Anda di halaman 1dari 3

Hari demi hari terus berjalan, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan

tanpa terasa waktu terus bergulir tanpa ada yang mampu mencegahnya. Kehidupan
diatas muka bumi terus berjalan sebagaimana biasanya. Masing-masing orang bergelut
dengan kegiatan dan aktivitasnya masing-masing, seakan-akan ingin berlomba-lomba
dengan kecepatan sang waktu.
Pulau Jawa adalah sebuah pulau yang terkenal akan kesuburan tanahnya, kemakmuran
kehidupan rakyatnya, hingga tak heran pulau ini menjadi begitu banyak incaran kaum-
keum penjajah dimasa yang akan datang. Pada masa itu ada banyak kerajaan besar dan
kerajaan kecil yang berdiri ditanah jawa, bahkan tidak jarang kerajaan-kerajaan
kecil menjadi incaran dan jajahan kerajaan-kerajaan besar, tapi begitulah keadaan
yang terjadi saat itu, siapa yang kuat dialah yang berkuasa.
Salah satu kerajaan yang saat ini tengah berkembang dengan pesat, bukan saja karena
kemakmuran dan kekayaan alamnya, tapi juga karena kekuatan angkatan perang yang
dimilikinya, dengan dipimpin oleh Senopati-Senopati handal yang sudah diragukan
lagi akan kemampuannya. Kerajaan Karang Sewu, demikianlah nama kerajaan yang saat
ini tengah kita bahas. Kerajaan Karang Sewu yang dipimpin oleh seorang raja yang
dikenal sangat haus akan kemenangan dan negeri jajahannya. Hal ini dapat terwujud
karena Gusti Prabu Karang Sewu memiliki dua orang Patih yang sama-sama memiliki
ilmu kanuragan dan menguasai taktik peperangan yang sudah tidak diragukan lagi
kemampuannya. Mereka adalah Patih Setyo Pinangan dan Patih Ranang.
Masing-masing Patih ini memiliki bawahan dan pasukannya masing-masing dan sudah
bukan rahasia umum lagi kalau kedua Patih kerajaan Karang Sewu ini saling bersaing
satu sama lain untuk mengambil hati Gusti Prabu Karang Sewu.
Dan sekarang marilah kita melihat keadaan kehidupan salah satu dari kedua Patih
Karang Sewu ini, dia adalah Patih Setyo Pinangan. Patih Setyo Pinangan memiliki
sebuah rumah yang cukup besar dan megah yang berada dipinggiran kota raja. Rumah
itu tampak dijaga dengan ketat oleh belasan orang prajurit bersenjatakan lengkap.
Sesekali terlihat beberapa orang prajurit tengah meronda disekitar rumah tersebut.
Dihalaman belakang rumah, terlihat sebuah taman yang indah yang dipenuhi oleh
warna-warni bunga-bunga yang tumbuh dengan indah dan suburnya. Tapi bukan
pemandangan itu yang kini menarik perhatian, melainkan sosok seorang wanita anggun
yang tampak masih berusia muda yang tampak menyulam sesuatu ditangannya, sementara
didekatnya, tampak pula beberapa orang wanita muda yang sepertinya adalah dayang-
dayangnya, wanita muda ini tampak begitu asyik dengan sulamannya, sesekali kedua
mata indahnya tampak menatap kearah depan, tak jauh darinya, terlihat seorang bocah
kecil yang baru berusia 10 tahun terlihat tengah asyik membaca sebuah buku
ditangannya, sesekali bibir indah wanita ini terlihat tersenyum.
Tapi kemudian pandangan wanita ini berpaling kearah sebuah tempat, dan sesaat
kemudian bibirnya terlihat kembali tersenyum.
�Bintang, lihat siapa yang datang......!!�. terdengar wanita itu berucap dengan
lembut, rupanya ucapan itu ditujukannya pada bocah cilik yang tadi tengah asyik
membaca, pandangan bocah kecilpun ikut berpaling kearah sebuah arah.
�romo.......�. bocah kecil itu terlihat girang seraya bangkit dari tempatnya dan
dengan setengah berlari kearah seorang laki-laki berparas tampan dan penuh wibawa,
pakaian yang dikenakannya memperlihatkan ketinggian jabatannya di istana Karang
Sewu, laki-laki memang tak lain adalah Patih Setyo Pinangan yang terlihat langsung
menyambut bocah kecil yang kini berayun dipelukannya.
�bagaimana kabar jagoan romo ini......?�.
�Bintang sudah menghafal dan menyelesaikan buku ke-5 dari taktik peperangan yang
kanjeng romo berikan.....�. ucap bocah cilik itu lagi dengan gembiranya.
�bagus.....bagus....itu baru putra romo.....� ucap lelaki itu lagi dengan gembira
kembali memeluk putra kesayangannya itu. Tak lama kemudian keduanya sudah tiba
dihadapan wanita anggun yang tak lain adalah istri dari Gusti Patih Setyo Pinangan.
�kanda......�
�dinda.....�
�bagaimana kabar kanda.....?�
�aku baik-baik saja dinda......�
�lalu bagaimana dengan keadaan di istana kanda....?�
�yah, seperti biasanya dinda........�. ucap Patih Setyo Pinangan lagi seraya
menarik napas panjang, lalu terlihat kedua-duanya memandangi bocah cilik yang ada
dihadapan mereka.
�apakah menurut dinda, sudah waktunya kanda mengajarkan ilmu kanuragan pada
Bintang......?�.
�terserah kanda....... dan Bintang pasti akan sangat senang mendengar hal
ini........�. ucap wanita itu lagi dengan lembut. Keduanya terlihat tersenyum
bahagia.
***
LIMA Tahun berlalu tanpa terasa, kehidupan terus berjalan seperti biasanya.
Sementara itu kerajaan Karang Sewu semakin tumbuh dan berkembang menjadi sebuah
kerajaan yang kuat dan sangat dihormati oleh kerajaan-kerajaan lainnya. Dan hari
ini merupakan hari yang paling membahagiakan bagi orang-orang kerajaan Karang Sewu,
karena tepat pada hari ini merupakan hari lahirnya kerajaan Karang Sewu ditanah
jawa, sehingga tak heran pada hari ini Gusti Prabu Karang Sewu memerintahkan untuk
merayakan hari itu dengan pesta yang meriah.
Perayaan seperti ini memang telah biasa dilakukan oleh Gusti Prabu Karang Sewu
setiap tahunnya dalam rangka memperingati kelahiran kerajaan Karang Sewu ditanah
jawa hingga besar seperti saat ini.
Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun inipun dalam rangka perayaan
tersebut akan diadakan pertandingan adu ilmu kanuragan bagi para putra-putra
petinggi kerajaan Karang Sewu. Dan dalam adu pertandingan ilmu kanuragan inipun
boleh disaksikan oleh para penduduk kota raja yang tentu saja dengan antusias untuk
melihat adu pertandingan tersebut
Panggung besar tampak tersedia ditengah-tengah alun-alun istana, puluhan bahkan
ratusan orang telah memadati tempat itu untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Suasana ditempat itu terdengar riuh dari para penontonnya, ada yang sekedar
berbicara masalah hutangnya, tapi ada pula yang terlihat sibuk mengumpulkan uang
untuk taruhan.
�gonggg........�. sebuah suara gong terdengar dipukul dengan keras hingga membuat
perhatian semua orang langsung terarah kearah pendopo kerajaan, suasana hiruk pikuk
itu langsung terdengar hening disaat serombongan orang menaiki pendopo tersebut.
Terlihat semuanya langsung menjura hormat kearah rombongan tersebut, dimana salah
seorang dari rombongan tersebut ternyata adalah Gusti Prabu Karang Sewu sendiri,
sementara di kiri dan kanannya terlihat sosok Patih Ranang dan Patih Setyo
Pinangan.
Gusti Prabu Karang Sewu terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa
pertandingan tersebut telah dibuka, dan ; �gongggg......�. kembali terdengar suara
gong berbunyi dengan kerasnya.
Tak perlu lama menunggu, dua sosok pemuda yang masih berusia muda belia telah
menaiki panggung arena, kedua terlihat mengenakan pakaian seperti layaknya seorang
putra petinggi kerajaan, tepukan tangan meriah langsung menggema ditempat itu saat
kedua-duanya sudah mulai membuka jurus mereka masing-masing.
�hyattt.......�
�hiyyyaaatttt.......�. dengan jurus andalan masing-masing, kedua - duanya saling
menyerang kedepan. Dan tak perlu menunggu lama, dalam beberapa jurus kedepan saja,
salah seorang dari mereka sudah menyerah kalah. Satu demi satu para peserta
pertandingan tersebut naik kearena pertandingan dan satu demi satu pula menyerah
kalah. Dan kini yang masih menjadi juara bertahan adalah putra dari seorang
Tumenggung kerajaan Karang Sewu. Dengan penuh kebanggaan pemuda itu terlihat
mengangkat tangannya dengan penuh kebanggaan.
�huppp.....seerrrrr.......�. sebuah bayangan melompat naik keatas panggung arena
dan kini terlihatlah sesosok pemuda berparas tampan dengan tatapan tajam kearah
lawan yang ada dihadapannya.
�Raden Santang......�. ucap pemuda yang menjadi lawannya itu lagi terlihat menjura
hormat pada sosok pemuda yang baru saja naik keatas panggung tersebut, melihat
pemuda yang menjadi lawannya begitu menaruh hormat padanya dapat dipastikan kalau
pemuda ini bukanlah orang sembarangan, dialah putra tunggal dari Gusti Patih
Ranang.
�tidak perlu banyak basa basi, ayo cepat serang aku, biar pertandingan ini cepat
selesai......�. ucap Santang lagi dengan sinisnya. Ucapan itu cukup membuat wajah
lawannya memerah, kalau saja tidak memandang putra Gusti Patih Ranang, tentu sudah
digebraknya dengan hebat pemuda yang ada dihadapannya itu.

Anda mungkin juga menyukai