Anda di halaman 1dari 5

Diet ala Valin

Pukul tujuh lewat lima belas. Matahari belum menggigit kulit seperti saat pulang
sekolah. Valin berjalan cepat menyusul teman-temannya menuju lapangan. Jam pelajaran
pertama olahraga, Pak Satrio sudah berdiri di depan barisan kelas X IPA 2. Valin menyusup
dalam barisan. Berada paling belakang, di samping Inu. (setting= tempat, waktu, kondisi)

“Telat lagi?” Inu berbisik.

Valin mengangguk. Peluh mulai membasahi wajahnya. Valin segera mengusap


dengan sapu tangan dari saku celana trainingnya.

“Val, kamu sakit? Wajahmu pucat gitu.” Inu memerhatikan Valin.

Valin menggeleng.

“Capek, buru-buru ke sini tadi.” Valin tersenyum kecil, terlihat agak dipaksakan.

“Ish, jangan ngobrol aja. Nanti Pak Rio dengar.” Icha menoleh ke belakang.

Barisan kembali hening.

“Selamat pagi, anak-anak. Sebelum latihan basket, kita pemanasan dulu dengan lari
keliling lapangan. Untuk putra 5 putaran, putri 3 putaran. Setelah itu latihan dribble dan
shoot. Ayo, sekarang dimulai dari barisan paling kiri.”

Siswa mulai berlari mengelilingi lapangan. Awalnya mengular, lama-lama mulai


terputus barisannya. Satu dua siswa sudah mulai lari berjejer sambil ngobrol. Tak sampai
setengah jam, sebagian besar siswa sudah kembali ke tengah lapangan. Tinggal tujuh siswa
lagi yang masih berlari. Termasuk Valin dan Icha.

Peluh makin membasahi wajah sawo matang Valin. Kulit yang agak berminyak,
membuat wajah Valin saat ini lebih mirip wajan. Mendadak Valin berhenti dan
membungkuk, dadanya mulai sesak.

Icha menyusul Valin yang masih dalam posisi membungkuk, kemudian menepuk
pundak Valin.
“Kenapa Val?” tanya Icha sambil ikut membungkuk.

“Uh.., Cha..”

Belum sempat Icha bertanya lagi, Valin sudah ambruk.

“VALIN!” pekik Icha panik.

Icha segera menepuk pipi Valin pelan.

“Val, bangun Val.”

Beberapa anak bergegas mendekat

“Pak Rio, VALIN PINGSAAN..” teriak Icha ke arah Pak Satrio yang berdiri di
pinggir lapangan. (masalah)

Pak Satrio berlari menghampiri Valin, kemudian meminta Icha dan tiga orang siswi
lain untuk menggotong Valin ke ruang UKS.

Menggotong Valin ke ruang UKS membutuhkan tenaga yang cukup besar. Karena
teman-teman siswi rata-rata berbadan kurus, mereka tak sanggup membawa Valin. Pak Satrio
dan Bayu akhirnya menggotong Valin. (Valin gemuk = karakteristik) penokohan

Sampai di ruang UKS, dokter Klinik segera dipanggil. Biasanya Dokter Mira atau
dokter Chandra yang dipanggil, dokter sekaligus pengurus yayasan sekolah. Sambil
menunggu dokter datang, Valin ditemani Icha dan Inu. Sementara yang lain kembali ke
lapangan.

Inu anak dari dokter Chandra sudah terbiasa melihat ayahnya praktek. Langsung saja
mencari cologne di rak obat-obatan dan menuangkan ke saputangan. Cepat-cepat Inu
mengusap ujung hidung Valin dengan saputangan yang sudah dibasahi cologne.

Mata Valin mengerjap. Sekali lagi Inu mengusap hidung Valin. Berhasil. Akhirnya
Valin membuka mata.

“Duh pusing, aku di mana?” bisik Valin sambil memegang kepalanya.


“UKS, tadi kamu pingsan. Kenapa sih, sampai pingsan?” jawab Inu cepat.

“Kamu jadi diet?” bisik Icha penasaran.

Valin diam. Hanya memandang Icha dan Inu bergantian.

“Kalian berdua kenapa sih? Curiga begitu. Aku cuma belum sarapan,” kilah Valin.

Inu dan Icha memang pernah mendengar Valin ingin kurus. Tapi selama mereka
berteman, Valin terkenal paling tidak bisa mengurangi makan. Beberapa kali ikut program
diet selalu gagal. Berakhir dengan makan lebih gila lagi.

“Terus, kenapa pingsan? Seingatku orangtuamu paling rajin menyuruh makan kalau
pas kita main ke rumah. Tante Ingrid enggak mungkin membiarkan anak kesayangannya
melewatkan sarapan,” protes Inu penuh selidik.

“Mmm, sorry, aku memang sedang diet,” suara Valin nyaris tak terdengar.

“DIET LAGII?” hampir bersamaan Inu dan Icha kaget.

“OCD nggak kuat. Kali ini coba FC.” Valin meringis.

Icha dan Inu geleng-geleng. Tak mengerti diet yang sedang dilakukan Valin
sahabatnya.

Belum sempat melanjutkan obrolan, dr.Mira sudah sampai di ruang UKS.

“Pagi cantiik. Kenapa nih?” dr.Mira menghampiri Valin. Memeriksa sekilas.

“Efek diet, Dok.” Serentak Icha dan Inu menjawab.

“Hah! Diet sampai pingsan? Ish, nggak bener ah, dietnya.” dr. Mira berdecak.

Valin mulai bercerita diet yang sedang dilakukan. Selain hanya makan sayuran dan
buah. Valin juga sangat sedikit mengkonsumsi karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan
pernah seharian Valin tidak makan karbo, baik dalam bentuk nasi, kentang atau roti. Untuk
daging dan ayam, sudah absen sepekan ini.
“Setahu aku, FC itu oke banget asalkan bisa berhitung kalori yang masuk dan keluar.
Makanan justru lebih maksimal terserap oleh tubuh dengan FC. Nah, FC-nya Valin kayaknya
ada yang salah deh.”

“Dok, kalau konsumsi vitamin C berlebih bagus enggak?” tanya Icha.

“Segala sesuatu yang berlebih pasti enggak baiklah. Kecuali berlebih dalam sedekah.”
dr.Mira terkekeh.

“Seingatku Valin pernah suntik Vit.C. Eh, tapii.. kayaknya sering deh.”

Dr.Mira menatap Valin agak lama.

“Untuk apa suntik Vit.C?” Kening dr.Mira mendadak berkerung.

“Kata teman kakak bisa bikin kulit putih dan badan kurus. Aku ingin kulit agak
putihan, selain menurunkan berat badan.” Suara Valin nyaris tak terdengar. Untungnya
ruangan UKS sepi. Sepelan apapun suara Valin masih bisa sampai ditelinga.

“Oh My God, Valiin. Sudah berapa lama suntik vit.C?” mata dr.Mira membulat.

“Eh.. baru sebulan ini. Seminggu tiga kali suntik.” Takut-takut Valin menjawab.

Icha dan Inu terbengong-bengong melihat reaksi dr.Mira yang tidak biasanya.
Merekapun minta penjelasan bahaya dari suntik vitamin C yang berlebihan dan diet FC yang
kurang benar.

“Kebutuhan vitamin C remaja berkisar 50-65 mg/hari. Jika berlebih efeknya akan
banyak. Asam lambung meningkat, bisa merusak jaringan otak, mengganggu penyerapan
vit.B12. Tahu dong, fungsinya B12. Efek lainnya tentu saja bisa merusak ginjal. Apa Valin
mau?” (penjelasan tentang masalah)

Valin menggeleng kuat. Icha dan Inu bergidik mendengar penjelasan dr.Mira.

“Ih, kok ngeri banget Dok.”

“Iya, Cha. Memang mengerikan. Konsumsi sesuai kebutuhan saja. Jangan kurang,
juga jangan berlebih. Mengenai Food Combining, intinya meng-combine makanan. Makan
sayur dan buah tidak bersamaan dengan karbohidrat. Jika makan protein baiknya dengan
sayur. Kalaupun mau karbohidrat, amannya kentang. Bukan nasi. Simplenya seperti itu. Nanti
ke rumah deh, banyak buku tentang FC kalau mau.” Dr.Mira tersenyum.

“Kalau untuk memutihkan kulit?” Valin ragu.

“Kulitmu ini eksotis loh, Val. Keren. Sawo matang agak tua sedikit. Wajahmu juga
licin tak berjerawat. Enggak perlu pakai pemutih, bleaching atau apalah itu namanya. Syukuri
yang sudah Allah kasih buatmu. Asal bersih enggak ada yang salah dengan kulitmu.”

“Valin lupa kali, banyak orang bule berjemur agar kulitnya kayak kita. Sawo matang
eksotik. Mahal loh, punya kulit begini.” Icha tergelak.

“Aku kapok deh. Besok-besok kalau mau diet harus tahu ilmunya dulu. Tersiksa
banget deh sebulan ini. Malu-maluin saja. Lari dua putaran pingsan.”

Anda mungkin juga menyukai