Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PERSALINAN NORMAL

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Menurut WHO (2010) sebagaimana dikutip oleh Oktarina (2016
: 2), persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu
lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat.
Menurut Mutmainnah, et al. (2017 : 3), persalinan merupakan
proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Sedangkan menurut Apriza, et al. (2020 : 90), persalinan normal
(partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.

2. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Ujiningtyas (2011 : 2-4) dan Mutmainnah, et al. (2017 :
16-18), tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut :
a. Tanda dan gejala permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu
sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang disebut
kala pendahuluan (preparatory stage of labor) mempunyai
tanda sebagai berikut :
1) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul. Pada primigravida terjadi
menjelang minggu-36. Lightening disebabkan oleh :

1
2

a) Kontraksi braxton hicks.


b) Ketegangan dinding perut.
c) Ketegangan ligamentum rotundum.
d) Gaya berat janin.
Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan
sesak pada perut bagian atas berkurang dan pada bagian
bawah terasa sesak.
Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu
merasakan :
a) Ringan di bagian atas dan rasa sesaknya berkurang.
b) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.
c) Terjadinya kesulitan saat berjalan.
d) Sering kencing.
2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
3) Sering miksi atau sulit berkemih.
4) Sakit di pinggang dan di perut.
5) Serviks mulai lembek dan mendatar.
Pada multipara gambaran ini kurang jelas, karena kepala
janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
6) Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu
adalah :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.
b) Datangnya tidak teratur.
c) Durasi pendek.
d) Tidak bertambah dengan beraktivitas.
e) Tidak ada perubahan pada serviks.
b. Tanda-tanda persalinan inpartu adalah sebagai berikut :
1) Terjadi his persalinan dengan karakteristik, yaitu :
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.
b) Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan
kekuatannya makin besar.
c) Berpengaruh terhadap perubahan serviks.
d) Dengan beraktivitas kekuatan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir bercampur darah.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan terjadinya
perlunakan, pendataran, dan pembukaan serviks.
3

Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan


adalah kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap
kontraksi uterus terdiri atas tiga fase sebagai berikut :
1) Increment, yaitu ketika intensitas atau kekuatan kontraksi
terbentuk.
2) Acme, yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
3) Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
Durasi kontraksi uterus diukur dari awal increment sampai akhir
decrement. Frekuensi dari awal increment satu kontraksi
sampai awal increment berikutnya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Ujiningtyas (2011 : 6-7) dan Sulisdian, et al. (2019 : 51-
60), faktor yang berperan dalam persalinan, yaitu :
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
1) HIS (kontraksi uterus)
HIS adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat, yaitu
involuntir, intermitten, terasa sakit dan terkoordinasi dan
simetris, kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian
diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan
kantung amnion kearah bawah rahim dan serviks.
2) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah
tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama
disebabkan oleh kontraksi otor-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.
b. Janin (passanger)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor
janin yang meliputi sikap janin (habitus), letak janin (situs),
4

presentasi janin, bagian terbawah, letak plasenta dan posisi


janin.
1) Sikap (habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu
janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin
umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang
di dada.
2) Letak (situs)
Letak adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap
sumbu ibu misalnya, letak lintang dimana sumbu janin tegak
lurus pada sumbu ibu.
3) Letak Plasenta
4) Air Ketuban
c. Jalan lintas (passage)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas :
1) Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul).
Rangka panggul/ukuran panggul terdiri atas :
a) Tulang panggul
(1) Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis.
(2) Os sacrum : promontorium.
(3) Os coccygis.
b) Artikulasi
(1) Simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis.
(2) Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os
sacrum dan os illium.
(3) Artikulasi sako-koksigium yang menghubungkan os
sacrum dan koksigis.
c) Ruang panggul
(1) Pelvis mayor (false pelvis), pelvis mayor terletak di
atas linea terminalis yang di bawahnya disebut pelvis
minor.
(2) Pelvis minor (true pelvis).
d) Pintu panggul
(1) Pintu atas panggul (PAP) : inlet, dibatasi oleh linea
terminalis (linea inominata).
5

