Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas kesekian bagi
sebagian orang. Padahal rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya
kuman dan bakteri, sehingga dapat mengganggu kesehatan organ tubuh
lainnya. Beberapa masalah gigi dan mulut bisa terjadi karena kurangnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut misalnya karies atau lubang pada gigi,
karies dapat mengenai siapa saja tanpa mengenal usia. (Kemenkes RI, 2014).
Anak merupakan usia rentan terhadap karies dan penyakit mulut lainnya
karena masih memerlukan bantuan dari orang tua maupun keluarga untuk
membimbing dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya begitu pula pada
anak berkebutuhan khusus yang memiliki resiko yang sangat tinggi pada
masalah kebersihan gigi dan mulutnya karena memiliki keterbatasan dalam
dirinya. (Indrawati, 2015).

Anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok anak yang


mengalami keterbatasan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun
emosional, kondisi karakteristik seperti ini berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun
2011). Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, penyakit
yang didapat, trauma, ataupun faktor lingkungan. Karakteristik anak
berkebutuhan khusus sangat unik berbeda dengan kelompok anak pada
umumnya sehingga berdampak pada kebutuhan pelayanan yang didapatkan.
Pemberian pelayanan khusus pada kelompok ini bertujuan agar anak
mendapatkan kesempatan berkembang sesuai kondisi fisik, mental dan
potensi masing-masing (Kemenkes RI, 2010). Berlandaskan Pasal 7 Undang
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, menyebutkan
bahwa anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pelayanan khusus yang

1
bertujuan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai
batas kemampuan serta kesanggupan anak yang bersangkutan.

Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 menyebutkan bahwa jumlah


anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 0,7% dari total jumlah
penduduk sebesar 211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Tahun 2007
survei yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Sosial
menyebutkan bahwa jumlah populasi anak berkebutuhan khusus yaitu sekitar
3,11% dari total penduduk Indonesia (Kemenkes RI, 2010). Data-data
tersebut memberikan gambaran adanya peningkatan jumlah anak
berkebutuhan khusus di Indonesia dari tahun ke tahun.

Menurut Shyam (2014) kelompok anak dengan Disabilitas intelektual


(DI) memiliki kebutuhan perawatan gigi dan mulut lebih besar dibandingkan
dengan anak normal pada umumnya, sebagian besar memiliki permasalahan
pada rendahnya status kebersihan gigi dan mulut dan tingginya penyakit
periodontal. Carranza (2006) menyebutkan bahwa penyebab utama penyakit
periodontal yaitu adanya penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi.
Produk dari bakteri tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan epitel
dan jaringan ikat serta sel-sel yang didalamnya.

Menggosok gigi merupakan salah satu bahasan materi pokok


pembelajaran bina diri di SLB (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Tujuan pembelajaran bina diri atau merawat diri yaitu siswa diharapkan
mampu mengembangkan sikap dan kebiasaan mengurus kebutuhan dasar
secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain atau pengasuh
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007).

Perawatan preventif adalah tindakan pencegahan untuk penyakit gigi


dan mulut yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus. Pemberian fluor
untuk anak berkebutuhan khusus bisa diberikan secara topikal atau sistematik
dalam bentuk gel. (Susanti, 2014). Penutupan fissure sealant dan pit
merupakan perawatan pencegahan karies pada gigi anak-anak. Sealant

2
merupakan bahan tambal cair yang digunakan untuk mengisi alur-alur yang
terdapat pada permukaan gigi geraham yang dalam, sehingga sealant tersebut
bisa mencegah partikel makanan masuk ke dalam. Penutupan fissure
sealant dan pit tersebut sangat efektif untuk mencegah terjadinya gigi
berlubang. (Susanti, 2014).

Penambalan maupun pencabutan gigi untuk anak berkebutuhan


khusus atau anak normal pada dasarnya adalah sama, namun jika disertai
dengan adanya kelainan sitematik pada anak maka cara penanganan yang
dilakukan pun akan berbeda secara multidisipliner dengan
dokter anestesia dan dokter anak. (Susanti. 2014). Kesuksesan perawatan gigi
pada anak berkebutuhan khusus ini juga sangat dipengaruhi oleh kerjasama
antara terapi wicara dan ahli gizi. Penggunaan alat orthodonsi juga bisa
dilakukan pada anak berkebutuhan khusus melalui pertimbangan yang tepat.
(Susanti. 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah perawatan yang dilakukan untuk merawat gigi anak Disabilitas


Sosial/Tuna Laras?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan perawatan gigi anak Disabilitas Sosial/Tuna Laras, pada


orang tua, pengajar dan semua pihak yang berhubungan dengan anak
yang berkebutuhan khusus.

1.3.2 Tujuan khusus

Menjelaskan perawatan yang dilakukan pada anak Disabilitas


Sosial/Tuna Laras.

3
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat untuk masyarakat

Memberikan pemahaman perawatan gigi anak dengan kebutuhan


khusus, anak Disabilitas Sosial/Tuna Laras, pada orang tua, pengajar
dan semua pihak yang berhubungan dengan anak yang berkebutuhan
khusus.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus adalah yang termasuk anak yang mengalami


hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anak-anak ini, yang
antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada
anak yang normal (Muslim, 2006). Macam-macam Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) ABK terdiri dari dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK
temporer meliputi: anak- anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi
yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana
alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak
yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK
permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders),
Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan
lain-lain (Hidayat, 2009).

2.7.4 Perawatan gigi yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan


khusus

a. Perawatan Preventif.

Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak


berkebutuhan khusus:

1. Pemberian fluor. Pemberian fluor pada anak berkebutuhan khusus


dapat diberikan secara sistemik atau topikal dalam bentuk gel.
2. Kontrol Plak dengan cara menyikat gigi yang tepat, mengatur
pola makan anak dan penggunaan obat kumur. Pada anak
berkebutuhan khusus yang disertai gangguan fungsi otot

5
pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih terkumpul
disekitar giginya. Pemberian obat kumur yang tidak mengandung
alkohol dapat digunakan pada anak yang sudah dapat berkumur
untuk membantu membersihkan sisa makanan dan berfungsi
sebagai antiseptik. Pemberian antiseptik bentuk gel juga dapat
diberikan secara rutin.

3. Pembersihan karang gigi

4. Penutupan pit dan fissure sealant. Sealant adalah bahan tambal


cair yang mengisi alur-alur permukaan gigi geraham tetap anak
yang dalam sehingga mencegah partikel makanan masuk.
Penutupan pit dan fissure sealant efektif mencegah gigi
berlubang. (Susanti, 2014)

b. Perawatan Kuratif dan rehabilitatif.

Penambalan maupun pencabutan pada anak berkebutuhan


khusus maupun normal pada dasarnya sama, namun jika disertai
dengan adanya kelainan sistemik maka penanganannya dilakukan
secara multidisipliner dengan dokter anak dan dokter anestesia.
Kerjasama dengan terapis wicara dan ahli gizi sangat berpengaruh
pada kesuksesan perawatan. Penggunaan alat orthodonsi juga dapat
dilakukan pada anak berkebutuhan khusus dengan pertimbangan
yang tepat. (Susanti, 2014).

6
BAB 3

PEMBAHASAN

Untuk mencapai keberhasilan perawatan gigi anak khususnya anak-anak


berkebutuhan khusus diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara
dokter gigi, anak dan orang tua. Dokter gigi khususnya dokter gigi anak tidak
dapat bekerja sendiri dalam merawat gigi anak, begitu pula dengan orang tua.
Menjalin kerjasama antara dokter gigi anak dengan orang tua anak dapat
mewujudkan gigi yang sehat sepanjang hidup anak-anak. (Susanti, 2014).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila anak berkebutuhan khusus


datang ke dokter gigi antara lain:

