LP Fraktur Elis Konsul 2
LP Fraktur Elis Konsul 2
FRAKTUR
Dosen Pembimbing:
Budi
Kristanto,S,Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
2020.020
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Sistem muskuluskeletal fraktur ”.Laporan Pendahuluan
ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan banyak pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Endang Dwi Ningsih,M.M, selaku Direktur Stikes Panti Kosala
Surakarta.
2. Bapak Budi Kristanto,S,Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing laporan
pendahuluan praktik KDM.
3. Dosen Stikes Panti Kosala Surakarta, yang telah memberi bekal ilmu yang
besar manfaatnya bagi penulis.
4. Orang Tua tercinta yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan Laporan Pendahuluan
di waktu yang akan datang. Penulis berharap semoga Laporan Pendahuluan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 2021
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
Menurut Manurung Nixson ( 2018: 43-44 ) penyebab dari fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur vector kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dan penarikan.
3. Patofisiologi
Menurut Linda (2016 : 1624),fraktur terjadi ketika tulang terajan ke
energi kinetik yang lebih besar daripada yang daat diabsorbsi. Fraktur
dapat terjadi akibat pukulan langsung, kekuatan tabrakan, gerakan
memutar tiba-tiba, kontraksi otot tertentu, dan enyakit yan melemahkan
tulang. Fraktur ada orang dewasa diklasifikasikan ada cara berikut :
a. Fraktur tertutup, jika kulit masih utuh. Jika integritas kulit tergangguu
dinamakan fraktur terbuka.
b. Fraktur komplet, melibatkan seluruh lebar tulang, sedangkan fraktur
tidak komplet hanya melibatkan bagian lebar pada tulang.
c. Garis fraktur dapat oblik (pada sudut tulang) atau spiral (melengkun di
sekitar tulang).
d. Faktur stabil adalah salah satu tulang mempertahankan kesejajaran
anatomiknya.
PATOFLOW DIAGRAM
Fraktur Fraktur
terbuka tertutup
Nyeri
Nadi perifer Sianosis
menurun
Kesemutan
Kelelahan
Nyeri
akut
Hambatan
mobilitas
fisik
4. Manifestasi klinis
Menurut Linda (2016 : 1625-1626),fraktur sering kali disertai
dengan cedera jaringan lunak yang melibatkan otot, arteri, saraf, atau
kulit. Derajat ketrbilabtan jaringan lunak bergantung pada jumlah energgi
aatau kekuatan yang diberikan ke area.
a. Manifestasi awal
1) Nyeri akut
2) Nadi perifer normal atau turun
b. Manifestasi lanjut
1) Sianosis
2) Kesemutan, kehilanan sensasi
3) Kelehaman
4) Nyeri hebat, khususnya ketika ekstremitas fleksi secara pasif
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manurung ( 2018: 47- 48),pemeriksaan penunjang fraktur
adalah :
a. Pemeriksaan Fisik
Jaringan yang mengalami cedera juga harus ditangani dengan
hati-hati Untuk menimbulkan krepitus atau gerakan yang abnormal
tidak perlu menimbulkan nyeri, diagnosis dengan foto rontgen lebih
dapat diandalkan. Namun butir-butir pemeriksaan klinik yang biasa
harus selalu dipertimbangkan, kalau tidak kerusakan pada arteri dan
saraf dapat terlewatkan Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
1) Look (inspeksi)
Pembengkakan,memar,dan deformitas mungkin terlihat jelas
tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh atau tidak
2) Feel (palpasi)
Terdapat nyeri tekan setempat,tetapi perllu juga memeriksa
bagian distaldari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji
sensasi
3) Movement (Gerakan)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditentukan,tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat mengerakan
sendi-sendi di bagian distal dari cidera.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk menentukan
keparahan kerusakan tulang dan jaringan lunak yang berhubungan
dengan derajat energi dari trauma itu sendiri .Untuk menghindari
kesalahan maka di kenal formulasi dua yaitu :
1.) Dua pandangan
Fraktur atau dislikasi mungkin tidak terlihat pada film rotgen
tunggal,dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua sudut
pandang (anteroposterior dan lateral)
2.) Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki,satu tulang dapat mengalami
fraktur dan angulasi.Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali
kalua tulang yang lain juga patah,atau suatu sendi mengalami
dislokasi,Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur keduanya harus
disertai pada foto rotgen
3.) Dua tungkai
Pada rotgen tulang anak-anak epifissis normal dapat
mengacaukan diagnosis fraktur.Foto pada tungkai yang tidak
cidera akan bernanfaat.