(2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina


ischiadika disebut outlet.
(3) Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet
dan outlet.
e) Sumbu panggul
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-
titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan
(sumbu carus).
f) Bidang-bidang
(1) Bidang hodge I : jarak antara promontorium dan
pinggir atas simfisis, sejajar dengan PAP.
(2) Bidang hodge II : sejarar dengan PAP, melewati
pinggir bawah simfisis.
(3) Bidang hodge III : sejajar dengan PAP, melewati
spina ischiadika.
(4) Bidang hodge IV : sejajar dengan PAP, melewati
ujung coccygeus.
g) Ukuran (ukuran panggul)
(1) Pita meter.
(2) Jangka panggul.
(3) Pelvimetri klinis dengan periksa dalam.
(4) Pelvimetri rontenologis
h) Ukuran-ukuran panggul luar
(1) DS : distansia spinarum
(2) DC : distansia cristarum
(3) CE : conjunata eksterna
(4) CD : conjugata diagonalis
(5) DT : distansia tuberum
i) Ukuran-ukuran panggul dalam
(1) Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang
dibentuk oleh promontorium, line inominata dan
pinggir atas simfisis pubis.
(a) Conjugata vera
(b) Conjugata transversa
(c) Conjugata obstetrica
(2) Pintu tengah panggul
(a) Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
6

(b) Bidang sempit ukurannya 11,5 x 11 cm


(c) Jarak antar spina ischiadika 11 cm
(3) Pintu bawah panggul
(a) Ukuran antero-posterior 10-11 cm
(b) Ukuran melintang 10,5 cm
(c) Arcus pubis membentuk sudut 900 lebih
j) Inklinasi pelvis (miring panggul)
Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita
berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat.
k) Jenis panggul
Ciri-ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk dasar panggul, yaitu :
(1) Ginekoid : paling ideal, bulat 45%
(2) Android : panggul pria, segitiga 15%
(3) Anthropoid : agak lonjong seperti telur 35%
(4) Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang
5%
Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari
keempat bentuk klasik tersebut, misalnya :
(1) Jenis gineko-android
(2) Jenis gineko-antropoid
(3) Kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis).
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-
ligamen. Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan
adalah SBR, serviks uteri, dan vagina. Di samping itu otot-
otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat
urogenital juga sangat berperan dalam persalinan.
d. Kejiwaan (psyche)
1) Persiapan fisik untuk melahirkan.
2) Pengalaman persalinan.
3) Dukungan orang terdekat.
4) Integritas emosional.
Psikis ibu pada saat akan proses persalinan suami harus
banyak memberi perhatian untuk memotivasi kepada istrinya
menghadapi proses persalinan. Beberapa caranya mengikutkan
istri ke dalam kelas pelatihan prenatal. Walaupun tidak dapat
mengurangi rasa sakit tetapi kekuatan mental yang diperoleh
7

istri akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada


akhirnya akan mempermudah proses persalinan.
e. Penolong
Penolong persalinan berpengaruh terhadap proses persalinan
karena penolong sebagai instruktur saat proses persalinan
berlangsung. Ibu dan keluarga biasanya mengharapkan
penolong persalinan bisa memberikan yang terbaik selama
proses persalinan. Ada aspek yang harus dijalankan penolong
saat proses persalinan yang dikenal lima benang merah dalam
asuhan persalinan dan kelahiran bayi, yaitu membuat
keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan bayi, pencegahan
infeksi, pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan dan
rujukan.

