Anda di halaman 1dari 18

ETNOGRAFI MASYARAKAT TORAJA

Tugas Mata Kuliah Etnografi Sulawesi Selatan B


Dosen Pengampu : Hunaeni S.S. M. Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Menden Rantelino _F021221010 Fadli
Fauzi_F021221040

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023/2024
KATA PEGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa bantuannya
Kami mungkin tidak akan memiliki pilihan untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.Makalah ini kami akumulasikan berdasarkan permintaan atau tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, kami Menyusun makalah ini dengan harapan makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah pemahaman bagi para pembacanya.
Makalah yang kami beri nama “Etnografi Masyarakat Toraja“ di kumpulkan berdasarkan
data dan informasi dari berbagai sumber.Afirmasi kami ingat untuk berbagi dengan orang-orang
yang telah membantu selama waktu yang dihabiskan untuk makalah ini.Kami memahami bahwa
makalah ini jelas memiliki kekurangan meskipun harus diperbaiki, oleh karena itu kami
mengharapkan analisis dan ide-ide yang bermanfaat dari para pembaca. Kami selaku penulis
mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan penyusunan atau blunder
yang berbeda-beda. Idealnya makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah informasi
bagi para pembacanya.

Makassar, 24 Mei 2024

Kelompok 8
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................... i KATA
PENGANTAR ...................................................................................................... ii DAFTAR
ISI ................................................................................................................... iii BAB I
PEMBAHASAN .................................................................................................. 1
A. Letak Geografis Masyarakat Toraja ......................................................................
2 B. Sejarah Masyarakat
Toraja .................................................................................... 3 C. Sistem mata
pencaharian dan teknologi Masyarakat Toraja ................................. 4 D. Sistem
kepercayaan dan religi Masyarakat Toraja ................................................ 5 E. Sistem
kelembagaan dan pemerintahan Masyarakat Toraja ................................. 6 F. Sistem
kekerabatan dan perkawinan Masyarakat Toraja ...................................... 7 G. Sistem
perekonomian Masyarakat Toraja ............................................................. 8 H.
Stratifikasi sosial Masyarakat Toraja .................................................................... 9 I.
Kesenian Masyarakat Toraja ............................................................................... 10
J. Bahasa Masyarakat Toraja .................................................................................. 11
BAB II PENUTUP ........................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14 BAB I
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis
Masyarakat Toraja adalah salah satu suku bangsa yang tinggal di Sulawesi
Selatan, Indonesia. Mereka mendiami daerah pegunungan di sekitar Kabupaten
Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan sebagian kecil wilayah Kabupaten
Mamasa di Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis, daerah masyarakat Toraja
terletak di dataran tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan. Berikut adalah
beberapa referensi geografis terkait:
a. Koordinat geografis
Dataran tinggi Toraja terletak pada koordinat antara 2°10'–3°40'
Lintang Selatan dan 119°45'–121° East Bujur Timur.
b. Pegunungan
Daerah Toraja dikelilingi oleh pegunungan yang menjadikan
wilayah ini terisolasi dari daerah sekitarnya. Pegunungan yang
mengelilingi Toraja meliputi Pegunungan Bambapuang di sebelah
barat, Pegunungan Gandangdewata di sebelah timur, dan Pegunungan
Latimojong di sebelah selatan.
c. Sungai
Terdapat beberapa sungai yang mengalir melalui daerah Toraja,
termasuk Sungai Sa'dan, Sungai Sangalla, dan Sungai Rongkong.
d. Danau
Di sebelah utara Toraja Utara terdapat Danau Poso, salah satu
danau terbesar di Indonesia. Meskipun tidak berada secara langsung di
wilayah JiToraja, danau ini memberikan pengaruh terhadap iklim dan
sebagian mata pencaharian masyarakat setempat.
e. Kota-kota terdekat
Beberapa kota terdekat dari wilayah Toraja adalah Rantepao,
Makale, dan Mengkendek. Rantepao adalah ibu kota Kabupaten Tana
Toraja dan pusat pemerintahan serta aktivitas ekonomi. Makale adalah
ibu kota Kabupaten Toraja Utara, sementara Mengkendek adalah ibu
kota Kabupaten Mamasa.
f. Aksesibilitas
Toraja dapat diakses melalui jalan darat dari Kota Makassar, ibu
kota Provinsi Sulawesi Selatan. Perjalanan dari Makassar ke Toraja
membutuhkan waktu sekitar 8-10 jam dengan mobil atau bus.
Daerah Toraja memiliki topografi yang berbukit-bukit dan terjal,
dengan lembah-lembah hijau yang subur. Keindahan alam, budaya
unik, dan arsitektur tradisional rumah tongkonan menjadikan Toraja
sebagai tujuan wisata yang populer di Indonesia.

B. Sejarah
Masyarakat Toraja adalah kelompok etnis yang tinggal di daerah pegunungan
Sulawesi Selatan, Indonesia. Mereka memiliki budaya dan tradisi yang unik, termasuk
adat istiadat pemakaman yang terkenal, arsitektur rumah tradisional yang khas, serta seni
dan kerajinan tangan yang indah. Sejarah masyarakat Toraja bermula pada zaman
prasejarah, namun catatan tertulis tentang mereka baru muncul pada abad ke-17 ketika
penjajah Belanda datang ke daerah tersebut. Pada masa itu, