File Kaset Skripsi 7.8 (Marital Rape Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Dan Hukum Islam)
File Kaset Skripsi 7.8 (Marital Rape Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Dan Hukum Islam)
Oleh :
Oleh :
i
MARITAL RAPE DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF
INDONESIA DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris
Samarinda Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Keluarga Strata 1 (S1) dalam Ilmu Syariah
Oleh :
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 1821508078
Fakutas : Syariah
Perspektif Hukum Positif Indonesia Dan Hukum Islam”, ini adalah hasil karya
saya sendiri. Jika ternyata skripsi ini merupakan karya orang lain, maka saya
Yang Menyatakan
Khairul Akbar
NIM. 1821508078
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puja dan Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan
limpahan berkahnya terhadap kita semua. Begitu pula sholawat serta salam selalu
dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW hingga akhir hayat.
Skripsi ini saya persembahkan kepada setiap pembaca, peneliti dan para
literatur-literatur yang menjadikan skripsi ini sebagai referensi dan bahan acuan
penelitian. Semoga dengan adanya penelitian ini bisa menjadi pembuka pada
penelitian berikutnya.
Kemudian, secara khusus saya persembahkan juga untuk ibu saya “Miftahul
sayangnya yang tiada batas. Atas usaha dan kerja kerasnya mendorong para anak-
anaknya untuk melek pada dunia pendidikan dan mengingatkan begitu pentingnya
agama. Semoga setiap keringat yang jatuh terbayarkan dengan ridho Allah SWT
dan menjadi amal jariyah yang tiada habisnya, begitu pula kepada ayah saya.
menuntun dan menyalurkan ilmunya tanpa pamrih kepada saya, besar harapan
semoga atas apa yang telah dilakukan bisa menjadi amal jariyah dikemudian hari.
dan Kepada teman-teman dan sahabat saya, siapapun itu yang telah membantu
vii
MOTTO
“Lakukanlah apa yang kamu bisa lakukan, selama tangan dan kaki bergerak
lakukanlah sebisamu”
(Khairul Akbar)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan
hidayahnya kepada kepada penulis, yang mana pada akhirnya penulis mampu
menyelesaikan tugas skripsi ini yang berjudul dengan “Marital Rape Dalam
memperoleh gelar sarjana Strata satu (1) pada Universitas Islam Negeri (UIN)
Tentunya dengan hal ini penulis sangat sadar bahwa dalam penulisan
penelitian skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan juga kesalahan.
Dengan itu penulis berharap dan mohon atas kritik serta saran yang bisa
penelitian skripsi ini bisa memberikan manfaat juga sebagai referensi kepada
3. Bapak Dr. Iskandar, M.Ag. selaku wakil Dekan 1 bidang Akademik dan
kelembagaan.
ix
4. Dr. Bahrani, M.Pd. selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum,
5. Ibu Dr. Lilik Andaryuni, S.H.I., M.S.I. selaku Wakil Dekan III bidang
Pembimbing 1.
6. Bapak Ahmad Sofyan, S.H., M.H. Selaku Ketua Program studi Hukum
keluarga.
7. Ustadz Abd Syakur, Lc., M.H. selaku Sekretaris program studi hukum
dan mahasiswa asrama putra. Yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
sebagai bentuk proses pemantapan diri saya. Dan juga sebagai bentuk alamiah
seorang manusia yang selalu berproses dan berevolusi terhadap keadaan dan
sekitar. Sekali lagi saya memohon maaf jika ada kekeliruan dan kekhilafan.
Semoga kita senantisa dalam lindungan Allah SWT dan dan selalu diberikan nilai
Khairul Akbar
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Sesuai dengan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri
Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987 Tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Nama Huruf Latin Keterangan
Arab
أ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ة Bā' b -
ت Tā' t -
ج Jim j -
خ Khā' kh -
د Dal d -
ر Rā' r -
ز Zai z -
س Sīn s -
ش Syīn sy -
xi
ع 'Ayn „ koma terbalik ke atas
غ Gayn g -
ؼ Fā' f -
ؽ Qāf q -
ؾ Kāf k -
ؿ Lām l -
و Mīm m -
ف Nūn n -
و Waw w -
ي Hā' h -
ي Yā y -
xii
2. Bila Ta‟ Marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan
kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h
3. Bila Ta‟ Marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan
dammah ditulis t
D. Vokal Pendek
E. Vokal Panjang
F. Vokal Rangkap
xiii
G. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof
xiv
ABSTRAK
xv
DAFTAR ISI
Halaman
xvi
BAB III:.MARITAL RAPE DAN HUKUM POSITIF INDONESIA
A.Marital Rape ........................................................................................ 56
B.UU No.23 tahun 2004 PKDRT dan UU No.12 tahun 2022 TPKS ..... 60
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A.Marital Rape Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia .................. 75
B.Marital Rape Dalam Perspektif Hukum Islam .................................... 81
BAB V : PENUTUP
A.Simpulan ............................................................................................. 87
B.Saran .................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan betina, dan begitu pula pada makhluk lainnya. 1 Hal tersebut sangat lumrah
untuk dilakukan oleh manusia dan memiliki nilai tersendiri bagi dirinya kepada
tuhan sebagai bentuk ketaatan kepada yang Maha Kuasa. Dengan terjadinya proses
akad nikah dan ijab kabul antara kedua pihak pasangan (laki-laki dan perempuan)
yang kemudian akan menjadikannya sah sebagai suami dan istri di mata agama
Pernikahan merupakan suatu proses yang sakral dalam Islam dan dapat
adalah bentuk memulai kehidupan baru dengan pasangan dan bertujuan untuk
antara dua insan yang berbeda baik secara fisik maupun batin menjadi satu (dalam
1
Abd Thalib, Hukum Keluarga dan Perikatan, (Pekanbaru: UIR Press, 2008), h.4.
2
rumah tangga).2 Dan dengan adanya pernikahan tersebut diharapkan bisa menjadi
suatu bentuk ibadah kepada tuhan dan terhindar dari perbuatan zina.
menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki
dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan terbentuknya keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3 Oleh
karena itu dari kedua belah pihak harus menghormati ikatan sakral yang dijalani
keduanya agar tidak terjadi perpecahan dalam rumah tangga yang bisa
berbicara kesiapan secara fisik namun secara mental juga perlu. Pernikahan yang
dilandaskan dengan ibadah karena Allah SWT dan sehat secara fisik maupun batin
akan lebih cenderung langgeng atau tahan lama. Walaupun pada takdirnya hanya
Allah SWT saja yang mengetahui langgeng atau tidaknya suatu rumah tangga
terlepas itu dari niatnya. Dibandingkan pernikahan yang hanya dilandaskan dengan
kesiapan secara materi namun tidak secara batin, yaitu tidak siap dan tidak
suami memberikan nafkah, menjaga istri maupun anak, kewajiban seorang suami
kepada istri dan kewajiban istri kepada suami. Dengan ketidaksiapan tersebut akan
dikhawatirkan pada setiap permasalahan yang muncul dalam rumah tangga tidak
kekerasan dalam rumah tangga atau disingkat dengan KDRT (selanjutnya disebut
dengan KDRT).
siapa saja baik itu pihak suami ataupun pihak istri, dari anak-anak hingga orang
dewasa dalam lingkup rumah tangga. Namun yang sering menjadi dan perhatian
publik adalah kekerasan yang terjadi pada pihak perempuan baik itu istri ataupun
anak-anak. Istilah KDRT ini bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat namun
menjadikannya sebagai bentuk dasar yang kuat bagi kehidupan manusia. Dengan
beberapa nilai yang terjalin antara kehidupan mereka kepada tuhannya sebagai
bentuk ibadah dan tujuan yang mulia. Untuk mencapai kehidupan yang bahagia
ِ ۤ ِ
ض َّوِِبَآ اَنْػ َف ُق ْوا ِم ْنٍ ض ُه ْم َع هلى بَػ ْع ع ػب اّلل ه َّل ض ف ا ِ
َ ْ َ ُّ َ َ َ اؿ قَػ َّو ُام ْو َف َعلَى النّ َس
ِب ء ا ُ اَ ِّلر َج
اّللُ ۗ َوا هلِّ ِْت ََتَافُػ ْو َف نُ ُش ْوَزُى َّن
ّظ هَ ب ِِبَا َح ِف ِ ت لِّْلغَْي ِ
ٌ هت هحف هظ
ِ الصلِ هح
ٌ ت هقنت
ِِ
ُ ّاَْم َواِل ْم ۗ فَ ه
اض ِربػُ ْوُى َّن ۚ فَاِ ْف اَطَ ْعنَ ُك ْم فَ ََل تَػْبػغُ ْوا َعلَْي ِه َّن
ْ ضاج ِع َو
ِ فَعِظُوى َّن واىجروى َّن ِِف الْم
َ َ ُ ُُْ ْ َ ُ ْ
اّللَ َكا َف َعلِيِّا َكبِْيػًرا ِ
َّسبِْي ًَل ۗا َّف ه
Terjemahan: kaum laki-laki itu adalah pemimpim bagi kaum perempuan, karena
Allah SWT telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta
mereka. Sebab itu, istri yang shalihah ialah yang taat kepada Allah SWT lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT telah
memelihara (mereka). Perempuan-perempuan yang kalian khawatirkan nusyuznya,
maka nasehatikah mereka dan tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah
ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaati
kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah SWT Maha Tinggi lagi Maha Besar.( An-Nisa Ayat 34) 4
Dijelaskan oleh Imam Syafi‟i, firman Allah SWT An-nisa ayat 34:
ِ وا هلِِّت ََتافُػو َف نُشوزى َّن فَعِظُوى َّن واىجروى َّن ِِف الْمض
اج ِع َ َ ُ ُْ ُ ْ َ ُ ْ َُْ ُ ْ َ ْ َ
“Perempuan-perempuan yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka
Hal ini dapat diartikan jika melihat pertanda akan perbuatan nusyuz oleh istri,
artinya ada kekhawatiran terjadinya hal tersebut maka harus menasehati sang istri.
Dan jika sang istri tetap akan melakukannya, maka perlu melakukan pisah ranjang.
Dan jika sang istri benar-benar telah melakukannya, maka boleh memukulnya.
Dengan hal tersebut, ayat yang berkenaan antara nasehat, pisah ranjang,
serta pemukulan dilakukan atas dasar perbuatan yang nyata menunjukan bahwa
4
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an dan Maknanya, Cet.1, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 84.
5
perbuatannya. Dan jika mereka berbuat nusyuz dan khawatir mereka akan terus
pemukulan. Akan tetapi jika istri yang berbuat nusyuz sudah insyaf atau bertaubat
pisah tempat tidur, memukul) beberapa ulama fiqih memiliki perbedaan pendapat
apakah dilakukan dengan cara berurutan atau tidak. Beberapa jumhur ulama
Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i begitu juga dengan Imam Nawawi, bahwa
dalam pelaksanaan (Menasehati, pisah tempat tidur, memukul) tersebut tidak harus
apabila dirasa dapat memberikan manfaat dan faedah, apabila tidak maka tidak
perlu dilakukan lebih baik dengan memaafkannya (Saleh bin ganim Al-saldani).
Dan sebagai akibat atas hukum yang lain pada perbuatan nusyuz yang
dilakukan, jumhur ulama sepakat apabila istri yang tidak taat pada suaminya (tidak
ada tamkin sempurna dari istri) dengan tidak adanya alasan yang dapat di benarkan
dan diterima secara Syar‟i ataupun Aqli maka istri dapat dikatakan nusyuz dan
5
Syaikh Ahmad Musthafa al-Farran, Tafsir al-Imam asy-Syafi‟i, Cet.1,( Riyadh: Dar At-
Tadmuriyyah 2008), h.131.
6
Thohir Luth, Syariat Islam Menjawab Persoalan Umat, (Malang: UB Press, 2014), h.97.
6
personal dengan jenis marital rape yang terjadi di Indonesia menempati peringkat
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual pada ranah
personal dapat dikatakan tinggi. Yang mana sebagian pelakunya adalah suami dan
istri yang menjadi pihak korbannya. Adanya data permasalahan kekerasan dalam
rumah tangga tersebut merupakan salah satu cerminan dan bentuk ketidaksiapan
rumah tangga adalah salah satu alasan dari sekian banyaknya alasan yang muncul
pertengkaran kecil yang akan dianggap sepele. Akan tetapi ketika hal tersebut
tidak segera diselesaikan akan bisa menimbulkan masalah yang lebih besar bahkan
merupakan hal yang buruk dalam keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga atau
yang dikenal dengan istilah KDRT ini mempunyai berbagai bentuk kekerasan
7
KOMNAS Perempuan, “CATAHU 2022: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan
Tahun 2021”, 2022.
7
dalam perkawinan, yang merupakan bagian dari kekerasan dalam rumah tangga.
Kejahatan yang masuk dalam ruang lingkup non-publik sehingga sangat sulit
penderitaan seksual yang dialami oleh perempuan dan juga ancaman dalam
kehidupan pribadi. Secara Etimologi marital rape berasal dari kosakata Inggris,
gabungan dari kata marital yang berarti segala bentuk yang terkait perkawinan,
dan rape yang berarti Pemerkosaan. Marital Rape, karenanya diartikan sebagai
8
Milda Marlia, Marital Rape Kekerasan seksual terhadap istri, Cet-1, (Yogyakarta: Pustaka
pesantren, 2007), h. 11.
8
dalamnya, tentunya hal tersebut akan memiliki kesamaan dan perbedaan (lihat
hal.52). Dengan adanya kedua definisi hukum tersebut antara hukum Islam dan
hukum positif terlihat adanya dikotomik satu sama lain. Disatu sisi, hukum Islam
Kemudian disisi lain undang-undang hukum positif juga melarang untuk memukul
Dari dua hukum yang berbeda tersebut dapat disimpulkan bahwa segala
bentuk kekerasan merupakan dari bentuk sebuah kejahatan tidak dapat diterima di
manapun baik dari sudut pandang hukum Islam maupun hukum positif. Oleh
karena itu, dengan adanya dua hukum yang mengatur tentang kekerasan
hukum UU PKDRT dan UU TPKS, dengan judul “Marital Rape Dalam Perspektif
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang peneliti
C. Tujuan Penelitian
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
a. Sebagi bahan acuan dan bahan informasi untuk penelitian tentang marital
pembaca tentang marital rape dalam perspektif hukum positif Indonesia dan
hukum Islam.
informasi awal yang nantinya akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang
E. Penegasan Istilah
yang dikaji dalam penelitian ini, serta untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas dalam memahami judul penelitian, berikut penegasan istilah dari judul
peneliti, “Marital Rape Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia dan Hukum
Islam.”
1. Marital Rape
Marital rape secara Etimolog adalah kata yang berasal dari bahasa
bahasa inggris yakni marital sebuah hubungan atau ikatan pernikan, dan rape
adalah sebuah tindakan perkosaan. Marital rape dapat diartikan sebagai bentuk
adalah sebuah aktivitas pemaksaan seksual yang dilakukan oleh salah satu
pihak (suami atau istri). Akan tetapi secara umum tindakan kekerasan seksual
adalah, menurut Budiary 2008 setiap bentuk atau tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh salah satu anggota keluarga dalam rumah tangga. Dan tindakan
tersebut dapat berupa dan mengakibatkan luka secara fisik, psikis, seksual, dan
9
Mochamad Sodik, Telaah Ulang Wacana Seksualitas, (Yogyakarta: PSW IAIN Sunan
kalijaga, DEPAG RI, dan McGill-CIDA, 2004), h.313-314.
11
perkosaan mengacu pada hubungan seksual yang tidak diinginkan oleh seorang
pria dengan istrinya yang dilakukan secara paksa, ancaman, kekerasan, bahkan
fisik atau ketika tidak mendapatkan persetujuan. Hal ini merupakan tindakan
2. Hukum
10
Fibrianti, Pernikahan Dini Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus Di Lombok
Timur NTB), Cet.1, (Malang: Ahlimedia Press, 2021), h.9.
11
Sheila Fakhria dan Rifqi Awat Zahara, “Membaca Marital Rape dalam Hukum Keluarga
Islam dan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (P-KS)”, dalam Jurnal
Iijtihad, Vol 37, No.2, tahun 2021.
12
perwalian yang menetap dalam rumah tangga dan orang yang bekerja
membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Dan
dalam rumah tangga pada undang-undang ini meliputi kekerasan secara fisik,
b. Hukum Islam
Hukum Islam yang dimaksud adalah sebuah khas ilmu dari Indonesia
yang merupakan terjemahan dari ilmu al-Fiqh al- Islam atau sebuah ilmu
13
dalam penelitian ini adalah hukum maqashid syariah. Menurut manshur al-
dicatat pada setiap hukum dan untuk mengagungkan hukum itu sendiri, atau
bisa juga didefiniskan dengan tujuan akhir dari syariat Islam dan rahasia-
maqashid syariah itu sendiri terdapat lima bentuk dasar yaitu maqashid
12
Husain, et.al...Pengantar Hukum Islam, (Bandung: Cv Media Sains Indonesia, 2021), h.7.
13
Busyro, Maqashid al-Syariah Pengetahuan Mendasar Memahami Maslahah, Cet.1, (Jakarta:
Kencana, 2019), h.7.
14
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2022, Tindak Pidana Kekerasan
Seksual.
14
rumah tangga, pencucian uang yang berasal dari tindak pidana kekerasan
seksual, dan tindakan lain yang dinyatakan secara tegas sebagai tindak
F. Kajian Pustaka
“Marital Rape Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia dan Hukum Islam”.
Ada beberapa sumber yang memiliki kesamaan dalam penulisan ini, adapun
sebagai berikut:
ataupun formulasi yang terjadi pada kekerasan seksual pada istri (marital rape)
istri. 15 dan yang menjadi perbedaan adalah konsep keadilan gender menjadi
bahan analisis pada penelitian ini. Dan hasil penelitian menyebutkan bahwa
15
Aldila Arumita dan R.B Sularto, “Kebjakan Formulasi Kekerasan seksual Terhadap Istri
(marital Rape) Berbasis Keadilan Gender Di Indonesia”, dalam Jurnal Yuridis Edisi No.1, Vol.7, 2020.
