Anda di halaman 1dari 11

PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK

DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI


Oleh :
Drg. Soesilo Soeparmin MS
! A K U L T A S K E D O K T E R A N G I G I
UNI"ERSITAS MAHASARAS#ATI
DENPASAR
$ULI %&'(
0
PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK
DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI
Soesilo Soeparmin
A)STRAK
Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat
dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau
menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak
selain ditentukan oleh pengetahuan klinis dan ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh
kesanggupan anak untuk bekerjasama selama perawatan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui
strategi pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi. Perawatan terhadap anak-anak
adalah hubungan antara dokter gigi - pasien anak - orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut
(one to two relationship). asar dari menerapkan perilaku kedokteran gigi terhadap anak-anak adalah
dengan membentuk kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman perawatan gigi
mereka. !ang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara pasien
anak, keluarga dan dokter gigi. "trategi pengendalian tingkah laku anak yang dapat diterapkan dalam
praktek kedokteran gigi adalah strategi modeling, desensitisasi dan kombinasinya. #ntuk melengkapi
strategi ini, dapat digunakan metode $ell-"how-o dan reinforcement, sedangkan %and &'er (outh
)*ercise jangan dilakukan pada anak yang mengalami rasa takut.
Ka*a K+n,i + "trategi Pengendalian, $ingkah ,aku
-ONTROL O! )EHA"IOUR -HILD
IN DENTIST PRA-TI-E
Soesilo Soeparmin
A)STRA-T
-hildren ha'e a wide range of properties that are influenced by the family en'ironment, society and
the en'ironment dental practice. $he child.s beha'ior can sometimes facilitate or complicate the dentist
to perform maintenance. $he key to success in addition to dental care in children is determined by the
clinical knowledge and skills of the dentist, is also partly determined by the child.s ability to cooperate
during treatment. $his research aims to determine the control strategy of the child.s beha'ior in the
practice of dentistry. $reatment of children is the relationship between the dentist - pediatric patients -
the parents / persons accompanying the child /one-to-two relationship0. $he basis of applying beha'ior
towards children dentistry is to establish the ability to be able to steer them through their dental
e*perience. (ost important in the treatment of pediatric patients is a dynamic relationship among
pediatric patients, families and dentists. -hild beha'ior control strategies that can be applied in dental
practice is a strategy modeling, desensiti1ation, and combinations thereof. $o complement this
strategy, the method can be used $ell-"how-o and reinforcement, while %and &'er (outh )*ercise
should not be performed on children who e*perience fear.
Ke./or0s : -ontrol "trategy, 2eha'ior
Korespon0ensi + "osilo "oeparmin, drg., (."., 2agian Kedokteran 3igi Anak, 4akultas Kedokteran
3igi, #ni'ersitas (ahasaraswati enpasar, 5l. Kamboja 66A enpasar, $elp. /07860 9:;:09<, 4a*.
/07860 ;86;9=, email + soesilo.soeparmin>gmail.com
6
PENDAHULUAN
alam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan adalah
bagaimana sikap /perilaku0 anak menerima suatu perawatan yang diberikan oleh dokter gigi. Anak-
anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan
lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau
menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. alam hal ini ada banyak cara yang bisa
dilakukan sehingga penting untuk seorang dokter gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara
berkomunikasi dengan anak sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah.
Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan klinis dan
ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh kesanggupan anak untuk bekerjasama selama
perawatan. %al tersebut menyebabkan dokter gigi yang merawat pasien anak harus mampu melakukan
pengelolaan perilaku agar pasien bersikap kooperatif. Pada umumnya, anak yang datang ke praktik
dokter gigi berperilaku kooperatif dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik apabila
diperlakukan dengan benar sesuai dengan dasar-dasar pengelolaan perilaku. ?amun, sebagian anak
berperilaku non kooperatif serta bersikap negatif pada perawatan gigi.
6
alam melakukan perawatan gigi anak, terdapat tiga komponen yang harus bekerja sama, agar
perawatan dapat berlangsung dengan lancar. Komponen tersebut digambarkan dalam bentuk segitiga
yang dikenal sebagai segitiga perawatan gigi anak. Pada segitiga tersebut, bagian sudut-sudutnya
ditempati oleh dokter gigi, keluarga /terutama ibu0 dan anak sebagai pasien terletak pada puncak
segitiga. "egitiga tersebut saling berhubungan secara dinamik.
;
(asalah yang dihadapi oleh dokter gigi, pertama adalah anak dengan berbagai tingkah lakunya
sesuai dengan perkembangan yang sedang berlangsung. (asalah kedua, yang terletak disudut lain
adalah keluarga /terutama ibu0 yang diharapkan memberi dukungan kepada dokter gigi dalam
pelaksanaan perawatan gigi anaknya yang terkadang memerlukan perhatian khusus sebelum perawatan
anak dimulai.
@asa takut dan cemas pada anak merupakan suatu pengalaman pada perawatan gigi yang tidak
menyenangkan. Ketakutan dan kecemasan mempengaruhi tingkah laku anak dan lebih jauh lagi
menentukan keberhasilan perawatan gigi. Kecemasan merupakan suatu ciri kepribadian dan ketakutan
terhadap antisipasi bahaya dari sumber yang tidak dikenal, sedangkan takut merupakan respon
emosional terhadap sesuatu yang dikenal berupa ancaman eksternal.
6
"trategi pengelolaan rasa takut pada anak adalah dasar untuk memulai perawatan dengan tujuan
untuk mengembangkan sikap anak yang mau menjalankan perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi
dan mulut tanpa menimbulkan rasa takut. "elain itu, komunikasi merupakan dasar dari setiap
perawatan yang akan dilakukan. )fekti'itas komunikasi dokter gigi-pasien dapat mengurangi
kecemasan dan meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. "trategi pengelolaan perilaku
dibagi menjadi enam kategori dasar yaitu + pendidikan, dukungan, kognitif-perilaku, paksaan,
pembatasan dan farmakologi.
7
Aalaupun rasa takut terhadap perawatan gigi yang dilakukan dokter gigi bukan masalah yang
serius, tetapi merupakan hambatan bagi para dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi di
masyarakat. (aka dari itu penanggulangan adanya rasa takut terhadap perawatan gigi perlu dicarikan
jalan keluarnya. 2erdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin membahas mengenai strategi
pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi.
KLASI!IKASI PERILAKU ANAK
;
Men+r+* #righ* perila1+ ana1 0i1lasi2i1asi1an men3a0i:
'. Koopera*i2
Ana14ana1 .ang 1oopera*i2 *erliha* san*ai 0an rile1s. Mere1a sanga* an*+sias menerima
pera/a*an 0ari 0o1*er gigi. Mere1a 0apa* 0ira/a* 0engan se0erhana 0an m+0ah *anpa
mengalami 1es+li*an pen0e1a*an *ing1ah la1+ 5perila1+6.
(
%. K+rang 1oopera*i2
Pasien ini *ermas+1 ana14ana1 .ang sanga* m+0a 0i mana 1om+ni1asin.a 7el+m 7ai1
0an *i0a1 0apa* memahami 1om+ni1asi 0engan 7ai1. Karena +m+r mere1a mere1a
*ergolong 1e 0alam pasien .ang 1+rang 1oopera*i2. Kelompo1 lain .ang *ermas+1 1e
0alam pasien .ang 1+rang 1oopera*i2 a0alah pasien .ang memili1i 1e*er7a*asan .ang
spesi2i1. Un*+1 ana14ana1 golongan ini s+a*+ /a1*+ *e1hni1 mana3emen perila1+
se,ara 1h+s+s 0iperl+1an. Ke*i1a pera/a*an 0ila1+1an per+7ahan perila1+ se,ara
ime0ia* .ang posi*i2 *i0a1 0apa* 0iper1ira1an.
(
8. Po*ensial 1oopera*i2
Se,ara 1ara1*eris*i1 .ang *ermas+1 1e 0alam 1oopera*i2 po*ensial a0alah
permasalahan perila1+. Tipe ini 7er7e0a 0engan ana14ana1 .ang 1oopera*i2 1arena
ana14ana1 ini memp+n.ai 1emamp+an +n*+1 men3a0i 1oopera*i2. Ini mer+pa1an
per7e0aan .ang pen*ing. Ke*i1a memili1i ,irri 1has se7agai pasien .ang 1oopera*i2
po*ensial perila1+ ana1 *erse7+* 7isa 0i+7ah men3a0i 1oopera*i2.
(
Men+r+* !ran1l perila1+ ana1 0i7agi men3a0i:
'.
Sanga* nega*i9e: menola1 pera/a*an menangis 0engan 1eras 1e*a1+*an a*a+ a0an.a
7+1*i penola1an se,ara *erang4*erangan.
(
%.
Nega*i9e: enggan menerima pera/a*an *i0a1 1oopera*i2 perila1+ nega*i9e *e*api *i0a1
0i+,ap1an 5han.a m+ram 0an *i0a1 ramah6.
(
8.
Posi*i2: menerima pera/a*an 1a0ang41a0ang sanga* ha*i4ha*i i1hlas mema*+hi
perin*ah 0o1*er gigi 1a0ang41a0ang *im7+l 1erag+an *e*api pasien mengi1+*i perin*ah
0o1*er gigi 0engan 1oopera*i2.
(
(.
Sanga* posi*i2: sanga* 7ag+s si1ap *erha0ap 0o1*er gigi *er*ari1 0engan prose0+r
0o1*er gigi *er*a/a 0an meni1ma*i pera/a*an .ang 0ila1+1an 0o1*er gigi.
(
!a1*or .ang Mempengar+hi Perila1+ Ana1
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan anak meliputi fisik, intelektual dan aspek emosional dari pertumbuhan. Aspek-
aspek ini menunjukkan perubahan yang konstan pada ukuran dan besarnya. Pada umur intelektual tiga
tahun terlihat progress perkembangan yang menandakan suatu kesiapan untuk menerima perawatan
dental. Anak-anak yang terlihat normal secara fisik tetapi menunjukkan perilaku atau masalah
sosiologis, tipe pasien seperti ini dapat dinamai BunnanageableC, dengan realisasi kecil yang
menunjukkan anak yang beha'iour problem bisa mengesankan beberapa bentuk dari kerusakan otak.
:
b. Pengalaman (edis dan Pengalaman Perawatan 3igi
7
Keterlibatan emosional yang dibuat atau diciptakan dari pengalaman medis terdahulu dan sikap
buruk anak terhadap kunjungan ke praktek medis, dapat membentuk dan mempengaruhi perilaku yang
tidak menyenangkan pada anak. Potensial perilaku yang tidak kooperatif bisa dihubungkan dengan
ketakutan pada pengalaman dental.
:
c. Pengaruh Keluarga dan $eman "ebaya
4aktor psikososial adalah faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya
didalam unit keluarga. 4aktor teman sebaya dan instutisional juga membentuk perilaku indi'idu, tetapi
dalam derajat yang lebih kecil. "ikap orang tua yang membentuk perilaku anak secara langsung pada
periode awal perkembangan, dipengaruhi oleh faktor-faktor posisi social ekonomi, perkembangan
kultural dan latar belakang etnik. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah
cenderung takut dan kurang kooperatif. (asalah internal keluarga akan mempengaruhi perilaku anak,
dari dalam rumah yang ditimpa perselisihan anak dapat merasakan ketidakharmonisan dengan menjadi
emosional dan frustasi. &leh karena itu, lebih memungkinkan manajemen problem di praktek dental.
:
d. ,ingkungan Praktek okter 3igi
okter gigi dan staf harus memberi pengaruh positif dengan praktek dental. "ecara tidak
langsung, dental team dapat menganjurkan sikap positif terhadap kunjungan dental. Perilaku negatif,
yang disebabkan oleh pengalaman medis dan pengalaman dental yang buruk dapat dipengaruhi secara
positif oleh cara bijaksana keluarga dan prosedur perilaku yang dilakukan kembali oleh dental team.
:
RASA TAKUT
@asa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan
kesehatan gigi misalnya di praktek dokter gigi, di rumah sakit ataupun di puskesmas. @asa takut adalah
emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir yang merupakan suatu mekanisme protektif untuk
melindungi diri dari gabungan faktor-faktor lain yang tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi
aktifitas susunan saraf otonom. Apabila terjadi reaksi rasa takut yang kuat akan diikuti dengan debar
jantung yang keras disertai tanda-tanda emosi yang lain seperti perubahan tingkah laku yaitu gelisah,
gemetar, serta berusaha menghindar diri dari pihak lain yang menyerangnya.
:
@asa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang biasa diperlihatkan anak pada
perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada masa anak dan remaja. @asa takut menghantarkan anak-
anak pada prosedur yang mungkin tidak menyenangkan dan selanjutnya memperbesar rasa takut
terhadap prosedur perawatan gigi. @asa takut mempengaruhi tingkah laku dan keberhasilan pada
perawatan gigi.
7
Anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing seperti
dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit, dan rasa takut ini merupakan suatu hal yang normal.
"ebagaimana diketahui bahwa peralatan yang digunakan ataupun tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang mengilukan merupakan factor
penyebab timbulnya rasa takut.
7
@asa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak yang
takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak
menyenangkan dibandingkan dengan anak yang kurang takut. &rang tua tidak boleh menggunakan
:
perawatan gigi sebagai ancaman dan membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Anak harus
diajarkan bahwa praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk ditakuti.
7
Pen.e7a7 Rasa Ta1+*
@asa takut terhadap perawatan gigi hingga saat ini masih merupakan masalah yang penting dan
merupakan hambatan bagi dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat dan hal
tersebut dapat memberi pengaruh buruk terhadap pelaksanaan prosedur pengobatannya. @asa takut
akan mempengaruhi tingkah laku anak dan menentukan keberhasilan kunjungan ke dokter gigi.4aktor-
faktor yang menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi dan mulut yaitu rasa takut dari diri
sendiri, rasa takut dari orang tua atau keluarga, dan dokter gigi.
7
Rasa Ta1+* 0ari Diri Sen0iri
@asa takut pada anak terhadap perawatan gigi salah satunya timbul dari dalam diri anak itu
sendiri. 2eberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya rasa takut dalam diri anak adalah usia,
pengalaman buruk, mempunyai masalah kesehatan, dan rasa sakit.
7
Rasa Ta1+* 0ari Orang*+a a*a+ Kel+arga
Peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anaknya, sangat besar. "ikap orang tua
akan berpengaruh terhadap perilaku anak selama menjalani perawatan. Pada umumnya seorang ibu
dengan tingkat kecemasan yang tinggi, ketika anaknya dirawat akan menunjukkan sikap yang tidak
menguntungkan yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan. &rang tua yang takut terhadap
perawatan gigi akan mempengaruhi anaknya ketika dilakukan perawatan gigi.
7
Do1*er Gigi
@asa takut pada anak dapat disebabkan oleh pengelolaan yang kurang tepat oleh dokter gigi.
"ikap dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang menunjukkan kehangatan dan perhatian
dapat menyebabkan anak bersikap negatif. okter gigi harus bersikap lembut ketika merawat pasien
anak, mempunyai wibawa serta dapat menjelaskan perawatan yang akan dilakukan dengan cara yang
tidak membuat anak merasa takut. "elain itu, ruangan praktek yang dianggap asing oleh anak dapat
dibuat menjadi lebih aman. (isalnya ruang tunggu yang dilengkapi beberapa mainan, gambar maupun
buku yang berhubungan dengan anak.
7
Tipe Rasa Ta1+*
@asa takut adalah respons emosional dan merupakan suatu mekanisme protektif untuk
melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya dari luar. @asa takut tidak diwariskan tetapi diperoleh
setelah lahir. @asa takut anak diperoleh secara objektif atau subjektif.
D
Rasa Ta1+* O73e1*i2
@asa takut objektif merupakan respons dari stimulus yang dirasakan, dilihat, didengar, dicium
dan merupakan hal atau keadaan yang tidak enak atau tidak menyenangkan. @asa takut objektif
ditimbulkan oleh rangsangan langsung yang diterima organ perasa dan secara umum bukan bersumber
dari orang lain. @asa takut objektif dapat disebabkan karena perasaan yang tidak menyenangkan
terhadap perawatan gigi.
D
Rasa Ta1+* S+73e1*i2
@asa takut subjektif merupakan rasa takut yang didapat dari orang lain dan anak tersebut tidak
mengalaminya sendiri. Anak kecil sangat mudah dipengaruhi, sehingga anak kecil yang tidak
berpengalaman ketika mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan atau situasi yang
D
menimbulkan rasa sakit yang dialami oleh orang tua mereka, dengan segera akan menimbulkan rasa
takut pada dirinya. %al-hal yang dapat menimbulkan rasa takut akan disimpan dalam ingatannya,
dengan segala imajinasi yang dimilikinya, dan rasa takut menjadi bertambah hebat.
D
PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK
Pengendalian tingkah laku pada pasien anak bertujuan untuk memodifikasi tingkah laku pasien
kearah yang ideal melalui suatu seri langkah-langkah pada jalur menuju tingkah laku yang diinginkan.
$ingkah laku yang ideal ditunjukkan oleh pasien yang menjaga kebersihan mulutnya dengan sangat
baik dan santai serta kooperatif selama perawatan gigi.
;
Pada perawatan gigi operatif, pembentukan tingkah laku didasarkan pada prosedur rencana
perawatan pendahuluaan yang diinginkan, sehingga anak perlahan-lahan dilatih untuk menerima
perawatan dalam keadaan santai dan kooperatif. ,angkah-langkah yang dapat merupakan perawatan
pendahuluaan pada rata-rata anak usia sekolah adalah pemeriksaan dan profilaksis, fissure sealant dan
pemberian flour topical, restorasi oklusal yang kecil pada gigi susu tanpa anastesi local, dan bloc pada
saraf gigi bawah dan restorasi.
6
Pendekatan bertahap dalam pembentukan tingkah laku ini dapat menunda kemajuan perawatan,
tetapi apabila kerjasama yang penuh dari anak dapat diperoleh, penundaan tentu lebih bermanfaat
karena waktu yang dilewatkan tersebut dianggap sebagai in'estasi yang nyata.
6
2eberapa metode pendekatan dalam pengendalian tingkah laku anak selama perawatan gigi
antara lain +
1) Tell Show Do
-aranya melalui $", yaitu+

$),, yaitu menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana
anak tersebut harus bersikap.

"%&A yaitu menunjukkan atau mendemostrasikan pada anak apa saja yang akan
dilakukan terhadap dirinya.

& yaitu anak, dilakukan perawatan gigi sesuai dengan hal yang diuraikan atau
didemostrasikan.
8
2) Penguatan (reinforcement)
Penguatan dapat diartikan sebagai pengukuhan pola tingkah laku yang akan meningkatkan
kemungkinan tingkah laku tersebut terjadi lagi dikemudian hari. %ampir semua benda
menjadi penguat dokter gigi sehingga dapat meningkatkan hubungan social dengan cara
memberikan perhatian, doa, senyum, dan pelukan. 2enda penguat yang dapat diberikan
misalnya sticker, pensil, dan lain-lain.
8
3) Desensitisasi
$ujuan+ untuk mengurangi rasa takut dan cemas seorang anak dengan jalan memberikan
rangsangan yang menghilangkan cemas sedikit demi sedikit yang disebut dengan istilah
Bsystemic desentisi1ationC karena ada tiga tahap yaitu+

,atih pasien untuk santai dan rileks.

"usun secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut /dari yang
paling menakutkan sampai yang tidak menakutkan0.

@angsangan ditingkatkan sedikit demi sedikit.


8E9
4) Modeling
8
$ujuan+ untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan rasa cemas yang tinggi.
(odeling dan imitasi adalah suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara lagsung dalam
interaksinya dengan lingkungan sosial. Ada empat komponen dalam proses belajar+

(emperhatikan

(engancam

(emproduksikan gerak dengan cepat

#langan penguasaan dan moti'asi proses meniru akan berhasil dengan baik
8E9
5) and !"er Mouth #$ercise (!M#)
%&() digunakan apabila beberapa cara lain dalam menciptakan komunikasi yang baik
mengalami kegagalan sehingga tingkah laku anak tidak terkendali. %&() dilakukan pada
anak sejak kunjungan pertama menunjukkan sikap tidak kooperatif, tidak mengerti dengan
penjelasan atau bujukan, keras kepala, menolak perawatan, menangis meronta-ronta.
$indakan ini dilakukan pada anak sehat berumur 7-8 tahun.
8E=
%) Sedasi (&arma'ologi)
$eknik ini efektif digunakan pada anak-anak yang kurang kooperatif dan tidak mau
dilakukan perawatan. &bat-obatan yang bersifat sedati'e dapat digunakan dalam beberapa
cara yaitu secara oral, intra'ena, intramuscular, dan inhalasi. /andlaw0. 2anyak obat-obatan
dan kombinasinya telah digunakan untuk sedasi anak yang cemas, misalnya barbiturate,
kloral hidrat, hydro*y1ine, neprobamate, dan dia1epam.
8E=
PEM)AHASAN
Perbedaan antara perawatan yang dilakukan pada anak-anak dan perawatan pada orang dewasa
terletak pada hubungan dokter gigi dan pasien. Perawatan untuk orang dewasa meliputi hubungan
antara dokter-pasien (one to one relationship), sedangkan perawatan terhadap anak-anak adalah
hubungan antara dokter gigi F pasien anak F orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to
two relationship). %al ini disebut segitiga perawatan anak. Pasien anak, keluarga, dokter gigi dan
lingkungan.$erlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan mempunyai focus
perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluaga yang dapat mengubah dan lingkungan keluarga
harus dipertimbangkan. $anda panah pada segitiga tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara
ketiga unsur tersebut, pasien anak, keluarga, dan dokter gigi yang bersifat timbal balik.
"trategi pengendalian tingkah laku anak yang dapat diterapkan dalam praktek kedokteran gigi
adalah strategi modeling, desensitisasi dan kombinasinya. "trategi ini cocok diterapkan pada anak
yang tidak kooperatif karena anak dirangsang untuk menghilangkan rasa cemasnya sedikit demi
sedikit, ditunjang dengan proses sosialisasi yang baik antara dokter gigi, anak, dan orang tua. #ntuk
melengkapi strategi ini, dapat digunakan metode $ell-"how-o dan reinforcement, sedangkan %and
&'er (outh )*ercise jangan dilakukan pada anak yang mengalami rasa takut berlebihan dan tidak
kooperatif. asar dari menerapkan perilaku dentistry terhadap anak-anak adalah dengan membentuk
kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada jangka
pendek kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk menghasilkan kebutuhan perawatan dental bagi
mereka dalam waktu segera mungkin pada jangka panjang efek keuntungan dapat diperoleh ketika
bibit-bibit untuk kesehatan gigi kedepannya ditanam mulai dari kecil.
:
!ang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara ketiga
sudut segitiga yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi. okter harus meyakinkan adanya kooperatif
orang tua, mendiskusikan kebiasaan seperti menghisap ibu jari dan lain-lain. engan tujuan
memoti'asi pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. okter gigi dapat mmberikan
9
contoh dengan menggunakan study medis yang akan mendemonstrasikan antara gigi yang protusi
dibandingkan dengan gigi normal.
8
Peran Orang T+a Terha0ap Pera/a*an Gigi Ana1
&rang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan perawatan gigi anak.
2eberapa tahun terakhir, sudah menjadi tradisi bahwa ibu lebih sering dibandingkan ayah untuk
menemani anak-anak ke dokter gigi. Karena alasan ini, efek cemasnya ibu dapat mempengaruhi
perilaku anak-anak apabila erkunjung ke dokter gigi /maternal an$iet(0. 2eberapa penelitian
menunjukkan bahwa perbedaan antara peran ibu terhadap kooperatif anak-anak pada saat datang ke
dokter gigi pertama kali. Apabila rasa cemas ibu terlalu berlebihan maka dapat mempengaruhi perilaku
anak-anak ke arah negati'e. "emua anak-anak akan sangat berpengaruh terutama pada usia di bawah :
tahun. %al ini bisa diantisipasi karena kedekatan orang tua dengan anak dimulai semenjak bayi dan
seiring bertambahnya usia akan berangsur-angsur menghilang /berkurang0.
:
Te1hni1 Kom+ni1asi Do1*er Gigi Terha0ap Ana1
Ada beberapa teknik komukasi yang efektif terhadap anak, diantaranya yakni+
6. (enciptakan komunikasi
!akni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter gigi dapat
memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks. 2anyak cara untuk
menciptakan komunikasi 'erbal, dan keefekti'an dari komunikasi ini tergantung dari usia
anak. $ahap awal yang sangat baik untuk memulainya ialah dengan memberikan komentar-
komentar yang bersifat pujian dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang
timbulnya jawaban dari anak, selain kata ByaC atau BtidakC.
:
;. (elalui Komunikator
2iasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari ruang
resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di dental unit.
:

7. Kejelasan pasien
Komunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. idalamnya mencakup
penyampai pesan /dokter gigi0, media /kata-kata yang diucapkan0, dan penerima pesan
/pasien0. Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan satu pemikiran yang sama
antara penyampai pesan dan penerima pesan. "angat sering digunakan eufimisme /pengganti
kata0 untuk lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda.
:
2erikut
contohnya+
$erminologi dental G Kata ganti
alginate G puding
crown G gigi robot
bur G sikat kecil
radiograf G gambar gigi
anestesi G obat penidur untuk gigi
karies G kutu / cacing pada gigi
:. Kontrol suara
=
okter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar dapat
menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala akti'itas yang sedang
dikerjakannya.
:
D. Komunikasi multisensory
Komunikasi 'erbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu diucapkan.
Komunikasi non-'erbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh.
:
-ontohnya, dokter
gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di dental chair agar merasakan
kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak mata juga penting. okter gigi sebaiknya
menatap anak dengan tatapan lembut dan tidak melotot.
8. (asalah kepemilikan
Pada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan. (ereka
memanggil BkamuC kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan panggilan di rumahnya
karena kata BkamuC lebih mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah.
:
9. Aktif mendengarkan
(endengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah tahap kedua
terbaik yang diungkapkan Aepman dan "onnenberg dalam teknik berkomunikasi. "ehingga
pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
:
=. @espon yang tepat
okter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang diungkapkan
anak.
:
Pengar+h Ri/a.a* Me0i1 0an Den*al Terha0ap Perila1+ Ana1
Pengalaman medis sebelumnya dan pengalaman dental yang pernah dirasakan anak dalam
beberapa hal menggambarkan kunjungan yang tidak nyaman atau memuaskan yang menghasilkan
masalah management. )mosional termasuk rasa gelisah dari pengalaman medis sebelumnya dan sikap
kurang baik anak-anak pada kunjungan medis pasti terbentuk dan mempengaruhi perilaku yang tidak
menyenangkan. Kemungkinan besar perilaku yang tidak kooperatif dihubungkan dengan rasa takut
yang terus menerus karena masa lalu, yaitu pengalaman dental yang tidak menyenangkan. Penanganan
anak yang tidak selayaknya pada ruangan dental, menghasilkan sikap yang tidak baik pada pasien
anak. Anak-anak yang sudah melewati perawatan dental sebelumnya yang tidak menyenangkan akan
merasakan takut dan gelisah bila dihadapkan pada keadaan yang sama atau melakukan kunjungan
dental lagi. "edangkan anak-anak yang belum pernah mendapatkan pengalaman dental tidak akan
menimbulkan perilaku tidak kooperatif pada anak tersebut.
=
KESIMPULAN
alam merawat pasien anak-anak dibutuhkan komunikasi atau pendekatan khusus terhadap
anak-anak, khususnya anak-anak yang memiliki masalah dengan kooperatif atau tidaknya mereka.
Perilaku anak-anak di tempat praktek dokter gigi dipengaruhi oleh hubungan antara dokter gigi F
pasien anak F orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). "elain itu
juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku anak yaitu pertumbuhan dan perkembangan,
sosial budaya, keluarga, pengalaman medis dan dental sebelumnya, tempat praktek dokter gigi,
persiapan sebelum perawatan dan sumber tingkah laku yang tidak kooperatif dalam keluarga. "trategi
pengendalian tingkah laku anak yang dapat diterapkan dalam praktek kedokteran gigi adalah strategi
modeling, desensitisasi dan kombinasinya. (etode $ell-"how-o dan reinforcement dapat digunakan
<
untuk melengkapi strategi diatas. "edangkan %and &'er (outh )*ercise jangan dilakukan pada anak
yang mengalami rasa takut.
SARAN
alam pengendalian tingkah laku anak dibutuhkan komunikasi yang baik antara dokter gigi F
pasien anak F orang tua/orang yang mendampingi anak tersebut. "elain itu, dokter gigi juga harus
mengetahui teknik-teknik dalam pengendalian tingkah laku anak sehingga dapat mengendalikan
tingkah laku anak yang tidak kooperatif saat perawatan gigi dilakukan.
DA!TAR PUSTAKA
6. (asitahapsari 2?. "upartinah Al ,ukito. ). ;00<. Pengelolaan rasa cemas dengan metode
modeling pada pencabutan gigi anak perempuan menggunakan anastesi topical. 5 Ked 3i. 6+
9<-=8.
;. 4inn "2. 6<97. -linical pedodontics :
th
ed. Philadelphia+ A2 "aunders -ompany.
7. Andlaw @5. @ock AP. 6<<;. Perawatan gigi anak. 5akarta+ Aidya (edika.
:. "trategi pengelolaan rasa takut anak pada perawatan gigi, ;066.
http+//dentosca.wordpress.com/;066/0:/70/strategi-pengelolaan-rasa-takut-anak-pada-
perawatan-gigi/
D. Koch (. Poulsen @. 6<<6. Pedodontics+ a clinical approach. -openhagen+ (unksgaard.
8. (anajement perilaku pediatric dentistry, ;066.
9. ?arwaty ,. ;00=. Penatalaksanaan perilaku anak pra sekolah pada perawatan gigi dengan
modeling dan desensitisasi, (edan+ #"# e-repository.
http+//repository.usu.ac.id/bitstream/6;7:D89=</;78:;/7/-hapterH;0II.p d f
=. $aJwin A. ;060. Pengelolaan rasa takut anak pada perawatan gigi.
http+//www.slideshare.net/dentistalit/contoh-makalah-pedodonsia
<. 2erge ($. Keerkamp 5. %oogstraten 5, 6<<<. entist beha'ior in response to child dental fear.
5 ent -hild. 88 /60+ 78-:0.
http+//email-dentin.blogspot.com/;066/60/manajemen-perilaku-pediatric-dentistry.html
60

Anda mungkin juga menyukai