4) Dua cidera
Kekuatan yang hebat sering mengakibatkan cedera
berlebihan dari satu tingkat.Karena itu,bila ada fraktur pada
kalkaneus atau femur perlu juga di ambil foto rotgen
5) Dua kesempatan
Segera setelah cedera,suatu fraktur(skafoid karpal)mungkin sulit
di lihat.Kalau ragu-ragu sebagai resopsi tulang,pemeriksaan lebih
jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosa.
c. Pencitraan Khusus
Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata
pada foto rontgen biasa. Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal
atau fraktur kondilus tibia CT atau MRI mungkin merupakan satu-
satunya cara untuk menunjukkan apa kah fraktur vertebra
mengancam akan menekan medulla spinalis, sesungguhnya potret
transeksional sangat penting untuk visualisasi fraktur secara tepat
pada tempat yang sukar misalnya kalkaneus atau asetabulum, dan
potret rekonstruksi tiga dimensi bahkan lebih baik. Scanning
radioisotop berguna untuk mendiagno sis fraktur tekanan yang
dicurigai atau fraktur tidak bergeser yang lain.
6. Penatalaksanaan
2.) Resusitasi
c. Pemasangan fiksasi
7. Komplikasi
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian pada Pasien Fraktur
Menurut Linda (2016 : 1631 dan 1642), hal-hal yang perlu dikaji
yaitu :
a. Riwayat kesehatan : Usia, riwayat kejadian traumatis, riwayat cedera
muskuloskeletal sebelumnya, kesakitan kronik, medikasi (minta
lansia menyebutkan secara spesifik mengenai antikoagulan dan
suplemen kalsium).
b. Pengkajian fisik :
1) Nyeri saat bergerak, nadi, edema, warna kulit dan suhu,
deformitas, rentang gerak, sentuhan. 5P pengkajian
neurovaskular, seperti berikut ini, disertakan pada pengkajian
awal dan fokus pengkajian yang terus-menerus:
a) Nyeri (pain). Kaji nyeri di ekstremitas yang cedera dengan
meminta pasien membuat tingkatan pada skala paling 0
hingga hebat.10, dengan skala 10 sebagai nyeri paling hebat.
b) Nadi (pulse). Pengkajian nadi distal dimulai dengan
ekstremitas yang tidak terkena. Bandingkan kualitas nadi di
ekstremitas yang terkena dengan yang tidak terkena.
c) Kepucatan (palor). Observasi kepucatan dan warna kulit di
ekstremitas yang cedera. Pucat dan dan dingin dapat
mengindikasikan penurunan arteri, sedangkan hangat dan
warna kebiruan dapat mengindikasikan genangan darah
vena. Kaji capillary refill, bandingkan ekstremitas yang
terkena dan yang tidak terkena.
d) Paralisis/Paresis. Kaji kemampuan untuk memindahkan
bagian tubuh distal ke tempat fraktur. Ketidakmampuan untuk
berpindah mengindikasikan paralisis. Kehilangan kekuatan
otot (kelemahan) ketika bergerak adalah paresis. Temuan
keterbatasan rentang gerak dapat mengarah ke pengenalan
dini masalah seperti kerusakan saraf dan paralisis.
e) Parestesia. Tanyakan pasien ada atau tidak adanya
perubahan dalam hal sensasi, seperti terbakar, baal,
perasaan berduri, atau menyengat (semua ini adalah
parestesia) terjadi. Kaji sensasi distal terhadap cedera,
termasuk kemampuan untuk membedakan sentuhan tajam
dan tumpul serta membedakan dua titik.
2. Diagnostik
a. Radiografi
b. Pemeriksaan darah lengkap
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Linda (2016: 1646), diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada pasien fraktur adalah :
a. Nyeri akut y.b.d fraktur.
b. Gangguan mobilitas fisik y.b.d tirah baring.
c. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer y.b.d ketidakstabilan
tulang dan pembengkakan.
d. Risiko gangguan persepsi sensori y.b.d risiko gangguan saraf.
Berikut ini merupakan pengkajian NANDA internasional Herdman dan
Kamitsuru (2018 : 445 ) :
a. Diagnosa - I : Nyeri Akut
1.) Definisi : Pengalaman sensoria tau emosional tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
potensial,atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(international association for the study of pain ) lambat dengan
intensitas ringan hingga berat,dengan berakhirnya dapat
diantisipasi atau diprediksi,dan dengan durasi kurang lebih 3
bulan
b) Minor
(1) Subjektif
(a) Nyeri saat bergerak.
(b) Enggan melakukan pergerakan.
(c) Merasa cemas saat bergerak
(2) Objektif
(a) Sendi kaku.
(b) Gerakan tidak terkoordinasi.
(c) Gerakan terbatas.
(d) Fisik lemah
4)Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Cedera medulla spinalis
c) Trauma
d) Fraktur
e) Osteoarthritis
f) Ostemalasia
g) Keganasan
4. Perencanaan Keperawatan
Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018 : 445 ),Moorhead, et.Al.,
(2018 :271),dan Butcher, et. Al., (2018 : 180 dan 249),Diagnosa NOC,
dan NIC pada pasien fraktur adalah :
Nanda 1: Nyeri Akut
a. NOC 1 : Kontrol Nyeri
1.) Definisi : Tindakan Pribadi untuk menghilangkan atau
menurunkan nyeri
2.) Tujuan : Pasien mampu mengontrol nyeri secara optimal pada
tanggal ... dengan indicator
No Indikator 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. Tdk menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5.Secara konsisten menunjukan
Menurut SDKI-I Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016 :124),SLKI-I Tim Pokja
DPP PPNI (2018 : 65), SIKI-I Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018 : 30 dan 22)
untuk ditegakkan pasien fraktur adalah :
a. SDKI : Gangguan mobilitas fisik
b. SLKI-I : Mobilitas fisik
1) Definisi : Kemampuan dalam gerakan fisik dan satu atau lebih
ektremitas secara mandiri
2) Tujuan : Pasien mampu mencapai mobilitas fisik secara mandiri
pada tanggal ... dengan indicator
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Kekuatan otot
3. Nyeri
4. Kaku sendi
5. Kelemahan fisik
Keterangan :
(1-2) (3-5)
1. Menurun 1. Meningkat
2. Cukup menurun 2. Cukup Meningkat
3. Sedang 3. Sedang
4. Cukup meningkat 4. Cukup Menurun
5. Meningkat 5. Menurun
c. SIKI-I : Dukungan Mobilisasi
1) Definisi : Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas
pergerakan fisik.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
(2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
(3) Monitor frekuensi jantug dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi.
(4) Monitor kondisi umum selama selaku melakukan mobilisasi
b) Terapeutik
(1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur).
(2) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.
(3) Libatkan kelurga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
c) Edukasi
(1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
(2) Anjurkan melakuakn mobilisasi dini.
(3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M Gloria Et Al. 2018.Nursing Interventions Classifikation (NIC) Edisi
Ketujuh. Alih Bahasa Intansari Nurjannah. CV Mocomedia, Indonesia.