Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL


PADA INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Dosen Pengampu : Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt

Di susun Oleh :

Nora Ziani Nailul Muna 12030119410005

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
A. PENDAHULUAN
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pasal 50(6) tentang otonomi perguruan tinggi,
mengamanatkan bahwa perguruan tinggi harus melakukan pengawasan secara internal atas
pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
mewajibkan struktur pengawasan horisontal di setiap satuan pendidikan dengan menerapkan
sistem penjaminan mutu pendidikan. Sistem penjaminan mutu tersebut bertujuan agar satuan
pendidikan dapat memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP) (KMM
IPB, 2011).
Sistem Penjamian Mutu Internal (SPMI) PT telah dimasukan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No.17 Tahun 2010 pasal 96. Lebih tegas lagi pada PP No.66 Tahun 2010 tentang
perubahan atas PP No.17 Tahun 2010 pasal 49 ayat 2 menyatakan bahwa pengelolaan satuan
pendidik didasarkan pada prinsip nirlaba, akuntabilitas, penjaminan mutu, tranparansi dan
akses keadilan, Kemdiknas dalam hal ini Dikti mensyaratkan bahwa untuk meluluskan
mahasiswa, pendidikan tinggi harus diakreditasi oleh BAN-PT. Dengan demikian sistem
penjaminan mutu pendidikan tinggi (SPM-PT) yang acceptable dan applicable menjadi suatu
keharusan untuk dipenuhi oleh institusi.

Untuk mencapai standar mutu tersebut, Sistem pengendalian internal berperan


penting dalam menciptakan efisiensi dan produktivitas operasional, utamanya dalam
mencapai tujuan institusi dan keberhasilan reformasi sektor publik Hanya saja sistem
pengendalian internal yang dibentuk ternyata masih kurang berfungsi secara efektif di
lingkungan perguruan tinggi. Padahal Sistem kontrol internal memungkinkan manajemen
untuk tetap fokus pada pengejaran organisasi terhadap operasi dan tujuan kinerja
keuangannya, sementara beroperasi dalam batas-batas hukum yang relevan dan
meminimalkan kejutan di sepanjang jalan.Pengendalian internal memungkinkan suatu
organisasi untuk lebih efektif menghadapi perubahan lingkungan ekonomi dan persaingan,
kepemimpinan, prioritas, dan model bisnis yang berkembang.
Berdasarkan data Indonesian Corruption Watch (ICW) disebutkan bahwa dalam
rentang 10 tahun ditemukan 37 kasus korupsi yang melibatkan perguruan tinggi (ICW,
2016). Dari hasil pantauan ICW kasus korupsi di perguruan tinggi di duga melibatkan sivitas
akademika mulai dari rektor sampai pegawai golongan terendah. Menurut data ICW kasus
korupsi di perguruan tinggi trennya meningkat bukan menurun.Hal ini menunjukkan ada
yang salah dalam pengelolaan organisasinya. Oleh karena itu makalah ini akan menganalisis
penerapan sistem pengendalian internal pada Intitut Pertanian Bogor.

B. KAJIAN TEORITIS

Tujuan dari pengendalian internal adalah membantu manajemen mengendalikan


organisasi secara lebih baik dan memberikan dewan direksi kemampuan tambahan untuk
mengawasi kontrol internal. Tujuan pengendalian internal yaitu mencakup tiga hal pokok
yaitu:

1. Tujuan operasi - berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi.


2. Tujuan pelaporan
3. Tujuan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Ketiga tujuan tersebut merupakan output dari pengendalian internal yang baik, yang dapat
dicapai dengan memperhatikan unsur unsur pengendalian internal.

Unsur Pengendalian Internal


1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Sub-komponen lingkungan pengendalian


mencakup integritas dan nilai etika yang dianut
organisasi; parameter-parameter yang
menjadikan dewan komisaris mampu
melaksanakan tanggung jawab tata kelola;
struktur organisasi serta pembagian wewenang
dan tanggung jawab; proses untuk menarik,
mengembangkan, dan mempertahankan individu
yang kompeten; serta kejelasan ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong
akuntabilitas kinerja. Lingkungan pengendalian berdampak luas terhadap sistem pengendalian
internal secara keseluruhan.

1. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk
mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO 2013 merumuskan
definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan berdampak merugikan
bagi pencapaian tujuan.

2. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui


kebijakan dan prosedur untuk memastikan dilaksanakan arahan manajemen dalam rangka
meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan.

3. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Manajemen harus memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan informasi yang


relevan dan berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal, untuk
mendukung komponen-komponen pengendalian internal lainnya berfungsi sebagaimana
mestinya.

4. Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activites)

Kegiatan pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau


kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk memastikan masing-masing komponen
pengendlaian intern ada dan berfungsi sebagaimana mestinya.

C. PROFIL ORGANISASI
Organisasi IPB yang pada saat ini bekerja, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013
tentang Statuta IPB. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa organisasi penyelenggara
merupakan unit kerja Perguruan Tinggi yang secara bersama melaksanakan kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi dan fungsi manajemen sumberdaya. Selanjutnya, undang-
undang tersebut juga menyatakan bahwa organisasi penyelenggara Perguruan Tinggi diatur
dalam Statuta Perguruan Tinggi. Statuta IPB adalah peraturan dasar pengelolaan IPB yang
digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan prosedur operasional di IPB. Undang-
undang tersebut juga menyatakan bahwa otonomi pengelolaan perguruan tinggi diberikan
secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri kepada Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau dengan
membentuk PTN badan hukum untuk menghasilkan pendidikan tinggi yang bermutu.
Undang-undang tersebut juga menyatakan bahwa otonomi pengelolaan perguruan tinggi
meliputi bidang akademik dan bidang nonakademik. Otonomi pengelolaan di bidang
akademik meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan Tridharma
Perguruan Tinggi. Otonomi pengelolaan di bidang nonakademik meliputi penetapan norma
dan kebijakan operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan, kemahasiswaan,
ketenagaan, dan sarana prasarana.
a. Struktur Organisasi
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013 tentang Statuta IPB menyatakan bahwa IPB
merupakan perguruan tinggi negeri badan hukum yang mengelola bidang akademik dan
nonakademik secara otonom. Peraturan Pemerintah tersebut juga menyatakan bahwa organ
IPB terdiri atas Majelis Wali Amanat (MWA), Rektor, Senat Akademik (SA), dan Dewan
Guru Besar (DGB). MWA menyusun dan menetapkan kebijakan umum IPB. Rektor
memimpin penyelenggaraan dan pengelolaan IPB. SA menyusun, merumuskan, dan
menetapkan kebijakan, memberi pertimbangan, dan melakukan pengawasan di bidang
akademik. DGB menjalankan fungsi pengembangan keilmuan, penegakan etika, dan
pengembangan budaya akademik. Konsistensi peran masing-masing organ selama ini telah
dapat dijaga dengan baik. Berdasarkan Statuta IPB, Rektor sebagai pemimpin IPB dibantu
oleh 4 (empat) orang Wakil Rektor, dan seorang Sekretaris Institut. Selanjutnya, dalam
organisasi IPB saat ini yang dibentuk berdasarkan Statuta IPB, Rektor membawahi
sekretariat institut, unsur pelaksana akademik, unsur pelaksana administrasi, unsur
penjaminan mutu dan pengawasan internal, unsur pengembang dan pelaksana tugas strategis,
unsur penunjang akademik dan nonakademik, dan satuan usaha. Unsur pelaksana akademik
terdiri atas fakultas, sekolah, departemen, divisi, lembaga, dan pusat. Unsur pelaksana
administrasi terdiri atas biro dan tata usaha. Unsur penjaminan mutu dan pengawasan internal
berbentuk kantor. Unsur pengembang dan pelaksana tugas strategis terdiri berbentuk
direktorat. Unsur penunjang akademik dan nonakademik terdiri berbentuk unit kerja tertentu.
Satuan usaha terdiri atas satuan usaha akademik, satuan usaha penunjang, dan satuan usaha
komersial. Berdasarkan ketentuan dalam Statuta IPB tersebut disusunlah Peraturan MWA
Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPB. Peraturan MWA tersebut
menjadi dasar pengelolaan sumberdaya manusia dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan,
dan sasaran IPB dengan prinsip kredibel, transparan, bertanggung jawab, dan adil.
b. Visi dan Misi
VISI :
Menjadi perguruan tinggi berbasis riset dan terdepan dalam inovasi untuk
kemandirian bangsa menuju techno-socio enterpreneurial university yang unggul di
tingkat global pada bidang pertanian, kelautan, biosains tropika
MISI :

