Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
melalui sebuah alat atau media sehingga akan menimbulkan fieldback/timbal balik dari pesan
yang disampaikan. Komunikasi didefinisikan oleh para ahli dengan definisi yang beragam
dan berbeda bahkan menurut Drs. Jalaludin Rakhma, M. Sc dalam bukunya teori-teori
komunikasi: jika komunikai itu serba ada, komunikasi juga berarti ganda. Coba kunjungi
konvensi apapun dari perhimpunan komunikasi internasional ataupun komunikasi ujaran
(Speech Communication Association) semuanya terdiri dari ahli komunikasi dan jumpailah
sepuluh orang diruang sidang itu secara acak. Mintahkanlah kepada setiap mereka untuk
mendefinisikan keahlian mereka yakni: komunikasi, peluangnya akan istimewa sekali bila
dapat diperoleh satu definisi yang sama sebab definisi dari masing-masing mereka berbeda-
beda.
           
Berelson dan steinir (1964) memfokuskan pada unsur penyampaian bila mereka memberikan
definisi komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide,emosi, keterampilan, dan seterusnya,
melalui penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Unsur definisi
komunikasi melalui penyampaian ini merupakan unsure tersebar luas dalam definisi-definisi
komunikasi yang sering kita jumpai. Shannon dan weaver (1949) juga menerima unsure
penyampaian akan tetapi mereka menambahkan unsure inheren lainnya dalam
mendefinisikan komunikasi sebagai mencakup semua melalui pikiran seseorang dapat
mempengaruhi orang lain. Sachter (1961) juga menulis bahwa “komunikasi merupakan
mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan.” Definisi semacam itu menempatkan
komunikasi sebagai control social di mana seseorang mempengaruhi atau berusaha
mempengaruhi perilaku, keyakinan, sikap, dan seterusnya dari orang lain dalam siatu suasana
social.

Dance (1967) mendefinisikan komunikasi dalam kerangka kerja psikologi perilaku manusia
yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia sebagai” pengungkapan respon melalui
symbol-simbol verbal” itu bertindak sebagai peragsang (stimuli) bagi repons yang
terungkapkan tadi. Gray dan wise (1959) sependapat dengan konsepsi komunikasi menurut
aliran behaviorist sebagai “penyajian stimuli’ maupun sebagai”suatu respons apakah itu
sebenarnya ataupun yang dikhayalkannya, sebagaimana ia timbul dalam kesadaran si
pengambil inisiatif dari pproses ini.” Tanpa mendalami kelebihan dan kekurangan aliran
behaviorist, orang dapat dengan secara aman mengasumsi bahwa memandang komunikasi
dalam pengertian fenomena stimuli-respons merefleksikan pengaruh secara garis besarnya
saja. Dari skinner atau psikologi perilaku bersama semua revisi dan penyempurnaannya yang
dilakukan orang pada tahun-tahun akhirnya.
Definisi komunikasi yang dikemuakan oleh Colin Cherry (1964): “pembentukan satuan social
yang terdiri dari individu-individu melalui penggunaan bahasa dan tanda. Memiliki
persamaan dalam peraturan-peraturan, utuk berbagai aktivitas pencapaian tujuan.” Harnack
dan Fest (1964), yang menulis tentang pengambilan keputusan dalam kelompok, mekakai
definisi komunikasi yang sama: “suatu proses ketika berintraksi untuk mencapai tujuan
pengintegrasian baik dalam individu antar kelompok tadi maupun di luar kelompok tersebut.”
Di samping itu Edwin Newman pun (1948) juga telah [1]mendefinisikan komunikasi sebagai
“ suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi” dari berbagai
pengertian komunikasi di atas maka penulis akan membehas tentang “Pentingnya
Komunikasi Dalam Organisasi”

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian komunikasi organisasi?
2.      Apa fungsi komunikasi dalam organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi organisasi adalah sebagai salah satu bidang kajian ilmu komunikasi, selalu
menjadi fenomena yang senantiasa actual untuk dididskusikan, sejalan dengan semakin
banyaknya tantangan dan persoalan organisasi itu sendiri. Globalisasi yang sedang melanda
seluruh aspek kehidupan akhir-akhir ini, telah mengharuskan setiap manusia (termasuk
lembaga/organisasi) llebih mempersiapkan diri, agar tidak ‘tereliminasi’ oleh komponen
global yang maha ketat. Lebih dari itu, perkembangan peradaban dunia yang begitu cepat,
‘mengharuskan’ setiap organisasi lebih jeli memilih padigma yang tepat dalam merespons
perkembangan yang ada.
Secara teoritis, kita mengenal beragam tindak komunikasi berdasarkan pada konteks dimana
komunikasi itu tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Komunikasi organisasi sangat
penting dan layak untuk dipelajari, karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan
member perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat
dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti
lembaga bisnis dan industry ataupun organisasi-organisasi social seperti lembaga rumah sakit
maupun institusi pendidikan. Disamping itu penting juga mempelajarin arus komunikasi yang
berlangsung dalam suatu organisasi, yaitu arus komunikasi vertical yang terdiri dari atas ke
bawah (downword communication) dan arus komunikasi dari bawah ke atas (upword
communication) serta arus komunikasi yang berlangsuang antara bagian ataupun karyawan.
Dalam jenjang atau tingkatan yang sama. Arus komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikasi horizontal.[2]
Sebelum kita membahas pengertian komunikasi organisasi, sebaiknya kita uraikan termologi
yang melekat dalam konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi.
Komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communis’ atau ‘common’ dalam bahasa inggris yang
berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan
makna, ‘commonnes’ atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita coba berbagi
informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam
berkomunikasi adalah kita eringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang
sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas kita tidak
ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan
oleh partisipan komunikai yang terlibat, demikian pengertian komunikasi yang di berikan
oleh Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Communication, Where Minds Meet
(1987). . Sachter (1961) juga menulis bahwa “komunikasi merupakan mekanisme untuk
melaksanakan kekuasaan.”
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication adanya tiga model
komunikasi. Pertama, model komunikasi linier, yaitu pandangan komunikasi satu arah (one
way view of communication). Dalam model ini, komunikato memberikan stimulus dan
komunikasn melakukan respons atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi
dan interpretasi. Contoh dalam komunikasi linier ini adalah teori jarum suntik (hypodermic
needle theory).” Jika saya ingin mempersuasi anda, maka saya menyuntikkan satu dosis
persuasi kepada anda, ssehingga anda akan ‘lekas sembuh’ dan melakukan apa yang saya
inginkan”, demikian pandangan dari teori jarum suntik tersebut.
Model komunikasi yang kedua adalah interaksional yang merupakan kelanjutan dari
pendekatan linier. Pada model komunikasi interaksional, diperkenalkan, gagasan tentang
umpan balik (feedback). Dalam model ini, penerima (reciever) melakukan seleksi,
interpretasi dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi
dalam model ini, dipertimbangkan sebagai proses dua arah (two way) ataupun cyclical
process, dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak
sebagai sender, namun pada waktu yang lain berlaku sebagai receiver, penerima pesan.
Model yang ketiga adalah transaksional. Dalam pandangan transaksional, komunikasi hanya
dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih.
Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satu pun
yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan satu
kumpulan atau system individual yang melalu satu hierarki jenjang dan pembagian kerja,
berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan (an organization is a collection, or system, of
individuals who commonly, through a hierarchy and division of labor, seek to achieve a
predermined goal)
Beberapa pakar member batasan tentang komunikasi organisasi sebagai mana di rangkum
oleh Dr. Arni Muhammad (2004:65-67) sebagai berikut:
Redding sanborn mengatakan bahwah komunikasi organisasi dalam organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Katz dan kahn
mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertkaran informasi
dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Zelko dan Dance mendefinisikan komunikasi
organisasi [3]dengan suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi ekternal. Sedangkan Thayer menggunakan pendeketan sistem secara
umum dalam memandang komunikasi organisasi. Menurutnya komunikasi merupakan arus
data yang aqkan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa
cara. Thayer menyebut minimal ada tiga sistem komunikasi dalam organisasi
yaitu pertama,berkenaan dengan kerja organisasi seperti dat mengenai tugas-tugas atau
beroperasinya organisasi; kedua ,berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah,
aturan dan petunjuk; ketiga,berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi
seperti hubungan dengan personal dan masyarakat dan pihak ekternal lainnya.
B.     Konsep komunikasi.
Komunikasi secara sederhana yaitu komunikasi antar manusia (human communication)yang
terjadi dalam konteks organisasi. Seperti yang di definisikan oleh Goldhaber, komunikasi
organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang bersifat hubungannya
saling bergantung satu sama lain (the flaw of massages within a network of interdependent
relationship).
Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi komunikasi vertical dan komunikasi
horizontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang
sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human
Communication, menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam
organisasi tersebut.
Pertama adalah downward communication komunikasi ini berlangsung ketika orang yang
berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus
komunikasi dari atas kebawah ini adalah:
a.       Pemberian atau penyampain instruksi kerja (job instruksi)
b.      Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job
rationale)
c.       Penyampai informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku(procedures dan practies)
d.      Pemberian motivasi kepada untuk bekerja lebih baik.
upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate)mengirim pesan kepada
atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah keatas ini adalah penyampaian informasi
tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan, penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh
bawahan,penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahanpenyampaian keluhan dari
bawahan tentang dirinya sendiri ataupun pekerjaan.
Kedua adalah  horizontal communication. Tindak komunikasi ini berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horizontal ini adalah:
a.       Memperbaiki koordinasi tugas.
b.      Upaya pemecahan masalah.
c.       Saling berbagi informasi.
d.      Upaya memecahkan konflik.[4]
e.       Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
C.    Proses Komunikasi
Dalam dataran teoretis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua
aspek, yaitu perspektif kognitif dan prilaku. Menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif
kognitif adalah menggunakan lambang-lambang (symbols). Untuk berbagi informasi tentang
satu objek atau kejadian. Informasi adalah suatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan
lain melalui kata-kata atau lambing lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara
akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender. Oleh
karena itu, tindak komunikasi telah terjadi.
B.F Skinner mengemukakan dari perspektif prilaku memandang komunikasi sebagai perilaku
verbak dan simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya
pada receiver. Mengenai perspektif prilaku REX. Dance menegaskan bahwa komunikasi
adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal dimana symbol verbal tersebut
bertindak sebagai stimulus untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang
disebut terakhir, mengacu pada stimulus- respons antarasender dan receiver. Dalam proses
komunikasi organisasi menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi
bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver) satu respons khusus dikirimkan oleh
pengirim (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek
yang dikehendaki, bukan satu persoalan apakah informasi yang disampaikan terebut
merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.
D. Fungsi komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi atau lembaga melibatkan empat fungsi, yaitu: fungsi
informatif, regulative, persuasif, dan integrative.
1.      Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistim pemprosesan (information processing
systems). Semua anggota organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak,lebih baik dan tepat waktu.
2.      Fungsi regulatif
Fungsi regulative ini terdapat pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulative ini. Pertama, alasan atau yang terjadi dalam tataran
manjemen yaitu mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengendalikan semua informasi
yang disampaikan. Dan mereka juga meliki kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah,sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan
atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantuk pada:
a)      Keabsahan pemimpin dalam menyampaikan perintah.
b)      Kekuatan pemimpin dalam member sangsi.
c)      Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus pribadi.
d)     Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
Kedua, berkaitan dengan pesan atau massage pesan-pesan regulative pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Dengan maksud bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan.[5]
3.      Fungsi persuasif
Persamaan tujuan atau persepsi untuk melakukan tindakan secara sukarela yang dilakukan
seluruh komponen organisasi sehingga menghasilkan kepedulian tanpa memandang
wewenang dan kekuasaan.
4.      Fungsi intagratif
dengan menyediakan wada/saluran yang dapat membantu karyawan dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaannya yang baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut yaitu:
1)      komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter,buletin) dan
laporan kemajuan organisasi.
2)      Komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja dan
kegiatan yang lainnya.
Dari berbagai penjelasan atau ulasan menulis menganalis bahwa komunikasi organisasi
sangat penting karena tanpa komunikasi maka suatu tugas tidak akan berjalan baik. Setiap
organisasi membutuhkan komunikasi baik secara informatif, regulatif, persuasif, intagratif.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Komunikasi organisasi adalah sebagai salah satu bidang kajian ilmu komunikasi, selalu
menjadi fenomena yang senantiasa actual untuk dididskusikan, sejalan dengan semakin
banyaknya tantangan dan persoalan organisasi itu sendiri. Globalisasi yang sedang melanda
seluruh aspek kehidupan akhir-akhir ini, telah mengharuskan setiap manusia (termasuk
lembaga/organisasi) llebih mempersiapkan diri, agar tidak ‘tereliminasi’ oleh komponen
global yang maha ketat. Lebih dari itu, perkembangan peradaban dunia yang begitu cepat,
‘mengharuskan’ setiap organisasi lebih jeli memilih padigma yang tepat dalam merespons
perkembangan yang ada.
Komunikasi organisasi sangat penting karena tanpa komunikasi maka suatu tugas tidak akan
berjalan baik. Setiap organisasi membutuhkan komunikasi baik secara informatif, regulatif,
persuasif, intagratif.

B.     Pesan dan Saran


Dalam pembuatan makalah ini tentu membutuhkan refrensi yang belih tepat dan sesuai
dengan saran dosen pengampu. makalah ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan karena
kurangnya reprensi namun penulis mengharapkan kepada para pembaca agar dapat
memahami karya kecil ini serta kritik dan sarannya penulis harapkan.

Anda mungkin juga menyukai