Anda di halaman 1dari 2

Dalam upaya perbaikan gizi masyarakat untuk mewujudkan Indonesia sehat diperlukan

dukungan prioritas terhadap kegiatan gizi yang berfokus pada seribu hari pertama kehidupan
(1000 HPK) yaitu masa sejak hamil hingga anak berusia dua tahun.

Terdapat dua pendekatan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat, yakni intervensi
gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik meliputi Keluarga Sadar Gizi,
Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif, PMT Bumil, Makanan Pendamping ASI, PMT Balita,
Taburia, Tablet Tambah Darah, PMT AS dan Surveilans Gizi. Sementara itu intervensi gizi
sensitif meliputi bantuan raskin, peningkatan ketahanan pangan, Perumahan sehat, air bersih
dan sanitasi, dll, yang memerlukan sinergi lintas sektor.

Secara khusus upaya penanggulangan stunting dapat dilakukan melalui perbaikan pola asuh,
pola makan, dan peningkatan akses air bersih dan sanitasi, dengan fokus pada remaja dan ibu
hamil sebagai upaya pencegahan.Kegiatan intervensi difokuskan pada ibu hamil, ibu
menyusui, serta bayi dan baduta. Kedua kegiatan tersebut didukung oleh pelibatan pimpinan
daerah dan lintas sektor dalam mengembangkan inovasi.
Penanggulangan stunting dilakukan melalui upaya pencegahan dan penanganan. Pencegahan
dilakukan dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada masa 1000 Hari
Pertama Kehidupan (1000 HPK), disertai upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi dan
pola hidup bersih. Sedangkan penanganan pada anak stunting dilakukan dengan stimulasi
pengasuhan dan Pendidikan berkelanjutan.

Pesan utama dalam penanggulangan stunting. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr.
Kirana Pritasari, MQIH mengatakan langkah utama perubahan perilaku adalah mengedukasi
perbaikan pola pemberian makan. Dimulai dari sebelum menjadi ibu (remaja), kemudian saat
hamil, memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan, dan pemberian makanan bergizi
seimbang, terutama bagi anak usia dua tahun.

Perlu kita resapi bersama, bahwa bayi dilahirkan agar tercukupi kebutuhan gizinya ditentukan
sejak mendapatkan asupan makanan dari ibunya selama dalam kandungan. Tantangan
selanjutnya sesaat setelah bayi dilahirkan, ia perlu mendapatkan colostrum dari air susu ibu
(ASI). Bayi hanya membutuhkan air susu ibunya (ASI Eksklusif) selama enam bulan pertama
kehidupannya. Setelah itu, saat bayi berusia 6 bulan, jangan sampai terlambat karena bayi
perlu diberi makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang.

“Ini menjadi penting, karena apabila diberikan makanan padat namun tidak lengkap
kandungan gizinya, maka meski berat dan panjang badan saat lahir optimal (modalitas baik)
namun tumbuh kembangnya menjadi tidak optimal”.
Berbicara tumbuh kembang anak, bukan hanya berbicara menambah berat dan tinggi badan
anak saja. Faktor pola pengasuhan, lingkungan dan stimulasi juga mempengaruhi
pencapaiannya.

Peluang seorang anak yang mengalami stunting untuk dapat mengejar ketertinggalan
perkembangannya, dr. Kirana menegaskan bahwa kita harus fokus pada remaja, calon ibu, ibu
hamil dan anak hingga ia berusia dua tahun, karena fase tersebut merupakan masa emas
perkembangan otak anak.

Anda mungkin juga menyukai