KONTRAK LUMSUM
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMBANGUNAN/REHAB GEDUNG LABORATORIUM KARANTINA PERTANIAN
(KONSTRUKSI FISIK LABORATORIUM KEAMANAN PANGAN)
BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN
TAHUN ANGGARAN 2023
Pada hari ini .......... tanggal ………. bulan ………. tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga Kami
yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : drh. Gatot Santoso.,MSi
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen
Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian
Alamat : Jl. Pemuda No.64 Kav. 16-17 Rawamangun, Jakarta Timur 13220
2. Nama : ………………………………………………….
Jabatan : ....................................................
Alamat : ....................................................
Dengan ini menyatakan setuju dan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja
Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan/Rehab Gedung Laboratorium
Karantina Pertanian Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Tahun Anggaran
2023, berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-
pasal di bawah ini:
PASAL 1
TUGAS PEKERJAAN
1.1. PIHAK PERTAMA memberi tugas kepada PIHAK KEDUA dan diterima PIHAK
KEDUA, untuk melaksanakan Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
Pembangunan/Rehab Gedung Laboratorium Karantina Pertanian pada Balai
Pihak Pertama : 1
Pihak Kedua :
Besar Uji Standar Karantina Pertanian TA.2023, dengan lingkup pekerjaan
meliputi:
A. PEKERJAAN PERSIAPAN;
B. PEKERJAAN PEMBONGKARAN;
C. PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN PONDASI;
D. PEKERJAAN STRUKTUR;
E. PEKERJAAN ARSITEKTUR;
F. PEKERJAAN ELEKTRIKAL;
G. PEKERJAAN PLUMBING;
H. PEKERJAAN HYDRANT DAN SPRINGKLER;
I. PEKERJAAN LAINNYA (DUCKTING EXHAUST).
1.2. Pekerjaan tersebut pada ayat 1.1. pasal ini dilaksanakan di Balai Besar Uji
Standar Karantina Pertanian, Jl. Pemuda No.64 Kav. 16-17 Rawamangun,
Jakarta Timur 13220.
1.3. PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban kepada PIHAK PERTAMA untuk
mengadakan, melaksanakan, menyelesaikan pekerjaan tersebut pada ayat
1.1. pasal ini sesuai ketentuan dan spesifikasi yang tercantum dalam
kontrak.
PASAL 2
DASAR PERJANJIAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.2 Dasar spesifikasi teknis dan non teknis pelaksanaan pekerjaan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam perjanjian ini, yaitu:
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
b. Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
Pembangunan/Rehab Gedung Laboratorium Karantina Pertanian pada
Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, beserta gambar;
Pihak Pertama : 2
Pihak Kedua :
c. Petunjuk dan Peringatan tertulis yang diberikan PIHAK PERTAMA dan/
atau Pengawas Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Surat
Perjanjian ini;
d. Selain ketentuan-ketentuan tersebut di atas juga terikat pada
peraturan-peraturan lainnya yang masih berlaku.
PASAL 3
URAIAN DAN VOLUME PEKERJAAN
Uraian dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA dalam
melaksanakan Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan/Rehab Gedung
Laboratorium Karantina Pertanian pada Balai Besar Uji Standar Karantina
Pertanian adalah sebagaimana terlampir pada Lampiran Perjanjian Kontrak ini.
