Octasuses Tampubolon 6)
Gloria Salsalyn Karina 7)
Nedita Wifanni Manalu 8)
Belia Fisabilila 9)
Jurusan Teknik Informatika, Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam Jl. Ahmad Yani,
Teluk Tering, Kec. Batam Kota, Kota Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
email : octasuses76@gmail.com, wifanine@gmail.com, beliafisabilla08@gmail.com,
nissamanullang@gmail.co, yerrr290@gmail.com, dolboy60@gmail.com, mhdnurhuda20@gmail.com,
karina.salsalyn10@gmail.com, atrsyahrial@gmail.com, aliamaysyarah29@gmail.com
Abstrak
Tanjung Riau adalah sebuah kawasan yang terletak di bagian utara pulau Batam,
Kepulauan Riau, Indonesia. Daerah ini memiliki garis pantai yang panjang dan terdiri dari
beberapa pemukiman dan industri. Secara umum, daerah pesisir memiliki potensi lebih tinggi
untuk mengalami banjir, terutama selama musim hujan atau jika terjadi pasang surut yang tinggi.
Sekupang, yang terletak di bagian selatan Tanjung Riau, adalah kawasan dengan aktivitas
industri dan pemukiman yang cukup padat. Sama seperti Tanjung Riau, Sekupang juga dapat
menghadapi risiko banjir selama musim hujan atau kondisi cuaca yang ekstrem. Jumlah
penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan
sarana dan prasarana serta infrastruktur lainnya. Konstruksi baru yang ekstensif telah membuat
bekas daerah resapan tidak dapat ditembus air, menyebabkan peningkatan limpasan permukaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tumpang susun (overlay) dan
skoring terhadap parameter-parameter limpasan permukaan. Digunakan 4 parameter limpasan
permukaan yaitu: Penggunaan Lahan, Jenis Tanah, Curah Hujan, Kemiringan Lereng. Tingkat
bahaya limpasan permukaan dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu: tidak rawan, kurang rawan,
sedang, rawan, dan sangat rawan.
Keywords: Tg. Riau, Limpasan Permukaan, Overlay, Skoring, Sistem Informasi Geografis
Pedahuluan
Tanjung Riau adalah nama kelurahan yang berada di kecamatan Sekupang, Kota Batam,
Kepulauan Riau, Indonesia. Luas wilayah kelurahan ini adalah 23,90 km², dengan jumlah
penduduk tahun 2020 sebanyak 23.987 jiwa, dan kepadatan 1.004 jiwa/km². Perubahan
penggunaan lahan mengacu pada perubahan penggunaan lahan dari satu jenis lahan ke jenis
lahan lainnya, dan perubahan penggunaan lahan dalam periode yang berbeda. Pertambahan
penduduk merupakan faktor utama penyebab perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan
penduduk yang cepat menyebabkan pembukaan lahan untuk pertanian, perumahan, industri, dan
bidang lainnya. Perkembangan ini telah menyebabkan bekas daerah tangkapan air menjadi kedap
air, mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan.
Saat ini peran teknologi informasi sangat penting untuk memudahkan dalam
memperbarui data, terutama jika berhubungan dengan data spasial, sehingga banyak praktisi
yang membutuhkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
(SIG) menjadi fokus utama dalam pengolahan dan pembuatan peta potensi aliran permukaan
Batam. Saat menggunakan metode overlay dan skoring untuk mengidentifikasi area potensial
dan menentukan tingkat kerentanan limpasan permukaan. Metode overlay memegang peranan
penting dalam pengembangan SIG. Dari pemrosesan fisik peta dan foto udara hingga
pemrosesan digital data geografis, metode overlay memungkinkan integrasi dan analisis
menyeluruh dari data geografis yang berbeda. Dengan terus berkembangnya teknologi komputer
dan GIS, metode overlay juga dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan data
geografis yang semakin kompleks.
