Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM

MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING


(MPLS)

1. Tujuan
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu :
A. Membuat topologi MPLS menggunakan aplikasi GNS3
1. Mengkonfigurasi BGP pada PE1 dan PE2
2. Mengkonfigurasi Multiptrotocol Label Switching (MPLS) pada interface
router Provider (P) dan Provider Edge (PE)
3. Menguji Koneksi antara router satu dengan router yang lain
B. Menguji koneksi pada router Customer Edge (CE) dan nenjelaskan protokol
yang terdapat pada saat pengujian
1. Keadaan normal
2. Keadaan salah satu router tidak diaktifkan
3. Keadaan salah satu interface tidak diaktifkan
4. Mengamati protokol pada topologi MPLS pada ketiga keadaan saat
pengujian

2. Dasar Teori
2.1 Pengertian MPLS (Multiprotocol Label Switching)
Sesuai dengan singkatannya, MPLS merupakan sebuah konsep switching
yang menggunakan parameter acuan berupa nilai label. Switching sendiri dapat
diartikan sebagai proses pemilihan jalur. Munculnya teknologi MPLS merupakan
penyempurna dari teknologi yang sebelumnya sudah digunakan oleh para network
provider dalam menyediakan jasa penyewaan jaringan pribadi (private) dengan
menggunakan infrastruktur jaringan bersama kepada para costumernya. Istilah
lain dari jaringan pribadi disebut VPN (Virtual Private Network). Sebelum
muncul teknologi MPLS, terdapat teknologi ATM atau Frame Relay yang juga
bisa digunakan untuk membuat jaringan VPN. Proses switching dalam teknologi
ATM menggunakan acuan nilai cell, sedangkan teknologi Frame Relay

1
menggunakan VCI (Virtual Circuit Indentifier). Walaupun berbeda-beda istilah
antara penggunaan MPLS, ATM, atau Frame Relay, namun dengan fungsi yang
sama yaitu digunakan untuk mengindentifikasi jalur, sehingga nantinya proses
switching bisa dilakukan.
2.1.1 Penambahan Informasi Label
Prinsip kerja yang digunakan oleh teknologi MPLS adalah dengan
menambahkan header MPLS, dimana dalam header MPLS tersebut terdapat
informasi berupa nilai label.

Gambar 3. 1 Penambahan Header MPLS


Gambar 3.1 diatas menjelaskan sebuah ilustrasi ketika ada paket yang
berada dalam jaringan IP masuk / menuju ke dalam jaringan MPLS. Secara garis
besar sebuah paket berisi DATA yang akan dikirimkan disertai dengan header IP
dan di dalam header IP tersebut terdapat informasi yang paling penting agar
DATA bisa sampai ke perangkat penerima yaitu berupa alamat IP tujuan dari
interface perangkat penerima. Dan ketika akan masuk ke dalam jaringan MPLS,
paket tadi akan ditambahkan header tambahan yaitu header MPLS.
Ketika paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS, maka dalam paket IP
tersebut akan ditambahkan header MPLS yang berisi informasi nilai label.
Sekarang proses switching sudah tidak ada lagi menggunakan acuan parameter IP,
melainkan lebih kepada informasi nilai label, sehingga istilah proses switchingnya
dinamakan sebagai label switching.

2
Berikut adalah penjelasan lebih lengkap tentang isi dari header MPLS :

Gambar 3. 2 Header MPLS


Gambar 3.2 menjelaskan field-field yang terdapat dalam header MPLS,
dimulai dari field [Label] sampai [TTL]. Dari penjelasan gambar 3.2 di atas
terlihat bahwa :
1. Jumlah bit yang digunakan sebagai penanda nilai label dalam header MPLS
adalah sebanyak 20 bit, sehingga rentang nilai label yang bisa digunakan
sebagai penanda sebuah jalur dalam jaringan MPLS terletak diantara nilai 0
sampai 220 – 1 (1.048.575).
2. Field [EXP / Experimental], field ini digunakan ketika ada sebuah paket
dalam jaringan MPLS yang ingin diperlakukan secara khusus. Nantinya
paket tersebut akan mendapatkan prioritas utama untuk bisa langsung
dikirimkan ke perangkat tujuan jika diketahui terdapat antrian paket dalam
sebuah router. Dengan kata lain, field [EXP] digunakan untuk menjamin
kualitas (Quality of Service) dari sebuah paket dalam jaringan MPLS.
Label EXP 0 TTL
Label EXP 0 TTL
...
Label EXP 1 TTL
Gambar 3.3 Tumpukan header MPLS
3. Field [BOS / Bottom of Stack], fungsi dari keberadaan field ini adalah
sebagai penanda apakah terdapat tumpukan (stuck) header MPLS dalam
sebuah paket. Jika dalam sebuah paket hanya terdapat satu header MPLS,
maka nilai dari field [BoS] = 0. Jika tidak, berarti dalam paket tersebut
terdapat tumpukan header MPLS. Sebagai penanda kalau sebuah header

3
MPLS terletak pada tumpukan paling bawah ditandai dengan nilai field
[BoS] = 1, sedangkan tumpukan diatasnya diberi tanda dengan nilai field
[BoS] = 0.
4. Field [TTL / Time To Live] dalam header MPLS sama seperti fungsi header
IP yaitu untuk menjaga agar paket tidak terus-menerus berputar-putar dalam
jaringan MPLS, istilah lainnya adalah routing loop. Setiap paket yang
melewati router dalam jaringan MPLS, nilai dari field [TTL] akan dikurangi
1. Jadi, ketika ada sebuah router menerima paket dengan nilai TTL = 1,
maka paket tersebut sudah tidak bisa lagi diteruskan ke router yang lain. Hal
ini dikarenakan ketika ingin diteruskan, hasil pengurangan dari nilai TTL
sudah berubah menjadi 0. Ketika dalam proses pengurangan nilai TTL
diketahui nilai TTL = 0 , maka mau-tidak-mau paket tersebut harus dibuang.

2.1.2 MPLS dan Model Referensi OSI


Proses penambahan header MPLS terletak diantara layer 2 (data link) dan 3
(network) yaitu di layer 2,5 , walaupun layer 2,5 sendiri belum ada nama yang
pasti untuk layer tersebut.

2.1.3 Arsitektur Jaringan MPLS


Jaringan MPLS adalah sebuah konsep jaringan yang didalamnya terdapat
koneksi antar perangkat router, dimana pada interface yang digunakan untuk
menghubungkan antar perangkat router tersebut sudah diaktifkan teknologi
MPLS.

Gambar 3.4 Arsitektur Jaringan MPLS

4
Berikut adalah nama-nama istilah yang perlu diketahui dalam konsep
jaringan MPLS :
a) LSR (Label Switch Router) adalah nama lain dari router yang terletak
dalam jaringan MPLS. Pada LSR dibagi atas :

1) Ingress LSR merupakan LSR yang terletak disisi pinggir jaringan MPLS
dan digunakan sebagai pintu masuk sebelum paket menuju ke dalam
jaringan MPLS. Dan kalau dilihat pada keterangan gambar 3.4 diatas yang
berfungsi sebagai ingress LSR adalah R2. Karena letaknya di pintu masuk,
maka ada proses yang akan dilakukan oleh ingress LSR yaitu mengubah
‘paket’ menjadi ‘label’. Untuk mengubah menjadi label Ingress LSR akan
menambahkan header MPLS dengan nilai label tertentu ke dalam paket.
Istilah lain dari proses ini dinamakan sebagai operasi push.

Gambar 3.5 Operasi Push


Operasi push diartikan sebagai proses penambahan informasi nilai label baik
itu pada paket ataupun label. Gambar 3.5 (a) memperlihatkan operasi push yang
dilakukan oleh sebuah LSR pada sebuah paket yang nantinya akan diteruskan ke
dalam jaringan MPLS. Paket yang masuk belum terdapat informasi nilai label 18
pada paket tersebut. Sehingga ketika ke luar interface LSR, nama dari paket sudah
berubah menjadi label. Selain itu, operasi push juga bisa dilakukan pada sebuah
label seperti yang terlihat pada keterangan gambar 3.5 (b). Terdapat label yang
masuk ke interface LSR dengan informasi nilai label 16, kemudian oleh LSR akan
ditambahkan lagi header MPLS dengan informasi nilai label yang baru. Pada
contoh keterangan gambar 3.5 (b), LSR memberikan tambahan header MPLS
dengan nilai label 18. Header MPLS tersebut akan ditempatkan di awal sebelum
header MPLS lama.
2) Egress LSR kebalikan dari ingress LSR yaitu sebagai pintu ke luar sebelum
menuju jaringan selain MPLS. Router ini mengubah label menjadi paket,

5
maka nantinya akan ada proses pengurangan header MPLS. Proses tersebut
dinamakan sebagai operasi pop.

Gambar 3.6 Operasi Pop


3) Intermediate LSR merupakan LSR yang terletak diantara ingress LSR dan
egress LSR dalam jaringan MPLS dan fungsi dari LSR ini adalah untuk
mengubah informasi nilai label dalam header MPLS. Istilah lain dari proses
ini adalah sebagai operasi swap.

Gambar 3.7 Operasi Swap

4) LSP (Label Switched Path) adalah jalur yang terbentuk dalam jaringan
MPLS, dimana jalur tersebut digunakan untuk mengirimkan label dimulai
dari ingress LSR sampai ke egress LSR.
5) FEC (Forwarding Equivalance Class) merupakan istilah label yang akan
diperlakukan secara sama dalam jaringan MPLS.

2.1.4 Nilai Label Khusus


Nilai label yang diisikan ke dalam header MPLS adalah berbentuk angka.
Namun ada nilai label yang memiliki makna khusus, diantaranya adalah :
a) Implicit NULL adalah header MPLS dengan nilai label 3. Tujuan sebuah
LSR menggunakan nilai label ini adalah untuk memberikan tanda (sinyal)
ke LSR tetangga agar melakukan operasi pop.
Misalnya R2 sebagai egress LSR memberikan informasi tentang alamat
network 192.168.10.0/24 dengan nilai label 3 (implicit NULL) ke router R1.
Tujuan dari pengiriman paket tersebut ke router R1 adalah agar ketika ada

6
paket yang tujuannya adalah alamat network 192.168.10.0/24, router R1
harus melakukan operasi pop.

Gambar 3.8 Mekanisme implicit NULL


Misalnya ada paket yang masuk ke router R1 dengan alamat network
tujuannya adalah 192.168.10.0/24 dan pada paket tersebut diberikan
tambahan informasi nilai label 16. Karena sebelumnya router R1 sudah
menerima sinyal implicit NULL dari R2 untuk alamat network
192.168.10.0/24, maka header MPLS dari paket yang masuk router R1
tersebut harus dibuang. Artinya nilai label 16 dari paket harus dibuang oleh
R1. Sehingga ke luar interface R1 sudah berubah menjadi paket saha tanpa
tambahan header MPLS dengan nilai label 16.
Kalau dilihat gambar 3.8 diatas, letak router R1 adalah sebelum R1 yang
diposisikan sebagai egress LSR. Seperti yang telah kita pelajari pada
arsitektur jaringan MPLS, egress LSR adalah router paling pinggir di dalam
jaringan MPLS dan berfungsi sebagai pintu keluar sebelum menuju ke
jaringan selain MPLS. Atau bisa dikatakan router R2 adalah router terakhir
dan router R1 adalah router sebelum router terakhir atau istilah lainnya
adalah penultimate. Dan karena yang melakukan operasi pop adalah R1
bukan R2 yang diposisikan sebagai egress LSR, maka nama lain dari router
R1 adalah Penultimate Hop Popping (PHP) atau router sebelum router
terakhir (R2) yang melakukan operasi pop.

b) Explicit NULL. Tujuan dari pengiriman paket implicit NULL ke router


PHP adalah agar kerja dari egress LSR tidak terlalu berat. Karena hanya
menerima paket tanpa adanya tambahan header MPLS, berarti tugas yang
akan dilakukan oleh egress LSR hanya melakukan IP lookup saja, tanpa

7
harus didahului dengan proses label lookup. Jadi ada penghematan proses
lookup. Bandingkan jika egress LSR harus menerima paket dengan
tambahan header MPLS. Berarti egress LSR harus menerima paket dengan
tambahan header MPLS. Berarti egress LSR harus melakukan dua proses
lookup yaitu label lookup kemudian IP lookup.
Penggunaan mekanisme implicit NULL bukannya tidak ada masalah.
Ketika header MPLS dibuang dan hanya menyisakan paket saja, kemudian
masih dikirimkan dalam jaringan MPLS, maka mekanisme QoS pada paket
tersebut secara otomatis akan hilang. Bisa dilihat kembali gambar 3.2
tentang format header MPLS. Selain nilai label, dalam header MPLS juga
mendapatkan field [EXP], dimana fungsi dari keberadaan field tersebut
adalah sebagai penanda bahwa yang “beredar” dalam jaringan MPLS
merupakan label penting. Istilah label penting disini adalah sebuah label
yang “mengangkut” paket penting. Misalnya sebuah label data “voice”,
dimana layanan voice sangat dianjurkan untuk bisa dikirimkan secara cepat
artinya membutuhkan delay yang kecil. Apabila field [EXP] ikut dibuang,
itu artinya perlakukan pada paket tersebut akan sama seperti paket pada
umumnya. Artinya pada paket tersebut tidak mendapatkan prioritas lagi
untuk didahulukan ketika sedang diantrikan paling belakang dalam tempat
penyimpanan (memory) di router. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut
dibuatlah mekanisme explicit NULL. Sesuai dengan namanya, nilai label
yang terdapat pada mekanisme explicit NULL adalah 0. Akan tetapi kalau
digunakan Ipv6, nilai label dari explicit NULL adalah 2.

Gambar 3.9 Mekanisme explicit NULL

8
Mekanisme explicit NULL mempunyai prinsip kerja yang hampir sama
dengan implicit NULL. Router R2 sebagai egress LSR akan mengirimkan paket
yang berisi informasi alamat network 192.168.10.0/24 lengkap dengan nilai label
yang digunakan yang explicit NULL (nilai label = 0).
Tujuan dari pengiriman paket tersebut masih sama yaitu “menyuruh” router
R1 untuk melakukan operasi pop, akan tetapi operasi pop yang dilakukan oleh
router R1 agak sedikit berbeda yaitu tidak membuang header MPLS melainkan
hanya mengganti nilai label dalam header MPLS dengan nilai label 0.
Ketika ada paket dengan tujuan alamat network 192.168.10.0/24 masuk ke
router R1, maka proses kerja yang akan dilakukan oleh router R1 adalah
mengganti nilai label dalam header MPLS paket tersebut dengan nilai label 0.
Kemudian paket tersebut dikirimkan ke R2. Apabila router R2 menerima paket
tersebut dengan nilai label 0, maka proses lookup yang dilakukan oleh R2 hanya
IP lookup saja, tanpa perlu didahului dengan proses label lookup, walaupun pada
paket tersebut terdapat informasi nilai label. Karena nilai label tersebut adalah 0,
maka proses kerja yang dilakukan oleh router R2 cukup membuang header
MPLS, kemudian melakukan proses IP lookup.

2.1.5 Tipe Pesan pada Label Distribution Protocol (LDP)


1. Notification
2. Hello
3. Intialization
4. Keepalive
5. Address
6. Address Withdraw
7. Label Mapping
8. Label Request
9. Label Abort Request
10. Label Withdraw
11. Label Release

9
2.1.6 MPLS Backbone
Pada dasarnya terdiri 3 jenis router :
A. Router P (Provider)
- Terdapat dalam MPLS Domain, P router terhubung dengan router-router
lain yang dimiliki service provider
- Pada jaringan MPLS yang tidak terlalu besar terkadang tidak terdapat P
router didalamnya untuk menghemat biaya

B. Router PE (Provider Edge)


- Merupakan router yang terhubung langsung dengan router costumer dan
juga sekaligus dengan router service provider
- Menjembatani antara network berbasis IP dengan network berbasis MPLS
- Memberikan pelabelan pada paket IP yang masuk ke dalam MPLS Domain
- Melepas pelabelan pada paket yang akan keluar dari MPLS Domain
- PE router ini sifatnya harus ada pada setiap jaringan MPLS

C. Router CE (Coustumer Edge)


- Merupakan router yang terdapat di sisi costumer
- Pada router CE ini tidak terdapat konfigurasi MPLS apapun
- Konfigurasi routing biasa, bisa statik atau dinamik seperti EIGRP/OSPF

2.2 Tabel Bandwith Maksimum pada setiap Interface


Tabel 3.1 Tabel Bandwith Maksimum pada Interface
Jenis Maksimum Bandwidth
T1/DS1 1.544 Mbps
Ethernet 10 Mbps
T3/DS3 45 Mbps
Fast Ethernet 100 Mbps
Giga Ethernet 1 Gbps
Pada modul ini akan menggunakan GigaEthernet pada interfacenya.

10
6) Daftar Alat dan Bahan
1. 1 unit PC minimal memory 2 GB, processor core i3 , hardisk 4 GB
2. Sistem operasi minimal Windows 7
3. GNS3 minimal versi 2.0.0
4. PuTTY 64 bit atau 32 bit
5. Wireshark minimal versi 3.0.0

7) Keselamatan Kerja
1. Sebelum melakukan langkah percobaan, pastikan kabel power terhubung ke
Power Supply.
2. Matikan PC setelah praktikum selesai.

8) Langkah Kerja

Pada bagian ini adalah membuat topologi MPLS yang akan digunakan pada
MPLS VPN (Praktikum IV) yang dapat ditampilkan pada gambar 3.8 sebagai
berikut :

Gambar 3.8 Topologi MPLS

11
Keterangan :
1. : OSPF dan MPLS
2. : BGP

Tabel 3.2 Daftar interface pada perangkat untuk mengaktifkan MPLS

Hostname MPLS

P1 G0/0

P2 G0/0

G0/0
P3 G1/0
G2/0
G3/0
P4 G0/0

P5 G0/0

G0/0
P6 G1/0
G2/0
G3/0
G0/0
P7 G1/0
G2/0
G3/0
P8 G0/0

PE1 G0/0
G1/0
PE2 G0/0
G1/0

Pada tabel 3.1 untuk MPLS hanya dikonfigurasi pada bagian interface.
Sehingga baik router P1 sampai PE2 dikonfigurasi MPLS.

12
A1 Mengkonfigurasi Multiptrotokol Label Switching (MPLS) pada router
Provider (P) dan Provider Edge (PE)
1. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu interfacenya di-capture.
Cara capturenya sudah dijelaskan pada praktikum I bagian C. Konfigurasi
Routing Dinamik pada langkah C2 nomor 1 sampai 6.
2. Ketik perintah mpls ip untuk mengaktifkan MPLS pada setiap interface
perangkat router (PE1, PE2, P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, dan P8).

Gambar 3.9 Konfigurasi Perintah MPLS

3. Ketik perintah show mpls forwarding-table untuk mengecek apakah


MPLS berjalan dengan baik atau belum. Lakukan pada P1 sampai PE2 (P1,
P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, PE1, dan PE2),

Gambar 3.10 MPLS Forwarding Table

4. Perhatikan outgoing label pada gambar langkah 3. Ada yang terdiri dari
angka dan pop label. Pop label merupakan operasi yang dilakukan oleh
egress LSR.. Lakukan pada P1 sampai PE2 (P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8,
PE1, dan PE2). Catatlah pada tabel yang telah disediakan.

13
Router Outgoing Label Prefix or Tunnel Id

A4 Menguji Koneksi antara router satu dengan router yang lain


Pada tahap ini menguji koneksi antara PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1 sebagai
berikut :
a. Keadaan Normal
Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu interfacenya di-capture.
Cara capturenya sudah dijelaskan pada praktikum I bagian C. Konfigurasi
Routing Dinamik pada langkah C2 nomor 1 sampai 6.
1. Ketik show ip route untuk mengamati table routing,

Gambar 3.11 Tabel routing

2. Ketik PING <IP loopback tujuan> source <IP loopback asal> dari
konsol router asal untuk mengetahui jalur data yang melewati setiap router.
Lakukan dari PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1. Amati pada bagian Wireshark

14
dari setiap interface yang dilewati pada paket berikut dengan tanda request
dan reply pada bagian PING (echo) ICMP, yang dimana artinya paket
tersebut melewati interface tersebut.

Gambar 3.12 PING dari PE1 ke PE2

3. Ketik traceroute <IP loopback tujuan> source <IP loopback asal> dari
konsol router asal untuk mengetahui jalur data yang melewati setiap
router, Amati pada bagian Wireshark dari setiap interface yang dilewati
pada paket berikut dengan tanda request dan reply pada bagian PING
(echo) ICMP, yang dimana artinya paket tersebut melewati interface
tersebut. Lakukan dari PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1,

Gambar 3.13 Traceroute PE1 ke PE2

4. Hentikan proses capture setiap windows pada aplikasi Wireshark dengan


mengklik Stop capturing packets,

Gambar 3.14 Stop Capturing Packets


5. Kemudian simpan file tersebut dengan nama file sesuai dengan
interfacenya. Jumlah file sniffing ditentukan dengan jumlah interfacenya.
Semakin banyak interfacenya, semakin banyak jumlah file captutenya,

15
sebaliknya semakin sedikit interfacenya, semakin sedikit jumlah file
capturenya.

Gambar 3.15 Menyimpan File Wireshark


6. Klik Stop all nodes untuk menghentikan semua interface,

Gambar 3.16 Stop all nodes

b. Keadaan Salah Satu Interface tidak diaktifkan


Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu interfacenya di-capture.
Cara capturenya sudah dijelaskan pada praktikum I bagian C. Konfigurasi
Routing Dinamik pada langkah C2 nomor 1 sampai 6.
1. Untuk melihat salah satu interface yang akan dinonaktifkan, ketik perintah
show ip route pada salah satu router yakni PE1 atau PE2 untuk
mengecek routing table. Kemudian amati salah satu network yang memiliki
metric yang terendah. (Kecuali Loopback). Pada pengujian ini, interface
yang akan tidak diaktifkan adalah interface yang memiliki 2 (dua)
jalur yakni jalur utama dan jalur backup dan memiliki metric yang
terendah pada tabel routing PE1 dan PE2. Kemudian cari router yang
memiliki interface yang dimana memiliki dua jalur yakni backup dan
utama pada tabel routing.

16
Gambar 3.17 Tabel Routing pada PE1 dalam keadaan normal

2. Beri perintah shutdown salah satu interface yang dipilih dengan interface
yang memiliki metric terendah dan jalur backup, contoh pada gambar
dibawah adalah P2 atau R2 yang dimana memiliki IP address yang dimana
jalurnya terdapat jalur utama dan backup yakni 192.168.4.1,

Gambar 3.18 Salah satu Interface pada P2 tidak diaktifkan

3. Amati pada tabel routing dan mpls forwading table baik PE1 maupun PE2
apa yang terjadi pada saat setelah salah satu interface tidak diaktifkan,

Gambar 3.19 Tabel routing sesudah keadaan salah satu interface tidak
diaktifkan

17
Gambar 3.20 MPLS Forwarding-table pada PE1

4. Untuk interface loopback, ketik PING <IP loopback tujuan> source <IP
loopback asal>. Lakukan dari PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1,

Gambar 3.21 PING dari PE1 ke PE2

5. Ketik traceroute <IP loopback tujuan> source <IP loopback asal> dari
konsol router asal untuk mengetahui jalur data yang melewati setiap router,
Amati pada bagian Wireshark dari setiap interface yang dilewati pada paket
berikut dengan tanda request dan reply pada bagian PING (echo) ICMP,
yang dimana artinya paket tersebut melewati interface tersebut. Lakukan
dari PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1,

Gambar 3.22 Traceroute dari PE1 ke PE2

18
6. Hentikan proses capture setiap windows pada aplikasi Wireshark dengan
mengklik Stop capturing packets,

Gambar 3.23 Stop Capturing Packets

7. Kemudian simpan file tersebut dengan nama file sesuai dengan


interfacenya. Jumlah file sniffing ditentukan dengan jumlah interfacenya.
Semakin banyak interfacenya, semakin banyak jumlah file captutenya,
sebaliknya semakin sedikit interfacenya, semakin sedikit jumlah file
capturenya.

Gambar 3.24 Penyimpanan File Wireshark

8. Klik Stop all nodes untuk menghentikan semua interface,

Gambar 3.25 Stop all nodes

19
c. Keadaan Salah Satu Router tidak diaktifkan
Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu interfacenya di-capture.
Cara capturenya sudah dijelaskan pada praktikum I bagian C. Konfigurasi
Routing Dinamik pada langkah C2 nomor 1 sampai 6.
1. Untuk melihat salah satu router baik PE1 atau PE2 yang akan dinonaktifkan,
ketik perintah show ip route untuk mengecek routing table. Kemudian
amati salah satu Loopback0 yang memiliki cost yang terendah.

Gambar 3.26 Tabel Routing Keadaan Normal pada PE1


2. Beri perintah stop salah satu router yang dipilih dengan ip Loopback yang
memiliki cost terendah,

Gambar 3.27 Salah Satu Router Provider tidak diaktifkan

20
3. Amati pada tabel routing dan mpls forwading table baik PE1 maupun PE2
apa yang terjadi pada saat setelah salah satu router tidak diaktifkan,

Gambar 3.28 Tabel routing sesudah keadaan salah satu router tidak
diaktifkan

Gambar 3.29 MPLS Forwarding-table pada PE1

4. Untuk interface loopback, ketik PING <IP loopback tujuan> source <IP
loopback asal>. Lakukan dari PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1,

Gambar 3.30 PING dari PE1 ke PE2

5. Ketik traceroute <IP loopback tujuan> source <IP loopback asal> dari
konsol router asal untuk mengetahui jalur data yang melewati setiap router,
Amati pada bagian Wireshark dari setiap interface yang dilewati pada paket
berikut dengan tanda request dan reply pada bagian PING (echo) ICMP,

21
yang dimana artinya paket tersebut melewati interface tersebut. Lakukan
dari PE1 ke PE2 dan PE2 ke PE1,

Gambar 3.31 Traceroute dari PE1 ke PE2

6. Hentikan proses capture setiap windows pada aplikasi Wireshark dengan


mengklik Stop capturing packets,

Gambar 3.32 Stop capturing packets

7. Kemudian simpan file tersebut dengan nama file sesuai dengan


interfacenya. Jumlah file sniffing ditentukan dengan jumlah interfacenya.
Semakin banyak interfacenya, semakin banyak jumlah file captutenya,
sebaliknya semakin sedikit interfacenya, semakin sedikit jumlah file
capturenya.

22
Gambar 3.33 Penyimpanan File Wireshark

8. Klik Stop all nodes untuk menghentikan semua interface,

Gambar 3.34 Stop all nodes

B Mengamati protokol menggunakan aplikasi Wireshark pada topologi


MPLS
Tahap ini bagaimana mengamati protokol yang terdapat pada saat pengujian
koneksi. Berikut ini adalah tahapannya :
1. Buka file Wireshark yang telah di save, amati kemudian analisis.

Gambar 3.35 Tampilan File Wireshark

2. Amati dan ketik pada filter paket yakni ICMP dan LDP yang terdapat
pada file tersebut,

Gambar 3.36 Memfilter paket ICMP dan LDP

23
3. Pada langkah ini, klik Statistics kemudian pilih Flow graph untuk
mengamati grafik yang ditunjukkan pada protokol tersebut.

Gambar 3.37 Memilih Flowgraph

4. Setelah klik Flow Graph, maka muncul seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.38 Tampilan Flowgraph

5. Klik centang pada bagian Limit to display filter pada bagian ujung kiri
bawah untuk menyaring paket,

Gambar 3.39 Limit to display filter

24
6. Setelah memfilter paket, muncul seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.40 Hasil Tampilan Memfilter Paket pada Flowgraph

7. Lakukan semua protokol baik LDP maupun ICMP,


8. Untuk topologi yang sama, gambar 3.8 dari dua skenario keadaan pengujian
koneksi yakni salah satu interface (192.168.4.1 atau 192.168.4.2) tidak
diaktifkan dan salah satu router tidak diaktifkan (P2,P3,P6,dan P7), lakukan
bagian C6 langkah nomor 1 sampai 7.
9. Amati dan analisis proses dari paket ICMP, serta proses pembentukan tabel
forwarding MPLS dan paket LDP pada flowgraph pada gambar langkah B
nomor 8.

9) Tugas dan Pertanyaan


1. Ketik traceroute <IP tujuan> pada konsol salah satu router asal dan amati
hasil dari perintah tersebut. Pilih salah satu IP tujuannya dari beberapa IP
yang tersedia pada tabel 1. Apa perbedaan tidak memakai label dan
memakai label? Kemudian analisis hasil dari pengamatan tersebut.
2. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi MPLS?

25
DAFTAR PUSTAKA

ID Networkers (2014) Cisco Certified CCNP Routing & Switching.

Latif, K. (2012) ‘Label Distribution Protocol’, p. 16. Available at:


https://www.slideshare.net/kashiflatifface/label-distribution-protocol.

Nugroho, K. (2018) Router Cisco Implementasi MPLS VPN. 1st edn. Yogyakarta:
Teknosain.

26

Anda mungkin juga menyukai