Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS TERHADAP FENOMENA EL NINO

DAN SARAN MASUKAN ANTISIPASI


DAMPAK TERHADAP LAYANAN PUBLIK
Mego Pinandito
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan
Badan Riset Inovasi Nasional

Diskusi Publik Fenomena EL Nino : Dampak dan solusi terhadap Pelayanan Publik
Ombudsman RI Jakarta, 20 Juni 2023
FENOMENA EL NINO
● Fenomena El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya
yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan SML ini meningkatkan
potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah
sekitarnya, termasuk seperti di Indonesia
● El Nino sudah terjadi dan akan berlangsung sampai siklusnya selesai
FENOMENA EL NINO

❑ Rata-rata siklus kejadian El Nino semakin


memendek dari 8 tahun pada abad ke-19 menjadi
4 tahun memasuki abad ke-20, dengan durasi
yang semakin panjang. Curah hujan dan
ketersediaan air irigasi berkurang, berimplikasi
pada penurunan produksi 3,06% setiap kejadian

❑ Fenomena El-Nino saat ini sudah terjadi dan akan


meningkatkan ancaman kekeringan sangat tinggi
di periode bulan Juni - Oktober pada wilayah
sentra produksi padi. Namun dengan
memperhatikan fenomena ENSO dan IOD saat ini,
siklus El Nino akan melemah mulai bulan
November dan akan kembali normal pada bulan
Desember (CCROM, 2023)
Kekeringan dan Pasokan Air
● El Nino dapat menyebabkan
penurunan curah hujan di daerah
daerah tertentu di Indonesia
● Meningkatkan risiko kekeringan dan
mempengaruhi pasokan air bersih
untuk keperluan masyarakat,
pertanian, dan industri
● Air bersih dan layanan irigasi
pertanian dapat terganggu,
mempengaruhi kehidupan seharihari
masyarakat
● Potensi dampak terhadap energi
listrik, akibat penurunan volume air
waduk
Krisis Pangan dan Pertanian

Kekeringan akibat El Nino


mengancam produksi
pangan di Indonesia
01
Berkurangnya stok
02 pangan nasional karena
gagal panen atau
mengalami penurunan
produktivitas
Hal ini dapat menyebabkan
kelangkaan pangan, 03
kenaikan harga, dan risiko
kelaparandan mengancam
kesehatan masyarakat
Dampak El Nino terhadap Produksi Padi

❑ Potensi penurunan produksi padi Tahun 2023 sebagai dampak El Nino


menurut pola penurunan curah hujan yang dikelompokkan dalam skala 1-
4, dimana skala paling rendah diprediksi penurunan luas panen padi
berkisar 0,23-1,01%,penurunan produktivitas 0,39%-4,1% dan penurunan
produksi berkisar 0,71-5,02% atau secara kumulatif 1 tahun menurun
sebesar 1 juta ton GKG (PSEKP, 2023).
❑ Dampak Negatif, penurunan ketersediaan air yang mengakibatkan
DA<M
penurunan produktivitas dan gagal panen (Puso), sebagai contoh pada
elnino tahun 2015, lahan padi yang terdampak kekeringan seluas 597.202
ha dan puso seluas 217.319 ha (Ditlin 2016), atau setara dengan
kehilangan hasil sekitar 1,5 – 2 juta ton GKG
❑ Akibat kekurangan air juga mengakibatkan penurunan luas tanam
komoditas lainnya seperti Jagung dan Kedelai
❑ Dampak Positif, Lahan Rawa Lebak utamanya lebak tengahan yang ada Rawa Lebak potensi
di Kalimantan dan Sumetera dapat ditanam padi luas potensi ada sekitar 2 ditanami padi saat
juta ha, dapat dijadikan sebagai area cadangan pangan elnino
Sentra Produksi Ternak dan Jagung yang Berpotensi Terdampak
Sentra produksi jagung sebagai pakan ternak (BPS, 2021)
Provinsi Lain
Dampak El Nino pada sektor peternakan
Jawa Barat
Nusa Tenggara Barat

Sumber Pakan Sumatera Utara


Gorontalo
• Produksi pakan Nusa Tenggara Timur
menurun Sulawesi Selatan
• Kualitas dan kuantitas Lampung

pakan hijauan rendah Jawa Tengah


Jawa Timur
0 10 20 30
Persen
Sentra produksi ternak terdampak El Nino
Ternak (BMKG, 2023 dan BPS, 2021)
• Fisiologis terganggu
El Nino • Produktivitas menurun
• Semakin rentan penyakit
Sentra
produksi
Lingkungan (Biotik & ternak &
abiotik) pakan ternak
Potensi
• Air terbatas kekeringan
• Suhu tinggi terparah
• Penyakit meningkat
DAMPAK ELNINO

Bencana Alam dan


Infrastruktur
● El Nino dapat meningkatkan risiko bencana
alam seperti kebakaran hutan dan lahan,
banjir, dan tanah longsor
● Bencana ini dapat mengganggu
infrastruktur, transportasi, dan aksesibilitas
● Layanan publik seperti listrik,
telekomunikasi, dan transportasi umum
mungkin terpengaruh
Dampak Fenomena El Nino terhadap Kesesuaian Lahan
Kesesuaian Lahan dan El Nino

✓ Untuk mendapatkan lahan-lahan yang sesuai bagi pengembangan


komoditas pertanian diperlukan suatu instrumen yang secara ilmiah dapat
dipertanggung jawabkan yaitu melalui penilaian evaluasi lahan/kesesuaian
lahan.
✓ Salah satu karakteristik lahan yang digunakan dalam menilai kesesuaian
lahan adalah faktor iklim.
✓ Adanya perubahan iklim berupa fenomena El Nino, sangat berpengaruh
terhadap kesesuaian lahan untuk di suatu wilayah pertanian.
✓ El Nino merupakan kondisi abnormalitas iklim yang ditandai dengan suhu
permukaan laut (SPL) Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah
(di Pantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata normalnya.
✓ El Nino umumnya berasosiasi dengan penurunan curah hujan yang
menyebabkan kekeringan di sebagian wilayah Indonesia dan adanya
kerentanan kenaikan muka air laut.
✓ Dampak umum dari El Nino adalah menyebabkan kegagalan produksi
khususnya tanaman pangan akibat kekeringan dan dampak kenaikan
permukaan air laut dan intrusi.
Anomali Produksi Padi
5 Moderete La Nina
Strong El Nino

4 Weak La Nina

3 Moderete La Nina

2
Ton

1
Data produksi padi Indonesia periode 1990-2017
0
menunjukkan terjadi penurunan produksi secara
-1 Moderate El Nino Moderat El padakejadian El Nino berkisar 100 ribu ton -1.7 juta ton
Moderete La Nina
-2 Strong La Nina tergantung intensitas El Nino.
Moderat El Nino
Strong El Nino
-3
Data setelah tahun 2017 tidak digunakan dalam analisis
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017

krn perbedaan data (metode KSA)


Luas lahan sawah terkena kekeringan
saat El Nino
Secara nasional, lahan sawah yang terkena
kekeringan pada saat El Nino berkisar
450,000 - 800,000 Ha

La Nina El Nino berkorelasi dengan


penurunan produksi padi akibat kekeringan

Pada MH peningkatan luas kekeringan terjadi


pada pada sebagian kabupaten dengan kisaran
0-500 ha

Pada MK peningkatan luas lahan sawah terkena


kekeringan lebih tinggi pada Sebagian
kabupaten > 2000 ha
Harvested Areas Harvested Areas Change of
Perubahan luas panen padi pada Province/District In Neutral Years
(ha)
In El Niño years
(ha)
Harvested Areas
(%)

lahan rawa lebak pada tahun El Niño Sumatera Selatan


Ogan Komering Ilir 121,075 110,077 -9.1
Musi Banyuasin 85,955 97,078 12.9
Banyuasin 192,447 209,063 8.6
Ogan Komering Ulu Timur 118,611 124,280 4.8
Ogan Ilir 39,648 43,747 10.3
Penukal Abab Lematang Ilir 8,162 9,633 18
Jambi
Muaro Jambi 7,181 8,221 14.5
Tanjung Jabung Timur 28,351 30,519 7.6
Tanjung Jabung Barat 38,553 33,402 -13.4
Kalimantan Barat
Sambas 77,860 78,772 1.2
Mempawah 38,107 45,196 18.6
Ketapang 36,220 38,183 5.4
Sintang 33,128 36,879 11.3
Kapuas Hulu 17,571 18,567 5.7
Kayong Utara 18,873 19,226 1.9
Kubu Raya 46,532 53,795 15.6
Kalimantan Tengah
Kotawaringin Barat 8,812 8,801 -0.1
Kotawaringin Timur 17,840 19,619 10
Kapuas 90,762 90,824 0.1
Barito Selatan 10,111 10,991 8.7
Sukamara 1,983 2,247 13.3
Seruyan 5,921 7,080 19.6
Katingan 16,896 18,828 11.4
Pulang Pisau 31,593 31,924 1
Peningkatan luas panen pada saat El Nino berkisar 6-20%, Gunung Mas 3,481 5,082 46

Tertinggi di Kabupaten Tapin (Kalteng ), Mempawah (


Palangkaraya 99 115 15.5
Kalimantan Selatan

Kalimantan Barat), Muaro Jambi (Jambi), Musi Banyuasin Banjar


Barito Kuala
66,336
87,603
69,455
87,887
4.7
0.3
(Sumatra Selatan), dan Seruyan (Kalsel). Tapin
Hulu Sungai Selatan
49,731
42,606
52,651
36,790
5.9
-13.6
Hulu Sungai Utara 29,982 29,525 -1.5
Langkah Antisipasi Dampak Fenomena El Niño terhadap
Pelayanan Publik di Indonesia

1. Monitoring dan peringatan dini: Penguatan


sistem pemantauan iklim dan cuaca untuk
mendeteksi perubahan yang terkait dengan
El Niño. Peringatan dini yang akurat dapat
memberikan kesempatan bagi pemerintah
dan masyarakat untuk mengambil langkah-
langkah pencegahan dan mitigasi yang
tepat waktu.

2. Pengelolaan sumber daya air dan


pemanfaatan energi surya
Implikasi Kesehatan Masyarakat & Mitigasi El Nino
terkait Pangan & Pertanian
Perubahan pola curah hujan dan suhu udara yang
01 disebabkan oleh El Nino dapat mempengaruhi kesehatan
masyarakat

Pemenuhan pangan melalui peningkatan akses pangan


02 lokal fungsional dengan mutu gizi memenuhi standar
kesehatan sebagai langkah antisipasi untuk peningkatan
kesehatan masyarakat

Pemanfaatan sumber daya genetik lokal sebagi tanaman


03 obat dapat difungsikan untuk pencegahan penyakit terkait
iklim seperti : demam berdarah, malaria, dan infeksi
pernapasan.
Beberapa Penyakit Yang Terkait Dampak El Nino
1. Penyakit diare: Perubahan cuaca yang terkait dengan El Niño, seperti banjir atau
kekeringan, dapat mempengaruhi sistem sanitasi dan akses ke air bersih. Hal ini dapat
menyebabkan kontaminasi air minum dan peningkatan risiko infeksi saluran
pencernaan, termasuk penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.
2. Demam berdarah: Perubahan suhu dan kelembaban yang dihasilkan oleh El Niño
dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk Aedes aegypti, vektor penyakit demam
berdarah. Populasi nyamuk yang lebih tinggi dan perubahan lingkungan meningkatkan
risiko penularan demam berdarah.
3. Malaria: El Niño juga dapat mempengaruhi distribusi nyamuk Anopheles, yang
merupakan vektor penyakit malaria. Perubahan suhu dan pola curah hujan dapat
menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi perkembangbiakan nyamuk dan
penyebaran penyakit malaria.
4. Leptospirosis: Banjir karena hujan lebat dapat meningkatkan risiko penyakit
leptospirosis. Bakteri Leptospira, menyebar melalui air terkontaminasi urin hewan
terinfeksi, dapat menimbulkan infeksi serius pada manusia.
Upaya Pencegahan Pengurangan Risiko Penyakit
1. Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat: Peningkatan kesadaran masyarakat tentang risiko penyakit
yang terkait dengan El Niño. Melalui pendidikan masyarakat, informasi mengenai penyakit dan
langkah-langkah pencegahan. Kampanye kesehatan untuk melindungi diri dan keluarga.
2. Praktik Kebersihan dan Sanitasi: Memperkuat praktik kebersihan dan sanitasi. Masyarakat harus
didorong untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih secara teratur, memastikan ketersediaan
air bersih yang memadai, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka.
3. Pengendalian Vektor Penyakit: Pengendalian vektor penyakit seperti nyamuk dsb. yang oleh
pemerintah dan komunitas, mencakup penggunaan kelambu, insektisida, dan pembersihan tempat
berkembang biak nyamuk seperti genangan air atau wadah bekas.
4. Kebersihan Makanan dan Air: Keamanan makanan dan air. Konsumsi air minum dan makanan
higienis sangat penting mencegah penyakit, terkait dengan sanitasi. Memastikan sumber air bersih dan
bahan pangan membantu mengurangi risiko infeksi.
5. Pemantauan Kesehatan dan Sistem Peringatan Dini: Pemantauan kesehatan dan sistem peringatan
dini dapat membantu mendeteksi penyakit secara dini, tindakan pencegahan, dan respons cepat atas
ancaman Kesehatan.
6. Perencanaan Bencana dan Respons Darurat: Perencanaan penanggulangan bencana yang matang
dan respons darurat yang siap sedia, alokasi sumber daya, pelatihan petugas kesehatan, dan lainnya.
Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh
Sumberdaya Alam Lingkungan dan Kebencanaan Kegiatan Strategis
Adaptasi yang Perlu Disiapkan untuk Antisipasi Kekeringan

❑ Pemetaan dan pewilayahan daerah yang potensi


terjadinya kekeringan
❑ Daerah dengan wilayah potensi kekeringan tinggi
dilakukan dengan pengelolaan air dengan
memanfaatkan Embung, Dam Parit, Long storage dan
Pompanisasi.
❑ Pemanfaatan rawa lebak untuk produksi tanaman
pangan, karena dalam kondisi susut air di rawa lebak
luas lahan tanam komoditas pangan menjadi bertambah
❑ Penggunaan varietas yang toleran berumur genjah dan
toleran kekeringan contoh untuk padi (Inpari 39,
Cakrabuana, Padjadjaran,), kedelai (Argomulyo, Dering
2, dan Dering 3), jagung (JH37, JH21, JH29)
❑ Management stock pangan, saat over produksi perlu ada
penyimpanan dan menahan ekspor
Adaptasi yang Perlu Disiapkan untuk Mitigasi Kebencanaan

❑ Pemetaan wilayah daerah yang potensi terjadinya


bencana akibat naiknya tinggi muka laut, abrasi
❑ Penguatan daerah pantai dengan penanaman dan
pelestarian hutan mangrove
❑ Penguatan pesisir pantai dengan pemecah ombak dsb.
❑ Pengaturan RT/RW
❑ Literasi masyarakat
Varietas Unggul Tanaman Pangan untuk Antisipasi
Agroekological zone Produktivitas Potensi hasil Varietas Unggul Padi
dan kebutuhan lainnya rata-rata (ton/ha) (ton/ha)
Padi
Rawa lebak 5,1 7,1 Inpara 3, Inpara 8, Inpara 10 HDB,
Tadah hujan 6,2 9,6 Inpari 38, Inpari 39, Inpari 40, Inpari
41, Cisaat, Cakrabuana, Padjadjaran

Lahan kering/gogo 5,4 8,4 Situbagendit, Inpago, 10, Inpago 11,


Inpago 12
Toleran
Kedelai Kekeringan 2,0 3,00 – 3,30 Agromulyo, Burangrang, Dering 1,
Dering 2, Dering 3
Jagung