PASAL 4
PENGAWAS PELAKSANAAN PEKERJAAN
PASAL 5
BAHAN DAN PERALATAN
5.1. Bahan dan peralatan serta segala sesuatu yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan yang disebutkan dalam Lampiran Uraian dan
Volume Pekerjaan harus disediakan oleh PIHAK KEDUA dalam keadaan
baik dan baru, serta memenuhi ketentuan dan standar yang
dipersyaratkan serta dapat dipertanggungjawabkan;
5.2. PIHAK KEDUA harus mengajukan contoh bahan dan/atau peralatan yang
akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari PIHAK PERTAMA;
5.3. PIHAK PERTAMA berhak melakukan pengujian terhadap bahan-bahan
dan/atau peralatan yang diajukan oleh PIHAK KEDUA;
5.4. PIHAK PERTAMA berhak menolak bahan-bahan dan/atau peralatan yang
disediakan oleh PIHAK KEDUA jika kualitas, spesifikasi dan jumlahnya
tidak sesuai dan tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan yang disebutkan dalam Pasal 1 Surat
Perjanjian ini;
5.5. Apabila bahan-bahan dan/atau peralatan tersebut ditolak oleh PIHAK
PERTAMA, maka PIHAK KEDUA harus segera menyingkirkan bahan-bahan
dan/atau peralatan tersebut dari lokasi pekerjaan dalam waktu selambat-
lambatnya 2X24 jam, dan segera menggantinya dengan bahan dan/atau
peralatan baru yang memenuhi persyaratan;
Pihak Pertama : 3
Pihak Kedua :
5.6. Apabila bahan-bahan dan/atau peralatan yang digunakan/terpasang
setelah melalui pengujian ternyata tidak memenuhi persyaratan kualifikasi
dan spesifikasi yang telah ditentukan maka PIHAK KEDUA wajib
mengganti/memperbaiki tanpa berhak menuntut kerugian;
5.7. Tidak tersedianya bahan-bahan dan/atau peralatan di pasaran tidak dapat
dijadikan alasan untuk keterlambatan penyelesaian pekerjaan;
5.8. PIHAK KEDUA setelah mendapat persetujuan PIHAK PERTAMA membuat
tempat atau gudang yang baik dan aman untuk menyimpan bahan-bahan
dan/atau peralatan guna kelancaran pekerjaan;
5.9. PIHAK KEDUA wajib menjaga keamanan bahan-bahan dan/atau peralatan
di lokasi dari kerusakan dan tindakan pencurian;
5.10. PIHAK KEDUA wajib menjaga kebersihan lokasi dan lingkungan dari
kotoran dan/atau polusi yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan-
bahan dan/atau peralatan dalam pelaksanaan pekerjaannya;
5.11. PIHAK KEDUA diwajibkan memaksimalkan penggunaan bahan-bahan dan/
atau peralatan produksi dalam negeri.
5.12. PIHAK KEDUA wajib menyediakan Listrik dan Air Kerja dengan
berkoordinasi dengan PIHAK PERTAMA.
PASAL 6
TENAGA KERJA
6.1. PIHAK KEDUA wajib menugaskan tenaga kerja ahli dan terampil dalam
jumlah cukup sesuai kebutuhan;
6.2. Di lokasi pekerjaan harus selalu ada wakil dari PIHAK KEDUA yang
ditunjuk sebagai Pemimpin Pelaksana/Tenaga Ahli yang mempunyai
wewenang dan kuasa penuh untuk mewakili PIHAK KEDUA dan dapat
menerima/ memberikan/ memutuskan segala petunjuk/ perintah dari
PIHAK PERTAMA;
6.3. Penunjukkan/ penugasan/ penggantian Pemimpin Pelaksana/ Tenaga Ahli
ini harus memenuhi kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman yang telah
ditentukan dan mendapat persetujuan PIHAK PERTAMA;
6.4. Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA Pemimpin Pelaksana/
Tenaga Ahli yang digunakan oleh PIHAK KEDUA tidak memenuhi
persyaratan yang diperlukan, maka PIHAK KEDUA segera mengganti
tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratan tersebut;
6.5. PIHAK KEDUA wajib menyediakan tenaga kerja harian dalam jumlah
cukup dan kualifikasi sesuai dengan volume dan kompleksitas pekerjaan;
6.6. PIHAK KEDUA wajib menyediakan perlengkapan pengamanan untuk
keselamatan tenaga kerja;
6.7. PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat tinggal yang memenuhi
persyaratan kesehatan dan ketertiban bagi para pekerja yang tinggal
sementara di lokasi pekerjaan;
6.8. PIHAK KEDUA wajib menyelenggarakan Asuransi Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) kecelakaan dan kematian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Asuransi tersebut harus memiliki
masa berlaku minimal sampai akhir masa kontrak, dan diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
dikeluarkan Surat Perjanjian Kontrak. Asuransi tersebut bisa dilakukan
menurut variabel jumlah pekerja yang ada di lapangan;
6.9. Ongkos-ongkos dan upah tenaga kerja untuk pelaksanaan pekerjaan
ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
6.10. PIHAK KEDUA harus bertanggung jawab atas segala kerugian (kehilangan
atau kerusakan) PIHAK PERTAMA sebagai akibat perbuatan orang-orang
yang dipekerjakan olehnya;
Pihak Pertama : 4
Pihak Kedua :
6.11. Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka PIHAK
KEDUA wajib memberikan pertolongan medis sepenuhnya terhadap
korban, seluruh biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA;
6.12. Hubungan antara pekerja dengan PIHAK KEDUA sepanjang tidak diatur
secara khusus, tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
6.13. Semua yang berkaitan dengan persoalan dan tuntutan tenaga kerja
menjadi beban dan tanggung jawab sepenuhnya dari PIHAK KEDUA, baik
di dalam maupun di luar pengadilan.