Pada awal peran SIG, informasi geografis biasanya disimpan dalam bentuk fisik, seperti
peta cetak dan foto udara. Metode overlay digunakan untuk menggabungkan peta yang mewakili
berbagai lapisan informasi geografis menjadi peta lengkap. Ini memungkinkan analisis dan
integrasi data yang lebih komprehensif dari berbagai sumber. Dengan perkembangan teknologi
informasi, metode pengumpulan SIG telah berubah dari waktu ke waktu. Di era komputer,
metode overlay digunakan dalam pemrosesan digital data geografis. Informasi geografis digital
seringkali terdiri dari lapisan yang berbeda. peta jalan, batas administrasi, ketinggian dan lain-
lain. Dengan metode overlay, lapisan-lapisan ini digabungkan secara digital dan dilakukan
analisis spasial yang lebih kompleks. Metode overlay dalam SIG telah berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi informasi dan perangkat lunak SIG. Perangkat lunak SIG
modern menawarkan berbagai alat dan teknik pemetaan yang kuat dan fleksibel. Misalnya,
algoritme overlay yang lebih canggih seperti persimpangan, gabungan, dan analisis overlay
digunakan untuk memproses dan menganalisis data geografis secara efisien.
Metode skoring dalam SIG adalah pendekatan yang memberikan bobot atau nilai pada
unit geografis berdasarkan kriteria tertentu. Metode skoring memungkinkan analisis spasial dan
pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan faktor-faktor penting dan menetapkan
tingkat kepentingan untuk setiap unit. Metode evaluasi dalam SIG terus berkembang. Perangkat
lunak SIG modern menawarkan alat dan teknik yang lebih canggih untuk melakukan analisis
skor yang lebih kompleks dan fleksibel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
daerah yang berpotensi limpasan dan menentukan kerawanan limpasan di Tanjung Riau. Empat
parameter yang digunakan untuk evaluasi yaitu tata guna lahan, jenis tanah, curah hujan dan
kemiringan lereng.
Method
Penelitian ini berlokasi di Tanjung Riau, Kecamatam Sekupang, Kota Batam, Provinsi
Kepulauan Riau. Tanjung Riau secara geografis terletak antara. Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi :
2. Data penggunaan lahan yang diperoleh dari peta RBI melalui situs Indonesia Geoportal
https://tanahair.indonesia.go.id/demnas dengan skala 1:50.000.
4. Data kemiringan lereng, DEM tahun 2022 di peroleh dari situs Indonesia Geoportal
(https://tanahair.indonesia.go.id/demnas).
Literasi
Data Penggunaan Data Demnas (Ina Data FAO - Unesco DATA CHIRPS
lahan RBI Geoportal) (Rainfall)
Clip
Gabung shp Extract by mask Extract
Clip Klasifikasi
Slope
Raster To Point
Skoring
Overlay
Selesai
3. Parameter Penelitian
1. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh di suatu daerah dalam waktu tertentu.
Peningkatan curah hujan diikuti dengan limpasan, namun peningkatan intensitas curah hujan
tidak selalu mengakibatkan peningkatan limpasan. Semakin kuat curah hujan di wilayah tersebut,
semakin besar kemungkinan limpasan permukaan. Sebaliknya, semakin rendah curah hujan,
semakin kecil kemungkinan limpasan permukaan. Klasifikasi parameter udara pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 1.
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan semua jenis kegiatan manusia di darat. Tata guna lahan
merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi limpasan permukaan di suatu wilayah.
Penggunaan lahan adalah jumlah curah hujan yang melebihi tingkat perkolasi. Dengan
penggunaan lahan yang bervegetasi, banyak air hujan yang meresap, sehingga kemungkinan
limpasan lebih kecil dibandingkan dengan area yang ditanami. Pada penelitian ini jenis,
klasifikasi, dan titik penggunaan lahan tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Parameter Penggunaan Lahan
4. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng timbul karena disebabkan oleh gaya endogen dan eksogen bumi yang
mengakibatkan perbedaan titik ketinggian bumi. Kemiringan lereng juga merupakan salah satu
penyebab terjadinya aliran permukaan. Semakin curam lereng, semakin kecil kemungkinan
limpasan permukaan karena air terus mengalir ke sumber air. Sebaliknya, semakin curam lereng,
limpasan permukaan semakin besar karena air tidak mengalir dan menutupi daerah tersebut
karena lerengnya dangkal. Klasifikasi parameter lereng pada penelitian ini disajikan pada Tabel
4.
Tabel 4. Klasifikasi Parameter Kemiringan Lereng
No Kelas Lereng (%) Deskripsi Infiltrasi Nilai
1 0-8 Datar Besar 5
2 8-15 Landai Agak Besar 4
3 15-25 Gelombang Sedang 3
4 25-45 Curam Agak Kecil 2
5 >45 Sangat Curam Kecil 1
Sumber: Pedoman Penyusun Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986 dalam Matondang, J.P., 2013
4. Pembobotan dan Skoring
Overlay adalah salah satu proses penting dalam analisis sistem informasi geografis (SIG).
Metode Overlay adalah sistem informasi berupa grafik yang dibentuk dengan menggabungkan
berbagai peta individual (dengan informasi/database tertentu). Overlay peta dilakukan dengan
cara menumpangtindihkan satu peta digital dengan peta digital lainnya beserta atributnya
sehingga menghasilkan peta gabungan yang memiliki informasi dari seluruh peta gabungan.
Kerentanan adalah suatu kondisi komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan atau
menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi bencana. Untuk membuat peta potensi limpasan
dan tingkat bahaya, skor dan bobot setiap parameter harus dikalikan untuk mendapatkan skor
total. Daerah dengan rating keseluruhan tertinggi adalah daerah rawan limpasan. Untuk
mendapatkan nilai total, dilakukan perhitungan sesuai dengan Persamaan 1.
NT =( SPL x BPL ) + ( SKL x BKL ) + ( SJT x BJT ) + ( SCH x BCH )
dengan: SPL adalah skor penggunaan lahan, BPL adalah bobot penggunaan lahan, SKL
adalah skor kemiringan lereng, BKL adalah bobot kemiringan lereng, SJT adalah skor
jenis tanah, BJT adalah bobot jenis tanah, SCH adalah skor curah hujan, dan BCH
adalah bobot curah hujan.
Peta curah hujan (peta isohyet) adalah peta tematik yang menggambarkan persebaran
curah hujan di daerah tertentu. Melalui peta ini, kamu bisa melihat daerah mana yang memiliki
curah hujan yang tinggi dan mana yang rendah.
Hasil pengolahan Curah Hujan di Tg. Riau Kecematan sekupang Kota Batam Kepulauan
Riau terbagi menjadi 5 kelas sebagaimana disajikan dalam peta curah hujan Area Tg.Riau.
Berikut merupakan klasifikasi Curah Hujan seperti terlihat pada Gambar 3.
Jenis tanah yang terdapat di Tanjung Riau pada penelitian ini terdapat satu jenis tanah
yaitu Podsol (PO = Orthic Podzols) sebagaimana disajikan dalam peta jenis tanah (Gambar 5).
Podsol masih mendominasi jenis tanah di Tanjung Riau dengan persentase luas 2167,33528 (ha).
Tanah podsol merupakan tanah yag banyak mengandung A2 atau abu- abu yang berwarna pucat.
Tanah ini adalah tanah yang terbentuk karena adanya pengaruh curah hujan yang tinggi dan juga
suhu udara yang rendah.
Gambar 5. Peta Jenis Tanah
Hasil pengolahan kemiringan lereng di Tanjung Riau sebagaimana disajikan pada peta
kemiringan lereng (Gambar 6) menunjukkan bahwa kemiringan lereng 43,75% adalah datar,
selanjutnya berturut-turut landau, bergelombang, curam, dan sangat curam. Lereng yang datar
artinya memiliki sudut kemiringan 0-8% dengan tingkat infiltrasi yang sangat besar.
Gambar 6. Peta Kemiringan Lereng
Tabel 8. Klasifikasi Kemiringan Lereng di Pulau Batam
Pada pengolahan potensi dan tingkat kerawanan limpasan permukaan di Tanjung Riau, Kota
Batam dilakukan dengan metode overlay (tumpang susun) dengan menggabungkan dari
beberapa parameter penentu potensi limpasan permukaan antara lain peta penggunaan lahan,
peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta curah hujan. Tingkat kerawanan limpasan
permukaan dibagi menjadi dua kelas, yaitu Rawan, Sangat Rawan.
Klasifikasi yang paling mendominasi pada peta limpasan permukaan Tanjung Riau ini adalah
kelas sedang dengan luasan sebesar 347,99 ha (rawan) dan selanjutnya secara berurut tingkat
kerawanan Sangat Rawan dengan luas 1509,78 ha.
Daftar Pustaka
Ray, R., Das, A., Hasan, M. S. U., Aldrees, A., Islam, S., Khan, M. A., & Lama, G. F. C.
