Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Organisasi (Good Corporate Governance) yang Diampu oleh:
Eko Edy Susanto, SE., M.Ak
Disusun oleh:
Sabrianti (2018.62.001009)
BAB 5
Pengendalian intern ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,
menajemen dan personil satuan usaha lainnya yang dirancang untuk mendapat keyakinan
memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal berikut: keandalan pelaporan keuangan,
kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi.
Tujuan pengendalian tidak mudah dicapai. Terdapat beberapa kendala dalam menentukan tujuan
pengendalian, yaitu:
Perubahan yang dihasilkan oleh perusahaan dalam mencari status kelas dunia.
Menurut Mulyadi menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.
Menurut Romney and Steinbart “2003” , “internal control is the plan of organizations and the
method of business use to safeguard assets, provide accurate and reliable information, promote
and improve operational efficiency and encourage adherence to prescribe managerial polices”.
mencapai tujuan.
risiko internal dan eksternal. Komponen penilaian risiko dalam struktur pengendalian intern
terdiri dari identifikasi dan analisis dari risiko yang relevan serta seperangkat rencana untuk me-
manage risiko.
Dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO) (2013), terdapat empat prinsip yang
berkaitan dengan penilaian risiko antara lain:
1. Menentukan tujuan
Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk memungkinkan identifikasi
dan penilaian risiko.
Organisasi mengidentifikasi risiko terkait dengan pencapaian tujuan di seluruh entitas dan
menganalisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
dan prosedur yang membantu memastikan arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap
pencapaian tujuan. Aktivitas pengendalian dilakukan disemua tingkat entitas, pada berbagai
tahap dalam proses bisnis, dan pada lingkungan teknologi. Aktivitas pengendalian bersifat
preventif atau detektif dan dapat mencakup berbagai kegiatan manual maupun otomatis, seperti
otorisasi dan persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi, dan ulasan kinerja bisnis. Dalam Committee of
Sponsoring Organization (COSO) (2013), terdapat tiga prinsip yang berkaitan dengan aktivitas
pengendalian antara lain:
internal untuk mendukung pencapaian tujuan manajemen menggunakan informasi yang relevan
untuk mendukung berfungsinya komponen lain dari pengendalian internal. Komunikasi bersifat
terus menerus yang menyediakan berbagai dan memperoleh informasi yang diperlukan.
Komunikasi internal adalah sarana untuk menyebarkan informasi ke seluruh organisasi. Hal
tersebut memungkinkan personil atau karyawan menerima pesan yang jelas dari manajer senior
yang mengontrol tanggung jawab. Komunikasi eksternal adalah dua kali lipat dari komunikasi
internal yang menyediakan informasi kepada pihak eksternal dalam menanggapi kebutuhan dan
harapan pihak eksternal. Dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO) (2013), terdapat
tiga prinsip yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi antara lain:
Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan, informasi yang berkualitas dan
relevan untuk mendukung berfungsinya seluruh komponen pengendalian internal.
Organisasi berkomunikasi dengan pihak luar mengenai hal terkait dengan berbagai hal yang
dapat mempengaruhi berfungsinya seluruh komponen pengendalian internal.
kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima
komponen pengendalian internal ada dan berfungsi.
Evaluasi berkelanjutan dibangun dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda dari entitas,
memberikan informasi yang tepat waktu, sedangkan evaluasi terpisah dilakukan secara periodik,
akan bervariasi dalam lingkup dan frekuensi tergantung pada penilaian risiko, efektivitas
evaluasi yang berkelanjutan dan pertimbangan manajemen lainnya, temuan akan dievaluasi
terhadap kriteria yang ditetapkan oleh regulator. Kriteria yang diakui badan penetapan standar
atau manajemen dan dewan direksi dan kekurangan dikomunikasikan kepada manajemen dan
dewan direksi yang sesuai. Dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO) (2013),
terdapat dua prinsip yang berkaitan dengan pengawasan antara lain:
Adanya kelemahan dalam pengendalian internal harus dilaporkan ke atas dan untuk
masalah tertentu dilaporkan kepada senior manajemen, direksi, komisaris dan komite audit. Unit
audit internal (satuan pengawasan internal) memiliki tugas:
1. Melaporkan tingkat efektivitas di setiap level manajemen dan untuk masalah yang dinilai
mengandung penyimpangan yang signifikan (signifikan deficiencies) serta kelemahan
material (material weakness), harus dilaporkan kepada direksi dan tembusannya kepada
komite audit;
2. Menyusun mekanisme untuk mengungkapkan dan melaporkan kelemahan pengendalian
internal yang teridentifikasi;
3. Menyusun SOP pelaporan, yang menjamin penyampaian laporan kepada pejabat yang
bertanggung jawab atas efektivitas dan kepada atasan langsungnya, serta kepada direksi dan
komite audit untuk hal yang khusus;
4. Menyusun mekanisme dan SOP tindak lanjut untuk meyakini:
a. Penyelesaian saran perbaikan/koreksi;
b. Penelitian atas penyebab utama kelemahan;
c. Perbaikan atas penyebab utama secara komprehensif.
Praktik bisnis yang terbaik (best business practice) di dunia internasional mengharuskan perusahaan
yang go public atau terdaftar di pasar modal untuk menerapkan kerangka sistem pengendalian internal
(internal control system framework) dan mengevaluasi serta melaporkan pengendalian internal secara
tersendiri. Semua hal tersebut dilakukan oleh chief executive officer (CEO) dari perusahaan yang
bersangkutan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal dan
transparansi, serta akuntabilitas perusahaan kepada publik. Namun sayangnya, saat ini, perusahaan-
perusahaan yang telah go public di Indonesia belum banyak yang menyadari pentingnya arti sistem
pengendalian internal bagi peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
kelemahan dalam sistem pengendalian internal, terutama di sektor perbankan, sehingga pada krisis
ekonomi tahun 1997-1998 yang lalu banyak bank yang terpaksa dilikuidasi atau dibekukan usahanya. 5.7
Auditor Internal menurut The Institute Of Internal Auditor (2001) didefinisikan sebagai aktifitas
independent dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi yang bernilai tambah
dan meningkatkan operasi perusahaan.
Perkembangan audtor internal saat ini cukup pesat dan auditor internaal telahdiakui
keberadaannya sebagai bagian dari organisasi perusahaan yang dapat membantu manajemen
dalam meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian.
Pendekatan audit berbasis resiko memerlukan keterlibatan auditor internal dalam penentuan
resiko. Penentuanresiko menyoroti peran auditor internal dalam mengidentifikasi dan
menganalisis resiko-resiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan.
1. Tujuan
Tujuan merupakan hasil yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu proses atau bisnis
2. Resiko
Adalah kemungkinan suatu kejadian atau Tindakan akan menggagalkan atau berpengaruh
negative terhadap kemampuan organisasi dalam mencai tujuan bisnisnnya.
3. Pengendalian.
Merupakan elemen-elemen organisasi yang mendukung menejemen dan karyawan dalam
mencapai tujuab organisasi.
Auditor internal perlu membangun dan menjaga hubungan baik dengan pihak diaudit melalu
pemantauan tindak lanjut seta penerimaan umpan balik oleh pihak yang diaudit.
Eksistensi auditor internal sebagai konsultan merupakan suatu perubahan besar. Oleh karena itu
The Institue Of Internal Auditing Standard (IIAS) berharap agar auditor internal saat ini dapat
menjadi auditor internal yang berkualitas sehingga data memberikan jasa dan konsultasi dalam
hal proses bisnis kepada manajemen operasional.
5.7.5 Peran Auditor Dalam Kecurangan
1. Pencegahan Kecurangan
salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya kecurangan adalah melalui
peningkatan system pengendalian internal.
2. Pendeteksian Kecurangan
Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indicator-indikator kecurangan yang
memerlukan tindak lanjut auditor internal untuk melakukan investigasi.
3. Penginvestigasian kecurangan
Investigasi merupakan pelaksanaan lebih lanjut bagi auditor internal untuk mendapatkan
keyakinan yang memadai, apakah kecurangan yang telah dapat didentifikasi tersebut
benar-benar terjadi.
Beberapa hal yang perlu mendapat dukungan penuh dari auditor internal, yaitu:
Effendi, Muh. Arief. 2020. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.