PASAL 7
SUB KONTRAKTOR
7.1. PIHAK KEDUA wajib bekerja sama dengan Sub Kontraktor (Sub Kontraktor
Usaha Kecil termasuk koperasi kecil atau Sub Kontraktor golongan ekonomi
lemah) setempat sesuai dengan bidang keahliannya;
7.2. Apabila suatu bagian pekerjaan akan diserahkan kepada Sub Kontraktor,
maka sebelumnya harus mendapat persetujuan tertulis dari PIHAK
PERTAMA;
7.3. Hubungan antara PIHAK KEDUA dengan Sub Kontraktor menjadi tanggung
jawab sepenuhnya PIHAK KEDUA;
7.4. Jika ternyata PIHAK KEDUA menyerahkan pekerjaan kepada Sub Kontraktor
tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA
dapat memberlakukan Pasal 20;
7.5. Untuk pekerjaan yang diserahkan kepada Sub Kontraktor atas persetujuan
tertulis dari PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA wajib melakukan
koordinasi yang baik dan penuh tanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh Sub Kontraktor, dalam hal ini tidak
mengurangi kewenangan pengawas pekerjaan untuk mengendalikan
pelaksanaan pekerjaan Sub Kontraktor;
7.6. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan Sub Kontraktor
dan segala sesuatu yang menyangkut hubungan antar PIHAK KEDUA
dengan Sub Kontraktor;
7.7. Sebelum dilakukan serah terima I (Pertama) Pekerjaan kepada PIHAK
PERTAMA, maka PIHAK KEDUA harus telah menyelesaikan segala urusan
keuangan dengan para Sub Kontraktor;
7.8. Penyimpangan dari ketentuan yang tercantum dalam pasal ini dapat
menyebabkan dihentikannya bagian pelaksanaan pekerjaan yang tersisa
dan akibat yang timbul dari penghentian tersebut menjadi tanggung jawab
PIHAK KEDUA.
PASAL 8
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
PASAL 9
MASA PEMELIHARAAN
Pihak Pertama : 6
Pihak Kedua :
dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan II (Kedua), selanjutnya PIHAK
PERTAMA mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.
PASAL 10
BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN
10.1. Jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebesar Rp. ……………..,-
(………………………………………………………………….), yang dibebankan kepada
DIPA Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Tahun Anggaran 2023.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Besar Uji Standar Karantina
Pertanian Tahun Anggaran 2023 Nomor: SP DIPA-018.12.2.649259/2023
Tanggal 30 November 2022 (MAK. 4586.PBR. 401.413.EB.533121).