4. Proses Persalinan
Menurut Oktarina (2016 : 13-15), proses persalinan dibagi
menjadi empat kala, yaitu :
a. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10
cm). Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses
pembukaan serviks sebagai akibat his dibedakan menjadi dua
fase, yaitu :
1) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai dengan pembukaan mencapai ukuran
diameter 3 cm.
2) Fase aktif
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm sampai dengan 9 cm.
c) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi pembukaan lengkap.
8

Menurut Mutmainnah, et al. (2017 : 7-8), di dalam fase ini,


frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya
dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu 1 cm per jam
untuk primigravida dan 2 cm untuk multigravida. Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula pada
multigravida terjadi demikian, tetapi pada fase laten, fase aktif,
dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme
pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum (OUI)
akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum (OUE)
membuka. Pada ostium uteri internum (OUI) dan eksternum
(OUE) akan mengalami penipisan dan pendataran serviks yang
bersamaan. Kala I selesai apabila pembukaan serviks sudah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
b. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama
dari kala II adalah :
a. His semakit kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus
frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, subocciput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan :
9

1) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu,


ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban.
g. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara rata-rata 0,5 jam.
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan
plasentanya pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot
rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda :
1) Uterus menjadi bundar.
2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir. Menurut Mutmainnah, et al.
(2017 : 11), lepasnya plasenta secara schultze, biasanya tidak
ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak
mengeluarkan darah setelah plasenta lahir, sedangkan cara
duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah
mengalir keluar antara selaput ketuban.
d. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda-
tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan. Sedangkan
menurut Ujiningtyas (2011 : 11), Observasi yang dilakukan pada
kala IV adalah :
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Tanda-tanda vital
3) Tinggi fundus uteri
4) Kontraksi uterus.
10

5) Saluran kemih
6) Terjadinya perdarahan, perdarahan dikatakan normal jika
jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.
7) jahitan
5. Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal (APN) terdiri dari 60 langkah, sebagai
berikut :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan
alat suntik sekali pakai 2,5 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastic
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir
5) Menggunakan satung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam
wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah
dengan gerakan vulva ke perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai (pastikan DJJ dalam batas normal yaitu 120-
160x/menit)
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu meneran saat ada his apabila ibu
sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran
11

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil


posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6
cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin
pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kea rah bawah dan
distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di
antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas : 1) apakah bayi menangis kuat
dan atau bernafas tanpa kesulitan ? 2) apakah bayi bergerak
aktif ?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Memberikan bayi diatas perut ibu
12

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi


bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan
hati-hati ke arah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hantikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
13

sarah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah


robeknya selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase
(pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok fundus
uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke
dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan
cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan
kering. Kemudian pakai sarung tangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
45) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K1 mg
intramuskuler di paha kiri anterolateral
46) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
47) Celupkan tangan dilarutkan klorin 0,5%, dan lepaskan secara
terbalik dan rendam, kemudian cuci tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir, keringkan dengan handuk
bersih dan pakai sarung tangan
48) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
49) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi
14

50) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah


51) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan
52) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik
53) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah di dekontaminasi
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke temoat sampah
yang sesuai
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Batu
ibu memakai pakaian bersih dan kering
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60) Melengkapi partograf
15

DAFTAR PUSTAKA

Apriza, et al. 2020. Konsep Dasar Keperawatan Maternitas. Dilihat 11 Juni


2022.
https://www.google.co.id/books/edition/Konsep_Dasar_Keperawatan_
Maternitas/bJ4MEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=konsep+dasar+persal
inan+normal&printsec=frontcover.htm>

Mutmainnah, A. U. 2017. Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir.


ANDI, Yogyakarta.

Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Dilihat 9 Juni 2022.
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_A
suhan_Kebidanan_Persalinan_da/tgCDDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq
=persalinan+normal&printsec=frontcover.htm>.

Sulisdian. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Lahir.
Dilihat 16 Juni 2022.
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_ASUHA
N_KEBIDANAN_PERSALINAN_DA/pQC5DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1
&dq=BUKU+AJAR+ASUHAN+KEBIDANAN,+PERSALINAN,+DAN+B
AYI+BARU+LAHIR+SULIS+DIANA,+M.Kes.,+ERFIANI+MAIL,+M.Kes.
,+dan+ZULFA+RUFAIDA,+M.Sc.&printsec=frontcover.htm>.

Ujiningtyas, S. H. 2011. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Salemba


Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai