Di susun Oleh :
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
A. PENDAHULUAN
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pasal 50(6) tentang otonomi perguruan tinggi,
mengamanatkan bahwa perguruan tinggi harus melakukan pengawasan secara internal atas
pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
mewajibkan struktur pengawasan horisontal di setiap satuan pendidikan dengan menerapkan
sistem penjaminan mutu pendidikan. Sistem penjaminan mutu tersebut bertujuan agar satuan
pendidikan dapat memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP) (KMM
IPB, 2011).
Sistem Penjamian Mutu Internal (SPMI) PT telah dimasukan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No.17 Tahun 2010 pasal 96. Lebih tegas lagi pada PP No.66 Tahun 2010 tentang
perubahan atas PP No.17 Tahun 2010 pasal 49 ayat 2 menyatakan bahwa pengelolaan satuan
pendidik didasarkan pada prinsip nirlaba, akuntabilitas, penjaminan mutu, tranparansi dan
akses keadilan, Kemdiknas dalam hal ini Dikti mensyaratkan bahwa untuk meluluskan
mahasiswa, pendidikan tinggi harus diakreditasi oleh BAN-PT. Dengan demikian sistem
penjaminan mutu pendidikan tinggi (SPM-PT) yang acceptable dan applicable menjadi suatu
keharusan untuk dipenuhi oleh institusi.
B. KAJIAN TEORITIS
Ketiga tujuan tersebut merupakan output dari pengendalian internal yang baik, yang dapat
dicapai dengan memperhatikan unsur unsur pengendalian internal.
Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk
mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO 2013 merumuskan
definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan berdampak merugikan
bagi pencapaian tujuan.
C. PROFIL ORGANISASI
Organisasi IPB yang pada saat ini bekerja, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013
tentang Statuta IPB. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa organisasi penyelenggara
merupakan unit kerja Perguruan Tinggi yang secara bersama melaksanakan kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi dan fungsi manajemen sumberdaya. Selanjutnya, undang-
undang tersebut juga menyatakan bahwa organisasi penyelenggara Perguruan Tinggi diatur
dalam Statuta Perguruan Tinggi. Statuta IPB adalah peraturan dasar pengelolaan IPB yang
digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan prosedur operasional di IPB. Undang-
undang tersebut juga menyatakan bahwa otonomi pengelolaan perguruan tinggi diberikan
secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri kepada Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau dengan
membentuk PTN badan hukum untuk menghasilkan pendidikan tinggi yang bermutu.
Undang-undang tersebut juga menyatakan bahwa otonomi pengelolaan perguruan tinggi
meliputi bidang akademik dan bidang nonakademik. Otonomi pengelolaan di bidang
akademik meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan Tridharma
Perguruan Tinggi. Otonomi pengelolaan di bidang nonakademik meliputi penetapan norma
dan kebijakan operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan, kemahasiswaan,
ketenagaan, dan sarana prasarana.
a. Struktur Organisasi
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013 tentang Statuta IPB menyatakan bahwa IPB
merupakan perguruan tinggi negeri badan hukum yang mengelola bidang akademik dan
nonakademik secara otonom. Peraturan Pemerintah tersebut juga menyatakan bahwa organ
IPB terdiri atas Majelis Wali Amanat (MWA), Rektor, Senat Akademik (SA), dan Dewan
Guru Besar (DGB). MWA menyusun dan menetapkan kebijakan umum IPB. Rektor
memimpin penyelenggaraan dan pengelolaan IPB. SA menyusun, merumuskan, dan
menetapkan kebijakan, memberi pertimbangan, dan melakukan pengawasan di bidang
akademik. DGB menjalankan fungsi pengembangan keilmuan, penegakan etika, dan
pengembangan budaya akademik. Konsistensi peran masing-masing organ selama ini telah
dapat dijaga dengan baik. Berdasarkan Statuta IPB, Rektor sebagai pemimpin IPB dibantu
oleh 4 (empat) orang Wakil Rektor, dan seorang Sekretaris Institut. Selanjutnya, dalam
organisasi IPB saat ini yang dibentuk berdasarkan Statuta IPB, Rektor membawahi
sekretariat institut, unsur pelaksana akademik, unsur pelaksana administrasi, unsur
penjaminan mutu dan pengawasan internal, unsur pengembang dan pelaksana tugas strategis,
unsur penunjang akademik dan nonakademik, dan satuan usaha. Unsur pelaksana akademik
terdiri atas fakultas, sekolah, departemen, divisi, lembaga, dan pusat. Unsur pelaksana
administrasi terdiri atas biro dan tata usaha. Unsur penjaminan mutu dan pengawasan internal
berbentuk kantor. Unsur pengembang dan pelaksana tugas strategis terdiri berbentuk
direktorat. Unsur penunjang akademik dan nonakademik terdiri berbentuk unit kerja tertentu.
Satuan usaha terdiri atas satuan usaha akademik, satuan usaha penunjang, dan satuan usaha
komersial. Berdasarkan ketentuan dalam Statuta IPB tersebut disusunlah Peraturan MWA
Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPB. Peraturan MWA tersebut
menjadi dasar pengelolaan sumberdaya manusia dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan,
dan sasaran IPB dengan prinsip kredibel, transparan, bertanggung jawab, dan adil.
b. Visi dan Misi
VISI :
Menjadi perguruan tinggi berbasis riset dan terdepan dalam inovasi untuk
kemandirian bangsa menuju techno-socio enterpreneurial university yang unggul di
tingkat global pada bidang pertanian, kelautan, biosains tropika
MISI :
Dari analisis SPI berdasarkan COSO tersebut dapat terlihat jika Institut Pertanian Bogor
sudah cukup menerapkan elemen elemen SPI sebagaimana mestinya. Namun masih perlu
dilakukan pengembangan-pengembangan lainnya. Misal dari sistem pengelolaan anggaran
yang belum transparansi sepenuhnya, dan beberapa sistem yang belum terfinalisasi seperti
Sistem Informasi Persuratan Online, serta Sistem Informasi Kehadiran, Cuti dan Penugasan.
Dimana dalam hal tersebut jika tidak segera di sistematisasi akan rentang terjadi kecurangan.