(2023). Quantitative Analysis of Land Use and Land Cover Dynamics using
Geoinformatics Techniques: A Case Study on Kolkata Metropolitan Development
Authority (KMDA) in West Bengal, India. Remote Sensing, 15(4), 959.
Kim, K., Brunner, I. M., & Yamashita, E. Y. (2006). Influence of land use, population,
employment, and economic activity on accidents. Transportation research record, 1953(1),
56-64.
Zhao, M., Cao, G., Cao, S., Zhao, Q., Han, G., & Yan, X. (2023). Quantifying impact of
climatic and anthropogenic factors on runoff in the source region of Alpine River in
northeast Qinghai-Tibetan Plateau. Journal of Hydrology: Regional Studies, 47, 101423.
Hayes, E., Higgins, S., Geris, J., Nicholl, G., & Mullan, D. (2023). Weighted risk
assessment of critical source areas for soil phosphorus losses through surface runoff
mechanisms. Catena, 225, 107027.
Basset, C., Abou Najm, M., Ghezzehei, T., Hao, X., & Daccache, A. (2023). How does soil
structure affect water infiltration? A meta-data systematic review. Soil and Tillage
Research, 226, 105577.
Al-Ghobari, H., Dewidar, A., & Alataway, A. (2020). Estimation of surface water runoff
for a semi-arid area using RS and GIS-based SCS-CN method. Water, 12(7), 1924.
Herbei, M., Ular, R., & Dragomir, L. (2011). Map overlay in GIS. Buletinul Ştiinţific al
Universităţii ‘POLITEHNICA’din Timişoara, 56(70), 91-94.
Raghuvanshi, T. K., Negassa, L., & Kala, P. M. (2015). GIS based Grid overlay method
versus modeling approach–A comparative study for landslide hazard zonation (LHZ)
in Meta Robi District of West Showa Zone in Ethiopia. The Egyptian Journal of Remote
Sensing and Space Science, 18(2), 235-250.
Montgomery, B., Dragićević, S., Dujmović, J., & Schmidt, M. (2016). A GIS-based Logic
Scoring of Preference method for evaluation of land capability and suitability for
agriculture. Computers and Electronics in Agriculture, 124, 340-353.
Shen, S., Dragićević, S., & Dujmović, J. (2021). GIS-based Logic Scoring of Preference
method for urban densification suitability analysis. Computers, Environment and Urban
Systems, 89, 101654.
Falcone, J. A., Carlisle, D. M., & Weber, L. C. (2010). Quantifying human disturbance in
watersheds: variable selection and performance of a GIS-based disturbance index for
predicting the biological condition of perennial streams. Ecological Indicators, 10(2), 264-
273.
Sajikumar, N., & Remya, R. S. (2015). Impact of land cover and land use change on
runoff characteristics. Journal of environmental management, 161, 460-468.
Achite, M., Caloiero, T., & Toubal, A. K. (2022). Rainfall and runoff trend analysis in the
Wadi Mina Basin (Northern Algeria) using non-parametric tests and the ITA
method. Sustainability, 14(16), 9892.
Badan Pusat Statistik Kota Batam. Kota Batam Dalam Angka 2022. Batam: Badan Pusat
Statistik Kota Batam
https://batamkota.bps.go.id/publication/2022/02/25/be4b5274297b1accccb70a9b/kota-
batam-dalam-angka-2022.html
Utami, B. P., Azzahra, N., & Handayani, V. A. (2023). PERSEPSI MASYARAKAT KOTA
BATAM TERHADAP KETERSEDIAAN LAPANGAN PEKERJAAN DI KOTA
INDUSTRI. Jurnal Sintak, 1(2), 8-20.
Langkoke, R., & Nur, A. Z. (2022). Analisis Bahaya Banjir Sungai Bone-Bone dengan
Metode Geographical Information Sistem (GIS) Pada Daerah Bantimurung Kecamatan
Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan: Flood Hazards Analysis
of the Bone-Bone River with Geographical Information System Method (GIS) in
Bantimurung Area, Bone-Bone District, North Luwu Regency South Sulawesi
Province. Jurnal Ecosolum, 11(2), 110-125.
Abuzaid, A. S., & El-Husseiny, A. M. (2022). Modeling crop suitability under micro
irrigation using a hybrid AHP-GIS approach. Arabian Journal of Geosciences, 15(13), 1217.