15
pada KUHP belum bisa dikatakan bisa mengatur secara eksplisit pada persoalan
dalam pernikahan atau marital rape.Selain itu pada UU PKDRT juga tidak
rape.
yang disusun oleh Ayunda Ulima Islamey, dalam penulisan membahas tentang
babagaimana kondisi konstruksi tindak pidana marital rape pada hukum pidana
telah dijalankan pada kasus marital rape di Indonesia. Tesis ini menggunakan
Tangga”, yang disusun oleh Ni Made Sintia Ardi Ari dan Ida Bagus Surya
16
Ayunda Ulima Islamey, Konstruksi Perlindunngan Korban Dalam Perumusan Tindak
Pidana Marital Rape (Kajian Pengaturan Tindak Pidana Marital Rape Di Indonesia)”, Tesis,
Direktorat Program Pascasarjana Universitas Malang, 2022, h. 9.
16
untuk mengetahui sanksi bagi pelaku tindak pelaku tersebut. Dalam jurnal ini
tidak diatur dalam UU KUHP namun telah diatur dalam pasal 8 UU. No 23
pidana perkosaan, maka hal ini mengakibatkan selaku korban tidak bisa
perkosaan yang telah diatur dalam pada pasal 285 KUHP. Akan tetapi dapat
diproses dengan tuduhan penganiayaan sebagaimana pasal 351, 354, dan 356
KUHP.17
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) Pasal 46, pasal 47.
Pasal 48”, yang disusun oleh Idham, Novi Puspita, dan Siti ayunah. Penelitian
ini memiliki kesamaan padda subjek penelitian yang sama membahas tentang
17
Ni Made Sintia Ardi Ari, et.al, “Perkosaan Dalam Perkawinan (Marital Rape) Ditinjau
Dari Undang-Undnag Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga”, dalam JurnalFakultas Hukum
Universitas Udayana, 2019. h.1.
17
dikategorikan sebagai tindakan pidana dan dilarang dan para pelakunya dapat
masih minimnya pengetahuan dan faktor budaya atau adat masyarakat desa
menjadikan kekerasan dalam rumah tangga cukup normal atau hal yang biasa.
TABEL I
KAJIAN PUSTAKA
18
Idham, et.al..., “Kekeraan dalam Rumah Tangga (Analisis Dalam Perspektf Hukum Dan
kebiiasaan Masyarakat Desa), dalam Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai, 2020.
18
\
20
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
untuk mencari realitas atau kebenaran dibalik gejala yang tersimpan secara
menemukan teori, konsep, dan juga filosofi yang berbasi pada sebuah data.
Secara umum penelitian ini disusun dalam bentuk sebuah narasi yang bersifat
mengadakan studi atau telaah pada buku, laporan, catatan, ataupun karya sastra
penelitian.19
2. Data Sekunder
a. Bahan Primer:
19
Suhar Saputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan tindakan pengarang, Cet.1,
(Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 4.
21
3) Al-Qur‟an
Bahan Sekunder:
1) Kamus Ensiklopedia
Dengan teknik dokumentasi, yaitu semua data atau referensi yang telah tersusun
dengan penelitian.
22
4. Analisis Data
secara sistematis pada data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catataan
memilih yang mana penting dan yang dipelajari, dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dan bisa dipahami oleh diri sendiri serta
orang lain.20
berupa interprestasi data dengan cara menafsirkan isi atau bahan yang memiliki
penelitian ini berupa “marital rape dalam perspektif hukum positif Indonesia
Indonesia pada UU No.23 tahun 2004 PKDRT dan UU No.12 tahun 2022
20
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 244.
23
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini disusun atas lima bab sebagai bentuk memudahkan
Hukum Islam.
BAB III Terdiri dari Penjelasan: marital rape dan Hukum Positif di Indonesia
BAB VI Terdiri dari : hasil penelitian marital rape dalam perspektif hukum
Rumah tangga yang telah terjalin antara suami dan istri terkadang tidak
serta merta berjalan dengan mulus, tentu setiap rumah tangga akan mengahadapi
dalam rumah tangga tentu akan berusaha untuk mengatasinya. Dari cobaan atau
permasalahan tersebut akan memiliki hasil akhir apakah setiap individu yang
dan salah satunya adalah permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Sebelum penjelasan KDRT, berikut dari masing penjelasan mengenai rumah tangga
dan kekerasan yang nanti memiliki makna secara kesatuan yang asalnya dari dua
A. Rumah Tangga
1. Definisi Rumah Tangga
Penjelasan atau pengertian dari rumah tangga tidak ada sumber yang
yang terbentuk karena adanya suatu proses pengikatan atau yang disebut
25
pengertian khusus mengenai rumah tangga, namun hal yang lain memiliki
adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai derajat tertentu atau
hubungan perkawinan”.1
keluarga sama saja dengan pengistilahan terhadap rumah tangga, yakni secara
antara keduanya (keluarga dan rumah tangga) tidak selalu berjalan selaras.
Menurut Wilk dan Netting rumah tangga merupakan sebuah atau satuan
lingkup sosial yang selalu reaktif pada perubahan yang terjadi di sekitarnya,
tidak hanya sekedar pada satuan sosial yang berisikan hubungan sedarah dan
perkawinan.2
bahwa lingkup rumah tangga terdiri seorang suami, istri, dan anak, orang-
dimaksud paa huruf a (Suami, istri, dan anak) karena hubungan darah,
1
Soeroso dan Moerti hadiati, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Yuridis-
Viktimologis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 62.
2
Achmad Fedyani Ssifuddin, Keluarga dan Rumah Tangga: satuan Penelitian dalam
Perubahan Masyarakat, dalam Jurnal Antropologi Indonesia, No.3, Vol. 30, 2006.
26
rumah tangga, dan orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap
masing pihak memiliki tujuan dan rencana yang ingin dicapai guna
masing-masing yang beragam namun masih selaras antara suami dan istri
b. Berumah tangga untuk terhindar dan menjaga diri dari perbuatan yang
untuk menciptakan kedamaian dan ketentraman antara keduanya baik itu istri
ataupun suami. Hal ini selaras sebagaimana dalam kompilasi hukum Islam
3
Undang-undang Republik Indonesia No.23 tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga.
4
Kauma Fuad, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),
h.8
27
tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah”.5 Tujuan dasar dari terjadinya
yang hanya didapat dengan proses hubungan atas dasar kasih sayang,
Dalam Islam konsep rumah tangga juga disebutkan dalam surah Ar-
Dari ayat tersebutlah merupkan salah satu kriteria dan juga sebuah
filosofi rumah tangga yang ideal menurut Islam. Dengan adanya kriteria
berkualitas. 7
bentuk ibadah terpanjang umat Islam, akan tetapi juga sebagai bentuk ikatan
lahiriah dan batiniah antara seorang suami dan seorang istri. Dengan adanya
5
Majelis Ulama Indonesia, Kompilasi Hukum Islam, 2003.
6
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 406.
7
A.Fatih Syuhud, Keluarga Sakinah, Cet. 1, (Malang: Pustaka Al khoirot, 2013), h.11.
28
ikatan tersebut diharap dan akan memberikan sebuah hubungan timbal balik atas
Dalam teori rumah tangga peneliti mengacu pada tiga konsep dasar
dalam penegakan dan pemenuhan antara kewajiban dan hak suami istri yakni, an
a. An taradhin
perniagaan atau jual beli. akan tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini
harmonis . Hal ini didasari pada ayat al-Qur‟an surah an-Nisa ayat 29:
8
Annisa Eka Rahayu dan Kiki Zakiah, “Aspek Keridhaan Dalam Komunikasi Bisnis
Perspektif Tafsir Surah An-Nisaa‟ Ayat 29”, dalam Jurnal Istiqro: Jurnal Hukum Islam, Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Bandung, Vol.6, No.2, 2020.
29
sebuah kewajiban dan hak pada pelakunya. Sama halnya dalam perkawinan
sebagai bentuk awal terbangunnya sebuah rumah tangga yang didasari hak
Selain itu bentuk hak dan kewajiban ditujukan untuk menciptkan keluarga
dan relasi antar anggota dalam pemenuhan atas hak dan kewajiban
kebaikan dan harmonis. dan pemenuhan antara hak dan kewajiban pada
seimbang satu sama lain dengan cara yang baik. Kepercayan satu sama lain
yang baik dan pergaulan antara keduanya yang saling menghargai dan
Hal ini juga selaras pada undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 1
(1) “Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
masyarakat.”
c. ad-Dhoror Yuzal
Dan setiap perlakuan antara suami dan istri dalam rumah tangga
harus terhindar dari perbuatan yang mudharat. Dalam kaidah ushul fiqih
suami dan istri tentunya memiliki peranan penting sebagai bentuk komitmen
Kewajiban yanng merupakan bentuk segala hal harus dilakukan oleh setiap
pihak dan hak adalah segala bentuk yang harus diterima oleh masing-masing
pihak antara suami dan istri. Dari dua bentuk hal tersebut merupakan sebuah
9
Hadeethenc, Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang
lain, Diakses pada 13 Oktober 2022, https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/4711
31
komitmen pernikahan dan juga sebuah amanah dari syariat untuk dikerjakan
semaksimal mungkin. Dengan adanya syariat antara hak dan kewajiban suami
istri tidak lain untuk terciptanya sebuah keluarga atau rumah tangga yang
seorang suami untuk istrinya, diantaranya ada berupa materi dan ada juga
ۗ
ۚ س اََِّل ُو ْس َع َها فػن فَّ
ل
ٌ َْ ُ ُ ك
َ ت َل
َ ِ
ؼ َو َعلَى الْ َم ْولُْوِدلَو ِرْزقُػ ُه َّن َوكِ ْس َوتُػ ُه َّن ِِبلْ َم ْعُرْو
Terjemahan: “...dan kewajiban bapak memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya...” Q.S Al Baqarah:233.13
10
Firman Arifandi, Serial Hadist Nikah 6: Hak dan Kewajiban Suami Istri, (Jakarta: Lentera
Islam, 2020), h. 3.