Toleran Kekeringan 8,8 10.0-12.25 JH21, JH 29. JH 37


MITIGASI EL NINO TERHADAP SEKTOR PETERNAKAN
No. Dampak El Nino Antispasi
1. Stress panas pada 1. Pemilihan bangsa ternak toleran suhu tinggi (ternak lokal lebih tahan);
ternak 2. Sistem peneduh (integrasi ternak-sawit atau agrosilvopastura);
3. Sistem kandang berventilasi;
4. Pemberian pakan aditif antistress
2. Kuantitas dan kualitas 1. Pengolahan dan penyimpanan pakan dengan teknologi silase, hay, dan
pakan (khususnya untuk konsentrat fermentasi
ruminansia) 2. Pembuatan bank pakan;
3. Penanaman hijauan pakan ternak toleran kekeringan (rumput gajah Biogras)
4. Optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan dan pertanian sebagai pakan
(limbah sawit, bekatul padi, onggok, bungkil kopra, kulit kacang, bonggol
jagung, dll.)
3. Kekurangan air Konservasi air dengan membuat embung, waduk, kolam retensi, penampungan
air buatan
4. Perkembangan penyakit 1. Meningkatkan imunitas dan kesehatan ternak melalui pemberian pakan aditif
berupa herbal, probiotik, antioksidan dll;
2. Meningkatkan vaksinasi dan pengobatan masal
3. Pemilihan bangsa ternak yang tahan terhadap penyakit
4. Pemantauan perkembangan penyakit
PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA
UNTUK MITIGASI KEKERINGAN
No Hasil Dampak
1 Menambah volume air Menjaga kelembapan
di area lahan gambut tanah gambut dengan
maksud untuk
mengurangi potensi
kebakaran hutan dan
lahan di area gambut
2 Memadamkan titik api Menjaga kualitas udara di
daerah terdampak
bencana
Menjaga jarak pandang di
area bandara untuk
kelancaran keselamatan Provinsi Rawan Karhutla
transportasi udara P. Kalimantan:
P. Sumatera:
1. Riau 1. Kalimantan Tengah
2. Sumatera Selatan 2. Kalimantan Barat
3. Jambi 3. Kalimantan Selatan
4. Kalimantan Timur
ILUSTRASI PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA
UNTUK MITIGASI KEKERINGAN
SARAN KEBIJAKAN MITIGASI EL NINO (JANGKA PENDEK)

❑ Menyiapkan benih varietas tanaman yang toleran Kekeringan dan Umur pendek
❑ Mendorong percepatan tanam daerah berpotensi air cukup. Pada daerah yang kurang air
tanam palawija. Kacang2an umur pendek (70-80 hari) perlu didorong
❑ Memanfaatkan air seoptimum mungkin dari embung, dam dll juga dengan pompa
❑ Mengatur pemanfaatan air secara efisien dengan menerapkan teknlogi Intermitten
(Alternate wet and Dry (AWD).
❑ Memanfaatkan teknologi budidaya lainnya agar kelembaban tanah terjamin untuk
pertumbuhan tanaman seperti penggunaan mulsa, dll
❑ Menggerakkan pemda dan penyuluh untuk mengawal pertanaman di lapang dan
memastikan tanaman menghasilkan
SARAN KEBIJAKAN MITIGASI EL NINO (MENENGAH PANJANG)

1. Menambah kapasitas penampungan air yang lebih massif seperti


membangun Dam, waduk dan memperbaiki infrastruktur dalam jumlah
massif dan pemanfaatannya efisien dan efektif.
2. Menambah cadangan air dengan memperbanyak masuk ke tanah dengan
rehabilitasi lahan dan pembangunan fisik
3. Mendorong pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas umur pendek
dan toleran kekeringan
4. Memperkuat riset yang mengarah kepada mitigasi dan adaptasi dampak
perubahan iklim.
5. Peningkatan pemahaman tentang fenomena alam El Nino dan dampaknya

Anda mungkin juga menyukai