TITLE]
[Document subtitle]
[DATE]
[COMPANY NAME]
[Company address]
BAB 4
1
Malam ini udara sangat dingin, angin juga
2
suka dilihat sebagai orang yang keras dan disiplin
dibandingkan orang yang hangat terhadap keluarga, tapi
semua pikiran yang buruk itu berusaha mereka tepis dan
lebih memilih menikmati canda tawa diatas jamuan paling
mewah dan senda gurau antar saudara, saat itu lah pak
Badi menyadari kalau tidak ada yang lebih penting dari
sebuah keluarga, karena bagaimanapun orang
memandang hubungan ini, keluarga adalah tempat dirimu
untuk pulang.
3
sumber suara tersebut, tapi pak Badi segera menenangkan
mereka, apa yang baru saja mereka dengar mungkin
disebabkan oleh angin yang berhembus dari jendela yang
ada di kamar pak Badi, awalnya Isterinya melihat pak Badi
dengan tatapan curiga tapi pak Badi segera berdiri
kemudian berjalan pergi sembari mengatakan kepada
mereka semua kalau dia akan menutup jendela kamarnya
karena sewaktu-waktu angin kencang bisa berhembus lagi
dan masuk kedalam rumah ini. Dalam kesunyian malam
yang semakin larut pak Badi melangkahkan kaki perlahan-
lahan menapaki lantai keramik yang entah kenapa tak
menimbulkan suara seperti biasanya, tepat setelah sampai
didepan pintu kamarnya pak Badi melangkah masuk
namun, aneh, tak dia temui siluet sosok yang sempat dia
lihat tadi, tapi hembusan angin yang menerpa wajah pak
Badi membawa dirinya melihat ke sebuah pintu gudang
dibelakang rumah dimana pintunya dalam kondisi terbuka,
seketika pak Badi tahu maksud dari semua ini. “rupanya
sosok itu sedang menunggu dirinya di dalam sana”.
4
suara sedikit pun agar keluarga-keluarganya tidak ada
yang tahu, nampaknya mereka masih asyik berbincang-
bincang di ruang tengah, lewat pintu belakang pak Badi
kemudian menyusuri halaman belakang menuju ke gudang
tua tempat pak Badi biasa meletakkan semua perkakas dan
barang-barang antik miliknya, dengan langkah kaki yang
cepat Ia menyusuri tanah dengan rumput-rumput yang
tumbuh subur, tapi, langkah orang tua itu terhenti sejenak
ketika dari arah belakang dia mendengar suara yang
familiar sedang memanggil dirinya.
“gak nang ndi-nang ndi buk, kowe dewe nyaopo nang kene,
wes muleho, engkok bapak nyusul” (tidak kemana-mana
kok bu, kau sendiri ngapain di sini, sudah pulang saja, nanti
bapak menyusul)
5
Wanita itu tak bergeming dari tempatnya berdiri, sebaliknya
dia justru mendekati pak Badi yang masih diam mematung,
tak lama kemudian, wanita itu lalu berkata kepadanya,
“Kanjeng Puteri ndayo nang omah e kene, kowe ra onok
masalah kan karo tuan Baduro Sobo?” (aku melihat
Kanjeng Puteri bertamu di rumah kita, kau gak ada masalah
kan dengan tuan Baduro Sobo)
6
dengan dia kalau keluargaku tidak akan terkena imbasnya,
namun sebagai gantinya sudah kutulis sebuah surat wasiat
di dalam laci, bukalah itu nanti dan lakukan semuanya
seperti yang tertulis di sana agar terhindar dari bahaya ini
dan semuanya bisa melanjutkan hidup masing-masing)
8
Pak Badi berjalan perlahan-lahan mendekati sosok yang
kalau dilihat dari belakang menasbihkan gambaran
seorang wanita yang dengan anggun sedang menikmati
singgasananya.
“Badi..” kata sosok itu dengan suara yang lembut. “aku isih
iling kowe sing jalok tolong aku mbiyen, kowe sek inget too
opo sing mok jalok nang aku..?” (aku masih ingat kamu dulu
pernah meminta tolong kepadaku, kamu masih ingat kan
apa yang kamu minta kepadaku?)
Tentu saja. Pak Badi tidak akan mungkin bisa lupa apa
yang dulu dia minta kepadanya, seratus hektar tanah untuk
bisnis lahan tebu miliknya dan juga dua belas anak yang
lahir dari rahim isterinya, hanya saja ada yang janggal
dengan semua permintaan itu. “Kanjeng, memang saya
tidak pantas lagi hidup apalagi kalau tuan Sobo sudah
9
memutuskan, tapi, apakah adil, semua tugas yang saya
dapat selalu saya selesaikan dengan cara yang paling
sempurna, tapi, saya masih belum mendapat anak kedua
belas saya, lantas, tidak kah saya seharusnya masih hidup
untuk menagih anak kedua belas saya”
10
kanjeng!! Tidak!! Saya tidak pernah meragukan anda,
maaf!! Maaf yang sebesar-besarnya kanjeng!!)
