Anda di halaman 1dari 7

MALIN KUNDANG

*Tirai terbuka
*kakek jalan ke kursi
*cucunya berdatangan sesaat kemudian
Cucu 1 : kek, tolong ceritakan sebuah cerita kepada kami kek
Kakek : Baiklah akan kakek ceritakan, cerita apa yang kalian inginkan?
Cucu 2 : Bagaimana kalau cerita hantu
Cucu 3 : jangan, cerita superhero saja
Cucu 1 : cerita anak durhaka aja kek
Kakek : emm oke, baiklah, kakek akan menceritakan tentang kisah anak durhaka
kepada kalian, kisah ini berjudul ‘MALIN KUNDANG’
*tutup tirai
Assalamualaikum WR WB
Kami utusan dari kelas 11 IPA 2 ingin menampilkan sebuah drama yang berjudul
‘MALIN KUNDANG’
*pengenalan karakter
Selamat menyaksikan
Alkisah dibagian barat pulau Sumatra, tepatnya didaerah bernama padang hiduplah
sebuah keluarga kecil yang beranggotakan seorang ayah, ibu, dan putra semata wayang
mereka bernama Malin.Mereka hidup dalam keadaan ekonomi yang tidak mencukupi, karena
hanya bekerja sebagai seorang pembantu nelayan. Sang ayah pun terus bekerja keras demi
menghidupi kebutuhan hidup mereka, hingga akhirnya sang ayah jatuh sakit keras.
*bukatirai
Malin : ayah, bagaimana keadaan ayah?
Ayah : ayah sudah mulai membaik nak, tak perlu khawatir
*Ayah batuk batuk
Ayah : ayah ada pesan kepada mu malin
Malin : apa itu ayah?
Ayah : kau harus bisa membangkitkan ekonomi keluarga kita Malin, kau harus bisa
menjadi orang yang sukses dan berbakti kepada ibumu
Malin : baik ayah, aku berjanji akan menurutinya
Ayah : Malin, tolong ambilkan obat buat ayah di kamar sebelah
Malin : baiklah ayah
Ibu : bagaimana keadaan ayahmu nak?
Malin : belum membaik bu, masih separah kemarin
Ibu : apa yang harus kita lakukan nak?
Malin : aku tak tau bu
*terdengar batuk ayah
*malin dan ibu panik dan mendekat ke ayah
Malin : AYAH, IBU AYAH KENAPA?
Ibu : SUAMIKU
*mereka teriak histeris
*ayah kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia
*matiin lampu
Setelah kematian sang ayah, sang ibu pun menjadi tulang punggung keluarga. Ia
bekerja seorang diri menjadi pembantu nelayan, malin yang kasian melihat ibunya mencoba
membantu pekerjaan ibunya bekerja. Hingga 6 bulan pun berlalu. Bukannya membaik,
mereka malah semakin dilanda banyak utang. Hingga pada suatu hari
*Hidupin lampu
Ibu : Bagaimana ini nak,penghasilan ibu tidak cukup untuk menhidupi kebutuhan
hidup kita
Malin : ibu biarkan lah aku bekerja, aku sudah besar ibu
Ibu : entahlah nak, untuk saat ini kau belajar saja dahulu. Sekarang tolong kau
bawakan keranjang ini kepedagang sana agar bisa dijual
Malin : baik ibu

Malin pun membawakan keranjang tersebut dan menjualnya ke pedagang disana, ia


terus bercakap-cakap dengan pedagang itu.

Saudagar : hei kau, berapa umurmu nak?


Malin : 15 tahun pak
Saudagar : kau tinggal sendirian?
Malin : aku tinggal dengan ibuku, ayah kutelah meninggal dunia pak
Saudagar : apakah kau sudah memiliki pekerjaan nak?
Malin : belum pak, aku masih membantu ibuku memancing di tepi laut sana
Saudagar : bekerjalah padaku nak sebagai seorang pelaut, kau akan sangat berguna
nantinya
Malin : wahhh boleh pak, biarkan aku meminta izin pada ibuku dulu pak
Saudagar : baiklah, besok jumpai aku disini jika kau menerima penawaranku
*pergi ke ibu
Malin : ibu, tadi ada bapak-bapak yang menawari pekerjaan menjadi pelaut bolehkah
aku menerimanya?
Ibu : jangan nak, itu terlalu berbahaya untukmu, dan nanti ibu tinggal sendiri disini
Malin : ibu, aku berjanji akan Kembali ke sini nantinya izinkan lah aku bekerja
bersamanya
Ibu : baiklah nak, tapi nanti pulang lah kepada ibu
Malin : baiklah ibu aku berjanji

