PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas kesekian bagi
sebagian orang. Padahal rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya
kuman dan bakteri, sehingga dapat mengganggu kesehatan organ tubuh
lainnya. Beberapa masalah gigi dan mulut bisa terjadi karena kurangnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut misalnya karies atau lubang pada gigi,
karies dapat mengenai siapa saja tanpa mengenal usia. (Kemenkes RI, 2014).
Anak merupakan usia rentan terhadap karies dan penyakit mulut lainnya
karena masih memerlukan bantuan dari orang tua maupun keluarga untuk
membimbing dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya begitu pula pada
anak berkebutuhan khusus yang memiliki resiko yang sangat tinggi pada
masalah kebersihan gigi dan mulutnya karena memiliki keterbatasan dalam
dirinya. (Indrawati, 2015).
1
bertujuan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai
batas kemampuan serta kesanggupan anak yang bersangkutan.
2
merupakan bahan tambal cair yang digunakan untuk mengisi alur-alur yang
terdapat pada permukaan gigi geraham yang dalam, sehingga sealant tersebut
bisa mencegah partikel makanan masuk ke dalam. Penutupan fissure
sealant dan pit tersebut sangat efektif untuk mencegah terjadinya gigi
berlubang. (Susanti, 2014).
1.3 Tujuan
3
1.4 Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Perawatan Preventif.
5
pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih terkumpul
disekitar giginya. Pemberian obat kumur yang tidak mengandung
alkohol dapat digunakan pada anak yang sudah dapat berkumur
untuk membantu membersihkan sisa makanan dan berfungsi
sebagai antiseptik. Pemberian antiseptik bentuk gel juga dapat
diberikan secara rutin.
6
BAB 3
PEMBAHASAN
1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi dokter gigi anak, orang tua datang
terlebih dahulu berkonsultasi, sebab perawatan gigi anak berkebutuhan
khusus membutuhkan identifikasi dini mengenai riwayat medis,
kemampuan kooperatif, pemahaman, adanya tidaknya fobia dan hal-hal
spesifik lain yang penting. Hal ini akan menjadi dasar pemilihan teknik
manajemen tingkah laku yang diberikan pada anak. Pada kasus ringan
dokter gigi anak akan menerapkan teknik non farmakologi, yaitu Tell
Show Do, modelling, positive reinforcement, distraksi, desensitisasi.
Sedangkan pada kasus berat akan dipilih teknik farmakologi seperti sedasi
dan general anastesia.
2. Membuat perjanjian jadwal kunjungan dokter gigi anak terlebih dahulu.
Sebaiknya kunjungan dilakukan pada jam-jam yang tidak terlalu sibuk,
atau dijadwalkan pada urutan pertama agar anak tidak perlu menunggu.
7
bantu visual seperti gambar sikat gigi, pasta, cara menggosok gigi dan alat
elektronik (kamera) dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap positif
anak. (Shella, 2013).
8
sho do, metode distraction, metode modeling dan lain-lain.
Penggunaan metode tidaklah sama diterapkan pada masing-
masing anak. Beberapa anak cocok untuk metode tell show do
dan metode modeling tetapi yang lain tidak, factor kematangan
EQ dan IQ juga berpengaruh. Penggunaan kata “sakit” perlu
kita tekannkan pada anak, karena rasa sakit lebih bisa diterima
oleh anak dibandingkan dengan anak tersugesti bahwa cabut
gigi tidak sakit. (Cristiono: 2012).
9
Management rasa sakit pada anak sangatlah penting
terutama pada saat pencabutan gigi, dengan management yang
bagus akan didapatkan hasil yang optimal sehingga anak akan
memperoleh perawatan yang optimal dengan sedikit trauma.
Penguasaan metode pendekatan pada anak dan prosedur anestesi
serta teknik pencabutan juga memegang peranan penting untuk
memperoleh hasil yang diharapkan. (Cristiono: 2012).
10
Ada jangka waktu yang panjang antara masa
pertumbuhan gigi susu dan saat gigi susu mulai tanggal. Gigi
susu dapat mulai tumbuh sejak usia 6 bulan sampai 3 tahun dan
mulai tanggal saat anak memasuki usia 5 tahun. Gigi susu yang
terakhir, yaitu geraham belakang, akan mulai tanggal saat anak
berusia sekitar 13 tahun. Maka dari itu, anak yang berusia 1-13
tahun akan membutuhkan tambalan gigi susu. Sebelum gigi
permanen tumbuh, ada banyak gangguan gigi yang
menyebabkan anak membutuhkan perawatan ini. (Wikarna:
2012).
11
penambalan gigi, dokter gigi dapat memberikan bius lokal,
tergantung pada tingkat keparahan karies gigi. Ia juga dapat
mengoleskan gel penghilang rasa pada gusi sebelum
menyuntikkan obat bius. Setelah efek obat bius mulai terasa,
dokter gigi akan membersihkan karies gigi. Dokter gigi akan
menggunakan bor gigi dan alat pengikis, sedangkan perawat
akan menyedot air dan serpihan gigi dengan alat
penyedot.Seusai pembersihan gigi, dokter gigi akan menambal
gigi susu yang berlubang. Tambalan gigi yang digunakan dapat
berwarna perak atau seperti warna alami gigi. (Setiawan: 2016).
a. Pemberian fluor.
12
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektif
yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air kemasan)
dan fluoridasi garam dapur. (Herdiyanti: 2010).
b. Kontrol Plak
13
mencegah partikel makanan masuk. Penutupan pit dan fissure
sealant efektif mencegah gigi berlubang. (J.H. Nunn et al, 2000).
14
BAB 4
4.1 Kesimpulan
2. Untuk dapat merawat anak dengan kebutuhan khusus maka dokter gigi
harus mengetahui dengan rinci mengenai riwayat penyakit anak serta
kemampuan anak dalam menerima perawatan.
3. Prosedur perawatan yang paling baik adalah pencegahan penyakit gigi dan
mulut agar dapat mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
4.2 Saran
1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang perawatan gigi dan mulut yang
terbaik untuk pasien anak dengan kebutuhan khusus.
3. Perlu diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, serta cara
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik bagi anak berkebutuhan
khusus, guru, serta orang tua.
15
4. Anak dengan retardasi mental sebaiknya mendapat pendampingan oleh
orang tua/wali atau guru dalam upaya menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya.
16
Daftar pustaka
Carranza FA, Newman M.G., 2006, Carranza’s Clinical Periodontology, 10th Ed,
St.Louis: W.B. Saunders Elsevier Company.
Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Lesser, Donna, RDH, BS. 2001. An Overview of Dental Sealants. Diakses dari
http://www.adha.org/downloads/sup_sealant.pdf pada 8 Juni 2009
17
Susanti, Lila. 2014. Perawatan Gigi dan Mulut Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
mitrakeluarga.com/depok/perawatan-gigi-dan-mulut-bagi-anak-
berkebutuhan-khusus
Shyam, R. Kavita & Govil, D. Stress and Family Burden in Mothers of Children
with Disabilities. International Journal of Interdisciplinary and
Multidisciplinar Studies (IJIMS), 2014, Vol 1, No.4, 152-159. ISSN: 2348
– 0343.
Welbury RP. 2001. Paediatric dentistry. 2nd ed. New York: Oxford University
Press
18