Oleh :
KARTIKA ROSDALIYANTI
NIM : P 20625119023
Pendekatan perawat gigi dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
anak berkebutuhan khusus(Tuna wicara)
Jadi peranan perawat dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
anak berkebutuhan khusus maka dapat disimpulkan bahwa peranan perawat gigi
untuk dapat meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut pada anak
berkebutuhan khusus melaui upaya-upaya promotif, preventiv dan kuratif
sederhana
Karakteristik
Kemampuan komunikasi seorang anak dianggap terlambat jika
kemampuan bicara dan atau bahasa anak tersebut jauh di bawah kemampuan
bicara / bahasa anak seusianya. Kadang seorang anak memiliki kemampuan
berbahasa reseptif (mampu memahami apa yang disampaikan lawan bicara) yang
jauh lebih baik dibanding kemampuan berbahasa ekspresifnya, namun kondisi ini
tidak selamanya terjadi.
Anak dengan masalah pendengaran bisa terlihat sulit memahami dan
memberi jawaban jika pertanyaan yang diajukan padanya tidak dilakukan berkali-
kali. Selain itu anak juga menunjukkan kemampuan bicara yang tidak akurat,
misalnya „kehilangan“ suku kata awal atau suku kata akhir. Atau, anak tersebut
menunjukkan seperti „ tidak nyambung „ saat dilakukan diskusi interaktif.
Selain hal-hal tersebut diatas, anak yang terbiasa berbahasa menggunakan
dialek tertentu, dapat mengalami kesulitan bicara dan bahasa menggunakan dialek
lain atau bahasa yang lain tentunya.
Dampak Negatif
Gangguan berbicara dan berbahasa dapat mempengaruhi anak dalam
berkomunikasi dengan orang lain, dalam proses memahami atau menganalisa
informasi. Ketrampilan berkomunikasi merupakan ketrampilan sangat penting
yang dibutuhkan dalam perkembangan anak, khususnya mempengaruhi
perkembangan belajar dan perkembangan kognisinya. Membaca, menulis, bahasa
tubuh, mendengarkan dan berbicara, semuanya merupakan bentuk berbahasa,
sebuah simbol / kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan pendapat dan
pikiran.
Tanda bahaya(red flags)yang harus segera dilakukan adalah evaluasi bicara dan
bahasa, yaitu seperti:
a. Pada usia 12 bulan bila si Kecil tidakbabbling, menunjuk atau tidak
mengukuti gerak-gerik Anda yang merawat.
b. Usia 15 bulan bila si Kecil tidak melihat atau menunjuk 5 dari 10 objek atau
orang yang disebutkan dan tidak mengucapkan minimal 3 kata.
c. Usia 18 bulan, si Kecil tidak mengikuti 1 instruksi dan tidak
mengatakanmama, papa, dada.
d. Usia 2 tahun, bila si Kecil tidak menunjuk pada gambar atau anggota tubuh
yang dusebutkan dan tidak mengucapkan minimal 25 kata.
e. Usia 2,5 tahun, si Kecil tidak merespon secara verbal, mengangguk atau
menggelengkan kepala pada sebuah pertanyaan dan tidak dapat
mengkombinasi dua kata.
f. Usia 3 tahun, si Kecil tidak memahami dan mengikuti perintah, tidak
mengucapkan paling sedikit 200 kata, tidak dapat menyebutkan
keinginanannya dan mengulang kalimat sebagai respon dari pertanyaan.
Dari tanda-tanda tersebut diatas, ibu harus mewaspadai sejak dini agar
tidak terjadi keterlambatan bicara pada si Kecil secara berkelanjutan. Selain itu,
perlu dicari penyebab lain dari keterlambatan bicara pada si Kecil. Keterlambatan
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
- Gangguan pendengaran
- Gangguan otak seperti pada retardasi mental
- Gangguan bahasa spesifik reseptif/ekspresif
- Autisme
- Gangguan pada organ mulut seperti gangguan artikulasi
Untuk mengetahui diagnosis pasti penyebabnya, diperlukan pendekatan
multidisiplin oleh dokter anak, telinga-hidung-tenggorok (THT), psikolog dan
psikiater anak, dan terapi dapat dimulai secara sistematis sesuai keadaan pasien.
Sebagai orang tua, peran Ibu sangat penting dalam penanganan keterlambatan
bicara tersebut. Rajinlah mengajak si Kecil untuk berbicara sejak bayi, walaupun
belum bisa berbicara namun kosakata dari Ibu dapat menajdi bekal dalam
perkembangan bicara dan bahasanya kelak. Ibu juga bisa membacakan cerita
untuk menambah kosakata yang didengar oleh si Kecil. Keterlambatan bicara
pada si Kecil sebaiknya dapat diketahui sejak dini, sehingga dapat dilakukan
penanganan secepatnya.
2. Apraksia
Apraksia merupakan gangguan saraf pada otak yang membuat anak
kesulitan dalam mengkoordinasi otot yang digunakan saat berbicara. Anak
dengan kondisi ini mengetahui apa yang ingin dikatakan, tetapi kesulitan
untuk berbicara. Apraksia pada anak biasanya disebabkan oleh gangguan
genetik dan metabolisme. Selain itu, kondisi ini juga dapat dialami jika ibu
mengonsumsi alkohol atau obat terlarang saat sedang hamil. Apraksia
biasanya baru bisa terdeteksi pada anak di bawah usia tiga tahun.
Gejala yang muncul antara lain, kurangnya ocehan ketika bayi, tampak
kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, menghisap atau meniup,
serta lebih sering menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Selain
itu, gejala juga bisa berupa kesulitan saat mengucapkan huruf konsonan yang
berada di awal dan akhir kata, dan susah mengucapkan kata yang sama untuk
kedua kalinya.
4. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan kondisi ketika anak memiliki kesulitan dalam
bergerak dan mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh. Gejala
kondisi ini biasanya muncul selama masa taman kanak-kanak atau balita.
Anak-anak bisa mengalami kekurangan kekakuan otot, koordinasi otot, sulit
berjalan, gerakan yang lambat, keterlambatan perkembangan kemampuan
berbicara dan sulit bicara, kejang, dan sulit makan.
Gangguan ini bersifat serius dan disebabkan oleh perkembangan otak yang
tidak normal atau kerusakan pada otak saat masih dalam masa perkembangan.
Anak dengan cerebral palsy membutuhkan perawatan jangka panjang.
Misalnya seperti obat-obatan untuk membantu meningkatkan kemampuan
fungsional, meredakan nyeri, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Intervensi Yang Dapat Dilakukan
Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim yang solid
yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist, dan orang tua
tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan mengidentifikasi gangguan
komunikasi apa yang dialami anak tersebut, salah satunya dengan mencek fungsi
pendengaran anak bekerja sama dengan dokter Ahli Telinga Hidung
Tenggorokan.
Speech-language pathologist akan membantu anak dengan gangguan
komunikasi dengan cara memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan
spesifik anak tersebut. Dia juga akan mengkonsultasikan kondisi anak dengan
guru disekolah sehingga diharapkan pihak sekolah dapat mengakomodasi situasi
belajar yang paling maksimal yang dapat mendukung kemampuan komunikasi
anak; juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mendiskusikan teknik-teknik
terapi yang paling efektif dan paling cocok diterapkan untuk masalah spesifik
anak tersebut. Penggunaan alat bantu dengar sangat bermakna bagi anak dengan
gangguan dengar sedang sampai berat. Anak yang tuli membutuhkan stimulasi
dini yang konsisten dan juga alat bantu komunikasi lain seperti „sign language“,
„finger spelling“, bahasa isarat dan juga tentunya alat bantu dengar tersebut.
Teknologi yang canggih juga banyak membantu anak anak yang
mengalami gangguan bicara/bahasa akibat keterbatasan fisik. Penggunaan media
komunikasi elektronik dapat membantu individu berkomunikasi tanpa bicara
langsung sehingga mereka tetap dapat mengkomunikasikan isi pikirannya.
DAFTAR PUSTAKA
Disability Fact Sheet on Speech/Language Disorders (FS11). January 2004.
National Dissemination Center for Children with Disabilities. US
Department of Education.
Eka News. Anak Terlambat Bicara, Normalkah? Eka Hospital. Monthly
Newsletter Ed. 3 Mei 2010. Jakarta.
Gemilang Argaruci. 2013. Kenali Tanda-Tanda Keterlambatan Bicara pada Balita.
Jakarta. Online: https://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/aktivitas-
edukasi/kenali-tanda-tanda-keterlambatan-bicara-pada-balita/ (Diunduh 16
April 2020)
Hadoloc. 2019. Awas, Inilah 4 Gangguan Biacara yang Bisa Dialami Anak.
Jakarta. Online: https://www.halodoc.com/4-gangguan-bicara-yang-dialami-
anak (Diunduh 16 April 2020)
Hadoloc. Ini 9 Gangguan Komunikasi pada Anak yang Bisa Diatasi dengan
Terapi Wicara. Jakarta. Online: https://www.halodoc.com/9-gangguan-
komunikasi-pada-anak-yang-bisa-diatasi-dengan-terapi-wicara. (Diunduh 16
April 2020).
Peranan-Perawat-Gigi-dalam-Pemeliharaan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-pada-
Anak-ber Online: http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/keperawatangigi/wp-
content/uploads/2017/01/8-Peranan-Perawat-Gigi-dalam-Pemeliharaan-
Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-pada-Anak-berkebutuhan-Khusus-I-Gede-
Surya-Kencana-JKG-Denpasar.pdf. (Diunduh 16 April 2020).
Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Universitas Psikolog. 2018. Gangguan Komunikasi-Pengertian dan Contoh Pada
Anak. Jakarta. Online: https://www.universitaspsikologi.com/
2018/04/gangguan-komunikasi-pengertian-dan-contoh-anak.html?m=1
(Diunduh 16 April 2020).