1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi dokter gigi anak, orang tua datang
terlebih dahulu berkonsultasi, sebab perawatan gigi anak berkebutuhan
khusus membutuhkan identifikasi dini mengenai riwayat medis,
kemampuan kooperatif, pemahaman, adanya tidaknya fobia dan hal-hal
spesifik lain yang penting. Hal ini akan menjadi dasar pemilihan teknik
manajemen tingkah laku yang diberikan pada anak. Pada kasus ringan
dokter gigi anak akan menerapkan teknik non farmakologi, yaitu Tell
Show Do, modelling, positive reinforcement, distraksi, desensitisasi.
Sedangkan pada kasus berat akan dipilih teknik farmakologi seperti sedasi
dan general anastesia.
2. Membuat perjanjian jadwal kunjungan dokter gigi anak terlebih dahulu.
Sebaiknya kunjungan dilakukan pada jam-jam yang tidak terlalu sibuk,
atau dijadwalkan pada urutan pertama agar anak tidak perlu menunggu.

3. Pada anak dengan gangguan psikososial dan perilaku membutuhkan waktu


untuk membiasakan diri dengan lingkungan baru. Oleh sebab itu perlu
kerjasama orang tua dan dokter gigi anak. Pada kunjungan pertama, anak
diperkenalkan dengan dokter gigi anak dan lingkungan perawatannya. Alat

7
bantu visual seperti gambar sikat gigi, pasta, cara menggosok gigi dan alat
elektronik (kamera) dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap positif
anak. (Shella, 2013).

3.1 Perawatan gigi yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan


khusus

3.1.1 Perawatan kuratif dan rehabilitatif.

Penambalan maupun pencabutan pada anak berkebutuhan


khusus maupun normal pada dasarnya sama, namun jika disertai
dengan adanya kelainan sistemik maka penanganannya dilakukan
secara multidisipliner dengan dokter anak dan dokter anestesia.
Kerjasama dengan terapis wicara dan ahli gizi sangat berpengaruh
pada kesuksesan perawatan. Penggunaan alat orthodonsi juga dapat
dilakukan pada anak berkebutuhan khusus dengan pertimbangan
yang tepat. (Susanti, 2014).

a. Pencabutan gigi anak berkebutuhan khusus

Salah satu hal penting untuk management prilaku pada


anak adalah bagaimana dokter gigi dapat mengkontrol rasa sakit
terutama pada saat pencabutan gigi anak. Perlunya kunjungan
berulang pada anak ternyata dapat mengurangi
ketidaknyamanan pada saat dilakukan pencabutan gigi. Dalam
hal mengurangi ketidaknyamanan dapat dilakukan dengan
penggunaan topical aplikasi sebelum dilakukan pencabutan gigi.
Sediaan Topical aplikasi bisa terbuat dari gel, liquid, ointment
dan spray, tetapi pada prakteknya banyak dokter gigi yang lebih
menggunakan topical aplikasi gel, liquid, ointment karena
sifatnya yang short acting. (Cristiono: 2012).

Pencabutan gigi anak bisa dimulai dengan terlebih


dahulu menggunakan metode pendekatan baik itu metode tell

8
sho do, metode distraction, metode modeling dan lain-lain.
Penggunaan metode tidaklah sama diterapkan pada masing-
masing  anak. Beberapa anak cocok untuk metode tell show do
dan metode modeling tetapi yang lain tidak, factor kematangan
EQ dan IQ juga berpengaruh.  Penggunaan kata “sakit” perlu
kita tekannkan pada anak, karena rasa sakit lebih bisa diterima
oleh anak dibandingkan dengan anak tersugesti bahwa cabut
gigi tidak sakit. (Cristiono: 2012).

Pengalaman cabut pada anak-anak terutama pada


kunjungan pertama sangatlah penting, mengingat kunjungan
pertama kita bisa merubah persepsi anak dari yang tidak
kooperatif menjadi kooperatif dan yang takut terhadap
perawatan dokter gigi akan menjadi tidak takut lagi. Sangat
memprihatinkan jika dokter gigi pada kunjungan pertama
memberikan efek rasa sakit yang berlebihan sehingga membuat
anak tidak bisa menyelesaikan dalam perawatan gigi,  yang
akibatnya berbagai macam keluhan timbul dan tidak bisa untuk
dilakukan suatu tindakan. (Cristiono: 2012).

Metode pencabutan dalam mengurangi rasa sakit


bermacam, yang paling penting adalah teknik anestesi. Prinsip 
anetesi tidak jauh berbeda dengan teknik anestesi pada orang
dewasa, tetapi pada anak-anak terdapat sedikit modifikasi pada
waktu injeksi ke jaringan. Dalam mengurangi rasa sakit teknik
injeksi difokuskan pada daerah labial dan dilanjutkan ke
palatal/lingual dengan melaui interdental. Penggunaaan citoject
dapat  digunakan karena penetrasi ke jaringan sangat kecil
sehingga trauma jaringan dapat dikurangi yang akibatnya dapat
mengurangi rasa sakit pada waktu prosedur anaestesi.
(Cristiono: 2012).

9
Management rasa sakit pada anak sangatlah penting
terutama pada saat pencabutan gigi, dengan management yang
bagus akan didapatkan hasil yang optimal sehingga anak akan
memperoleh perawatan yang optimal dengan sedikit trauma.
Penguasaan metode pendekatan pada anak dan prosedur anestesi
serta teknik pencabutan juga memegang peranan penting untuk
memperoleh hasil yang diharapkan. (Cristiono: 2012).

b. Penambalan gigi anak berkebutuhan khusus

Salah satu perawatan gigi yang biasanya dilakukan


untuk melindungi gigi susu adalah tambalan gigi susu.
Banyak orang yang menganggap prosedur ini tidak perlu
dilakukan, karena nantinya gigi susu akan tanggal dengan
sendirinya. (Santosa: 2010). Namun, ada beberapa hal yang
menyebabkan perawatan ini menjadi penting.
1. Gigi susu berfungsi sebagai panduan atau penjaga tempat
bagi bagi gigi permanen. Apabila gigi susu telah dicabut
atau tanggal sebelum gigi permanen tumbuh, maka gigi di
sekitarnya dapat berpindah ke posisi yang ditinggalkan
gigi tersebut. Sehingga, nantinya gigi permanen tidak
dapat tumbuh karena dihalangi oleh gigi lain.

2. Gigi susu berperan penting dalam perkembangan pola


bicara anak. Gigi susu yang rusak akibat karies gigi dapat
menyebabkan masalah seperti lisp (kesulitan
mengucapkan s dan z) atau whistling (bunyi s yang terlalu
panjang), terutama jika kerusakan terjadi pada gigi depan.

3. Gigi susu dibutuhkan untuk mengunyah makanan. Maka


dari itu, gigi ini sangat penting untuk memastikan anak
tetap mendapatkan gizi yang dibutuhkan. (Wikarna: 2012).

10
Ada jangka waktu yang panjang antara masa
pertumbuhan gigi susu dan saat gigi susu mulai tanggal. Gigi
susu dapat mulai tumbuh sejak usia 6 bulan sampai 3 tahun dan
mulai tanggal saat anak memasuki usia 5 tahun. Gigi susu yang
terakhir, yaitu geraham belakang, akan mulai tanggal saat anak
berusia sekitar 13 tahun. Maka dari itu, anak yang berusia 1-13
tahun akan membutuhkan tambalan gigi susu. Sebelum gigi
permanen tumbuh, ada banyak gangguan gigi yang
menyebabkan anak membutuhkan perawatan ini. (Wikarna:
2012).

Anak yang memiliki karies gigi akan memerlukan


tambalan gigi susu. Karies gigi biasanya disebabkan oleh
kebiasaan memakan makanan yang manis dan makanan cepat
saji. Gigi susu tidak hanya dimiliki oleh balita dan anak kecil,
namun juga remaja usia 12-13 tahun yang gigi geraham
belakangnya belum tanggal. Gigi geraham belakang lebih
beresiko terkena karies, karena gigi ini yang paling sering
digunakan untuk mengunyah dan gigi terakhir yang tanggal.
Sehingga, pasien juga akan membutuhkan tambalan gigi susu.
(Setiawan: 2016).

Komplikasi dapat terjadi, namun bukan karena prosedur


penambalan gigi, melainkan karena kecemasan anak. Anak yang
cemas dapat sulit dikendalikan dan melukai dirinya sendiri saat
penambalan gigi. Supaya pasien tidak cemas, orangtua
disarankan untuk datang ke klinik gigi lebih awal. Dengan
begitu, anak dapat memiliki waktu untuk membiasakan diri
dengan suasana klinik. (Setiawan: 2016).

Di klinik gigi, dokter gigi spesialis anak akan memeriksa


gigi dan mencari gigi yang harus ditambal. Sebelum

11
penambalan gigi, dokter gigi dapat memberikan bius lokal,
tergantung pada tingkat keparahan karies gigi. Ia juga dapat
mengoleskan gel penghilang rasa pada gusi sebelum
menyuntikkan obat bius. Setelah efek obat bius mulai terasa,
dokter gigi akan membersihkan karies gigi. Dokter gigi akan
menggunakan bor gigi dan alat pengikis, sedangkan perawat
akan menyedot air dan serpihan gigi dengan alat
penyedot.Seusai pembersihan gigi, dokter gigi akan menambal
gigi susu yang berlubang. Tambalan gigi yang digunakan dapat
berwarna perak atau seperti warna alami gigi. (Setiawan: 2016).

Untuk memastikan tambalan gigi tidak terlalu tebal,


dokter gigi akan meminta anak untuk mengatupkan giginya dan
menilai apakah ada yang terasa mengganjal. Jika anak merasa
nyaman dengan tambalan giginya, ia akan diminta untuk
berkumur dan perawatan akan diakhiri. (Setiawan: 2016).

3.1.2 Perawatan Preventif.

Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak


berkebutuhan khusus:

a. Pemberian fluor.

Pemberian fluor pada anak berkebutuhan khusus dapat diberikan


secara sistemik atau topikal dalam bentuk gel. (Susanti, 2014).
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui
pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik
juga memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di
dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini
meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan
tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap.
Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai

12
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektif
yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air kemasan)
dan fluoridasi garam dapur. (Herdiyanti: 2010).

Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan


sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam
dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan
peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan
gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk
gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara:
Topikal aplikasi yang mengandung fluor. Kumur-kumur dengan
larutan yang mengandung fluor. Menyikat gigi dengan pasta
yang mengandung fluor. (Herdiyanti: 2010).

b. Kontrol Plak

Kontrol plak dengan cara menyikat gigi yang tepat, mengatur


pola makan anak dan penggunaan obat kumur. Pada anak
berkebutuhan khusus yang disertai gangguan fungsi otot
pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih
terkumpul disekitar giginya. (Susanti, 2014). Pemberian obat
kumur yang tidak mengandung alkohol dapat digunakan pada
anak yang sudah dapat berkumur untuk membantu
membersihkan sisa makanan dan berfungsi sebagai antiseptik.
Pemberian antiseptik bentuk gel juga dapat diberikan secara
rutin.

c. Penutupan pit dan fissure sealant.

Sealant adalah bahan tambal cair yang mengisi alur-alur


permukaan gigi geraham tetap anak yang dalam sehingga

13
mencegah partikel makanan masuk. Penutupan pit dan fissure
sealant efektif mencegah gigi berlubang. (J.H. Nunn et al, 2000).

Tujuan utama diberikannya sealant adalah agar terjadinya


penetrasi bahan ke dalam pit dan fisura serta berpolimerisai dan
menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris. Bahan sealant
ideal mempunyai kemampuan retensi yang tahan lama,
kelarutan terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan
jaringan rongga mulut, dan mudah diaplikasikan. (Donna
Lesser, 2001).

14
BAB 4

4.1 Kesimpulan

1. Perawatan gigi pada anak berkebutuhan khusus maupun normal pada


dasarnya sama, namun jika disertai dengan adanya kelainan maka
penanganannya dilakukan secara multidisipliner.

2. Untuk dapat merawat anak dengan kebutuhan khusus maka dokter gigi
harus mengetahui dengan rinci mengenai riwayat penyakit anak serta
kemampuan anak dalam menerima perawatan.

3. Prosedur perawatan yang paling baik adalah pencegahan penyakit gigi dan
mulut agar dapat mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

4. Keberhasilan perawatan gigi pada anak dengan kebutuhan khusus


diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara dokter gigi, anak
dan orang tua.

4.2 Saran

1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang perawatan gigi dan mulut yang
terbaik untuk pasien anak dengan kebutuhan khusus.

2. Pelayanan kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus perlu dilaksanakan


melalui sistem pelayanan kesehatan yang ada seperti UKGS (Unit
Kesehatan Gigi Sekolah), puskesmas, dan pelayanan kesehatan lainnya.

3. Perlu diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, serta cara
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik bagi anak berkebutuhan
khusus, guru, serta orang tua.

15
4. Anak dengan retardasi mental sebaiknya mendapat pendampingan oleh
orang tua/wali atau guru dalam upaya menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya.

16
Daftar pustaka

Carranza FA, Newman M.G., 2006, Carranza’s Clinical Periodontology, 10th Ed,
St.Louis: W.B. Saunders Elsevier Company.

Christiono, Sandy. 2012. Management Pencabutan Gigi Anak. Semarang:


UNISSULA

Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.

Lesser, Donna, RDH, BS. 2001. An Overview of Dental Sealants. Diakses dari
http://www.adha.org/downloads/sup_sealant.pdf pada 8 Juni 2009

Lucas, J, Dr . 2008. Fuji VII Pink or White. Diakses dari


http://www.gcasia.info/australia/brochures/pdfs/7704_FUJI%20VII_NEW
%20FORMAT.pdf pada 8 Juni 2009

Nunn, J.H. 2000. British Society of Paediatric Dentistry: A Policy Document on


Fissure Sealants in Paediatric Dentistry. International Journal of
Paediatric Dentistry diakses dari http://www.bspd.co.uk/publication-19.pdf
pada 8 Juni 2009

Sentosa, Ivonne Teguh. 2010. http://mommiesdaily.com/2010/04/08/gigi-susu-


perlu-ditambal/

Setiawan, Harry. 2016. https://www.docdoc.com/id/info/procedure/penambalan-


gigi-susu

Shella, dkk: 2013. kidzdentalcare.blogspot.com/2013/12/tips-merawat-gigi-anak-


berkebutuhan.html

17
Susanti, Lila. 2014. Perawatan Gigi dan Mulut Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
mitrakeluarga.com/depok/perawatan-gigi-dan-mulut-bagi-anak-
berkebutuhan-khusus

Syarif, Willyanti. 2002. Kiat Suksesmenangani Pasien Handicapped Dalam


Praktek Dokter Gigi. Bandung: Bagian Ilmu Kedokteran Anak FKG
UNPAD

Shyam, R. Kavita & Govil, D. Stress and Family Burden in Mothers of Children
with Disabilities. International Journal of Interdisciplinary and
Multidisciplinar Studies (IJIMS), 2014, Vol 1, No.4, 152-159. ISSN: 2348
– 0343.

Welbury RP. 2001. Paediatric dentistry. 2nd ed. New York: Oxford University
Press

Wikarna, Nyoman. 2012. Fungsi Gigi Susu/Sulung. Diakses dari


ttps://denpasardentist.com/ /2012/11/15

18

Anda mungkin juga menyukai