Misi IPB untuk periode tahun 2019 - 2023 adalah:

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan melakukan penguatan research base


university agar menghasilkan lulusan techno-sociopreneur yang unggul, memiliki
akhlak mulia yang berlandaskan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
nasionalisme tinggi, kompetensi profesional, softskills millennium, jiwa
kepemimpinan, berwawasan global dan menjadi trend setter inovasi dan perubahan.
2. Memelopori penelitian unggul dan terdepan dalam IPTEKS yang transformatif untuk
terciptanya kualitas kehidupan berkelanjutan, serta inovasi untuk ekonomi rakyat dan
industri nasional.
3. Mendalami ilmu-ilmu terkini di bidang pertanian, kelautan dan biosains tropika untuk
menjadi penentu kecenderungan ilmu terkini di tingkat nasional dan global.
4. Meningkatkan layanan proaktif yang berkontribusi dan memecahkan persoalan
masyarakat dan meningkatkan peran IPB dalam menentukan arah kebijakan nasional.
5. Memperkuat sistem manajemen PT yang mampu menjadi pedoman pengembangan
sistem manajemen modern pendidikan tinggi di era 4.0.
c. Pengelolaan Organisasi
Organisasi IPB yang pada saat ini bekerja telah dirancang menggunakan
organisasi matrik, di mana ada kombinasi antara aspek fungsional dengan divisional
sehingga tidak hanya dapat mengakomodir fungsi struktur yang berkaitan dengan tugas
pokok, tetapi juga secara efisien dapat menggerakkan sumberdaya manusia untuk
menyelesaikan program kerja tambahan yang bersifat lintas unit untuk kepentingan
manajemen. Efektifitas organisasi IPB dalam menjalankan fungsinya sangat tergantung
kepada kesadaran seluruh pimpinan unit kerja dalam team work. Untuk membangun
kesadaran setiap pimpinan unit kerja tersebut maka dalam setiap pelantikan pejabat
Rektor selalu mengingatkan para pejabat yang dilantik untuk menempatkan diri sebagai
bagian dari satu kesatuan sistem yaitu IPB total system.
Transparansi pengelolaan diwujudkan dengan pembentukan knowledge
information system yang terintegrasi dan mampu menghubungkan berbagai proses yang
ada di IPB, seperti sistem informasi keuangan teintegrasi yang secara transparan dapat
diakses oleh semua unit kerja di IPB, payroll system yang dapat diakses oleh masing-
masing orang terhadap sistem manajemen yang diberlakukan juga informasi penghasilan
per pegawai, sistem informasi akademik yang menyampaikan informasi kurikulum-
pemetaan mata kuliah per departemen atau program studi, penjadwalan kuliah/praktikum/
responsi, nilai dan sebagainya.
Capaian Kinerja IPB dikendalikan dan dikomunikasikan melalui Sistem
Manajemen Kinerja (Simaker) yang terintegrasi dengan sistem lainnya di mana nilai
capaian kinerja merupakan kontribusi dari capaian kinerja unit kerja. Informasi dapat
diakses oleh semua unit kerja secara transparan. Penyampaian hasil kinerja IPB tersebut
disampaikan setiap tahun kepada stakeholders IPB termasuk dosen dan tenaga
kependidikan pada saat rabuan bersama, dan disampaikan pada rapat paripurna MWA
IPB. Simaker yang dikembangkan oleh IPB, telah diimplementasikan melalui tiga
langkah sebagai berikut, yaitu (1) indikator kinerja kunci IPB dibangun berdasarkan
enam pilar rencana stategis IPB tahun 2014– 2018, (2) indikator kinerja kunci diturunkan
dalam program inisiatif dan program aksi yang merupakan bagian dari program kerja,
dan (3) penetapan alokasi untuk masing-masing program inisiatif/program aksi yang
berimbang dengan sasaran kinerja dan perspektif.
d. Pengendalian Internal di IPB
Di Institut Pertanian Bogor ada satu unit yang disebut dengan Kantor Audit
Internal (KAI) IPB yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
kinerja mutu akademik institusi. KAI IPB secara struktural berada langsung dibawah
Rektor. KAI IPB terdiri dari dua bidang utama yakni, Bidang Audit Akademik dan
Bidang Audit Sumberdaya. Bidang Audit Akademik melakukan audit pada bidang
pendidikan, penelitian kemahasiswaan, serta pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan
Bidang Audit Sumberdaya fokus pada bidang keuangan, sumberdaya manusia,
kerjasama/ kemitraan, serta pengelolaan aset dan property (KAI IPB, 2011a).
Dalam proses audit ada dua pelaku utama yakni Auditor dan Auditi. Auditor
adalah seseorang yang memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikat untuk melakukan
audit. Sedangkan auditi adalah unit kerja yang diaudit disebut Auditi. Yang dapat
melakukan audit di IPB adalah para auditor yang telah terdaftar di KAI IPB. Unit kerja
yaang diaudit adalah setiap fakultas dan departemen yang ada di IPB. Kondisi saat ini
pihak KAI IPB dalam melakukan proses audit masih secara manual (offline). Semua
proses audit hanya dituangkan ke dalam kertas borang audit. Selain dari proses audit yang
masih manual, untuk tindak lanjut hasil audit juga masih dilakukan secara manual
(offline). Hal ini mengakibatkan proses monitoring akademik mengalami hambatan,
karena ketika akan melakukan monitoring terhadap tindak lanjut hasil audit, auditor
maupun pihak KAI IPB harus mencari berkas-berkas dari proses audit yang telah
dilaksanakan terlebih dahulu baru dapat dapat melakukan monitoring.

STRUKTUR ORGANISASI BERKAITAN DENGAN AUDIT INTERNAL IPB


D. ANALISIS SPI
Berdasarkan 5 komponen COSO :
1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika
lingkungan pengendalian yang diterapkan IPB cukup baik dan mendukung
penerapan sistem pengendalian internal. Lingkungan pengendalian yang ada
mencerminkan situasi yang dapat mendukung manajemen dalam menciptakan
sistem pengendalian internal lembaga yang efektif yaitu adanya Integritas dan
Nilai Etika, yaitu Pimpinan Universitas telah menyusun kode etik bagi tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan
Pembentukan integritas dan nilai etika pada perusahaan ini dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai penting yang harus dipahami oleh seluruh bagian yaitu
berisi :
1) Memegang teguh dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kejujuran,
objektifitas, taat azas, dan bebas kepentingan dalam cara berpikir untuk
memperoleh kebenaran ilmiah
2) Menjunjung tinggi nilai-nilai universal kemanusiaan, pemeliharaan
keserasian, dan keberlanjutan kehidupan di muka bumi;
3) Memiliki keberpihakan terhadap kepentingan bangsa, masyarakat banyak,
pembangunan pertanian, petani, peternak, dan nelayan dalam menetapkan
prioritas program pengembangan kegiatan akademik dan diseminasi hasil
Tridharma Perguruan Tinggi;
4) Senantiasa berorientasi ke arah masa depan yang lebih maju dan berkeadilan.
b. Komitmen terhadap Kompetensi
Dalam hal ini, Universitas mewujudkannya dengan memiliki komitmen
dalam mendorong SDM nya untuk peningkatan kompetensi. Hal ini tercermin
dengan diadakannya layanan uji sertifikasi dan peningkatan kompetensi. Pelatihan
diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
baik itu secara materi maupun teknik bagi yang terkait, disemua bidang termasuk
salah satunya bidang IPTEK.Komitemen ini juga tercermin dalam peraturan Senat
akademik IPN tentang norma dan kebijakan akademik IPB dimana dalam pasal 12
disebutkan “IPB selalu mendorong dan memfasilitasi sivitas akademika dalam
meningkatkan kapasitas akademiknya dan IPB memberi keleluasaan kepada
setiap sivitas akademika untuk mengoptimalkan manfaat potensi dirinya dalam
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat”
c. Struktur Organisasi
Struktur organisasi secara umum sudah tersusun dengan baik. Hal ini
dikarenakan dalam struktur tersebut sudah terdapat pembagian fungsi dan tugas
yang jelas. Pembagian tugas masing-masing sudah di ada di jobdesk (job
description) yang ada. Penetapan dari Otoritas dan Pertanggung jawaban yaitu
tanggung jawab dan pendelegasian otoritas pengelola Universitas telah ditetapkan
secara jelas & tertulis pada masing-masing unit kerja. Wewenang diberikan
kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam
rangka pencapaian tujuan Universitas. Pegawai yang diberi wewenang mampu
memahami wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki dengan baik seperti
yang telah dijelaskan dalam bagian keorganisasian IPB
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko baik identifikasi risiko dan analisis risiko lebih sering dilakukan
oleh Satuan Audit Internal yaitu disusun dalam mengidentifikasi dan menganaisis
risiko secara menyeluruh di IPB yang digunakan untuk pemilihan unit yang akan
diaudit dengan memperhatikan risiko yang paling besar akan menjadi prioritas dalam
penugasan audit.
Audit Internal Akademik IPB adalah suatu aktivitas penjaminan dan konsultasi
yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kinerja mutu akademik institusi. Audit Internal Akademik membantu
institusi dalam mencapai tujuannya dengan pendekatan profesional dan sistematik
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, kontrol dan tata
kelola akademik institusi (KAI, 2011a).
Dari struktur organsiasi Auditor Internal IPB jelas bahwa telah dibagi diberbagai
bidang dari Bidang kesekretariatan, akademik, dan sumber daya. Maka Auditor
internal disini melakukan identifikasi dan anilisis risiko per bagian. Setelah
melakukan proses penilaian risiko sampai dengan ditemukan temuan temuan , maka
hasil temuan audit yang berupa Ketidaksesuaian (KTS) dianalisis akar penyebabnya,
potensi dampak yang ditimbulkan dan merumuskan rekomendasi untuk
menghilangkan penyebab KTS tersebut. Hasil temuan audit disampaikan kepada
pihak auditi untuk ditanggapi dan disepakati.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam
pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.
Bentuk aktivitas pengendalian dimulai dari:
1) Pengguanaan sistem teknologi yang terintegrasi untuk menunjang transparansi
Transparansi pengelolaan diwujudkan dengan pembentukan knowledge
information system yang terintegrasi dan mampu menghubungkan berbagai
proses yang ada di IPB, seperti sistem informasi keuangan teintegrasi yang secara
transparan dapat diakses oleh semua unit kerja di IPB, payroll system yang dapat
diakses oleh masing-masing orang terhadap sistem manajemen yang diberlakukan
juga informasi penghasilan per pegawai, sistem informasi akademik yang
menyampaikan informasi kurikulum-pemetaan mata kuliah per departemen atau
program studi, penjadwalan kuliah/praktikum/ responsi, nilai dan sebagainya.
2) Pemisahan Tugas
Konsep pemisahan tugas dalam pengendalian internal akan dapat
membatasi terjadinya kesalahan-kesalahan dan memberikan ketepatan dalam
pengelolaan yang ada. Dengan adanya job description, maka semua tugas dan
kewajiban telah didefinisikan dengan jelas dan ditugaskan kepada masing-masing
individu yang bertanggung jawab untuk tugas tersebut.
3) Pengendalian atas Kinerja
Capaian Kinerja IPB dikendalikan dan dikomunikasikan melalui Sistem
Manajemen Kinerja (Simaker) yang terintegrasi dengan sistem lainnya di mana
nilai capaian kinerja merupakan kontribusi dari capaian kinerja unit kerja.
Informasi dapat diakses oleh semua unit kerja secara transparan. Penyampaian
hasil kinerja IPB tersebut disampaikan setiap tahun kepada stakeholders IPB
termasuk dosen dan tenaga kependidikan pada saat rabuan bersama, dan
disampaikan pada rapat paripurna MWA IPB. Simaker yang dikembangkan oleh
IPB, telah diimplementasikan melalui tiga langkah sebagai berikut, yaitu (1)
indikator kinerja kunci IPB dibangun berdasarkan enam pilar rencana stategis IPB
tahun 2014– 2018, (2) indikator kinerja kunci diturunkan dalam program inisiatif
dan program aksi yang merupakan bagian dari program kerja, dan (3) penetapan
alokasi untuk masing-masing program inisiatif/program aksi yang berimbang
dengan sasaran kinerja dan perspektif.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi di IPB didisean tersistem dengan penggabungan
teknologi. Pengembangan sistem informasi di IPB ditujukan untuk mendukung
pencapaian kinerja IPB. Tujuan sistem informasi untuk mengakomodir kebutuhan
fungsional pada berbagai jenjang manajemen. Tercatat beberapa sistem sudah mulai
diintegrasikan, antara lain Sistem Informasi Akademik (SIMAK), Sistem Informasi
Pelaporan PDDIKTI, Sistem Informasi Penerimaan SPP (SIM SPP), Sistem Informasi
Penilaian Karya Ilmiah (SIPAKARIL), Sistem Informasi Penilaian Kinerja Dosen
(FLKD/BKD), Sistem Informasi Manajemen Imbal Jasa (SIM-IJ), Sistem Informasi
Manajemen Kinerja (Simaker), Sistem Informasi Pengelolaan Data Reputasi IPB
(SIM-WUR), dan Sistem Informasi Pencatatan Kendaraan (SIM-Kendaraan).
Sementara itu, Sistem Informasi Penjaminan Mutu IPB (SIM-SPMI), Sistem
Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (SIM-PPM), Sistem
Informasi Persuratan Online, serta Sistem Informasi Kehadiran, Cuti dan Penugasan
sedang dalam tahap finalisasi
Komunikasi di dalam organisasi baik secara lisan yang berupa tindakan yang
dilakukan oleh manajemen maupun tulisan yang berupa laporan pertanggungjawaban
telah berlangsung dengan baik.
5. Pemantauan

Bentuk pemantauan atas pengendalian internal dalam perusahaan dilakukan


berdasarkan:
a) Pemantauan berkelanjutan, yaitu kegiatan pemantauan yang dilakukan melalui
kegiatan reviu, pengelolaan rutin, supervisi, dan tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas yang telah dilakukan oleh karyawan. Dalam hal ini, dibuatlah
satuan pengawas internal, dimana mereka berperan dalam penilaian apakah SDM
atau per bagian sudah melakukan tugasnya sesuai dengan SOP dan aturan-aturan
yang berlaku
b) Tindak lanjut rekomendasi hasil audit. auditor internal yang juga melakukan
fungsi pengendalian internal memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan
laporan hasil audit. Dan kemudian pelaksanaan atas tindak lanjut rekomendasi
hasil audit tersebut harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit yang ditetapkan
Laporan hasil audit disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban dan
bukti bahwa Tim Audit telah selesai melaksanakan audit. Laporan hasil audit
ditelaah oleh supervisor sebelum disahkan oleh penanggung jawab audit (Kepala
KAI IPB). Kepala KAI menyampaikan laporan hasil audit kepada rektor, dan
mendistribusikan kepada pihak lain yang relevan atas izin Rektor.
Lalu dilanjutkan dengan Monitoring Tindak Lanjut Berdasarkan Laporan
Hasil Audit (LHA) KAI yang pada draft Tindak Lanjut Temuan Hasil Audit
(TLTHA) nya tercantum temuan hasil audit dan rekomendasi, maka pihak auditi
terkait harus menindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi. Bukti penyelesaian
TLTHA sesuai dengan rekomendasi harus dikirimkan ke KAI untuk diverifikasi
kelengkapannya dan dinilai.
Sehingga terakhir dilakukan evaluasi. Tim Audit yang telah
menyelesaikan tugasnya sebelum dibubarkan, harus melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan audit. Tujuan dari evaluasi ini untuk memberikan masukan pada KAI
dalam hal : efektivitas dan efisiensi pengendalian internal, pendekatan audit, serta
peran penting auditor.
Maka Langkah langkah tersebut menunjukkan bahwa IPB telah
melakukan monitoring yang sesuai.
E. KESIMPULAN

Dari analisis SPI berdasarkan COSO tersebut dapat terlihat jika Institut Pertanian Bogor
sudah cukup menerapkan elemen elemen SPI sebagaimana mestinya. Namun masih perlu
dilakukan pengembangan-pengembangan lainnya. Misal dari sistem pengelolaan anggaran
yang belum transparansi sepenuhnya, dan beberapa sistem yang belum terfinalisasi seperti
Sistem Informasi Persuratan Online, serta Sistem Informasi Kehadiran, Cuti dan Penugasan.
Dimana dalam hal tersebut jika tidak segera di sistematisasi akan rentang terjadi kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai