‪(٧٠٧‬‬

‫إذا اش‪$‬رتى ش‪$‬يئا ش‪$‬راء فاس‪$‬دا إم‪$‬ا جلهال‪$‬ة مثن‪$‬ه‪ ،‬وإم‪$‬ا لفس‪$‬لد ش‪$‬رطه‪ ،‬وإم‪$‬ا لتح‪$‬رمي مثن‪$‬ه مل يس‪$‬تحق‬
‫باطب‪$$‬ا َط قبض‪$$‬ه‪ ،‬ف‪$$‬إن قبض‪$$‬ه مل ميلك‪$$‬ه ب‪$$‬القبض وإن تص‪$$‬رف في‪$$‬ه بع‪$$‬د القبض ب‪$$‬بيع أوهب‪$$‬ة أوعت‪$$‬ق ‪،‬‬
‫‪66‬‬
‫‪Muhammad Masykur & Andi Ali Akbar, Fiqh Ramadhan, 92‬‬

‫‪78‬‬
‫وم‬$‫ا يق‬$‫ون َإل كم‬$‫ا َل يقوم‬$‫أكلون الرب‬$‫ذين ي‬$‫ ال‬: ‫اىل‬$‫ه تع‬$‫ا قول‬$‫ال – ودليلن‬$‫امنردودا – اىل لن ق‬$‫ك‬
‫الذي‬
‫ا‬$$‫ون مملوك‬$$‫ة يك‬$$‫ ٌد احملرم‬$‫العقود الفاس‬$$‫وض ب‬$$‫ان املقب‬$$‫و ك‬$$‫ فل‬.[ : ‫ر‬$ٌ $‫يطان من املس ] البق‬$$‫ه الش‬$$‫يتخبط‬
‫ فلما توجه الوعيد إليه دل على أنه مل يصر بالتصرف يف ملكه‬،‫ما استحق الوعيد عليه بأكله‬
Artinya : “Jika membeli sesuatu dengan pembelian yang fasid/rusak baik

karena tidak diketahui harganya, atau karena harganya, atau karena harganya

yang diharamkan, maka tidak layak untuk dimiliki. Jika menerimanya maka

tidak boleh

memilikinya, dan jika mentasharrufkannya setelah diterima dengan menjualnya

‫ ش حط ء مل وم‬.”atau menghibahkannya maka hal tersebut hukumnya batal

$َ ‫ ِط َك‬$‫و ب َش‬$ْ $‫ية َول‬$‫ص‬


‫ا وىف‬$‫ه‬$َ ‫ا ْيف‬$$‫ري اك‬$‫ا َن َش‬$‫ك‬$َ ‫ة‬$‫لم‬ ِ ‫ا َن على مع‬$$‫(من أع‬٦٩ ‫ ص‬/ ٢ ‫ّشّدين )ج‬
َْ ْ
‫اجر العمل الذى يتعلق باملعصية حرام والتصدق به منها لَيجوز ولَبصح إهى‬
ٌ ‫نفس الكتاب‬
Artinya : “Barang siapa menolong dalam hal kemaksiatan

walaupun dengan kalimat yang menyimpang dari persoalan maka orang

tersebut termasuk golongan di dalamnya. Dalam kitab yang sama upah

suatu pekerjaan yang berhubungan dengan kemaksiatan hukumnya

haram dan memberi shodaqoh dengan upah tersebut hukumnya tidak

boleh dan tidak sah”.

79
SISTEMATIKA PENULISAN

TINJAUAN EKONOMI SYARIAH TENTANG JUAL BELI


BERSYARAT (Studi Kasus di Desa Gayau Sakti Kecamatan
Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah)

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

LEMBAR PERSETUJUAN

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Penelitian Relevan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Akad

1. Definisi Akad

2. Dasar Hukum Akad

3. Rukun dan Syarat Akad

4. Berakhirnya Akad

B. Jual Beli (bay’)

1. Definisi Jual Beli (bay’)

2. Dasar Hukum Jual Beli (bay’)

1
3. Rukun dan Syarat Jual Beli (bay’)

4. Jenis Jual Beli (bay’)

5. Jual Beli Bersyarat

6. Jual Beli Murobahah

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

E. Teknik Analisis Data

2
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Fatoni, 2011, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi


Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad Azhar basyir, 2000, Asas-Asas Hukum Muamalat, Edisi Revisi, Yogyakarta:
Uii Pres.

Andi Ali Akbar, 2014, Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Syari’ah, Banyuwangi, Jawa
Timur: Yayasan PP. Darussalam Blokagung, Karangdoro, Tegalsari.

Asmawi Mahfudz, 2010, Pembaharuan Hukum Islam Telaah Manhaj Ijtihadshah


Wali Allah Al-Dihlawi, Yogyakarta: Teras.

Beni Ahmad Saebani, 2009, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Cv Pustaka Setia.

Deddy Wahyudin Purba, dkk, 2020, Pengantar Ilmu Pertanian, Tt: Yayasan Kita
Menulis.

Dimmyauddin Djwaini, 2008, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Dimmyauddin Djwaini, 2008, Pengantar Fiqh Muamalat Muamalah, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Hendi Suhedi, 2013, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers.

Hendi Suhendi, 2008, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Husein Umar, 2009, Metode Penelitian Untuk Sripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Ihsan Ghufron, 2008, fiqih muamalat, Jakarta: Prenada Media Group.

Lidwa Pustaka, i-Software, Hadist 9 Imam Kitab Sunan Ibnu Majah (PT. Telkom
Indonesia dan PT. Keris IT Developer & Buildier), hadist no. 2176.

Mardani, 2019, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana.

Moh Kasiram, 2010, Metode Penelitian Kualitatif-Kualitatif, Yogyakarta: Sukses


Offset.

1
Muhammad Syamsudin,2018, “ Jual Beli Bersyarat Yang Diperbolehkan Syariat”,
https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/jual-beli-bersyarat-yang-
diperbolehkan-syariat-4LyZu. dalam google. Com., dikutip pada tanggal 26
mei 2022.

Rachmat Syafei, 2001, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia.

Tim Penerjemah, al-Qur‟an Kemenag RI, 2009, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid
Bandung: CV Penerbit J-ART, 2014.

Tira Nur Fitria, 2017 ,“Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam
dan Hukum Negara”, Jurnal Ilmiah Hukum Ekonomi Islam, Vol. 03, no. 01,
https://jurnal.stieaas.ac.id, diakses 18 mei 2022

2
1

Anda mungkin juga menyukai