*mati lampu
Malin pun pergi Bersama saudagar kaya tersebut dan meninggalkan sang ibu seorang
diri. Selama bertahun-tahun lamanya Malin pergi Bersama saudagar berlayar dilaut lepas,
Selama itu pula sang ibu menunggu putra semata wayangnya untuk kembali. Namun
penantian sang ibu sia-sia, sudah 5 tahun lebih Malin tak pulang untuk menjenguk ibunya.
Saat bekerja dengan saudagar selama 5 tahun tersebut, Malin menunjukkan peforma kerja
yang sangat luar biasa bagus, hingga saudagar pun merasa senang dengannya, hingga pada
suatu hari…

*Hidup lampu
*budak lagi angkat-angkat barang (suasana Pelabuhan)

Saudagar : malin, kemarilahsebentar


Malin : ada apa pak?
Saudagar : tampaknya selama 5 tahun terakhir kau menunjuk kan peforma yang baik,
tak sia-sia saya merekrut kamu dulu, sekarang saya ada penawaran buat kamu
Malin
Malin : terima kasih pak, penawaran apa itu pak?
Saudagar : saya memiliki seorangputri, saya rasa ia seumuran denganmu. Menikahlah
dengannya
Malin : Wow tawaran yang sangat mengejutkan. Beri saya waktu untuk memikirkan
nya pak
Saudagar : baiklah jika engkau menerimanya, segeralah temui saya, saya menunggu
jawabanmu secepatnya
Malin : baik lah pak

*mati lampu
Setelah mendapatkan penawaran tersebut, malin terus berpikir apakah dia akan
menikah dengan anak si saudagar tersebut atau tidak. Namun tak pernah terlintas
dipikirannya untuk Kembali menemui sang ibu. Saat ini ia sudah terlena dengan hartanya
yang berlimpah. Setelah lama berpikir, ia pun menyetujui tawaran sang saudagar untuk
menikahi putri si saudagar kaya tersebut dan akan menikah 2 bulan kedepan. Ia terkejut
Ketika mendapati ternyata putri si saudagar sangatlah cantik dan mempesona. Ia sudah tak
sabar menunggu waktunya menikah. akhirnya 2 bulan kemudian, hari yang ditunggu-tunggu
pun tiba…

*Hidup lampu
Malin : Wahai adinda, sejak pertama aku melihatmu, aku telah jatuh cinta kepadamu.
Maka sediakah kamu menjadi istriku?
( Istri malin mengangguk)
“Mereka berdiri dan saling pandang, lalu tersenyum.”

*tutup tirai
Mereka berdua akhirnya secara resmi telah menikah, Malin merasa sangat bahagia
dengan kehidupannya sekarang. Iaki ini telah sempurna lupa dengan keadaan ibunya
dikampung sana, tak pernah sekali pun ia memikirkan ibunya. Akan tetapi, sang ibu terus
menerus menunggu kedatangan anaknya, hingga 6 bulan berlalu. Saat ini saudagar kaya
sudah tidak sanggup bekerja lagi dan Malin adalah penerusnya. Malin pun dinobatkan
menjadi seorang kapten di kapal tersebut. Ia dan para kru kapalnya berlayar mengarungi
lautan lepas. Suatu hari istri Malin merasa bosan karena terus-menerus bekerja tanpa ada
waktu untuk berlibur.
*bukatirai
Istri Malin : malin, aku ada permintaan untukmu
Malin : apakah itu?
Istri Malin : kita telah bekerja terus menerus, bagaimana kalau kita pergi berlibur sekali
kali kepulau seberang
Malin : benar juga, kita terlalu banyak bekerja hingga lupa liburan. Baiklah jika itu
maumu. Apa pendapat kalian?
Pengawal 1 : boleh juga itu kita jalan-jalan kepulau seberang
Pengawal 2 : iya, kayaknya akan seru
Malin : baiklah, kita berangkat besok pagi, siapkanlah diri kalian, ini akan menjadi
perjalanan yang panjang
Nahkoda : baik kapten

*matilampu
Keesokan harinya, mereka pun segera berangkat menuju pulau seberang untuk
berlibur. Hingga akhirnya mereka tiba dipulau yang mereka tuju, mereka tepatnya berlabuh
disebuah desa yang tampaknya sangat memukau. Beberapa diantara penduduk di pulau
tersebut melihat kedatangan mereka. Namun pada akhirnya….