11
Ali Manshur, Hukum dan Etika Pernikahan dalam Islam, Cet.1, (Malang: UB press, 2017),
h. 136.
12
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 77.
13
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 38.
32
dengan cara yang baik dan adil. Karena hal tersebut merupakan makna
SWT.
istri yang tidak berkenan di hati suami atau sebaliknya. Maka Allah
14
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 80.
15
Ali Manshur, Hukum... h.137.
33
dan kewajiban istri dan suami adalah keputusan bersama. Dan harus
dijalani dan dinikmati oleh kedua pihak dengan baik begitupun dengan
tetang tata krama dalam berhubungan intim antara suami dan istri. Salah
istilah lainnya dikenal dengan foreplay, dalam keterangan ini tidak ada
dasar hadist yang kuat sebagai rujukan, kecuali hadist dhaif ini:17
اّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َع ِن الْ ُم َواقَػ َع ِة قَػْبل الْ ُمَلَ َعبَ ِة
َّ صلَّى َِّ نَػهى رسوؿ
َ اّلل َُ َ
16
Faqihuddin Abdul Kodir, 60 Hadiist Shahih, Cet. 1, (Yogyakarta: DIVA Press, 2019),
h.123.
17
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih kehidupan (8): Pernikahan, (Jakarta: Fiqih Publishing, 2019),
h.188.
34
seorang istri sangat penting pada suaminya, akan tetapi seorang suami
juga harus mengerti pada keadaan istrinya dan juga menjaga harus adab
merupakan hal yang tidak adil, dan termasuk dalam perbuatan aniaya
dengan cara yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi keluarganya.19
18
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 560.
19
Ali Manshur, Hukum... h.138.
20
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 406.
36
memikul banyak beban dan amanah yang harus dijalankan. Dengan menjaga
istri, anak, dan keluarganya baik dari persoalan dunia maupun akhirat,
suami lebih di atas dari hak siapapun setelah hak Allah SWT dan Rasul-Nya,
termasuk dalam hak kedua orang tuanya. Adapun hak-hak suami yang
dimaksud:
1) Nafkah Batin
223:
ۤ ِ
ث لَّ ُك ْم ۖ فَأْتُػ ْوا َح ْرثَ ُك ْم اَ هّّن ِشْئػتُ ْم ۖ َوقَ ِّد ُم ْوا َِلَنْػ ُف ِس ُك ْم ۗ َواتَّػ ُقوا ّه
اّللَ َو ْاعلَ ُمْٓوا ٌ ْ َ ْ ُ ُ ن َس
ر ح م كؤ ا
ِِ ِ
َ ْ اَنَّ ُك ْم ُّم هل ُق ْوهُ ۗ َوبَ ّش ِر الْ ُم ْؤمن
ني
Terjemahan: istri-istrimu adalah (seperti)tanah tempat kamu bercocok
tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanamnmu itu bagaimana
saja kamu hendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
37
diantara mereka menikahi salah satu wanita anshar, kemudian orang itupun
hanya digauli dari arah samping. Lakukanlah hal itu, jika tidak jauhilah
aku”. Dan kabar itupun tersebar luas dan sampai kepada Rasulullah SAW,
21
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 37.
22
Syaikh Imam Al-Qurthubi, “Al-Jami‟li ahkaam Al-Qur‟an.” Terj., Faturrahman, et.al,
Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012), h.200.
23
Syaikh Mahmud al-Mashri, “Az-zawaj al-Islami as-Sa‟id”, Terj., Iman Firdaus, Bekal
Pernikahan, (Jakarta: Qisthi Press, 2010), h.402.
24
Syaikh Imam Al-Qurthubi, “Al-Jami‟li...h. 201.
38
atau hanya ajakan tidur bersama. Maka seorang istri diwajibkan untuk
ت النِّ َساءَ أَ ْف يَ ْس ُج ْد َف أل َْزَو ِاج ِه َّن لِ َما ٍ لَو ُكْنت ِآمرا أَح ًدا أَ ْف يسج َد أل
ُ َحد أل ََم ْر
َ ُ َْ َ ً ُ ْ
ْ اّللُ َِلُْم َعلَْي ِه َّن ِم َن
اْلَ ِّق َّ َج َع َل
Artinya : “ Seandainya aku memerintahkan seorang untuk sujud pada yang
lain, maka tentu aku akan memerintah para wanita untuk sujud pada
suaminya karena Allah SWT telah menjadikan begitu besarnya hak suami
yang menjadi kewajiban istri”, (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Ahmad).25
Kemudian hadist lain juga memberikan keterangan serupa tetang
َع ْن أَِِب ُىَريْػَرَة، َع ْن أَِِب َحا ِزٍـ،ش ِ َع ِن األ َْع َم،َ َح َّدثَػنَا أَبُو َع َوانَة،َّد ٌ َح َّدثَػنَا ُم َسد
َّ إِ َذا َد َعا:صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َِّ وؿ َّ َر ِض َي
ُالر ُج ُل ْامَرأَتَو َ اّلل ُ قَ َاؿ َر ُس: قَ َاؿ،ُاّللُ َعْنو
ِ ِِ ِ
صبِ َح ْ ُضبَا َف لَ َعنَػْتػ َها ال َػم ََلئ َكةُ َح ََّّت ت
ْ ات َغَ َت فَػبْ َإِ ََل فَراشو فَأَب
Artinya: “dikisahkan dari Musaddad, Abu „awanah, al-A‟masy,
Abi Hazim, Abu Hurairah radliyyallahu „anhu, Rasulullah SAW
bersabda, ”jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, namun
sang istri tidak mau sehingga suaminya marah, maka malaikat akan
melaknat istri tersebut sampai pagi hari”. (HR. Al-Bukhari No. 3237)
25
Mutmainah Afra Rabbani, 1001 Kewajiban Istri dalam Mengarungi Bahtera Rumah Tangga,
(Yogyakarta: Lembar Pustaka Indonesia, 2015), h. 89.
39
sebuah dalil yang menjelaskan haramnya bagi seorang istri yang menolak
ajakan suaminya untuk berjima‟ apabila tidak ada alasan secara syara”.
Dalam kitab Fathul bari Syarh shahih al-Bukhari juga menjelaskan, bahwa
dengan syarat).26 Yakni apabila penolakan yang dilontarkan oleh istri dan
kondisi sang istri maka intervensi dari malaikat tidak akan terjadi. Artinya,
tenang dan selalu merindukan kehadirannya. Selain itu seorang istri juga
26
Moh. Suri sudahri, Adabul Mufrad, Cet.1, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), h.125.
27
Mutmainah Afra Rabbani, 1001...h. 93.
40
c. Nusyuz
Hidup dalam lingkup rumah tangga antara suami dan istri tentu
memiliki banyak cobaan dan tantangan, entah itu datangnya dari luar ataupun
satunya “Purik” (ngambek) dan hal ini akan berimbas terhadap kewajiban
mereka sebagai suami ataupun istri atau yang di sitilahkan dengan nusyuz.
1) Pengertian Nusyuz
ينشز-نشز
Secara bahasa, nusyuz adalah bentuk kata dari isim.................
dari dalam atau dari suatu tempatnya. Dan jika dikaitkan dengan
28
Mughniatul Ilma, “Kontekstualisasi Konsep Nusyuz Di Indonesia,” Jurnal Pemikiran
KeIslaman 30, no. 1 (2019): h. 51, https://doi.org/10.33367/tribakti.v30i1.661.
29
M.Dahlan, Fikih Munakahat, Cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.125.
41
oleh Allah SWT serta tidak ada alasan untuk tidak menjalankannya
merumuskan:
perbuatan nusyuz bukan hanya terjadi pada istri, akan tetapi pada suami
juga bisa terjadi hal ini sesuai dengan penjelasan dalam AL-Qur‟an . Pada
30
Norzulaili Mohd Ghazali, et al,. Nusyuz, syiqaq Dan Hakam Menurut Al-Qur‟an, Sunnah
Dan Undang-Undang Keluarga Islam, (Kuala Lumpur: KOLEJ UNIVRSITI ISLAM MALAYSIA
(KUIM), 2006). h. xi.