11
Makhluk itu lagi-lagi tertawa, Kanjeng Puteri entah kenapa
sejak tadi merasa terhibur dengan sifat polos pak Badi yang
tidak mengerti maksud dan ucapannya, tak lama kemudian,
Kanjeng Puteri mulai berdiri dari tempat dia duduk, “kowe
ra ngerti yo anakku, aku ra kepingin blas nyentuh bojomu
maneh, nanging aku wes janji karo kowe nek bakal ngekeki
rolas anak, maka gawe gantine, anak kerolasmu bakal aku
gragat sak iki sakaligus bayaran gawe aku sing
mamudahno uripmu sampe sak iki!!” (kamu tidak mengerti
ya anakku, aku sama sekali tidak tertarik menyentuh
isterimu lagi, namun aku sudah berjanji kepadamu kalau
aku akan memberimu dua belas anak, maka sebagai
gantinya, anakmu yang kedua belas nanti langsung akan
aku makan sekarang dihadapanmu sekaligus bayaran
setelah ku permudah hidupmu selama ini!!)
13
“sak iki, kowe bakalan eroh yo opo wujudku sak durunge
kowe mati lan mati maneh terus sak lawase sampai dunyo
iki ra onok maneh, kowe bakal dadi budakku nang jero ne
neroko jahanam anakku” (sekarang, kau akan melihat
bagaimana rupaku sebelum kau benar-benar mati dan mati
lagi sampai seterusnya hingga dunia ini berakhir, kau akan
menjadi budakku di dalam neraka paling jahanam anakku)
14
Kanjeng Puteri pun berlutut dihadapan pak Badi yang
terlentang sebelum kedua tangannya menyentuh perutnya
yang semakin bertambah besar, Ia mengusap-usap lembut
perut pak Badi sembari berkata kepadanya, “Kala Sobo
memanggilmu nak!!”
15
Ketika Trah jahanam itu mulai menagih janji maka imbalan
yang dia minta jauh lebih mengerikan dibandingkan sebuah
kematian yang sudah ditetapkan oleh tuhan.
16
BAB 5
17
Kala Baduro Sobo, bukanlah orang yang
18
bahwa keluarga Sobo adalah penyembah iblis, hanya saja,
tidak ada satu kepala pun yang berani mengatakan rumor-
rumor itu secara terang-terangan apalagi dihadapan para
pilar-pilar keluarga Sobo karena konon orang-orang masih
terikat perjanjian dan memegang teguh sumpah untuk tidak
membuat Trah Rayit murka. Kabar burung bahkan pernah
tersebar kalau ada satu orang dungu yang pernah
menuduh kalau keluarga Sobo lahir dari rahim binatang,
karena itu fisik dan mental mereka terlihat ganjil tidak
seperti manusia normal pada umumnya, kabar ini tentu saja
mengejutkan banyak orang, sebagian percaya dan
sebagian menganggap tuduhan itu terlalu berlebihan, yang
lain memilih untuk tetap diam dan tidak mau berurusan
dengan keluarga Sobo apalagi sejak kepala keluarga
dipegang oleh Baduro Sobo yang dijuluki sebagai bahu
semar, lalu pertanyaannya bagaimana nasib orang dungu
yang pertama kali menyebar rumor itu, menurut orang-
orang yang mengetahui peristiwa ini secara langsung
orang dungu yang mengatakan itu berakhir dikotak kndang
makanan babi-babi peliharaan keluarga Sobo sebagai
daging-daging cincang yang sudah halus.
19
Segila apa pun rumor atau gosip yang menyelimuti sepak
terjang keluarga Sobo, satu hal yang tidak bisa dirubah dari
keluarga ini ialah, betapa mengerikan dan berkuasanya
keluarga ini di wilayah ini. Dan itu faktanya.
***
Saudara iparnya itu sudah tiba tiga hari yang lalu, anehnya,
ada perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Pardi kepada
Arman, entah ini hanya perasaan Arman saja atau memang
20
benar kalau semenjak pulang dari kepergiannya itu, Pardi
menjadi lebih sengit dan tidak ramah terhadapnya. Hal ini
tentu saja membuat Arman bingung, apakah ada
kesalahan yang sudah dia lakukan kepadanya.
21
dia linting sendiri, sembari Arman memulai pembicaraan
kenapa Pardi memanggil dirinya ke tempat ini, Pardi
menawarinya rokok dari kotak jatinya tapi Arman
menolaknya dengan alasan sudah lama kalau dia mencoba
untuk berhenti merokok. Pardi mengangguk, mencoba
mengerti. “kowe iki asline bakal dadi bapak sing hebat
gawe anakmu sing mari ki lahir” (kamu ini sebenarnya akan
menjadi ayah yang hebat untuk calon anakmu yang akan
lahir)
22
opo kowe nang omah iku?” (ada urusan apa kamu di rumah
itu?)