10.2. Dalam jumlah biaya pelaksanaan tersebut di atas sudah termasuk segala
pengeluaran PIHAK KEDUA beserta pajak-pajak dan biaya-biaya lainnya
yang harus dibayar oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku;
PASAL 11
JAMINAN PELAKSANAAN, JAMINAN UANG MUKA,
DAN JAMINAN PEMELIHARAAN
Pihak Pertama : 7
Pihak Kedua :
11.2. Jaminan Uang Muka
a. Sebelum pembayaran pertama berupa uang muka dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA wajib
menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA Jaminan Uang Muka berupa
Surat Jaminan yang diterbitkan oleh Oleh Bank Umum/Bank
Pemerintah sebagaimana persyaratan yang ditetapkan Menteri
Keuangan sebesar 20% dari nilai kontrak, yaitu 20% x
Rp………….,- = Rp…………,-
(………………………………………………………………………………);
b. Masa berlaku Jaminan Uang Muka ditetapkan minimal selama 60 (enam
puluh) hari Kalender;
c. Jaminan Uang Muka tersebut dalam ayat 11.2 point a pasal ini akan
diperhitungkan dalam tahap pembayaran selanjutnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 Surat Perjanjian ini;
d. Surat Jaminan Uang muka tersebut dalam ayat 11.2 point a pasal ini
menjadi milik negara dan dapat dicairkan oleh PIHAK PERTAMA
bilamana terjadi pemutusan perjanjian ini dengan memperhitungkan
prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA;
e. Apabila masa berlaku Surat Jaminan Uang Muka dimaksud pada ayat
11.2 point a pasal ini habis/berakhir, sedangkan uang muka belum
habis diperhitungkan, maka PIHAK KEDUA berkewajiban
memperpanjang masa berlaku Surat Jaminan tersebut tanpa ada
tenggang waktu.
PASAL 12
TATA CARA PEMBAYARAN
Pihak Pertama : 8
Pihak Kedua :
serta dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima persetujuan
kemajuan pekerjaan yang diketahui oleh Konsultan Pengawas.
c. Pembayaran Termin Kedua (II) sebesar 50% (Lima puluh perseratus)
dari nilai kontrak, setelah progres pekerjaan mencapai 100% (Seratus
Perseratus), dapat dicairkan dengan menyerahkan Surat Jaminan
Pemeliharaan sebesar 5% (Lima Perseratus) dari nilai kontrak kepada
PPK. Surat Jaminan Pemeliharan dikeluarkan oleh Bank
Umum/Pemerintah.
d. Dokumen penunjang yang disyaratkan untuk mengajukan tagihan
pembayaran prestasi pekerjaan yaitu: Surat Permohonan Pencairan dari
Pihak Kedua kepada PPK, Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan dari
tim PPHP, Berita Acara Kemajuan Pekerjaan, Mutual Check (MC) /
Progres pekerjaan yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas,
Laporan Kemajuan Pekerjaan yang berisi : Laporan Harian, Laporan
Mingguan dan Laporan Bulanan, Foto atau dokumentasi yang telah
dilaksanakan dan disusun sesuai urutannya. Dokumen tambahan
berupa faktur pajak, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama
untuk pekerjaan sebesar 100% (Seratus Perseratus), Berita Acara
Serah Terima Pekerjaan Kedua pada saat masa pemeliharaan selesai
12.6. Jaminan Pemeliharaan sebagaimana tersebut dalam ayat 12.2.d pasal ini
akan dikembalikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setelah
masa pemeliharaan berakhir yang dinyatakan dengan Berita Acara Serah
Terima II (Kedua) Pekerjaan;
12.7. Tahap-tahap pembayaran sebagaimana diuraikan pada ayat 12.2 pasal ini
dilakukan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V yang ditransfer
langsung ke Rekening Bank atas nama …………………., yaitu Bank ...........
Cabang ……………, Nomor Rekening …………….. yang dibebankan kepada
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Besar Uji Standar
Karantina Pertanian Tahun Anggaran 2023 Nomor : SP DIPA-
018.12.2.649259/2023 Tanggal 30 November 2022..
12.8. Pembayaran sebagaimana diuraikan pada ayat 12.2 pasal ini harus sudah
dilaksanakan PIHAK PERTAMA paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
PIHAK KEDUA menyerahkan berkas tagihan lengkap.