31
Sulistyowati Irianto, perempuan dan Hukum: Menuju Hukum Yang Berperspektif
Kesetaraandan Keadilan, (Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 162.
42
hanya terjadi pada istri saja, melainkan juga kepada suami yang lalai atau
dua tahun berturut-turut atau lebih, tidak menafkahi selama tiga bulan,
32
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 99.
33
Ecep Nurjamal, Praktik Beracara Di Pengadilan Agama, (Tasikmalaya: Edu Publisher,
2020), h. 160.
43
sebagai berikut:
besar.
" "نُ ُش ْوُز اْلَرأْ َة َعلَى َزْوِج َها:السابِ َعةُ َو ْاألََربَػعُ ْو َف
َّ ُاْل َكبِْيػَرة
َ
Maksudnya: Dosa besar yang ke 47: “Perbuatan nusyuz seorang
istri kepada suaminya”34
Dengan adanya nusyuz tersebut maka diklsifikasikan sebagai berikut:
yang jelas dan sah, karena pada dasarnya hal tersebut merupakan
34
Syafri Muhammad Noor, Ketika Istri Berbuat Nusyuz, (Yogyakarta:Lentera Islam, 2017), h.
23.
44
(3) Tidak betah dan keluar rumah tanpa seizin seorang suami
gilir
akan menemukan permasalahan dan cobaan. Persoalan tersebut bisa datang kapan
35
Prosiding Seminar Serantau Islam Kontemporer Indonesia-Malaysia, Islam Kontemporer
Di Indonesia dan Malaysia, (Makassar:Fakultas Ushuluhuddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar,
2015), h. 94.
45
kenyataannya banyak rumah tangga yang berjalan tidak sesuai apa yang dicita-
institusi sosial yang saling berbagi kehangatan dan intensif pada setiap
Namun bagaimana sebaliknya, jika rumah tangga menjadi tempat yang tidak
rumah tangga pada Undang-undang perkawinan yang disahkan pada tahun 1974.
mengatur dan non hukum, dalam artian tidak akan memiliki atau menimbulkan
dampak hukum bagi suami atau istri yang melanggarnya termasuk kekerasan.38
PKDRT) sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah bahwa setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan perlindungan, rasa aman dan terbebas dari segala
bentuk kekerasan, termasuk dalam kekerasan pada rumah tangga atau yang disebut
1. Pengertian KDRT
merupakan kekerasan yanng dilakukan dalam lingkup rumah tangga baik itu
kekerasan dalam rumah tangga (UU PKDRT) tahun 2004 pada pasal 1
adalah salah pelanggaran hak asasi manusia dan merupakan kejahatan terhadap
39
Saptosih Ismiati, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) & Hak Asasi Manusia
(Sebuah Kajian Yuridis), Cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), h. 4.
47
istri (Wife Abuse) atau serangan yang terjadi pada istri (Wife assault). Dari
istilah-istilah tersebut seringkali merujuk pada kondisi dan jenis kekerasan yang
dilakukan pada seorang perempuan. Akan tetapi kekerasan yanng terjadi pada
perempuan tersebut dapat juga terjadi pada laki-laki, ataupun anak laki-laki
2. Bentuk-bentuk KDRT
Tangga (UU PKDRT) No.23 Tahun 2004 menyebutkan ada 4 poin terkait
Pasal 6
Kekerasan Fisik: yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat.
Pasal 7
Kekerasan Psikis: yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakuan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya,
dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Pasal 8
Kekerasan Seksual : yaitu perbuatan yang melakukan pemaksaan hubungan
seksual yang dilakukan tergadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut. perbuatan pemaksaan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil dan/ atau
tujuan tertentu.
Pasal 9
Penelantaran : yaitu perbuatan yang menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya namun secara hukum merupakan kewajibannya. Perbuatan
40
Triantono, Pemidanaan Rehabilitasi Pelaku Kejahatan Domestik, (Magelang: Pustaka
Rumah C1nta, 2020). h. 13-14.
41
Undang-Undang No.24 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasa Dalam Rumah Tangga.
48
Bentuk KDRT yang pertama Kekerasan secara fisik yaitu kekerasan yang
dilakukan mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, dan luka berat. Hal tersebut
dll.
yang dapat mengakibat ketakutan, trauma, atau hilangnya rasa percaya diri.
Hal tersebut dapat berupa tuduhan zina, hinaan, ataupun kata kasar.
pemaksaan berhubungan badan suami istri. Hal tersebut terjadi apabila salah
dengan alasan sedang haid atau ada udzur lainnya yang sesuai dengan syariat
berhubungan badan.
Selain itu kekerasan suami juga dapat terjadi dengan bentuk ketidak
42
Rizem Aizid, Fiqih Keluarga terlengkap, Cet.1, (Yogyakarta: Laksana, 2018), h.268.
49
dan Islam melarang hal tersebut. Karena hal tersebutlah, menjadikannya salah
C. Maqashid Syari’ah
Secara bahasa, maqashid syariah memiliki kalimat yang berasal dari
kata maqashid bentu jama‟ dari maqshuduu yang artinya kesengajaan atau tujuan.
Dan Syariah yang artinya menuju sumber air atau dapat juga dimaknai dengan
sesuatu yang digunakan atau ditetapkan Allah SWT pada agama untuk mengatur
hidup hamba-hambanya. Maka poin yang terkandung dalam maqashid syariah atau
tersebut tidak hanya dilihat melalui arti teknis saja akan tetapi juga sebagai upaya
dinamika dan pengembangan suatu hukum saja akan tetapi juga dilihat sebagai
disyariatkan.45
ۤ
هك َع هلى َش ِريْػ َع ٍة ِّم َن ْاَلَ ْم ِر فَاتَّبِ ْع َها َوََل تَػتَّبِ ْع اَ ْى َواءَ الَّ ِذيْ َن ََل يَػ ْعلَ ُم ْو َف
َ ُُثَّ َج َع ْلن
43
Rizem Aizid, Fiqih...h. 270-273.
44
Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas fiqhal-Aqlliyat dan Evolusi Maqashid al-Syari‟ah
dari Konsep Kependekatan, (Yogyakarta: Lkis, 2010),h. 178-179.
45
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid al-syar‟ah Menurut al- Syatibi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 1996), h. 61.
50
hukum Islam dengan upaya untuk menjaga kemaslahatan hidup manusia. Dengan
al-Jauziyyah menjelaskan bahwa prinsip dan dasar suatu pendapat hukum Islam
adalah untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Dan juga menurutnya, hukum Islam
itu adil, membawa rahmat dan hkmah, dan juga mengandung maslahat. Pandangan
lain oleh Imam al-Ghazali berpendapat, maslahat pada dasarnya merupakan suatu
ungkapan dari memperoleh manfaat dan menolak mudharat. 48 Ada tiga macam
46
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 80.
47
M.Quraish Shihab, Al-Qur‟an ... h. 484.
48
Asafri Jaya Bakri, Konsep...h. 62.
51
tujuan atau tingkatan dari adanya maqashid syari‟ah menurut para ulama, yang
1. Maqashid Al-Syariah
yang menjadi sendi-sendi kehidupan manusia dan yang diharuskan ada untuk
kemaslahatan mereka. Ada lima syariat yang harus tercakup didalamnya, yakni
a) Hifz al-Din
b) Hifz al-Nafs
tinggal agar terhindar dari kebinasaan. Begitu juga dengan syariat qishas,
mengancam jiwa.
c) Hifz al-Aql
52
minuman yang memabukkan atau khamr karena merusak pada akal. Dan
d) Hifz al-Mal
menipu, menjalankan atau memakan uang hasil riba. dan setiap memperoleh
hukuman badan (had) bagi mereka yang melakukan zina. dan untuk
pemahaman:50
49
Asmuni Mth, “Upaya Pemkiran al-Maqashid (Upaya menemukan Fondasi Ijtihad
Akademik yang Dinamis)”, dalam jurnal Al-Mawardi, Edisi XIV, 2005.
50
Diyan Putri Ayu, “Tinjaun Maqashid Syariah Terhadap Akibat Tindakan Marital Rape
dalam UU No,23 TH.2014 dan RKUHP”, dalam jurnal al-Manhaj:Jurnal Hukum dan Pranata Sosial
Islam, Vol.1, No.2, 2019.
53
abstrak, tidak diketahui kecualii dengan cara petunjuk tuhan yang terungkap
dalam bentuk zahir lafal jelas. Dan petunjuk tersebut memerlukan sebuah
bahwasanya maqashid syariah diketahui bukan pada zahir lafal dan juga
bukan dari tunjukan zahir lafal. Akan tetapi maqashid syariah adalah hal lain
yang terdapat dibalik tunjukan zahir dalam semua aspek syariat, kelompok
lafal dengan nalar, maka hal yang diutamakan adalah nalar. Baik itu atas
c) Kemudian terdapat ulama yang menyatukan dan pendekatan (zahir lafal dan
pertimbangan ilat) dalam suatu bentuk yang tidak merusak pada pemaknaan
zahir lafal dan tidak juga merusak kandungan makna atau ilat. Dan
yang diperintahkan. Perwujudan pada isi dan perintah itu menjadi bagian
dilakukan dengan cara analisa illat hukum yang terkandung dalam al-
Qur‟an ataupun hadist. Illat hukum tersebut juga terkadang tertulis secara
untuk mengikuti apa yang tertulis. Apabila Illat tidak tertulis, maka
yang melibatkan penetrasi vagina, oral, atau anal. Akan tetapi hal tersebut tidak
sesederhana itu, tidak ada pemahaman langsung mengenai pemerkosaan secara detail
perkosaan akan sangat berdampak dan mengakibatkan rusak secara psikologis yang
berat, serta pengaruh buruk yang lainnya seperti penyakit kelamn, ganguan pada alat
hubungan dan status mereka yang terlibat, sebuah premis yang berlaku baik secara
historis ataupun lintas budaya. Pada umumnya serangan seksual oleh orang asing
“pada intinya pemerkosaan adalah istilah hukum yang mencakup persepsi yang dapat
1
Kersti Yllo dan M. Grabiela torres, Marital Rape: Consent, Marriage, and Social Change in
Global Context, (USA: Oxford University Press, 2016), h.1
56
ditempa dan ditentukan secara budaya dari suatu tindakan. Dengan demikian arti
A. Marital Rape
1. Pengertian
Marital Rape bermakna dari kata inggris, marital “segala sesuatu hal
dimaknai dengan “Rape committed by the person to whom the victim is married”
diartikan sebagai tindakan perkosaan yang terjadi dan dilakukan dalam rumah
tangga atau dalam sebuah ikatan perkawinan atau pada orang yang sudah
marital rape sebagai sebuah tindakan seksual apapun yang tidak diinginkan
atau tidak disetujui oleh pasangan. Tindakan ini termasuk dalam berhubungan
Selain itu dalam literatur fiqih modern terdapat juga istilah mengenai
2
Kersti Yllo dan M. Grabiela torres, Marital Rape...h.1.
3
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesi, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993), h.373.
4
“US Legal Definitions,” http://definitions.uslegal.com/m/marital-rape, diakses tanggal 18
juni 2022.
5
Wahbah az - Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa-Adillatuhu, Juz VII, (Damaskus: Dar ar-Fikr,
2006), h. 294.
57
rumah tangga telah tercatat sejak enam abad sebelum masehi pada zaman
terhadap istri akan diberikan sanksi atau pidana berupa pemotongan jari, dan
sebaliknya apabila seorang istri memukul suami akan dijatuhi sanksi denda dan
mulai diatur sejak awal abad ke-20. 7 Dan diantara negara yang membuat
peraturan khusus mengenai marital rape tersebut yakni, Uni Soviet pada tahun
1922, Polandia pada tahun 1932, Cheko pada tahun 1950, Denmark pada tahun
1960, Swedia pada tahun 1965, Norwegia pada tahun 1971, dan beberapa
negara blok timur. Sedangkan beberapa negara lain di bagian Amerika Utara
dan juga pada Eropa Barat hiingga tahun 1980-an masih tidak menganggap
marital rape sebaga bentuk tindak pidana atau tindak kejahatan yang perlu
aturan khusus untuk diundangkan. Hingga pada tahun 1997, hanya sebanyak 17
negara yang berada di wilayah Amerika Utara dan Eropa yang membuat
6
A.E Martha, Proses Pembentukan Hukum Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia
dan Malaysia, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo), 2011.
7
M. Irfan Syaifuddin, “Konsepsi Marital Rape dalam Fikih Munakahat”, dalam Jurnal al-
Ahkam, Vol.3, No.2, 2018.
8
M.E. Susilo, “Islamic Perspective on Marital Rape”, dalam Jurnal Media Hukum, 2013.
58
a. Sadistic Rape
b. Angea Rape
c. Dononation Rape
terhadap korban berupa kekuasaan atas diri korban. Sehingga korban tidak
d. Seduktive Rape
pelaku dan korban. Akan tetapi korban membatasi tindakan intim sehingga
9
Wahid, Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Seksual, (Bandung: PT Refika Aditama,
2001), hal. 47.
59
f. Exploination Rape
yang bergantung kepada pelaku baik itu secara ekonomi ataupun sosial.10
juga dapat diartikan sebagai tindakan perkosaan yang dilakukan antara suami
atau istri walaupun pada teori umumnya seorang suamilah yang cenderung
satu bentuk kekerasan seksual. Hal ini disebutkan pada pasal 1 angka 1 UU
PKDRT.12
yang luar biasa bagi korban dan sekitarnya. Terlebih lagi apabila dari
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (UU PKDRT), tidak ada dalam
hukum positif Indonesia yang mengatur mengenai marital rape. Begitu pula
tindakan marital rape hanya dapat dikenakan dengan tindakan kekerasan dalam
rumah tangga (pasal 44 ayat 1 KUHP) bukan perkosaan. Jika dimaknai secara
perkosaan (rape). Perkosaan itu sendiri diatur dalam KUHP yaitu sebuah
hubungan badan (di luar nikah). Hal inilah yang menjadi dilema dalam hukum
13
“Aphrodite wounded, Effect of Intimate partner Sexual Violence”,
http://www.aphroditewounded.org/effects.html, diakses tanggal 18 Juni 2022.
61
pada hubungan luar nikah akan tetapi hubungan pada pernikahan kerap kali
terjadi.
walaupun yang terjadi sebenarnya adalah suatu tindakan marital rape dalam
pernikahan atau kekerasan seksual yang dilakukan pasangan. Hal ini terjadi
karena tidak adanya wadah hukum untuk pemahaman bahwa kegiatan kekerasan
yang dilakukan dalam rumah tangga juga dapat dikatakan sebagai tindakan
kekerasan seksual.
memberikan ruang hukum yang lebih baik bagi korbannya. Yang mana dalam
undang-undang tersebut tidak hanya mengatur marital rape saja akan tetapi
meliputi semua tindakan kekerasan seksual yang terjadi dalam rumah tangga.
tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual. Yang mana dalam undang-
sampai saat ini sudah 18 tahun digunakan sebagai payung hukum terhadap
seksual dalam rumah tangga. Akan tetapi secara praktik tetap diutamakan
sebagai bentuk menjaga keutuhan rumah tangga. Tindak pidana yang diatur
hubungan seksual oleh pihak yang terdapat dilingkup rumah tangga, dan
tindak paksaan hubungan seksual oleh salah satu pihak lingkup rumah tangga
aduan. Hal ini merupakan ciri khas pada nilai-nilai yang ingin dijaga pada
lingkup rumah tangga, dan setiap penegakannya tetap menjaga hak korban. 14
a. Faktor Yuridis
rumah tangga terkhususnya bagi wanita dan anak yang rentan menjadi
14
Badan...Tentang Tindak Pidana kekerasan Seksual, Jakarta, 2021, h. 87.
15
Moerti, Kekerasan...h.89.
63
mendapakan rasa aman dari segala bentuk kekerasan, hal ini selaras
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau pidana saja bukan delik
khusus kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini juga riskan bawa tindakan
pernikahan. Tidak ada pasal atau aturan khusus yang mengatur tentang
16
Ester Lianawati, Konflik Dalam Rumah Tangga (Keadilan dan Kepedulian Proses Hukum
KDRT Perspektif Psikologi Feminis), (Yogyakarta: Paradigma Indonesia,tt), h.153.
17
Moerti, Kekerasan...h.36.
64
terdapat pada:18
Pasal 284 menjelaskan bahwa zina hanya dilakukan oleh para pihak
Padahal zina dapat terjadi pada mereka yang bahkan masih lajang,
yang melakukan zina sesama lajang (crime without victim). Hal ini
18
Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor...Tahun...Tentang Tindak Pidana kekerasan
Seksual, Jakarta, 2021, h. 81.
65
b. Faktor Sosiologis
tangga.20
tindakan kekerasan seksual dalam rumah tangga. Yang mana hal ini
19
Sudut Hukum, “Latar Belakang Lahirnya UU No.23 Tahun 2004”, diakses 12 Oktober
2022, https://suduthukum.com/2015/07/latar-belakang-lahirnya-uu-no-23-tahun.html
20
Moerti, Kekerasan...h.90.
66
adalah tindakan kekerasan yang terjadi pada lingkup rumah tangga dengan
istri. Dan pasal 46 mencakupi sanski hukum 12 tahun penjara atau denda
bunyi instrumen “marital rape” atau definisinya yang dirasa kurang kuat.
Sehingga tidak bisa menjadikannya patokan atauu dasar kuat atas tindakan
marital rape secara khusus. Sehingga pengaturan secara istilah marital rape
akan terjadi apabila yang menjadi korban pada kasusnya adalah pihak istri
yang menetap dalam lingkup rumah tangga. Selain itu pada pasal 8 subjek
atau korban hanya merujuk pada kata “setiap orang” bukan “istri” secara
khusus, sehingga hal ini masih dimaknai secara luas dan multi tafsir.21
(UU TPKS).
21
Nita Erlytawati dan Diana Lukitasari, “Tindak Pidana Dalam Perkawinan (Marital Rape)
Dalam Perbandingan Hukum Pidana Indonesia dan Singapura”, dalam Jurnal Recidive, Vol.4, No.1,
2015.
67
tahun 2014.
beberapa faktor:
a. Faktor Yuridis
atas dasar tertentu yang memiliki urgensi penting bagi khalayak umum.
tahun 1945 (UUD 1945), “tujuan bernegara antara lain untuk melindungi
22
Heylaw Edu, “Bedah Formulasi Undang-Undang Tindak Pidana kekerasan Seksual (UU
TPKS)”, dalam http://heylawedu.id/blog/ Bedah Formulasi -Undang-Undang-tindak –
tidana- kekerasan Seksual-UU TPK. Diakses 24 Juli 2022.
68
lain”. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa terciptanya UU TPKS atas
secara hukum. Yang mana pada akhirnya para pelaku tidak dapat ditindak
dan disanksi secara hukum. Pada kasus KDRT hanya dapat dipidana
hanyalah persoalan moral saja. Maka hal ini akan berimbas dengan
hukum. 23
23
Badan ...Tentang Tindak Pidana kekerasan Seksual, Jakarta, 2021, h. 3.
69
seksual ini.24
181%. 25 Dan juga dihimpun oleh komnas Perempaun pada tahun 2020,
b. Faktor Sosiologis
seksual tidak hanya terjadi pada perempuan dewasa saja, melaikan juga
24
Novi Nur Lailisna, Polemik Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual
(RUU PKS): Studi Kritis dan Prospketif, dalam An-Natiq: Jurnal Kajian Isalm Interdisipliner 1, 2021.
h.67.
25
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Naskah Akademik Rancangan Undang-
undang Penghapusan Kekerasan Seksual Indonesia, 2017.
26
Nina Nurmila, “Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Pemahaman Agama dan
Pembentukan Budaya”, dalam Jurnal KARSA UIN Sunan Gunung Djati Bandung,Vol.23, No.1, 2015.
70
kekerasan seksual juga dipengaruhi oleh para sikap korban yang pasif
seksual secara domestik akan sangat susah disentuh oleh pihak luar
seksual adalah sebuah aib dan harus ditutup secara rapat. Dengan hal
Hal ini juga masih anggapan moralitas yang terjadi di masyarakat bahwa
kekerasan hubungan seksual dalam KUHP dan KUHAP menjadi tidak berlaku.
hubungan rumah tangga dan setiap hubungan yang tidak di akomodir oleh uu
dan UU TPKS) saling mengisi satu sama lain. Pada UU TPKS tidak akan
tetapi secara fungsi akan membantu. Sehingga pada UU TPKS tidak akan
27
Badan...Tentang Tindak Pidana kekerasan Seksual, Jakarta, 2021, h. 84.
28
Badan...Tentang Tindak Pidana kekerasan Seksual, Jakarta, 2021, h. 83.
73
TABEL II
PERBANDINGAN UU NO.23 2004 PKDRT DAN UU NO.12 2022 TPKS
PERBANDINGAN
REGULASI
UU PKDRT 2004 UU TPKS 2022
Pasal 1 (1):
suami, isteri, dan anak; orang-orang
yang mempunyai hubungan
keluarga dengan orang sebagaimana
dimaksud pada huruf a karena
hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan
perwalian, yang menetap dalam
Tidak Disebutkan pada pasal tertentu
rumah tangga; dan/atau c. orang yang
Lingkup
bekerja membantu rumah tangga dan
menetap dalam rumah tangga
tersebut.
(2).
Orang yang bekerja sebagaimana
dimaksud pada huruf c dipandang
sebagai anggota keluarga dalam
jangka waktu selama berada dalam
rumah tangga yang bersangkutan.
Pasal 3 Pasal 2
penghormatan hak asasi manusia, Penghargaan atas harkat dan martabat
keadilan dan kesetaraan gender, manusia;
nondiskriminasi, dan perlindungan Nondiskriminasi; Kepentingan terbaik
korban. bagii korban, Kemanfaatan; dan
Pasal 4 Kepastian hukum
mencegah segala bentuk kekerasan Pasal 3
dalam rumah tanggab. melindungi Mencegah segala bentuk kekerasan
korban kekerasan dalam rumah seksual
Asas & Tujuan
tangga, menindak pelaku kekerasan Menagani, melindungi, dan
dalam rumah tangga, memelihara memulihkan korban;
keutuhan rumah tangga yang Melaksanakan penegakan hukum dan
harmonis dan sejahtera. merehabiilitasi pelaku;
Mewujudkan lingkungan tanpa
kekerasan seksual; dan
Menjamin ketidakberulangan
kekerasan seksual.
c. Pemaksaan kontrasepsi
d. Pemaksaan sterilisasi
e. Pemaksaan perkawinan
f. Penyiksaan seksual
g. Ekploitasi seksual
h. Perbudakan seksual; dan
i. Kekerasan seksual berbasis
elektronik
(2) Selain tindak pidana kekerasan
seksual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), tindak pidana
kekerasan seksual juga meliputi;
a. Perkosaan
b. Perbuatan cabul
c. Persetubuhan terhadap anak,
perbuatan cabul terhadap anak,
dan/atau eksploitasi seksual
terhadap anak;
d. Perbuatan melanggar kesusilaan
yang bertentangan dengan
kehendak korban;
e. Pornografi yang melibatkan anak
atau pornografi yang secara
eksplisit memuat kekerasan dan
eksploitasi seksual;
f. Pemaksaan pelacuran
g. Tindak pidana perdangangan orang
yang ditujukan untuk eksploitasi
seksual;
h. Kekerasan seksual dalam lingkup
rumah tangga;
i. Tindak pidana pencucian uang yang
tindak pidana asalnya merupakan
tindak pidana kekerasan
seksual;dan
j. Tindak pidana lain yang dinyatakan
secara tegas sebagai tindak pidana
kekerasan seksual sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
ini dengan diaturnya dalam beberapa pasal 5, 8 dan 46 UU PKDRT dan pasal 4
huruf b dan pasal 6 huruf b UU TPKS masih tidak dicermati dengan baik sebagai
tindak pidana secara khusus (Lex Specialis). Dari sudut pandang peneliti kedua
kekerasan seksual yang salah satunya tindak marital rape di Indonesia masih
kekerasan seksual meningkat setiap tahunnya. Serta faktor lain yang menjadi
peranan penting persoalan ini terus muncul antara lain secara yuridis dan
sosiologis.
marital rape bukanlah sebuah sebuah tindak pidana yang dapat disanksikan.
seksual dalam ikatan perkawinan, adalah gejala yang ada dimasyarakat dan
76
yang dapat menangani perkara kekeraan seksual dengan baik secara hukum.
tindakan perkosaan hanyalah dapat terjadi diluar pernikahan. Hal ini selaras
dengan setiap tindakan KDRT yang meliputi Perkosaan dalam perkawinan hanya
ditindak dengan pasal KDRT bukan dengan pasal tersendiri seperti pasal 285
seksual yang dilakukan oleh korban dan pelaku diluar ikatan perkawinan.
Dalam pasal 285 KUHP, diketahui tidak adanya pengistilahan perkosaan atau
Indonesia. Sehingga hal ini menjadikan korban kekerasan seksual tidak hanya
terjadi pada perempuan dewasa saja, melaikan juga terjadi pada anak-anak.
mengaitkan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan dominasi sebagai pihak
aib bagi dirinya, keluaga, bahkan komunitasnya sekalipus yang harus ditutup
rapat. Sehingga adanya aturan yang berlaku sebelumnya menjadi tidak efektif
dengan metode delik aduan, karena pada dasarnya harus ada keatifan para korban
pemerintah dalam menjangkau persoalan tersebut. Oleh karena itu penting untuk
perempuan pihak yang mendominasi sebagai korban akan haknya secara hukum.
penerapan kedua undang-undang tersebut masih berupa delik aduan dan perlunya
kekerasan seksual yang begitu mudah terlebih lagi dalam rumah tangga. Dan
bahkan dalam UU PKDRT sekalipun secara eksplisit. Akan tetapi marital rape
dapat dianggap sebagai tindak pidana yang terjadi pada KDRT walaupun
cakupannya luas dan bukan secara khusus. Begitu juga dengan undang-undang
terbarunya UU TPKS tidak menyebut secara jelas mengenai redaksi marital rape
termuat pada UU PKDRT dan UU TPKS pada beberapa pasal. Dari kedua aturan
atas diberikannya rasa aman dan terbebas dari segala bentuk tindakan kekerasan
PKDRT cakupan tindakan kekerasan seksual hanya diatur dalam lingkup rumah
seluruh tindakan kekerasan seksual yang terjadi hal ini disebutkan pada pasal 1
diundangkannya peraturan ini. Dan juga masih belum memenuhi hak dari korban,
terkandung dalam UU PKDRT pada pasal 5, 8, dan 46. Dari pasal tersebut pada
rumah tangga. Walaupun secara redaksi masih adanya multi tafsir dan
pemaknaan yang berubah-ubah, karena kekerasan tersebut bisa terjadi pada siapa
saja bagi mereka yang menetap dalam lingkup rumah tangga (pasal 2 UU
marital rape terkandung pasal 4 poin (1) mengenai pelecehan seksual secara fisik,
tangga. Hal ini sama saja seperti UU PKDRT terdapatnya redaksi yang dianggap
berkaitan dengan tindakan perkosaan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga,
undang-undang pidana umum lainnya adalah sebagai lex specialis atau aturan
khusus.
