Anda di halaman 1dari 2

Dan kini diatas Bukit Langit, tepatnya disebuah padang rumput yang luas, terlihat

jejeran para pendekar-pendekar aliran putih yang duduk teratur, sementara yang
berada paling depan, adalah tiga sosok kakek-kakek yang mengenakan pakaian hampir
sama antara satu dengan yang lainnya, ketiganya tampak mengenakan pakaian tebal
yang menutupi sekujur tubuh mereka, dikepala ketiganya tampak sebuah topi panjang
dan tinggi, penampilan dan perawakan mereka hampir saja sama persis, hanya warna
pakaian mereka saja yang tampak berbeda. Yang berada disebelah kiri adalah sosok
seorang kakek yang mengenakan pakaian berwarna merah, diantara tiga datuk dia
dikenal dengan sebutan Datuk Api, sedangkan yang berada paling kanan, adalah sosok
seorang kakek yang mengenakan pakaian berwarna kecoklatan, diantara tiga datuk,
kakek ini dikenal dengan sebutan Datuk Angin, sedangkan yang berada paling tengah
adalah sosok kakek yang wajahnya begitu menampilkan karisma dan wibawanya sebagai
pimpinan tiga datuk, dia mengenakan pakaian berwarna putih bersih, diantara tiga
datuk dia menyandang nama sebagai Datuk Langit. Pimpinan dari tiga datuk.
Suasana di atas Bukit Langit terdengar riuh, semua pendekar tampak sibuk dengan
pembicaraannya masing-masing, tiga datuk terlihat saling pandang satu sama lain,
dan terlihat Datuk Api dan Datuk Angin menganggukkan kepalanya memberikan tanda
kepada Datuk Langit yang juga terlihat mengangguk.
Datuk Langit terlihat berdiri, Datuk Api dan Datuk Anginpun ikut angkat berdiri.
Melihat ketiga datuk berdiri, keriuhan suara ditempat itu seketika berhenti,
suasana menjadi hening, semua perhatian terlihat tertuju kearah ketiga datuk. Datuk
Langit terlihat mengangkat tangannya
�saudara-saudaraku satu golongan......sebagaimana kita ketahui bersama, pertemuan
yang kita adakan kali ini ditempat ini adalah untuk membahas tentang pristiwa yang
terjadi beberapa waktu yang lalu, yaitu gempa dengan kekuatan yang amat besar yang
telah menggoncang bukan saja ditanah jawa ini, tapi juga hampir merata diseluruh
alam jagat raya ini, dan tentu hal ini bukanlah hal yang biasa terjadi....... oleh
karna itulah pertemuan ini akan membahas mengenai masalah tersebut, mungkin ada
kiranya saudara-saudara yang dapat sedikit memberikan gambaran tentang arti dari
peristiwa besar tersebut kepada kita semua........�. ucap Datuk Langit lagi sejenak
menghentikan ucapannya, perhatiannya kini tampak terarah pada sosok-sosok yang
berdiri dihadapannya, bukan hanya Datuk Langit yang melakukan hal itu, tapi semua
para pendekar ikut melakukan hal yang sama, semuanya saling memandang satu sama
lain untuk mengetahui siapa diantara mereka yang dapat memberikan sedikit gambaran
tentang pristiwa tersebut, tapi setelah cukup lama dinanti, tidak ada seorangpun
yang memberikan tanggapan atas ucapan Datuk Langit, sebenarnya saat ini dihati
setiap para pendekar memiliki jawaban masing-masing atas ungkapan Datuk Langit
tadi, tapi tentu saja mereka tidak berani mengungkapkannya karena hal itu barulah
dugaan mereka saja, kalau saja mereka mengatakannya tanpa memberikan alasan yang
tepat, tentu hal ini akan sangat mempermalukan mereka.
Cukup lama, tidak ada yang membuka suara mengenai hal itu, hingga akhirnya ketiga
datuk terlihat menarik napas panjang, akankah pertemuan kali ini tidak akan
menghasilkan apapun.
�tunggu.....!!�. tiba-tiba saja sebuah suara terdengar diiringinya dengan
berkelebatnya satu sosok bayangan melesat dan turun tepat ditengah-tengah mereka.
Semua mata kini langsung tertuju kearah sosok yang kini telah berada ditengah-
tengah mereka, rupanya sosok tersebut adalah sosok seorang kakek yang berpakaian
putih, tapi bukan hal itu yang aneh pada sosok kakek yang satu ini, wajahnya
terlihat begitu memerah, sementara ditangannya tampak sebuah bumbung tuak yang
sesekali dituangkannya kedalam mulutnya, dapat dipastikan kalau merahnya wajah
sikakek tentu karena minuman tuak yang ada ditangannya, rambutnya terlihat memutih,
padahal wajahnya masih belum begitu tua, kedua matanya terlihat seperti orang yang
tengah mengantuk, bahkan gaya berdirinya saja seperti orang yang mau jatuh.
