Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 SISTEM

A. Pengertian Sistem

Pengertian sistem menurut Azhar Susanto (2003;1) dikemukakan sebagai

berikut : “Sistem adalah suatu kumpulan dari komponen-komponen yang bekerja

sama untuk mencapai tujuan.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu unsur-

unsur atau komponen-komponen yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

tertentu. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: orang, mesin, bangunan,

bagian yang terkait, yang saling berhubungan satu sama lain dalam berbagai cara.

Menurut Jogiyanto (2008:34)

“Sistem (system) dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan

dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat

didefinisikan sebagai kumpulan dan prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan

tertentu. Dengan pendekatan komponen, sistem didefinisikan sebagai kumpulan

dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk

satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Menurut Jogiyanto (2008:54) mengemukakan bahwa


“Karakteristik yang terkandung dalam sistem meliputi komponen-

komponen berikut ini, batasan sistem (boundary), lingkungan luar sistem,

penghubung (interface), input, output proses dan sasaran atau tujuan”.

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,

yang saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem

dapat berupa suatu subsistem maka, sistem produksi adalah subsistemnya.

Suatu sistem memiliki batasan sistem yang merupakan daerah yang

membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan

lingkungan yang lainnya. Batas sistem menunjukan ruang lingkup dari suatu

sistem. Lingkungan luar sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang dapat

mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat

menguntungkan tapi dapat bersifat merugikan sistem. Bila bersifat

menguntungkan maka lingkungan tersebut harus tetap dijaga dan di pelihara.

Namun bila bersifat merugikan maka harus ditahan dan dikendalikan, karena

dapat mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.

Pengolahan sistem merupakan bagian dari sistem yang akan merubah

input menjadi output. Misalnya sistem produksi akan mengolah bahan baku

menjadi barang jadi. Suatu sistem pasti memiliki tujuan atau sasaran, karena

sasaran dari sistem akan sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan

output yang akan dihasilkan sistem.

Dari definisi-definisi diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa sistem

merupakan hal yang mendasar dalam suatu organisasi untuk membentuk suatu

kesatuan dalam mencapai tujuan tertentu.


2.1.2 PENGENDALIAN INTERN

A. Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian intern (Internal control) dapat mempunyai arti sempit atau

luas. Dalam artian yang sempit, pengawasan intern merupakan pengecekan

penjumlahan, baik penjumlahan mendatar (crossffooting) maupun penjumlahan

menurun (footing). Dalam artian yang luas, pengawasan intern tidak hanya

meliputi pengecekan tetapi meliputi semua alat-alat yang digunakan manajemen

untuk mengadakan pengendalian dan pengawasan.

Menurut Romney (2014:226), Pengendalian internal merupakan proses

yang dijalankan untuk menyediakan jaminan memadai bahwa tujuan-tujuan

pengendalian telah tercapai.

Menurut Mulyadi (2016:129), Sistem pengendalian internal meliputi

stuktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk

menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Pengendalian adalah suatu proses pengaturan aktivitas organisasi agar

elemen-elemen kinerja yang menjadi target tetap pada batas-batas yang dapat

diterima. Pada satu titik tertentu, pengendalian menyediakan indikasi apakah

kinerja aktual perusahaan dari segi keuangan, produktivitas, atau elemen-elemen

lain telah menyimpang dari rencana awal atau tidak. Pengendalian menyediakan

mekanisme bagi perusahaan untuk menyesuaikan diri jika kinerja telah melewati

batas-batas yang dapat diterima (Griffin, 2004: 162).


Adapun pengertian pengendalian internal menurut COSO (Committe of

Sponsoring Organization) pada buku Auditing yang disusun oleh Jusup

(2001:252) mendefinisikan sebagai berikut :

“Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan

komisaris, manajemen dan personil satuan usaha lainnya yang dirancang untuk

mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut:

a) Keandalan barang yang tidak terjadi kerusakan (reject)

b) Kesuksesan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku

c) Efektifitas dan efisiensi operasi.

”Sedangkan menurut Mulyadi (2008) mengatakan bahwa “Sistem

pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kendala

data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen”.

Jadi peneliti menyimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan proses

yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dirancang untuk membantu

organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern

merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengatur sumber

daya suatu organisasi.

Kemudian Mulyadi (2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

konsep dasar dari pengendalian internal, diantaranya adalah :

1) Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai suatu

tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian internal merupakan


suatu rangkaian tindakan dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan

hanya sebagai tambahan dari insfrastruktur entitas.

2) Pengendalian internal dijalankan oleh orang bukan hanya terdiri dari

pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap

jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan

personel lain.

3) Pengendalian internal dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan

memadai, bukan hanya keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan

komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem

pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan pengorbanaan dalam

pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian internal tidak

dapat memberikan keyakinan mutlak.

4) Pengendalian internal ditunjukan untuk mencapai tujuan yang saling

berkaitan diantaranya pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

B. Komponen Pengendalian Intern

Internal Control-Integrated Framework yang dikeluarkan COSO, yaitu

kerangka kerja pengendalian internal yang paling luas diterima di Amerika

Serikat, merincikan lima komponen pengendalian internal yang dirancang dan

diimplementasikan oleh manajemen guna meyakinkan bahwa tujuan

pengendaliannya akan tercapai. Komponen pengendalian internal COSO dalam

Arens (2014:345) meliputi anatara lain :

1. Lingkungan pengendalian (Control environment). Terdiri atas tindakan,

kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak,


para direktur dan pemilik entitas secara keselurahan tentang pengendalian

internal secara arti penting bagi entitas itu. Lingkungan pengendalian

didalam suatu entitas terdiri dari beberapa faktor, yaitu :

a. Integritas dan nilai etika organisasi

b. Parameter-parameter pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

direksi dalam mengelola organisasinya.

c. Strukutur organisasi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

d. Proses untuk menarik, memajukan, dan mempertahankan individu

yang kompeten.

e. Ketegasan berkenaan patokan kinerja, insentif, dan penghargaan

guna meningkatkan akuntabilitas kerja.

Dalam COSO (2013:7) dinyatakan guna menunjang linkungan pengendalian,

terdapat lima prinsip yang patut dikukuhkan yaitu :

a. Organisasi yang terdiri atas komisaris, direksi, manajemen, dan

personel lainnya mengungkapkan komitmen terhadap integritas dan

nilai-nilai etika.

b. Dewan komisaris dan direksi menunjukan independensi dari

manajemen dan dalam mengawasi pengembangan dan kinerja

pengendalian internal.

c. Manajemen dengan pengawasan direksi menetapkan struktur, jalur-

jalur pelaporan, wewenang-wewenang, dang tanggung jawab didalam

menanggapi tujuan.

d. Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik, memajukan dan

mempertahankan individu yang kompeten searah dengan tujuan.


e. Organisasi meyakinkan individu bertanggung jawab terhadap tugas

serta tanggung jawab pengendalian internal mereka dalam menggapai

tujuan.

2. Penilaian risiko (Risk assessment). Atas pelaporan keuangan ialah

tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan

menganalisis risiko-risiko yang relevan dalam penyusunan laporan

keuangan yang sesuai dengan Generally Accepted Accounting Principles

(GAAP). Proses penilaian risiko harus berupa proses memandang ke

depan (forward-looking process). Proses penilaian risiko harus dilakukan

pada semua level dan semua tingkat aktivitas organisasi. COSO

menjelaskan penilaian risiko sebagai proses yang terdiri dari tiga langkah,

yaitu :

a. Mengestimasi tingkat signifikansi risiko.

b. Menilai kemungkinan atau frekuensi dari risiko tersebut akan

terjadi.

c. Mempertimbangkan bagaimana risiko patut dikendalikan dan

menilai tindakan-tindakan yang patut dilakukan.

3. Aktivitas pengendalian (Control activities) yaitu kebijakan dan prosedur,

selain empat komponen lainnya, yang membantu meyakinkan tindakan

yang diperlukan sudah diambil guna menangani risiko demi menggapai

tujuan entitas. Aktivitas pengendalian umumnya dibagi menjadi lima jenis

berikut ini :

a. Pemisahan tugas yang memadai, ada empat oedoman umum

menyangkut pemisahan tugas yang memadai guna menghalau baik


kecurangan maupun kekeliruan yang terpenting bagi auditor-

Pemisahan penyimpanan aset dari akuntansi, untuk melindungi

perusahaan dari penyelewengan, seorang yang ditugaskan

menyimpan aktiva secara permanen maupun temporer tidak boleh

mencatat aset itu. Jika satu orang dibiarkan melakukan dua fungsi

tersebut risiko jika orang itu mengeluarkan aset demi keuntungan

pribadi serta menyesuaikan catatan guna menutupi pencurian itu

akan meningkat.

Ada lima komponen struktur pengendalian intern menurut teori COSO

(Committee of Sponsoring Organization) saling berkaitan yang terdapat pada

buku Auditing yang disusun oleh Al. Haryono Jusup (2008:252) yaitu :

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian mempengaruhi suasana

organisasi, mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada

orang-orangnya. Dan merupakan landasan bagi komponen-

komponen pengendalian lainnya, dengan menciptakan disiplin dan

struktur. Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003:379-383) ada

sejumlah faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam

suatu entitas yang diantaranya sebagai berikut :

1) Pentingnya integritas dan nilai etika (integrity and

ethical values) diantara semua personil dalam

organisasi, manajemen puncak seharusnya

mengkomunikasikan kepada semua karyawan, baik

secara verbal maupun pernyataan kebijakan tertulis dan


kode etik perilaku, bahwa hal yang sama diharapkan

dari mereka. Memberikan bimbingan moral kepada

karyawan yang memiliki latar belakang kurang baik

yang telah mengakibatkan mereka tidak memperdulikan

mana yang tidak baik dan mana yang buruk. Serta

mengurangi tindakan yang tidak jujur dan melawan

hokum.

2) Komite terhadap kompetensi (Commitment to

competence).

Untuk mencapai tujuan entitas, personel pada setiap

tingkatan dalam organisasi harus mencakup

pertimbangan manajemen mengenai pengetahuan dan

keahlian yang diperlukan, dan bauran dari intelegasi,

pelatihan dan pengalaman yang diperlukan untuk

memgembangkan kompetensi tersebut.

3) Dewan Komisaris dan Komite audit

Komposisi dari dewan komisaris dan komite audit

(Board of directors and audit committee) dan cara

mereka melaksanakan tanggung jawab atas

kekuasaan dan kekeliruan memiliki dampak yang

besar terhadap lingkungan pengendalian.

4) Filosofi dan gaya operasi manajemen

Banyak karakteristik yang dapat membentuk bagian

dari filosofi dan gaya operasi manajemen


(Manajement’s philosophy and operating style) dan

memiliki dampak terhadap lingkungan

pengendalian.

5) Struktur Organisasi

Struktur organisasi (Organization structure)

berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas

untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan

kerangka kerja menyeluruh atas perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan

aktivitas suatu entitas. Struktur organisasi entitas

biasanya digambarkan dalam suatu bagan organisasi

yang harus secara akurat merefleksikan garis

wewenang dan hubungan pelaporan.

6) Penetapan wewenang dan tanggung jawab

Penetapan wewenang dan tanggung jawab

(assignment of authority and responsibility)

merupakan perpanjangan dari pengembangan suatu

struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab

mencakup penjelasan-penjelasan mengenai

bagaimana dan kepada siapa wewenang dan

tanggung jawab untuk semua entitas dibebankan,

dan harus memungkinkan setiap individu untuk

mengetahui bagaimana tindakannya saling

berhubungan dengan individu lainnya dalam


memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan

entitas.

7) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Suatu kosep fundamental adalah bahwa

pengendalian intern dilaksanakan atau

diimplementasikan oleh orang. Oleh karena itu, agar

pengendalian intern efektif, adalah penting bahwa

kebijakan dan prosedur sumber daya manusia

(human resourcs policies and procedures) yang

ditetapkan akan menjamin bahwa personil entitas

memiliki tingkatnintegritas, nilai, etika, dan

kompetensi yang diharapkan.

b. Penaksiran Risiko

Perusahaan harus mewaspadai dan mengelola risiko yang

dihadapinya. Perusahaan harus menetapkan tujuan yang terintegrasi

dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas-

aktivitas lainnya sehingga organisasi beroprasi secara harmonis.

Perusahaan juga harus menempatkan mekanisme untuk

mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko terkait.

c. Informasi dan Komunikasi

Disekitar aktivitas-aktivitas ini terdapat sistem informasi

komunikasi. Hal ini memungkinkan karyawan perusahaan

mendapatkan dan menukar informasi yang diperlukan untuk

melaksakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.


Dalam buku Auditing yang disusun oleh Al. Haryono Jusup

(2010:262) dijelaskan tentang informasi dan komunikasi sebagai

berikut “ Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan

pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari

metoda dan catatan-catatan yang digunakan untuk mengidentifikasi,

menggabungkan, menganalisis, menggolongkan, mencatat dan

melaporkan transaksi perusahaan (termasuk pula kejadian-kejadian

dan kondisi) dan menyelenggarakan pertanggungjawaban atas

aktivitas dan kewajiban yang bersangkutan. Komunikasi menyangkut

pemberian pemahaman yang jelas tentang pran dan tanggung jawab

masing-masing individu berkenaan dengan struktur pengendalian

intern atas pelaporan keuangan.

d. Aktivitas Pengendalian

Al. Haryono Jusup (2010:263) juga mengemukakan dalam buku

Auditingnya bahwa, “Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan

prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen

telah dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan.” Aktivitas

pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan pada berbagai

jenjang organisasi dan fungsi.

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan

keuangan dikategorikan denag berbagai cara, yaitu:

1) Pemisahan Tugas

Pemisahan tugas (segregation of duties) melibatkan

pemastian bahwa individu tidak melaksanakan tugasnya


yang tidak seimbang. Tugas dianggap tidak seimbang dari

sudut pandang pengendalian ketika memungkinkan

individu untuk melakukan suatu kekeliruan ataupun

kecurangan dan kemudian berada pada posisi untuk

menutupinya dalam pelaksanaan tugas normalnya.

2) Pengendalian pemprosesan informasi

Pengendalian pemprosesan informasi (informasi

processing controls) mengacu pada resiko yang

berhubungan dengan otoritas, kelngkapan dan akurasi

transaksi. Terdiri dari 3 kategori, yaitu :

a) Pengendalian umum. Tujuan pengendalian umum

(generals controls) adalah untuk mengendalikan

pengembangan program, perubahan program,

operasi computer, dan menggambarkan akses

terhadap data dan program.

b) Pengendalian aplikasi. Pengendalian aplikasi

(application controls) dirancang untuk menyediakan

keyakinan yang memadai bahwa pencatatan ,

pemprosesan dan laporan data oleh teknologi

informasi secara tepat dilaksanakan untuk aplikasi

tertentu.

c) Pengendalian fisik. Pengendalian fisik (physical

controls) menaruh perhatian terhadap pembatasan

dua jenis aktiva dan pencatatan yang penting seperti


akses fisik langsung, akses tidak langsung melalui

persiapan atau pemprosesan dokumen seperti

pesanan penjualan dan pengeluaran nota yang

mengotorisasi penggunaan dan posisi aktiva.

3) Review Pekerja

Review digunakan untuk menilai kinerja dan juga

dapat digunakan untuk menganalisis dalam perencanaan

audit, serta melakukan review terhadap laporan yang

mengikhtisarkan secara terinci dari saldo akun serta

melakukan review terhadap kinerja aktual yang

dibandingkan dengan anggran, peramalan atau jumlah

periode sebelumnya.

e. Pemantauan

Pada buku Auditing yang disusun oleh Al. Haryono Jusup

(2008:270) menyatakan bahwa, “Pemantauan atau pemonitoring

adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian

intern sepanjang masa”. Hal itu menyangkut penilaian tentang

rencana dan pelaksanaan ooperasi pengendalian oleh orang

C.Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan pengendalian intern menurut Mustofa (1987:78) adalah :

a. Mengamankan harta perusahaan, berarti melindungi kekayaan perusahaan

terhadap pencarian dan pembuatan yang sejenis yang berhubungan dengan


kekayaan perusahaan. Dengan pengendalian intern yang baik, maka harta

atau kekayaan-kekayaan perusahaan akan lebih aman karena semua harta

perusahaan dicatat dengan teliti dipegang oleh orang yang berwenang yang

telah ditetapkan lebih dahulu sehingga pertanggung jawaban akan jelas.

b. Memperoleh data yang dipercaya, karena dapat dipakai oleh pihak ekstern,

oleh berbagai pihak yang kepentingannya berbeda-beda, dan dipercaya

karena dapat dipakai untuk keperluan intern perusahaan. Data bisa dipakai

untuk menentukan tindakan lanjut tentang produksi, penjualan,

pengukuran efisiensi dan lain-lain. Apabila data tidak bisa dipercaya, suatu

analisa tidak perlu dilakukan sebab hanya menghasilkan kesimpulan yang

salah.

c. Melancarkan operasi dan efisiensi, agar operasi tetap lancar pada kapasitas

yang maksimal, penjualan selalu di imbangi dengan kemajuan-kemajuan

dibidang organisasi dan prosedur-prosedur selalu dilakukan. Setiap

periodik selalu dievaluasi kelemahan-kelemahannya dan memberikan

perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Organisasi selain berfungsi

melancarkan operasional juga berfungsi pengendalian efisiensi. Dengan di

terapkannya divisi-divisi atau bagian-bagian yang ada didalam suatu

organisasi sebagai pusat pertanggung jawaban maka para kepala devisi

atau kepala bagian memperoleh tugas pengawasan efisiensi.

d. Mendorong ditaatinya kebijakan-kebijakan manajemen adalah karyawan

sebagai motor penggerak organissai perusahaan dalam mencapai tujuan.

Meskipun rencana dan kebijakan telah ditentukan oleh manajer tingkat

atas , bila tidak ada ketaatan karyawan untuk melaksanakan rencana, maka
rencana tersebut akan sia-sia. Pemberian tugas dan pendelegasian

wewenang intern akan mendorong karyawan untuk mentaati kebijaksanaan

tersebut.

Sesuai dengan tujuan tersebut maka pengendalian intern dapat dibagi

menjadi:

a. Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting Controls)

Dibuat untuk mencegah terjadinya ketidak efisiensian yang tujuannya

adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi.

Umumnya kebijakan-kebijakan manajemen, pelaksanaan aktivitas meliputi

persetujuan, pemisahan antara fungsi operasional penyimpangan dan pencatatan,

serta pengawasan fisik atas kekayaan.

b. Pengendalian Intern Administratif (Internal Administratif Controls)

Dibuat untuk mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang

tujuannya adalah untuk memperoleh informasi mengenai hasil operasi, apakah

pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari rencana , ada ketidak efesiensian atau

tidak.

2.1.3 KUALITAS PRODUK

A. Pengertian Produk

Produk merupakan aspek penting dalam variabel marketing mix. Produk

juga sebagai salah satu variable yang menentukan dalam kegiatan suatu usaha,

karena tanpa produk suatu perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Banyaknya pesaing dalam dunia bisnis

memerlukan suatu produk yang berbeda satu sama lainnya dan ataupun sama.

Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun kelebihan

dibandingkan produk yang dihasilkan perusahaan lain.

Menurut Kotler dan Armstrong, (2008:266) mendefinisikan produk

sebagai “segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik

pehatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu

keinginan atau kebutuhan”.

Menurut Tjiptono (1999:95), Produk adalah segala sesuatu yang di

tawarkan produsen untuk diperhatikan, diminati, dicari, dibeli, digunakan, atau

dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang

bersangkutan.

J. Stanton (1997) menyebutkan pengertian produksi sebagai berikut,

produk secara sempit dapat diartikan sebagai sekumpulan atribut fisik yang secara

nyata terkait dalam sebuah bentuk dapat diidentifikasikan.

Sedangkan secara luas, Produk merupakan sekumpulan atribut yang nyata

dan tidak nyata yang didalamnya mencakup warna, kemasan, harga, presise,

pengecer, dan pelayanan dari pabrik dan pengecer yang mungkin diterima oleh

pembeli sebagai sebuah hal yang dapat memberikan kepuasan atas keinginannya.

Menurut Kotler & Armstrong, (2001: 346) Produk (product) adalah segala

sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan.

Secara konseptual produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu
yang biasa ditawarkan debagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui

pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen sesuai dengan kompetensi dan

kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula

diidentifikasikan sebagai presepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen

melalui hasil produksinya. Produk dapat dipandang penting oleh konsumen dan

dijadikan pengambilan keputusan pembelian.

a. Atribut Produk

Menurut kotler & Armstrong 2001:354) beberapa atribut yang menyertai

dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah :

1. Merek (Branding)

Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau

kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau

jasa dari atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian

merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat menambah keberhasilan yang

besar pada produk (Kotler & Amstrong, (2001:360)).

2. Pengemasan (Packing)

Pengemasan (Packing) adalah kegiatan merancang dan membuat waadah

atau pembungkus suatu produk.

3. Kualitas Produk (Product Quality)

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk

melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan


operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas

produk perusahaan dapat menerapkan program “Total Quality Management

(TQM)”. Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah

untuk meningkatkan nilai pelanggan.

b. Tingkatan Produk

Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut :

1. Produk Inti (Core Product)

Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari.

2. Produk Aktual (Actual Product)

Seorang perencanaan produk harus menciptakan produk aktual (Actual

Product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranta,

tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk

menyampaikan manfaat inti (Kotler & Armstrong, (2001:348)).

3. Produk Tambahan

Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan

tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan

baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen

mempunyai masalah atau pertanyaan. (Kotler & Armstrong, (2001:349)).

B. Pengertian Kualitas Produk

Pengertian dan konsep kualitas memiliki arti yang sangat luas, sehingga

terdapat berbagai definisi atas kualitas,. Menurut para ahli salah satunya, Ahyari
(2003:239) “Kualitas didefinisikan sebagi jumlah dari atribut atau sifat-sifat

sebagaimana dideskripsikan di dalam produk (dari jasa) yang bersangkutan “.

Kualitas produk merupakan fokus utama dalam perusahaan. Kualitas

merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk

yang utama memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak

sama dengan kualitas dari pesaing.

Kualitas mencakupi produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Pada

sisi yang lain kualitas juga merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnyan

apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang

berkualitas pada masa yang akan datang ).

Pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang,

karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya.

Banyak pakar dibidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas

berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.

a. Manfaat Kualitas Produk

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.

Kualitas memberikan suata dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan

hubungan yang kuat dengan perusahaan.

Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk

memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan

demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan

memaksimalkan atau meniadakan pengalaman pelanggan dapat menciptakan


kesetiaan atau kepuasan pelanggan pada perusahaan yang memberikan kualitas

memuaskan.

Menurut Kotler dalam Sangadji dan Sopiah, (2013:116) secara ringkas

manfaat dari kualitas yang superior antara lain berupa :

a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar

b. Pangsa pasar yang lebih besar

c. Harga saham yang lebih tinggi

d. Harga jual yang lebih tinggi

e. Produktivitas yang lebih besar

Semua manfaat tersebut pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan

daya saing berkelanjutan dalam organisasi yang mengupayakan pemenuhan

kualitas yang bersifat costomer-driven. Dalam jangka panjang perusahaan akan

tetap survive dan menghasilkan laba.

2.1.4 SISTEM PRODUKSI

A. Pengertian Produksi

Produksi adalah kegitan untuk menciptakan dan menambah kegunaan

suatu barang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam,

manusia memerlukan barang dan jasa. Suatu kegiatan yang menghasilkan barang

dan jasa disebut produksi.

Produksi adalah “Kegiatan yang mentransformasikan masukan (input)

menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang


menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau

menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut yang berupa barang-barang

atau jasa (Assauri, 2004:17)

Menurut Drs. Eko Harsono (1994:4)

Produksi adalah setiap usaha manusia / kegiatan yang membawa benda ke dalam

suatu keadaan sehingga dapat dipergunakan untuk kebutuhan manusia dengan

lebih baik.

Menurut Assauri (1999:11)

Produksi merupakan suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan

masukan (input) menjadi hasil keluaran

(output).

Menurut Magfuri (1987:72)

Produksi adalah mengubah barang agar mempunyai kegunaan untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau

menambah guna atas suatu benda yang ditunjukan untuk memuaskan orang lain

melalui pertukaran.

Menurut Partadireja (1985:21), “Produksi adalah segala kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda atau segala

kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukatan”.

Menurut Heizer dan Render (2005:4)

Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa.


Barang dan jasa yang di produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Kegiatan produksi membutuhkan faktorfaktor produksi seperti sumber

alam, tenaga kerja, modal dan teknologi. Pada hakekatnya produksi merupakan

pencipta atau penambahan faedah atau bentuk, waktu dan tempat atas faktorfaktor

produksi sehingga lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Pengertian

propduksi secara luas adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan menimbulkan

kegunaan dari suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.

B. Siklus Produksi

Dalam suatu bisnis, siklus produksi memiliki peranan penting dalam

pencapaian tujuan perusahaan. Siklus produksi menghasilkan produk yang dapat

dijual untuk menghasilkan laba, yang berarti mendorong terciptanya profitabilitas

bagi perusahaan. Lebih dari itu, siklus produksi yang di jalankan dengan baik

mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan pelanggan, penyerahan

tepat waktu, serta pencapaian efektivitas dan efisiensi operasi. Menurut Krismiaji

(2005:393) menjelaskan siklus produksi adalah “Siklus yang memproses bahan

baku menjadi produk jadi (barang atau jasa) yang siap untuk dijual”.

C. Aktivitas-Aktivitas Siklus Produksi

Siklus produksi dapat dibagi kedalam empat aktivitas dasar (Romey dan

Steinbart, 2005:140), yaitu :

1. Desain Produk

Tujuan aktivitas ini adalah mendesain sebuah produk yang memenuhi

permintaan dalam hal kualitas, kekuatan dan fungsi dan secara simultan

meminimalkan biaya produksi. Dokumen utama yang digunakan adalah :


a. Daftar bahan baku (bill of material) berisi nomor bahan baku, deskripsi,

serta jumlah masing-masing komponen bahan baku yang digunakan dalam

satu unit produk jadi.

b. Daftar operasi (operation list) berisi kebutuhan tenaga kerja dan mesin

yang diperlukan untuk memproduksi produk.

2. Perencanaan dan Penjadwalan

Tujuan langkah ini adalah mengembangkan rencana produksi cukup

efisien untuk memenuhi pesanan yang ada dan mengantisipasi permintaan jangka

pendek tanpa menimbulkan kelebihan persediaan barang jadi. Menurut Romey

dan Steinbart (2005:142) terdapat dua metode perencanaan sumber daya produksi

yang umum dijelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan sumber daya produksi (manufacturing resource

plaming/MRP-II), yakni memproduksi barang sebagai ekspetasi dari

pelanggan dengan mencari keseimbangan antara kapasitas produksi yang

ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan penjualan.

b. Sistem produksi just-in-time (JIT), bertujuan untuk meminimumkan atau

meniadakan persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi

karena barang hanya diproduksi untuk merespon permintaan konsumen.

Sistem ini beroprasi atas dasar rencana produksi jangka pendek.

3. Operasi Produksi

Umumnya setiap perusahaan membutuhkan data yang berasal dari operasi

produksinya : bahan baku yang digunakan, jam tenaga kerja yang digunakan,

opersai mesin yang dilakukan, serta biaya overhead produksi lainnya yang terjadi.
Dokumen yang terkait dengan aktivitas operasi produksi diantaranya bukti

pengembalian barang gudang, jam kartu kerja, dan laporan produk selesai. Bukti

pengambilanbarang gudang merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi

produksi untuk mengembalikan bahan baku ke gudang. Pengembalian tersebut

umumnya disebabkan karena adanya sisa bahan yang tidak terpakai dalam proses

produksi. Kartu jam kerja digunakan untuk mencatat jam tenag kerja langsung

yang dikonsumsi untuk memproduksi yang tercantum dalam surat order produksi.

Sementara itu laporan produk selesai dibuat oleh fungsi produksi untuk

memberitahukan selesainya produksi pesanan kepada fungsi yang terkait

(Mulyadi, 2010:416-418).

4. Akuntansi Biaya

Sistem informasi akuntansi harus mengumpulkan biaya berdasarkan

berbagai kategori dan kemudian membebankan baiaya-biaya tersebut ke produk

tertentu dan unit organisasional tertentu. Dokumen yang digunakan dalam

aktivitas ini adalah seluruh dokumen yang digunakan pada aktivitas sebelumnya

ditambah bukti memorial (journal voucher).

D. Pengertian Sistem Produksi

“Sistem atau siklus produksi berkaitan dengan proses mengubah bahan

baku menjadi barang jadi. Sistem ini meliputi perencanaan dan pengendalian

tentang jenis dan jumlah barang yang di produksi, tingkat persediaan yang harus

diselenggarakan, dan transaksi-transaksi serta kejadian-kejadian yang

bersangkutan dengan proses produksi” (AL. Haryono Jusup 2002:151).


Transaksi dalam sistem ini dimulai pada saat bahan baku diminta untuk

keperluan produksi, dan diakhiri dengan pengiriman barang yang diproduksi

menjdai barang jadi.

E. Fungsi-fungsi serta Pengendalian yang Terkait dengan Sistem

Produksi

1. Fungsi Penjualan

Jika dalam suatu perusahaan produksinya berdasarkan pesanan dari

pembeli, bagian order penjualan berfungsi menerima order dari costumer dan

menentukan order tersebut ke departemen produksi.

2. Fungsi Otoritas Produksi

Fungsi ini bertanggung jawab untuj membuat perintah produksi bagi

bagian-bagian yang ada dibawahnya yang akan terkait dalam pelaksanaan proses

produksi guna memenuhi perintah produksi dan fungsi penjualan. Fungsi otoritas

produksi berada ditangan departemen produksi dan biasanya dibantu oleh fungsi

perancanaan dan pengawasan produksi dalam membuat order produksi. Surat

order produksi ini dilampiri surat kebutuhan dan daftar keinginan produksi.

3. Fungsi Produksi

Fungsi ini bertanggung jawab untuk melaksanakan produksi sesuai dengan

surat order produksi yang diterima dari departemen produksi dan daftar kebutuhan

bahan serta daftar kegiatan produksi yang melampiri surat order produksi.
4. Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Produksi

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membantu Departemen Produksi

dalam merencanakan dan mengawasi kegiatan produksi. Otoritas pelaksanaan

produksi diberikan didepartemen perencanaan dan pengendalian produksi

berdasarkan order yang diterima dari pembeli ataupun analis taksiran penjualan

dan permintaan barang. Dokumentasi otoritas dilakukan dengan menerbitkan

order produksi bernomor urut cetak. Selain itu dibuat juga laporan permintaan

bahan yang menunjukan bahan baku dan bahan lain yang dibutuhkan bahan yang

harus dibeli dahulu, maka salah satu copy laporan dikirimkan ke bagian

pembelian.

5. Fungsi Gudang

Fungsi gudang bertanggung jawab untuk melayani permintaan bahan

baku dan bahan atau barang yang lain yang disimpan digudang.

2.2 HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Judul dan Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

Penelitian dan Metode Penelitian

Penelitian

1. Evaluasi penerapan Tujuan Menunjukan bahwa Pembeda dalam


sistem Penelitian : pengendalian penelitian
pengendalian Intern 1. Untuk standar pemakaian terdahulu dan
atas proses mengetahui bahan baku kurang penelitian yang
produksi pada CV. penerapan sisitem efisien, sedang diteliti
Sobo asri pengendalian atas pengendalian yaitu dari segi
Banyuwangi produksi peralatan dan bahan baku yang
diperusahaan fasilitas produksi kebih mudah
Peneliti : Agil S. developer properti dan fungsi didapati, fasilitas
Aria Dwipa , 2015 Metode transformasi tidak lebih memadai
penelitian : efisien. dikarenakan
1. Metode kemajuan
penelitian teknologi pada
kualitatif saat ini dan
2. Sumber data pemasaran yang
yang digunakan lebih mudah.
yaitu data
sekunder
2. Analisis penerapan Tujuan penelitian : Menunjukan bahwa Pembeda dalam
sistem 1. Untuk pengendalian intern penelitian
pengendalian memperoleh data pada siklus terdahulu dengan
internal pada siklus tentang bagaimana produksi yang penelitian yang
produksi untuk cara meningkatkan diterapkan oleh sedang diteliti
efektivitas dan efektivitas dan CV. Berdikari jaya yaitu lebih sedikit
efisiensi operasi di efisiensi pada Sidoarjo belum kekurangan baik
CV. Berdikasri jaya siklus produksi efektif dan efisien , dalam hal
Sidoarjo melalui sistem karena dalam pembagian
pengendalian melakukan uji wewenang dan
Peneliti : Elvi internal di CV. efektivitas dan tanggung jawab
Susanti, Mahsina, Berdikari jaya efisiensi masih yang diberikan.
Cholifah. 2017 Sidoarjo. ditemukan banyak
Metode kesalahan dengan
penelitian : begitu dapat
1. Metode diambil kesimpulan
penelitian bahwa pelaksanaan
Kualitatif sistem dan prosedur
masih banyak
kekurangan, baik
dalam hal
pembagian
wewenang dan
tanggung jawab
yang diberikan.
3. Evaluasi sistem Tujuan penelitian : Hasil penelitian : Pembeda dalam
informasi bagian 1. Untuk Sistem informasi penelitian
produksi untuk mengetahui bagian produksi di terdahulu dengan
meningkatkan bagaimana sistem perusahaan Air penelitian yang
pengendalian intern bagian produksi minum Al Qodiri sedang diteliti
untuk PT. TIB jember yaitu lebih sedikit
Peneliti : Fitriyah , meningkatkan sudah memadai perbedaan
2016 pengendalian karena perusahaan dikarenakan lebih
intern air ini pengadaan cepat menginput
teknologi data karena
Metode komputernya sudah teknologi
penelitian : lengkap dan semua informasi lebih
1. Metode yang bagian di produksi canggih atau
digunakan metode sudah berkembang.
kualitatif menggunakan jasa
2. Sumber data computer untuk
yang digunakan menginput data.
data primer dan
data sekunder

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Di dalam persaingan dewasa ini, terutama dibidang industri , perusahaan

harus dapat bersaing dengan perusahaan lainnya baik dari dalam maupun luar

negeri. Apalagi untuk perusahaan yang telah mempunyai pangsa pasar

internasional. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang baik yang

sesuai dengan standar kualitas produk pemesan, untuk itu perusahaan harus

mencapai standar yang diinginkan tersebut agar dapat bersaing dengan perusahaan

lainnya, baik dalam maupun luar negeri.


Dalam menghasilkan produk yang baik memerlukan pengolahan yang

efektif dan melakukan proses yang efesien, supaya menghasilkan produk yang

diinginkan yang sesuai dengan standar. Untuk setiap pengolahan produk yang

sangat baik tidak mengecewakan pembeli (buyer). Oleh karena itu perusahaan

harus memiliki dasar yang kuat untuk menghasilkan kualitas yang baik untuk

hasil produksi yang memuaskan.

Tabel 2.3 Kerangka Pemikiran

Sistem Pengendalian Internal

Kualitas Produk dan sistem


Pengendalian internal :
produksi :
 Pengertian pengendalian internal
 Pengertian Produk
 Komponen pengendalian
 Kualitas produk
internal
 Pengertian produksi
 Tujuan pengendalian internal
 Siklus produksi
 Aktivitas-aktivitas
siklus produksi
 Sistem produksi
 Fungsi-fungsi
pengendalian sistem
produksi

Tujuan :
1. Mengetahui sistem pengendalian internal produksi di
PT. Sansan Saudaratex Jaya 2
2. Mengetahui kualitas produksi di PT. Sansan
Saudaratex Jaya2
3. Mengetahui sistem pengendalian internal produksi
dalam meningkatkan kualitas produk

Teori menurut Jogiyanto (2008:54), Mulyadi


(2008:164), COSO (2014:345)

Proposisi

Anda mungkin juga menyukai