Anda di halaman 1dari 5

Penilaian Sumatif 1

Mapel : Sejarah

Nama : Kazia Hanna Kristin Br Sirait

Kelas : X4

Soal

1. Jelaskan peranan rempah-rempah dalam perjalanan kehidupan Bangsa Indonesia !


2. Sebutkan dan jelaskan teori-teori tentang masuknya pengaruh Hindu-Budha ke
Nusantara, kemudian kaitkan dengan keberadaan Jalur rempah !
3. Sebutkan dan Jelaskan Teori-teori tentang masuknya pengaruh Islam kenusantara,
kemudian uraikan bukti-bukti yang terkait dengan teori tersebut !

Jawaban :

1. Peranan rempah-rempah dalam perjalanan kehidupan Bangsa Indonesia


yaitu, Rempah-rempah mengantarkan Indonesia menjadi salah satu bagian penting
pada peradaban global. Sedemikian pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan
manusia sehingga ia menjadi penghela perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan
politik dalam skala lokal dan globalmemberikan perlindungan bagi tubuh terhadap
beragam penyakit, mulai dari pilek, radikal bebas hingga penyakit jantung.
2. 1. Teori Ksatria
Merujuk ebook berjudul Masuknya Hindu Budha ke Indonesia karya Johan Ari
Makmur, salah satu teori yang terkenal adalah Teori Ksatria. Teori ini dipelopori oleh
C.C. Beig dan Ir. Hoens.
Keduanya berpendapat bahwa pembawa dan penyebar kebudayaan Hindu ke
Indonesia adalah golongan Ksatria atau bangsawan. Pendapat ini didasarkan pada
sifat petualangan yang dimiliki oleh para Ksatria.
Terjadinya perang saudara di India membuat para Ksatria terpaksa melarikan diri ke
Indonesia. Kemudian mereka mendirikan kerajaan yang berkebudayaan Hindu untuk
pertama kalinya di Nusantara.
2. Teori Waisya
Teori Waisya menyatakan bahwa golongan Waisya yang punya peran besar dalam
menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu Buddha.
Hal itu diutarakan oleh Prof. Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat golongan yang terdiri dari
pedagang, petani, dan pemilik tanah tersebut sudah mengenal agama Hindu Buddha.
Selain berdagang, kedatangan golongan Waisya juga memperkenalkan agama dan
kebudayaan Hindu Buddha kepada masyarakat Indonesia. Golongan ini diyakini
hanya tinggal sementara waktu, tetapi ada juga yang menetap lalu menikah dengan
penduduk di Nusantara.
3. Teori Brahmana
J.C. van Leur berpendapat bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum Brahmana yang
berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan mereka diduga
atas undangan para penguasa lokal yang tertarik dengan agama Hindu.
Sebelum kembali ke India, kaum Brahmana kerap meninggalkan kitab Weda sebagai
hadiah bagi raja di Nusantara. Namun, teori ini memiliki kelemahan.
Pertama, raja-raja Indonesia tidak mungkin dapat mengerti isi kitab Weda tanpa
dibimbing oleh kaum Brahmana. Kedua, menurut ajaran Hindu Kuno, seorang
Brahmana dilarang menyeberangi lautan, apalagi meninggalkan tanah airnya.
4. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh Van van Faber. Menurut teori ini masuknya agama
Hindu Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra
Menurut Faber, golongan berkasta Sudra atau pekerja kasar dari India menginginkan
kehidupan lebih baik dengan pergi ke daerah lain, salah satunya Indonesia.
Selain itu, kaum Sudra keluar dari India dan datang ke Indonesia karena ingin
mendapatkan kedudukan dan lebih dihargai.
Namun teori yang satu ini menimbulkan kontroversi sebab kaum Sudra terdiri atas
kelompok dengan derajat terendah sehingga tidak layak menyebarkan agama Hindu.
5. Teori Arus Balik
Teori Arus Balik dicetuskan oleh F.D.K. Bosch untuk menyanggah teori Waisya dan
Ksatria. Menurut Bosch, masyarakat Indonesia memiliki peranan dalam penyebaran
dan pengembangan agama Hindu dan Buddha.
Interaksi masyarakat Indonesia dengan orang-orang India membuat mereka belajar
agama Hindu Buddha di tempat yang disebut Sangga.
Setelah belajar bahasa Sanskerta, kitab suci sastra, dan budaya tulis, penduduk
Indonesia kemudian mendalami agama Hindu Buddha di India.
Lalu mereka kembali ke Nusantara untuk mengembangkan agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha kepada masyarakat Indonesia.
Teori ini didukung dengan prasasti Nalanda yang menyebutkan bahwa Raya
Balaputradewa dari Sriwijaya meminta raja India untuk membangun wihara di
Nalanda sebagai tempat belajar bagi para tokoh Sriwijaya.
Adapun kerajaan yang menerima corak budaya India adalah Kerajaan Kutai,
Tarumanegara, Mataram Kuno, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan di Bali. Hubungan
teori teori tersebut dengan keberadaan jalur rempah yaitu,
komoditi rempah yang berasal dari berbagai kepulauan di Nusantara yang terlibat
dalam lalu lintas perdagangan di masa lampau, sehingga menjadi salah satu jalur
budaya. Jalur Rempah dilakukan dengan ada nya perdagangan begitu juga dengan
masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Nusantara, Dengan demikian hubungan yang
terjalin antara kegiatan perdagangan dengan masuknya Hindu-Budha ke Nusantara,
pedagang pedagang yang sedang mendagangkan atau sekelompok orang yang
mencari rempah rempahan akan berinteraksi dan terjadilah wadah pertukaran
segala peradaban budaya dan agama, yang menjadikan jalur rempah disebut juga
dengan jalur budaya.
3. 1. Teori Gujarat
Teori Gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan
bahwa Islam di Indonesia sebenarnya berasal dari Gujarat (India) dan mulai masuk
sejak abad ke 8 M.
Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti
Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa
itu memang telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran
Indonesia-Cambay.
Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia pertama kali diyakini berasal dari
Gujarat. Salah satu bukti sejarah yang mendukung teori masuknya agama Islam ini
adalah ditemukannya batu nisan Sultan Samudera Pasal, yaitu Malik as-Saleh
berangka tahun 1297 H yang bercorak Gujarat.
Selain itu, bukti lain dari teori Gujarat juga didasarkan pada corak ajaran Islam yang
cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini diterapkan oleh orang muslim di India
Selatan yang mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya
Islam.
2. Teori Persia
Sejarah masuknya Islam di Jawa dibahas dalam teori Persia yang dikemukakan oleh
Hoessein Djajadiningrat. Teori ini menyebutkan bahwa Islam yang masuk ke
Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran), Islam diyakini dibawa oleh
para pedagang Persia mulai pada abad ke 12.
Teori Persia berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal masuknya
Islam ke indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Indonesia. Budaya tersebut adalah peringatan 10 Muharam atau
hari Asyura.
Adanya suku Leran dan Jawi di Persia juga menunjukkan bukti bahwa orang orang
Persia yang membawa ajaran islam ke Indonesia. Suku ini disinyalir merujuk pada
orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa.
Selain itu, dalam suku Jawa juga terdapat tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab
Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini
diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia.
3. Teori Arab atau Mekah
Teori Arab atau Teori Mekah ini diyakini berasal dari Arab, yaitu Mekkah dan
Madinah pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Dasar pendapat ini berupa
adanya bukti perkampungan Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal
sebagai Bandar Khalifah.
Wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Ta-Shih. Ta Shih adalah sebutan orang-
orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina yang
ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei.
Chou Ku-Fei mengatakan bahwa adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang
berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa. Dalam dokumen China tercatat bahwa
keberadaan komunitas Muslim Arab di Pantai Barus ada sekitar pada 625 M.
Melihat tahun tersebut, berarti hanya sembilan tahun dari rentang waktu ketika
Rasulullah SAW menetapkan dakwah Islam secara terbuka kepada penduduk
Makkah. Kala itu, beberapa sahabat Rasulullah SAW juga telah berlayar dan
membentuk perkampungan Islam di Sumatera.
Pelayaran ini sangat mungkin terjadi mengingat adanya perintah Rasulullah SAW
agar kaum Muslimin menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam
masuk ke Indonesia saat Rasulullah masih hidup.
Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, yakni berupa sebuah makam kuno di
kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu nisannya tertulis nama
Syekh Rukunuddin yang wafat pada 672 M.

Anda mungkin juga menyukai