*Hidup lampu
Tetangga 1 : hei lihatlah! Bukankah itu Malin?
Tetangga 2 : ha Malin? Malin tetangga kita dahulu?
Tetangga 1 : iya. Lihatlah akhirnya ia pulang ke kampung halamannya
Tetangga 2 : kita harus segera memberitahu ibunya
Mereka berdua segera mencari ibu Malin. Mereka menemukan ibu malin sedang memancing
di tepi laut yang satunya lagi. Ibu Malin terlihat sangat kelelahan. Akan tetapi setelah mereka
memberitahu kabar tentang Malin, raut wajahnya langsung berubah drastic

*bawah panggung

Tetangga 1 : Ibu, malin anak ibu sudah kembali bu


Tetangga 2 : iya baru saja ia sampai tadi
Ibu Malin : kalian serius? Dimana Malin sekarang?
Tetangga 1 : saat ini dia ada di dermaga ibu, bersama para awak kapalnya
Tetangga 2 : baiklah, biarkan kami mengantar ibu kesana

*Atas panggung

Ibu Malin : MALINN!!! Akhirnya kau Kembali nakk!! Sudah lama ibu menanti
kedatanganmu

(pengawal tahan ibu Malin)

Malin : ha?! Siapa kau Wanita tua, enyahlah dari jalanku!


Ibu Malin : MALIN!! Teganya kau berkata seperti itu pada ibumu sendiri
Istri Malin : suamiku, jangan kasar begitu, siapa ibu ini Malin?
Malin : entahlah istriku, aku pun tak mengenal siapa wanita tua ini, tiba-tiba saja dia
menghampiriku
Ibu Malin : Malin! Aku ini ibumu, sadarlah Malin
Malin : bukan! Jangan ngaku-ngaku kamu! Ibuku sudah lama meninggal. Enyahlah
kau! Kita tak saling mengenal

(ibu Malin lepasin diri dari pegangan pengawal)

Ibu Malin : Malin! Ingatlah aku ini ibumu Malin


Malin : pergilah! Jangan menghalangi jalanku

(Malin mendorong ibunya yang ada didepannya dan meninggalkan ibunya)

Ibu Malin : (nangis) MALIN. Kau telah berbuat durhaka pada ibumu, karena itu, akan
aku kutuk kau jadi batu!
Malin : berkatalah sesuka hatimu ibu tua
Tiba tiba saja terdengar suara gemuruh hujan dan petir menggelegar. Tetangga ibu
malin membantu ibu malin untuk beridiri. Tiba-tiba saja terlihat petir menyambar tubuh
malin dan tubuh malin terasa mengeras. Hingga akhirnya hal yang dikatakan ibu malin
menjadi nyata.
(istri malin histeris dan berlari menghampiri ibu Malin utk minta maaf (kebawah panggung))
*tutup tirai
*buka tirai
Kakek : begitulah akhir dari cerita malin kundang.
Cucu : (tepuk tangan)
Kakek : baiklah, siapa yang bisa ambil kesimpulan dari cerita Malin kundang kakek
kasih hadiah
Cucu1 : saya kek
Kakek : bagus! coba kamu kasih tau saudaramu yang lain
Cucu1 : jadi, cerita tersebut menjelaskan tentang seorang anak yang durhaka kepada
ibunya, akibat keduhakaannya itu, ia mendapatkan balasan berupa kutukan
dari Tuhan secara langsung yaitu dikutuk menjadi batu. oleh karena itu,
seorang anak sesukses dan sekaya apapun dia tetaplah harus berbakti dan
hormat kepada orangtuanya.
(semua tepuk tangan)
Kami perwakilan dari kelas 11 IPA 2 mengucapkan terima kasih atas perhatiannya sekian
dari kami
Wassalamu alaikum WR WB
*tutup tirai

Anda mungkin juga menyukai