Anehnya kedatangan sosok kakek yang seperti orang mabuk ini terlihat langsung
membuat ketiga datuk yang berada didepan langsung maju kedepan dan langsung menjura
hormat.
�sungguh suatu kehormatan bagi kami, kau mau ikut datang kepertemuan ini Sigila
Tuak.........�. ucap Datuk Api lagi angkat bicara seraya menjura hormat, tapi
ucapan Datuk Api tadi cukup mengejutkan bagi sebagian tokoh-tokoh persilatan yang
ada ditempat itu yang memang belum mengenali sosok kakek yang baru saja datang
tersebut. Rupanya dia adalah Sigila Tuak, salah seorang sesepuh aliran putih yang
namanya begitu amat disegani dan sangat ditakuti oleh tokoh-tokoh aliran hitam,
hanya saja sayang Sigila Tuak sangat jarang sekali untuk turut campur masalah dunia
persilatan, karena kini dia lebih banyak mengasingkan dirinya di Lembah Bambu,
tempat kediamannya. Begitu mengetahui nama kakek tersebut, seketika saja tokoh-
tokoh dunia persilatan yang hadir ditempat itu ikut menjura hormat.
�sebelumnya aku mohon maaf kalau kedatanganku kemari telah menganggu pertemuan
kalian.....gluk....gluk....glukk......�. ucap Sigila Tuak lagi seraya kembali
menegak bumbung tuak yang ada ditangan kanannya.
�oh tentu tidak, kami justru merasa terhormat menerima kedatanganmu Sigila
Tuak........�. ucap Datuk Langit lagi angkat bicara.
�singkat saja, kedatanganku kemari memang bukan untuk memberikan jawaban atas
pristiwa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu....gluk.....gluk...... tapi
aku mungkin dapat memberikan jalan keluar mengenai masalah ini.........
gluk.....gluk......�. Semua menanti dengan perasaan berdebar ucapan sesepuh Sigila
Tuak berikutnya.
�aku tahu siapa orang yang bisa memberikan jawaban atas semua ini.....
gluk.....gluk...... dia adalah sahabatku yang bernama Peramal 5 Benua......
gluk.....gluk......�. ucap Sigila Tuak lagi.
�Peramal 5 Benua.......�. ucap semua tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu
hampir bersamaan, dan seketika saja ucapan Sigila Tuak disambut dengan anggukan
kepala oleh yang lain.
�benar, kenapa kita tidak meminta bantuan Peramal 5 Benua untuk menjelaskan
mengenai masalah ini.........�. ucap salah seorang tokoh persilatan yang hadir
ditempat itu.
�mungkin apa yang kau katakan itu memang benar Sigila Tuak, tapi kita semua tahu,
tidak ada seorangpun diantara kita yang tahu dimana tempat tinggal Peramal 5
Benua......�. ucap Datuk Angin lagi angkat bicara.
�gluk.....gluk......jangan khawatir, aku tahu tempat kediamannya, tapi sahabatku
itu paling tidak suka jika tempat kediamannya didatangi oleh banyak orang, jadi aku
hanya bisa mengajak satu orang saja diantara kalian untuk ikut bersamaku
ketempatnya.......�. ucap Sigila Tuak lagi. Ucapan Sigila Tuak tentu saja membuat
mereka semua yang ada ditempat itu saling pandang.
�baiklah, biar aku yang ikut bersamamu Sigila Tuak.......�. ucap Datuk Langit lagi
akhirnya.
�saudara-saudara satu golongan, aku dan Sigila Tuak akan pergi untuk menemui
Peramal 5 Benua untuk meminta penjelasan mengenai masalah ini, apapun yang akan
disampaikan oleh Peramal 5 Benua nanti, akan kusampaikan pada kalian semua, dan
pertemuan ini akan kembali kita lakukan satu bulan kedepan.........bagaimana.....?
�. ucap Datuk Langit lagi dan akhirnya hal itupun disetujui oleh semua yang hadir
ditempat itu.
Maka bersama Sigila Tuak, Datuk Langitpun segera berangkat untuk menuju ketempat
kediaman Peramal 5 Benua yang menurut Sigila Tuak masih cukup jauh. Datuk Langit
tentu saja berharap dapat menerima jawaban yang cukup memuaskan hatinya dari
Peramal 5 Benua mengenai masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai