Anda di halaman 1dari 3

Faktor yang Mempengatuhi Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan menurut Agustian & Ginanjar (2001) adalah bagaimana seseorang
merumuskan dan menyusun visi ke depan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah, dan
jangka panjang. Sedangkan menurut Trommsdorof (2005), orientasi masa depan merupakan
fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa
depan dalam interaksinya dengan lingkungan.

Seginer (2002) menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah representasi mental tentang masa
depan yang dibangun oleh individu pada titiktitik tertentu dalam kehidupan mereka dan
mencerminkan pengaruh kontekstual pribadi dan sosial. Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000)
berpendapat bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang
membentuk tujuan, aspirasi, dan memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan, serta
berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir dan bertingkah laku menuju masa depan yang
digambarkan dalam proses motivation, planing, dan evaluation.

Menurut Seginer (2003) orientasi masa depan adalah gambaran individu dalam melihat masa
depannya yang secara sadar terepresentasi dan dilaporkan oleh diri sendiri. Orientasi masa depan
penting untuk dimiliki individu yang sedang dalam masa perkembangan dan masa transisional
dimana secara normatif individu diharapkan dapat menyiapkan dirinya untuk hal yang akan terjadi di
masa depan (Seginer, 2003). Orientasi masa depan juga berfokus terhadap tiga pendekatan
komponen untuk remaja, yaitu pendidikan yang lebih tinggi. pekerjaan dan karier, serta pernikahan
dan keluarga (Seginer, 2008). Pada penelitian ini orientasi masa depan difokuskan pada area
pekerjaan dan karier.

Menentukan bagaimana masa depan, seorang remaja harus mampu merencanakan atau membuat
rancangan masa depan yang disebut dengan Orientasi Masa Depan (OMD). Menurut Susanti (2016)
Orientasi masa depan juga menggambarkan bagaimana seseorang individu memandang dirinya
sendiri di masa mendatang. Kemudian sejalan dengan pendapat Nurmi (1989) tentang orientasi
masa depan, dimana orientasi masa depan sangat erat kaitannya dengan harapan-harapan, tujuan,
standar serta rencana dan strategi yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan, mimpi-mimpi, dan
cita-cita. McCabe dan Barnet (2000) menggunakan istilah orientasi masa depan pada pemikiran,
perencanaan, motivasi dan perasaan individu tentang masa depannya.

Orientasi masa depan terdiri dari tiga aspek, yaitu: a) motivasional, dimana terdapat beberapa
indikator yang membentuk aspek motivasional yaitu yaitu nilai dari prospektif domain kehidupan,
ekspektasi mewujudkan rencana (kemungkinan subjek), dan atribusi dari kepercayaan kontrol
internal dalam mewujudkan rencana (kemampuan dan usaha); b) kognitif, terdiri dari representasi
pekerjaan dan karier dalam hal harapan dan ketakutan; c) perilaku, terdiri dari beberapa indikator
yaitu eksplorasi opsi masa depan dengan mencari saran, pengumpulan informasi, dan penggalian
kesesuaian mereka dan variabel lainnya yaitu komitmen terhadap satu opsi spesifik (Seginer, 2009).

Terdapat tiga aspek yang membentuk proses orientasi masa depan, yakni:

1. Motivasi (motivational)

Motivasi merupakan tahap awal dari pembentukan orientasi masa depan remaja. Pada awalnya
remaja menetapkan tujuan berdasarkan atas perbandingan antara motif umum dan penilaian serta
pengetahuan yang mereka miliki tentang perkembangan sepanjang rentang kehidupan.

2. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses individu merancang realisasi dari tujuan yang telah mereka susun.
Perencanaan terdiri dari tiga sub tahap yaitu: 1) Penentuan sub tujuan dimana pada tahap ini
individu membentuk suatu representasi dari tujuannya; 2) penyusunan rencana dimana individu
membuat suatu rencana dengan cara-cara yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan dengan
efisien; 3) melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun secara sistematis.

3. Evaluasi (Evaluating)

Evaluasi merupakan proses dimana seseorang memikirkan kembali kemungkinan tercapainya tujuan-
tujuan pribadi yang telah direncanakan. Proses evaluasi melibatkan pengamatan dan melakukan
penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan menurut (Nurmi & Aunola, 2005: 1)
diantaranya adalah:

1. Resiliensi
Resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi atau meminimalisir kondisi
yang tidak menyenangkan. Resiliensi dibentuk dari beberapa kemampuan yang berbeda
(Gillham, Reivich, & Shatte, 2002: 8) dan tidak ada individu yang memiliki kemampuan
tersebut dengan baik secara keseluruhan. Gillham, Reivich, dan Shatte (2002: 8) menyatakan
bahwa kemampuan resiliensi terdiri atas: 1) regulasi emosi; 2) pengendalian impuls atau
dorongan; 3) optimisme: 4) empati; 5) analisis penyebab masalah; 6) efikasi diri.
2. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk menyelesaikan sesuai standar kesuksesan.

Menurut Gjesme (Öner, 2001: 12), faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan yaitu:

1. Involvement, yaitu derajat dimana individu fokus pada suatu peristiwa tertentu.
2. Anticipation, menentukan seberapa mantap kesiapan individu menghadapi kejadian di masa
depan.
3. Occupation, merupakan jumlah waktu yang diluangkan individu untuk memikirkan masa
depan.
4. Speed, merupakan kecepatan individu dalam mempersepsikan pendekatan yang dilakukan
untuk mencapai masa depan.

Menurut Nurmi (1991:1989) dan Adamson (2007) ada beberapa faktor yang memengaruhi orientasi
masa depan:

1. Lingkungan tempat tinggal


Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor yang memengaruhi orientasi masa depan karena
di sanalah tempat yang dijadikan sarana berinteraksi dengan orang-orang sekitar sehingga
individu dapat mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai masa depan.
2. Konteks keluarga
Jurkovic dan Ulrici (dalam Nurmi, 1991) menjelaskan bahwa pada masa remaja, keluarga
telah terbukti menjadi konteks yang paling penting. meskipun teman sebaya dan lingkungan
sekolah menjadi semakin penting sebagai orang muda dewasa. Metode bimbingan orang tua
juga dapat memengaruhi kecenderungan anak-anak mereka untuk menetapkan tujuan.
3. Teman sebaya
Ketika orang-orang sezaman berada pada tahap yang sama dalam kehidupannya, mereka
akan saling memberikan insentif untuk memikirkan tugas-tugas kehidupan saat ini. Kelompok
sebaya juga memberi individu kesempatan untuk membandingkan perilaku seseorang
dengan perilaku orang lain. Akhirnya, orang-orang sezaman mempengaruhi pemikiran
remaja tentang masa depan oleh tekanannya.
4. Usia
Usia memengaruhi individu dalam orientasi masa depan. Pada usia remaja, orientasi pada
masa depan merupakan tugas perkembangannya.
5. Jenis kelamin
Menurut studi tentang perbedaan jenis kelamin dalam orientasi remaja ke masa depan
menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung lebih tertarik pada aspek materi kehidupan,
sedangkan anak perempuan lebih berorientasi pada keluarga masa depan mereka.
6. Status ekonomi-sosial
Beberapa penelitian yang dilakukan pada pengaruh status sosial ekonomi pada isi minat
remaja menunjukkan bahwa kehidupan kerja masa depan lebih ditekankan dalam pemikiran
remaja kelas bawah, sedangkan remaja kelas menengah cenderung lebih tertarik pada
pendidikan, karir, dan kegiatan rekreasi.
7. Konsep diri
Adamson et al., (2007) juga mendukung bahwa konsep diri dapat memengaruhi orientasi
masa depan individu. Ketika individu memikirkan atau membayangkan dirinya secara tidak
konsisten lebih cenderung melihat masa depan pribadi mereka sendiri lebih negatif.
Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri yang lebih konsisten, mereka cenderung
melihat masa depannya lebih positif.

Anda mungkin juga menyukai