1. Jelaskan peranan rempah-rempah dalam perjalanan kehidupan Bangsa Indonesia !
2. Sebutkan dan jelaskan teori-teori tentang masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Nusantara, kemudian kaitkan dengan keberadaan Jalur rempah ! 3. Sebutkan dan Jelaskan Teori-teori tentang masuknya pengaruh Islam kenusantara, kemudian uraikan bukti-bukti yang terkait dengan teori tersebut !
Jawaban :
1. Peranan rempah-rempah dalam perjalanan kehidupan Bangsa Indonesia
yaitu, Rempah-rempah mengantarkan Indonesia menjadi salah satu bagian penting pada peradaban global. Sedemikian pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan manusia sehingga ia menjadi penghela perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam skala lokal dan globalmemberikan perlindungan bagi tubuh terhadap beragam penyakit, mulai dari pilek, radikal bebas hingga penyakit jantung. 2. 1. Teori Ksatria Merujuk ebook berjudul Masuknya Hindu Budha ke Indonesia karya Johan Ari Makmur, salah satu teori yang terkenal adalah Teori Ksatria. Teori ini dipelopori oleh C.C. Beig dan Ir. Hoens. Keduanya berpendapat bahwa pembawa dan penyebar kebudayaan Hindu ke Indonesia adalah golongan Ksatria atau bangsawan. Pendapat ini didasarkan pada sifat petualangan yang dimiliki oleh para Ksatria. Terjadinya perang saudara di India membuat para Ksatria terpaksa melarikan diri ke Indonesia. Kemudian mereka mendirikan kerajaan yang berkebudayaan Hindu untuk pertama kalinya di Nusantara. 2. Teori Waisya Teori Waisya menyatakan bahwa golongan Waisya yang punya peran besar dalam menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu Buddha. Hal itu diutarakan oleh Prof. Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat golongan yang terdiri dari pedagang, petani, dan pemilik tanah tersebut sudah mengenal agama Hindu Buddha. Selain berdagang, kedatangan golongan Waisya juga memperkenalkan agama dan kebudayaan Hindu Buddha kepada masyarakat Indonesia. Golongan ini diyakini hanya tinggal sementara waktu, tetapi ada juga yang menetap lalu menikah dengan penduduk di Nusantara. 3. Teori Brahmana J.C. van Leur berpendapat bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan mereka diduga atas undangan para penguasa lokal yang tertarik dengan agama Hindu. Sebelum kembali ke India, kaum Brahmana kerap meninggalkan kitab Weda sebagai hadiah bagi raja di Nusantara. Namun, teori ini memiliki kelemahan. Pertama, raja-raja Indonesia tidak mungkin dapat mengerti isi kitab Weda tanpa dibimbing oleh kaum Brahmana. Kedua, menurut ajaran Hindu Kuno, seorang Brahmana dilarang menyeberangi lautan, apalagi meninggalkan tanah airnya. 4. Teori Sudra Teori Sudra dikemukakan oleh Van van Faber. Menurut teori ini masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra Menurut Faber, golongan berkasta Sudra atau pekerja kasar dari India menginginkan kehidupan lebih baik dengan pergi ke daerah lain, salah satunya Indonesia. Selain itu, kaum Sudra keluar dari India dan datang ke Indonesia karena ingin mendapatkan kedudukan dan lebih dihargai. Namun teori yang satu ini menimbulkan kontroversi sebab kaum Sudra terdiri atas kelompok dengan derajat terendah sehingga tidak layak menyebarkan agama Hindu. 5. Teori Arus Balik Teori Arus Balik dicetuskan oleh F.D.K. Bosch untuk menyanggah teori Waisya dan Ksatria. Menurut Bosch, masyarakat Indonesia memiliki peranan dalam penyebaran dan pengembangan agama Hindu dan Buddha. Interaksi masyarakat Indonesia dengan orang-orang India membuat mereka belajar agama Hindu Buddha di tempat yang disebut Sangga. Setelah belajar bahasa Sanskerta, kitab suci sastra, dan budaya tulis, penduduk Indonesia kemudian mendalami agama Hindu Buddha di India. Lalu mereka kembali ke Nusantara untuk mengembangkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha kepada masyarakat Indonesia. Teori ini didukung dengan prasasti Nalanda yang menyebutkan bahwa Raya Balaputradewa dari Sriwijaya meminta raja India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat belajar bagi para tokoh Sriwijaya. Adapun kerajaan yang menerima corak budaya India adalah Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan di Bali. Hubungan teori teori tersebut dengan keberadaan jalur rempah yaitu, komoditi rempah yang berasal dari berbagai kepulauan di Nusantara yang terlibat dalam lalu lintas perdagangan di masa lampau, sehingga menjadi salah satu jalur budaya. Jalur Rempah dilakukan dengan ada nya perdagangan begitu juga dengan masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Nusantara, Dengan demikian hubungan yang terjalin antara kegiatan perdagangan dengan masuknya Hindu-Budha ke Nusantara, pedagang pedagang yang sedang mendagangkan atau sekelompok orang yang mencari rempah rempahan akan berinteraksi dan terjadilah wadah pertukaran segala peradaban budaya dan agama, yang menjadikan jalur rempah disebut juga dengan jalur budaya. 3. 1. Teori Gujarat Teori Gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebenarnya berasal dari Gujarat (India) dan mulai masuk sejak abad ke 8 M. Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa itu memang telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran Indonesia-Cambay. Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia pertama kali diyakini berasal dari Gujarat. Salah satu bukti sejarah yang mendukung teori masuknya agama Islam ini adalah ditemukannya batu nisan Sultan Samudera Pasal, yaitu Malik as-Saleh berangka tahun 1297 H yang bercorak Gujarat. Selain itu, bukti lain dari teori Gujarat juga didasarkan pada corak ajaran Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini diterapkan oleh orang muslim di India Selatan yang mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya Islam. 2. Teori Persia Sejarah masuknya Islam di Jawa dibahas dalam teori Persia yang dikemukakan oleh Hoessein Djajadiningrat. Teori ini menyebutkan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran), Islam diyakini dibawa oleh para pedagang Persia mulai pada abad ke 12. Teori Persia berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal masuknya Islam ke indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Budaya tersebut adalah peringatan 10 Muharam atau hari Asyura. Adanya suku Leran dan Jawi di Persia juga menunjukkan bukti bahwa orang orang Persia yang membawa ajaran islam ke Indonesia. Suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Selain itu, dalam suku Jawa juga terdapat tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia. 3. Teori Arab atau Mekah Teori Arab atau Teori Mekah ini diyakini berasal dari Arab, yaitu Mekkah dan Madinah pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Dasar pendapat ini berupa adanya bukti perkampungan Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Ta-Shih. Ta Shih adalah sebutan orang- orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Chou Ku-Fei mengatakan bahwa adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa. Dalam dokumen China tercatat bahwa keberadaan komunitas Muslim Arab di Pantai Barus ada sekitar pada 625 M. Melihat tahun tersebut, berarti hanya sembilan tahun dari rentang waktu ketika Rasulullah SAW menetapkan dakwah Islam secara terbuka kepada penduduk Makkah. Kala itu, beberapa sahabat Rasulullah SAW juga telah berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera. Pelayaran ini sangat mungkin terjadi mengingat adanya perintah Rasulullah SAW agar kaum Muslimin menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke Indonesia saat Rasulullah masih hidup. Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, yakni berupa sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu nisannya tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada 672 M.