80
hanya sebatas spesifik dalam lingkungan rumah tangga saja. Sedangkan dalam
cakupan UU TPKS tahun 2022 lebih luas dan bukan saja pada kekerasan secara
rape masih belum dapat memenuhi ekspetasi peneliti yang mampu jadi dasar
hukum persoalan marital rape. Tidak jelasnya penyebutan secara redaksi dalam
undang-undang masih memberikan asumsi lain pada tindakan marital rape. Dan
dalam penerapannya masih delik aduan yang mana hal ini perlunya keaktifan
tersebut perlunya adanya regulasi seperti tindak pidana umum lainnya dengan
delik umum. Sehingga hal ini tidak menyulitkan para aparat penegak hukum
dalam penegakannya. Oleh karena itu adanya regulasi marital rape secara jelas
sebagai bentuk lex specialis dalam aturan hukum kekerasan seksual harus
diadakan.
rape dalam ketentuan hukum Indonesia memiliki perjalanan yang panjang dan
pengorbanan para pejuang keadilan yang begitu besar. Setiap pembahasan yang
yang luas. Hal tersebut dikaitkan dengan bentuknya seperti kekerasan secara fisik,
81
non fisik, psikis, seksual dan bahkan dalam bentuk verbal sekalipun. Dan
beberapa hal yang perlu dipahami dan menjadi fokus utama adalah bagaimana
tetapi yang paling terpenting adalah aturan hukum yang bisa diharapkan dan juga
mampu melindungi serta bisa memberikan rasa aman bagi setiap warga negara.
Poin besar dalam hal ini adalah, agama Islam tidak mengajarkan yang
namanya kekerasan terlebih lagi dalam rumah tangga urusan antara suami istri
antara suami istri atas dasar ridho satu sama lain (an taradhin) dalam hak dan
kewajibannya masing-masing. Yang mana hal ini tidak lain bertujuan untuk
sesuatu tindak dalam pemenuhan hak dan kewajiban harus didasari dengan hal
kemudharatan harus dihindari hal ini sesuai dengan hadis atau kaidah ushul fiqih
yang baik dalam rumah tangga, antara kewajiban dan hak suami istri secara
penuh dan baik akan menciptakan mu‟asyarah bil ma‟ruf. Apabila hal tersebut
dari konsep hubungan yang baik dan mempengaruh pemenuhan hak dan
kewajiban yang tidak sesuai dengan syari. Yang salah satunya seperti pemaksaan
Dalam narasi fiqih menyebutkan bahwa penolakan istri pada saat suami
meminta berhubungan badan ketika tidak adanya uzur syar‟i atau sakit, puasa,
dan haid termasuk tindakan nusyuz. Hal ini sebagaimana dalam hadist nabi
(Riwayat Imam Bukhori 3237 dan muslim 1436). Akan tetapi dari dalil tersebut
tidak dapat diterapkan secara tekstual begitu saja, harus disandingkan dengan
konsep lain dalam ilmu fiqih, Seperti adanya konsep an taradhin, muasyarah bil
ma‟ruf, dan ad-dharar yuzal. Apabila hubungan badan antara suami yang
yang mengakibatkan luka secara fisik atau bantin bagi salah satu pihaknya.
Oleh karena itu perlunya ada penetapan atau gagasan secara hukum
1
Abdul halim dan Robiatul Adawiyah, “Pandangan Ulama‟ tentang Pemaksaan Berhubungan
Badan Terhadap Istri dalam Keadaan Sakit”. dalam Masadir:JurnalHukum Islam INKAFA Gresik,
Vol.2, No.1, 2022.
83
yakni setiap tindakan kekerasan dalam rumah tanggga yang berbasis secara
Dan dalam Islam sendiri konteks marital rape atau perkosaan dalam
perkawinan harus sejalan dan selaras dengan hukum Islam, diantaranya meliputi
5 prinsip utama yakni pemeliharaan terhadap agama, akal, jiiwa, keturunan dan
harta. Maka apabila rumah tangga yang terjalin dengan dan pemenuhan hak serta
kewajibannya dengan baik atau sesuai mu‟asyarah bil ma‟ruf akan menjaga atau
segala bentuk tindakan kekerasan dan yang bersifat merusak, atau melukai
tuhannya akan berkurang dan hal ini dilarang oleh agama. Sebagaiman
akhirat.
ajaran Islam saling mengasihi satu sama lain maka akan terhindar dari
rusaknya hubungan keluarga. Dan dengan hal tersebut tujuan keluarga yang
sesuai dengan ajaran Islam akan tercapai dan hal tersebut termasuk
dasar mu‟asyarah bil ma‟ruf. Maka tentu, secara jiwa akan tenang tidak
adanya rasa takut dan was-was dalam berumah tangga. sebagaimana dalam
penyenang hati.
nyata dan mengarah pada intervensi pelaku pada kehidupan korban. Seperti
yang kita ketahui rumah adalah tempat pertama bagi orang yang berumah
kejiwaan korban.
mempengaruhi setiap tindak yang akan diambil baik itu dalam urusan
tentunya secara akal akan dikekang. Ganguan trauma yang dlakukan oleh
86
pihak yang awalnya dipercaya sebagai pendamping hidup dan hidup satu
atap dan menjadi beban. Hilangnya daya pikir jernih sehingga tidak
mampunya berpikir secara logis, dan secara spritualpun para korban tidak
Ketika secara fisik, psikis, jiwa, agama dalam berumah tangga baik, maka
tindakan yang diambil oleh suami dan istri dengan baik akan terhindarnya
Setiap pasangan suami istri secara agama dan sosial berhak untuk
bil ma‟ruf antara pasangan sejatinya harus ditanamkan dengan baik dalam
kecacatan.3
2
Emi Sutrisminah, „‟Dampak Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga Terhadap
Kesehatan Reproduksi”, dalam jurnal media neliti Kebidanan FIK Unissula, 2022.
3
Emi Sutrisminah, Dampak...2022
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian analisa diatas dapat disimpulkan mengenai hasil penelitian meliputi:
dilarang hal ini diatur sebagaimana pada pasal 5, 8 dan 46 UU PKDRT juga
2. Marital rape dalam hukum Islam, bertentangan dengan ajaran Islam. Karena
terutama dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan konsep marital rape
(Hifdz al-din) .
88
B. Saran
kritik dan saran dengan tujuan agar menjadi bahan pertimbangan peningkatan
yang berbeda dan masih seputaran marital rape. Dan juga penelitian ini bisa
Kepada
Yth. Ibu Dr. Lilik Andaryuni, S.H.I.,M.SI.
di.-
Tempat
Dalam rangka proses penyelesaian studi mahasiswa program Sarjana (S.1) Fakultas
Syariah IAIN Samarinda, maka diharapkan kesediaan Ibu untuk memberikan
bimbingan skripsi mahasiswa sebagai berikut :
Nama : Khairul Akbar
Nim : 1821508078
Jurusan / Prodi : Ilmu Syariah / Hukum Keluarga
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Issue Marital Rape Dalam
Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) Pasal 479.
Pembimbing I : Ibu Dr. Lilik Andaryuni, S.H.I.,M.SI.
Pembimbing II : Bapak Abdul Syakur, Lc.,M.H.
Jangka waktu penyusunan skripsi mulai Tanggal 01 Agustus 2021 sampai dengan
01 Januari 2021
Demikian, atas kesediaannya disampaikan terima kasih
Dekan,
Tembusan :
1. Pembimbing I
2. Pembimbing II
3. Mahasiswa yang bersangkutan
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
FAKULTAS SYARIAH
Jalan H. A. M. Rifadin, Loa Janan Ilir, Samarinda 75131
Telepon (0541) 7270222 Faksimili (0541) 7268933
Website : http://www.fasya.iain-samarinda.ac.id E-mail : fasyaiainsmd@gmail.com
Kepada
Yth. Bapak Abdul Syakur, Lc.,M.H.
di.-
Tempat
Dalam rangka proses penyelesaian studi mahasiswa program Sarjana (S.1) Fakultas
Syariah IAIN Samarinda, maka diharapkan kesediaan bapak untuk memberikan
bimbingan skripsi mahasiswa sebagai berikut :
Nama : Khairul Akbar
Nim : 1821508078
Jurusan / Prodi : Ilmu Syariah / Hukum Keluarga
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Issue Marital Rape Dalam
Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) Pasal 479.
Pembimbing I : Ibu Dr. Lilik Andaryuni, S.H.I.,M.SI.
Pembimbing II : Bapak Abdul Syakur, Lc.,M.H.
Jangka waktu penyusunan skripsi mulai Tanggal 01 Agustus 2021 sampai dengan
01 Januari 2021
Demikian, atas kesediaannya disampaikan terima kasih
Dekan,
Tembusan :
1. Pembimbing I
2. Pembimbing II
3. Mahasiswa yang bersangkutan
Lampiran IV