TITLE]
[Document subtitle]
[DATE]
[COMPANY NAME]
[Company address]
BAB 8
1
Sesampainya dikediaman milik tuan Sobo, Arman
berpamitan kepada tuan Baduro, ia ingin segera pulang ke
rumahnya, sekujur badannya terasa lelah sekali, namun
bukan Baduro Sobo jika langsung mengiyakan permintaan
Arman. Pria tua itu, yang lebih dikenal oleh penduduk di
desa ini sebagai figur yang baik dan terhormat kemudian
berkata kepada Arman yang menatap dirinya dengan sorot
wajah yang memelas. “sak durunge kowe muleh, aku jalok
tolong pisan maneh yo nang, kowe isok ngeterke opo sing
onok nang jero mobil nang padepokan sing ono; nggok
mburi” (sebelum kamu pulang nak, boleh aku meminta
tolong sekali lagi, kamu bisa mengantarkan apa yang ada
di dalam mobil itu ke gedong yang ada dibelakang), Arman
sejenak terdiam dari tempatnya berdiri saat ini, ia tidak tahu
apakah bisa melakukannya, seumur hidup Arman tidak
pernah bersinggungan dengan jasad orang yang sudah
mati kecuali kenangan saat dulu harus mengurusi jasad
bapaknya yang meninggal lebih dulu, Arman sebagai anak
satu-satunya yang ada di dalam keluarga harus mau dan
wajib ikut andil dalam memandikan dan mengubur jasad
bapaknya yang sudah terbujur kaku untuk terakhir kalinya.
Bersama dengan yang lain Arman ikut membantu
menurunkan jasad bapak yang kulitnya sudah terasa begitu
dingin kedalam liang lahat peristirahatan terakhirnya.
2
agar terhindar dari tugas ini tapi belum juga Arman
menemukan jawaban yang tepat untuk menolak tugas ini,
tuan Baduro Sobo kemudian berkata kepadanya. “kowe
gak ijen kok nang, ning mburi wes onok Faiz, dekne bakal
ngerewangi awakmu ndeleh barang apik sing onok ing jero
ne mobil iku,” (kamu tidak sendirian kok nak, dibelakang
ada Faiz, dia akan membantumu meletakkan barang bagus
yang ada di dalam mobil itu) ucapnya diikuti senyuman
yang menyeringai, barang bagus dia bilang, sinting, batin
Arman ketika mendengarnya.
3
sama Supri dulu yo nang, kamu ndak keberatan kan
melaksanakan perintahku?”
4
untuk bisa menjadi Anggeng di dalam lingkaran keluarga
Sobo apakah mungkin itu berarti nanti dirinya juga bisa
menjadi manusia yang seperti mereka. Entahlah, yang
jelas, tuan Baduro Sobo tidak seperti apa yang dia
bayangkan sebelumnya, orang tua itu benar-benar
manusia yang paling keji dan berbahaya sepanjang Arman
hidup sebagai seorang manusia.
5
sangat luas dan besar, di dalam tempat ini banyak sekali
ditemukan bangunan-bangunan tua bekas milik orang-
orang belanda jaman dahulu, Arman sendiri tidak
mengetahui fungsi dari bangunan-bangunan tersebut
karena kebanyakan dari bangunan-bangunan itu nampak
kosong tak berpenghuni, selain itu di atas tanah pribadi
milik kediaman tuan Sobo banyak ditumbuhi oleh pohon-
pohon raksasa yang tingginnya bisa menyentuh 20 kaki,
kemungkinan usia pohon-pohon ini sudah berpuluh-puluh
tahun atau mungkin ratusan tahun. Entahlah, karena hanya
dengan melihatnya saja, Arman seperti semut kecil yang
sedang berdiri diantara gedung-gedung tinggi, ia terlalu
kecil untuk berada di tempat seperti ini.
6
Selain pohon, di kediaman pribadi milik tuan Sobo juga
ditumbuhi oleh semak belukar dengan rumput-rumput liar
yang tumbuh secara serampangan disana-sini yang
mengindikasikan kalau pada beberapa titik yang ada pada
tempat ini memang tidak dirawat dengan cukup baik,
mungkin saja hal ini dikarenakan keterbatasan abdi yang
bekerja kepada tuan Sobo yang memang tidak terlalu
banyak. Namun Arman pernah mendengar juga dari mulut
beberapa orang yang sedang berbicara satu sama lain
kalau apa yang ada disini merupakan sedikit dari seluruh
kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Sobo sejak turun
temurun, itu berarti, orang tua sinting itu memiliki suatu
kekayaan yang benar-benar tidak bisa dinalar oleh otak
manusia. Hal ini tentu saja membuat Arman kembali
memikirkan siapa sebenarnya keluarga Sobo ini,
bagaimana mereka bisa menjadi orang yang begitu
berpengaruh hingga seperti ini. Entahlah, Arman belum
tahu kebenarannya.
7
Mobil pun terus bergerak menyusuri jalan setapak
tepat dibawah dahan-dahan raksaa yang ada pada pohon-
pohon randu alas yang terkenal berukuran begitu besar,
pohon-pohon ini sendiri bisa hidup sampai ratusan tahun,
figur bentuk dan ukurannya memang terlihat menakjubkan
sekaligus mengerikan, batang pohonnya saja sebesar
pohon-pohon biasa, terkadang Arman sampai merasa
kagum dibuatnya jika melihat pohon-pohon ini, bagaimana
mungkin rumah ini bisa memiliki lahan yang seluas ini
namun ada saja pikiran kalau pemandangan-
pemandangan yang ada di dalam sini mengingatkannya
dengan jalan-jalan setapak yang ada di dalam hutan
kecuali pada beberapa bagian titik dimana Arman melihat
patung-patung manusia yang diletakkan begitu saja
sebagai hiasan atau penanda, Arman tahu betul kalau
patung-patung ini dibuat oleh tuan Baduro Sobo, tapi
patung-patung ini terkadang terlihat menakutkan jika
diperhatikan dengan seksama. Entah apa fungsi dan
kegunaan patung-patung ini yang sebenarnya, Arman
hanya tidak mau melihatnya terus menerus karena
8
sejujurnya melihat patung-patung ini sudah cukup untuk
membuatnya merasa tidak nyaman.
9
sinting ini. Ia harus terbebas dari cengkraman tuan Baduro
Sobo apapun yang terjadi sebelum keluarganya bernasib
sama seperti keluarga yang dia temui di dalam hutan itu,
tapi Arman menyadari kalau hal itu pastilah sangat sulit
untuk dilakukan, bagaimanapun juga tuan Baduro Sobo
tidak akan membiarkannya hal itu terjadi, apalagi terlihat
jelas kalau sekarang beliau memperhatikan setiap detail
gerak gerik yang Arman sudah lakukan.
10
menunjukkan muka—nya yang lain seperti apa yang dia
lakukan kepada Supri.
11
menusuk badannya, seakan-akan sebelumnya jasad itu
ditenggelamkan di dalam balok es batu untuk menjaga agar
bentuk fisik dan tubuhnya tetap segar.
12
Faiz mengangguk, mendengar itu dengan terpaksa Arman
pun kemudian ikut melangkah masuk ke dalam gedung tua
menakutkan itu.
13
jangan bilang kalau tuan Sobo bisa membuat pemuda yang
mati ini hidup lagi, kalau itu benar apa mungkin Faiz,
sejenak Arman melihat Faiz yang tengah mendorong
kereta dengan sorot mata yang dingin, namun, nampaknya
Faiz tahu apa yang saat ini Arman pikirkan, “bukan mas,
saya memang adalah dayang beliau namun saya belum
pernah mati, jadi saya tidak seperti yang jenengan
bayangkan”
14
melebihin fantasi orang yang sejenisnya, ia memiliki
kesenangan lain fetis sebagai orang yang ingin melakukan
hubungan badan dengan jasad orang yang sudah mati.
Necrophilia. Sial betul aku bertemu dengan orang yang
seperti ini. Ucap Arman.
15
orang yang terlihat sedang menunggu giliran untuk
bertemu dengan patung yang mengenakan pakaian
kedokteran, atau beberapa patung yang sedang
digambarkan mengenakan setelan suster dan masyarakat
biasa yang sedang sibuk memenuhi tempat yang ada di
dalam gedung tua ini.
16
jangkauannya, entah kemana Faiz pergi ia mulai merasa
kalau tempat ini seperti sudah menelannya hidup-hidup.
17
penjajahan itu Arman kemudian menemukan satu pintu
terbuka dengan kusen berwarna merah, dibalik pintu itu
ada pelastik tebal guna menghalangi bau busuk keluar
sekaligus menjaga agar ruangan itu tetap dalam suhu yang
sangat dingin, dengan langkah kaki hati-hati, Arman
kemudian datang mendekat, dia melewati pelastik-pelastik
tebal itu dan langsung merasakan suhu ruangan yang
benar-benar terasa menusuk langsung ke tulang, tidak
hanya itu saja, Arman masih mendengar suara gemercik air
yang seperti dengan sengaja ditumpahkan diatas sebuah
lantai. Bingung dengan suara apa ini sebenarnya, Arman
terus melangkah masuk sampai ia berhenti di satu ruangan
yang cukup luas dimana dibaliknya ia melihat kereta dorong
yang tadi Faiz bawa tergeletak disamping pintu yang
sengaja dibuka lebar, sayangnya jasad yang sebelumnya
diletakkan disana nampaknya sudah dipindahkan entah
kemana oleh Faiz, dalam kesunyian yang membuat hati
tidak bisa tenang, Arman kemudian berpikir mungkin saja
Faiz berada tidak jauh dari tempat ini maka dengan
perasaan yang berdebar-debar Arman kemudian
melanjutkan langkah kakinya dan benar saja, semakin jauh
18
Arman masuk ke dalam ruangan-ruangan ini yang didesain
dengan satu jalur Arman melihat lebih banyak lagi pelastik
tebal yang digantung dilangit-langit dan terjulur hingga
menyentuh lantai, tapi Arman sempat bertanya-tanya
ruangan ini terasa begitu berbeda jika dibandingkan
dengan ruangan-ruangan yang lain, entah kenapa terlihat
seperti ruang penyimpanan, tidak hanya itu saja, pada
langit-langit tergantung beberapa pengait yang terbuat dari
bahan besi lama yang sedikit berkarat di-sana sini, namun
pengait-pengait tajam itu masih terlihat kokoh, Arman pun
berusaha mengesampingkan pikiran liarnya dan terus
berjalan menapaki lantai yang kosong, di-sana dibalik
pelastik-pelastik yang terlihat transparan akhirnya Arman
menemukan bayangan Faiz, ia sedang berdiri disamping
sebuah ranjang, ditangannya Faiz sedang memegang
sebuah gayung berwarna jingga, ia menunduk mengambil
air dari dalam drum berwarna biru tua, lalu mengguyurkan
air itu keatas ranjang tempat jasad laki-laki misterius itu
sedang dimandikan.
19
berbalik melihat Arman yang sedang menatapnya dengan
wajah bertanya-tanya.
“kau tuh sudah berapa lama ikut sama tuan Sobo?” tanya
Arman membuka percakapan, ada kejanggal sewaktu Faiz
mendengar pertanyaan Arman dimana kedua tangannya
sejenak berhenti untuk beberapa saat sebelum dia
menundukkan kepalanya.
20
“sudah lama, sejak aku masih kecil, aku sudah ikut
bersama dengan tuan Sobo hanya saja, aku tidak besar
ditempat ini, melainkan di tempat lain”
“tempat lain?”
21
Faiz yang sedang mengguyur jasad laki-laki itu kemudian
berhenti lagi, ia meletakkan gayung ke dalam drum dengan
lembut kemudian melewati Arman yang sedang berdiri
sembari melihat tubuh jasad laki-laki itu yang terbaring
dalam kondisi telanjang bulat.
“lebih baik mas Arman ndak usah tau masalah ini mas,
saya ngomong gini karena tau kalau ndak semua orang
siap menerima resiko kalau sudah tau apa yang ada di
dalam lingkaran keluarga Sobo”
“kenapa?”
22
jasad orang yang sudah mati tersebut, bahkan Faiz
memotong kuku jari tangan dan kedua kakinya lalu
memangkas rambutnya agar ia terlihat sedikit rapi,
ditengah-tengah keheningan yang ada pada tempat itu,
Arman kemudian menceritakannya.
“aku mau jadi ayah iz. Sebentar lagi, anakku mau lahir”
23
orang tua itu mau membantuku padahal kita saja tidak
saling mengenal satu sama lain?”
24
memandangnya, “kiriman itu tidak lain adalah potongan
kepalamu”
25
tubuhnya semerbak dibaui oleh bunga-bunga yang harum,
potongan rambutnya terlihat rapi seperti model majalah
yang akan membuat banyak perempuan jatuh cinta. Siapa
yang menduga kalau nasib laki-laki ini begitu buruk, meski
kematian sudah menjemput ajalnya, jasadnya masih
digunakan oleh orang yang biadab.
26
menyimpan banyak sekali rahasia dan meskipun hari
sudah menjelang siang namun ketika berada di dalam
gedung tua ini, rasanya waktu tidak bisa menjangkau
masuk, perasaan sunyi dan sepi seperti mengelilingi
tempat ini.
27
disajikan makanan-makanan yang lezat lengkap dengan
dupa dan kemenyan yang ditabur diatas sesajen dengan
satu kepala kerbau yang sudah lama mati.
28
“aku ndak bisa ngasih tau kamu tentang rahasia-rahasia
tuan Sobo, tapi melihat kesusahan yang sedang kau
hadapi, kusarankan kau menemui saudaramu, Pardi, ia
adalah Anggeng yang sudah sangat lama sekali
mengabdikan hidupnya kepada tuan Sobo, ia akan tahu
cara bagaimana kau bisa keluar dari cengkraman tuan
Sobo, tapi, aku harus memberitahumu, resiko yang kau
hadapi nanti tidaklah kecil, melainkan kematian bahkan
bagi anak dan isterimu, jadi sebelum mengambil sebuah
keputusan, pikirkan baik-baik dari segala sisi resikonya ya
mas”
29