“kowe gak ngerti karo sopo kowe berbisnis iku” (kamu tidak
mengerti dengan siapa kamu berbisnis ini)
23
“opo maksudmu mas?” (apa maksudmu sebenarnya mas)
24
sangat yang bisa sewaktu-waktu membahayakan Arman
dan adiknya tentang identitas siapa Sobo yang sebenarnya
yang bahkan tidak banyak orang yang tahu perihal rahasia-
rahasianya, apalagi sebentar lagi Untari akan melahirkan
seorang bayi yang mungil, Sobo pasti memiliki rencana dan
tujuan kenapa melakukan ini. Sayangnya, Pardi tidak tahu
detail apa yang sedang direncanakan oleh tua bangka
tersebut.
25
****
26
pribadi miliknya, meliputi lahan-lahan tanah, sampai
perkebunan besar seperti teh dan kopi, tapi apapun alasan
dibalik semua ini rasanya semuanya masih terasa janggal
bagi Arman.
27
Sobo kemudian berkata kepada Arman yang baru saja tiba.
“Nang, piye kabarmu, nang nduwur mejo kui onok hadiah
sing wes tak persiapno kanggo kowe, terimoen” (Nang,
bagaimana kabarmu, diatas meja itu ada sebuah hadiah
yang sudah kupersiapkan untukmu, terimalah)
28
di dalam kepalanya, betapa Arman membenci manusia itu
dan ia rela melakukan apapun untuk membuat Jarot
tersiksa selama akhir riwayat hidupnya.
29
teriak pria itu kepadanya, namun nyatanya, Arman tidak
merasakan tanda bahaya dari orang tua yang usianya
mungkin sekitar 60 sampai 70 tahunan ini, tapi tetap saja,
Sobo memang tidak seperti orang tua yang seumuran
dengan dirinya, bagaimana fisik tuanya nampak tidak
berpengaruh dengan stamina dan kesehatannya, hal yang
menurut Arman terasa begitu janggal dan jarang dimiliki
oleh orang pada umumnya.
30
Di dalam mobil itu Arman melihat Faiz sedang duduk
dibangku sopir tepat disamping tuan Sobo yang nampak
menikmati tempat duduknya dengan tenang, beberapa kali
Arman juga melihat kalau tuan Sobo nampak tersenyum
setiap kali melihat Arman dari kaca depan mobil miliknya.
“kowe bakal eroh kenek opo selama iki aku dijuluki bahune
semar” (kau akan tahu alasan kenapa selama ini aku
dijuluki sebagai bahu semar), kata orang tua itu.
31
Setelah berkelut dengan jalan berbatu dan berlumpur,
Arman akhirnya melihat sekelebat bayangan sebuah pagar
kayu yang diterangi dengan api dari obor yang
digantungkan ditepian tiang pancang, seketika tuan Sobo
menoleh melihat ke tempat Arman sedang duduk. “selamat
datang di surga anakku”
32
tuan Sobo yang menatap dirinya dengan sorot mata yang
dingin, Arman mulai menanggalkan satu persatu pakaian
yang dia kenakan.
33
ini kepadanya, hingga perlahan-lahan Arman mulai
kehilangan kesadaran, kegelapan mulai menyelimuti
pandangannya, dan saat itu juga, Arman kemudian jatuh
ditelan aliran sungai tanpa ada satu orang pun yang dapat
menolong dirinya.
***
34
ia hanya bisa menggerakkan tangannya untuk menyentuh
sosok yang sedang duduk membelakanginya tanpa sehelai
benang pun yang menutupi tubuhnya.
35
maka, detik itu juga Arman menenggelamkan tubuhnya di
dalam hiruk peluk sosok Santi dan mereka bercinta sampai
lupa waktu, sampai Arman tidak bisa sadar lagi dan
berharap semua ini tidak akan pernah berakhir.
36
ada di dalam balutan kain itu. Sewaktu Sobo menepuk
bahu Arman dia segera memerintahkannya untuk
membuka selembar kain tersebut, rupanya, sosok dibalik
kain berwarna putih itu adalah Santi yang sedang diikat
dengan luka disekujur tubuhnya.
37
tidak akan pernah bisa menjadi salah satu bagian dari
keluargaku)
38
Sobo lalu menunjukkan kepada Arman guratan patung
yang sebelumnya dia buat, rupanya sejak pertemuan
pertama mereka Sobo sudah memikirkan raut wajah
patung ini yang ternyata dimiliki oleh kedua orang yang ada
di dalam foto yang sempat Arman lihat.
39
“nyowo e cah loro kui ngunu dijamin karo ANGGODO!!
Salah siji tekan uwong sing koyok aku” (nyawa dua orang
ini itu ternyata dijamin oleh ANGGODO!! Salah satu dari
orang yang sepertiku), “urip tanpa tantangan iku mboseni,
sak iki ayok dimulai permainane, Trah Anom” (hidup tanpa
tantangan itu membosankan, sekarang mari kita mulai
permainannya, Trah Anom).
40