PASAL 13
KENAIKAN HARGA
PASAL 14
BEBAN BIAYA DAN PAJAK
14.1. Segala biaya sehubungan dengan pembuatan surat perjanjian ini, termasuk
biaya materai tempel Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dibebankan kepada
PIHAK KEDUA;
Pihak Pertama : 9
Pihak Kedua :
14.2. Segala pajak dan retribusi sehubungan dengan pekerjaan ini ditanggung
oleh PIHAK KEDUA dan dilunasi sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
PASAL 15
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
PASAL 16
SANKSI DAN DENDA
16.1. Jika PIHAK KEDUA melakukan kelalaian dan telah mendapatkan peringatan
tertulis dari PIHAK PERTAMA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, tetapi
tetap tidak mengindahkan kewajibannya sebagaimana tercantum dalam
dokumen Surat Perjanjian ini, maka untuk setiap kali melakukan kelalaian
PIHAK KEDUA wajib membayar “Denda Kelalaian” sebesar 1 ‰ (satu per
seribu) dari nilai kontrak, dengan ketentuan PIHAK KEDUA tetap
berkewajiban memperbaiki kesalahan/kelalaian yang diperingatkan
tersebut;
16.2. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
jangka waktu pelaksanaan yang tercantum dalam Surat Perjanjian ini
tanpa adanya alasan yang dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA, maka
PIHAK KEDUA wajib membayar “Denda Keterlambatan” sebesar 1 ‰
(satu per seribu) dari nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan;
16.3. Denda-denda tersebut dalam pasal ini dibebankan kepada PIHAK KEDUA
dan akan diperhitungkan dengan kewajiban pembayaran PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA;
16.4. Keterlambatan karena keadaan kahar tidak dikenakan denda;
16.5. Apabila denda kumulatif telah mencapai 5 % (lima persen) dari nilai
kontrak, tetapi pekerjaan masih juga belum selesai, maka PIHAK
PERTAMA berhak mengalihkan sisa pekerjaan kepada PIHAK KETIGA atas
biaya PIHAK KEDUA.
Pihak Pertama : 10
Pihak Kedua :
PASAL 17
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)
17.1. Yang dimaksud keadaan kahar (force majeure) adalah suatu keadaan yang
terjadi diluar kehendak para pihak, sehingga kewajiban yang ditentukan
dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi;
17.2. Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
17.2.1. Karena peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam (banjir,
gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah longsor, wabah
penyakit, dan angin topan), pemogokan, kebakaran, gangguan
industri lainnya;
17.2.2. Peristiwa yang tidak dapat dielakkan itu harus mendapat
pengakuan/ keterangan dari instansi yang berwenang.
17.3. Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang merugikan yang disebabkan
oleh perbuatan atau kelalaian para pihak;
17.4. Apabila terjadi keadaan kahar, maka:
17.4.1. PIHAK PERTAMA menyatakan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA
bahwa telah terjadi keadaan kahar;
17.4.2. Apabila selama 14 (empat belas) hari sejak terjadinya keadaan
kahar PIHAK PERTAMA tidak membuat pernyataan sebagaimana
disebutkan dalam ayat 17.4.1 pasal ini, maka PIHAK KEDUA
berhak mengajukan keadaan tersebut kepada PIHAK PERTAMA
untuk mendapat persetujuan tertulis;
17.4.3. Jika dalam waktu 3X24 jam sejak diterimanya pemberitahuan
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA tentang keadaan kahar
tersebut, PIHAK PERTAMA tidak memberi jawabannya, maka
PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui adanya keadaan kahar
tersebut;
17.4.4. PIHAK KEDUA wajib mengamankan lapangan dan segera
menghentikan seluruh kegiatan pekerjaan setelah menerima
pernyataan/ persetujuan tertulis tentang keadaan kahar dari
PIHAK PERTAMA;
17.4.5. PIHAK KEDUA segera melaporkan kemajuan pekerjaan pada saat
keadaan kahar, setelah diperiksa oleh pengawas pekerjaan
konstruksi;
17.4.6. Pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dilaksanakan
setelah dilakukan perhitungan, dan setelah PIHAK KEDUA
menyelesaikan kewajiban keuangan kepada para pekerjaan harian
dan sub kontraktor.
17.5. Apabila keadaan kahar itu ditolak oleh PIHAK PERTAMA maka berlaku
ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, dan 20 Surat Perjanjian ini.
PASAL 18
RISIKO
18.1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun karena
kelalaian PIHAK KEDUA sebelum diserahkan kepada PIHAK PERTAMA,
maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul;
18.2. Jika pada waktu pelaksanaan terjadi kemacetan-kemacetan akibat tidak
tersedianya bahan dan alat-alat karena kesalahan PIHAK KEDUA, maka
segala risiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab PIHAK KEDUA;
18.3. Apabila selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborongan ini
menimbulkan kerugian PIHAK KETIGA (orang-orang yang tidak ada
Pihak Pertama : 11
Pihak Kedua :
sangkut paut dengan pekerjaan ini) akibat kelalaian PIHAK KEDUA, maka
segala kerugian ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
18.4. Segala persoalan dan tuntutan para tenaga kerja menjadi beban dan
tanggung jawab sepenuhnya PIHAK KEDUA, atau dengan kata lain bahwa
PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan para
pekerjanya berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, baik didalam
maupun diluar pengadilan;
18.5. PIHAK KEDUA bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan Pasal 1609
KUH Perdata.
PASAL 19
BAGIAN PEKERJAAN YANG KURANG SEMPURNA
19.1. Dalam waktu yang ditentukan oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA harus
memperbaiki bagian pekerjaan yang dinyatakan kurang atau tidak
sempurna;
19.2. Tidak ada hak bagi PIHAK KEDUA untuk mengadakan perpanjangan waktu
pelaksanaan berhubung adanya pekerjaan tersebut pada 19.1 pasal ini;
19.3. Tidak ada hak bagi PIHAK KEDUA untuk memperhitungkan biaya bagian
pekerjaan yang tersebut pada 19.1 pasal ini dalam bentuk biaya pekerjaan
tambahan.
PASAL 20
PEMUTUSAN PERJANJIAN
Pihak Pertama : 12
Pihak Kedua :
PASAL 21
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
21.1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka akan
diselesaikan secara musyawarah;
21.2. Apabila perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah,
maka akan diselesaikan oleh suatu Panitia Pendamai yang berfungsi
sebagai ahli wasit yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak,
yang terdiri atas:
21.2.1. Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota;
21.2.2. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota;
21.2.3. Seorang PIHAK KETIGA yang ahli, sebagai Ketua, yang disetujui
oleh kedua belah pihak.
21.3. Keputusan Panitia Pendamai ini mengikat kedua belah pihak dan biaya
penyelesaian perselisihan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak;
21.4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat 21.3 pasal ini tidak dapat
diterima oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak, maka perselisihan
akan dielesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Timur;
21.5. Penyelesaian melalui Dewan arbitrage, jika terjadi perselisihan atau
ketidaksesuaian paham yang timbul antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA, baik selama perkembangan atau setelah penyelesaian atau
setelah pekerjaan ditinggalkan, mengenai pembangunan dari Surat
Perjanjian ini, atau hal apa saja yang timbul, atau ada hubungan dengan
soal-soal itu, maka untuk itu wajib diadakan arbitrage sesuai dengan
Undang-undang arbitrage Republik Indonesia.
PASAL 22
LAPORAN
Pihak Pertama : 13
Pihak Kedua :
PASAL 23
TEMPAT KEDUDUKAN
PASAL 24
LAIN-LAIN
24.1.Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau
perubahan yang dipandang perlu oleh kedua belah pihak akan diatur lebih
lanjut dalam Perjanjian Tambahan (Addendum) dan merupakan Surat
Perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian ini;
24.2.Surat Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 8 (delapan), terdiri dari 4 (empat)
set asli dan bermaterai cukup yang mempunyai kekuatan hukum yang
sama, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA,
sedangkan selebihnya diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan berkaitan
PASAL 25
PENUTUP
Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak di Jakarta pada hari
dan tanggal tersebut di atas dan dinyatakan berlaku sejak tanggal diterbitkannya
Surat Perjanjian ini.
Pihak Pertama : 14
Pihak Kedua :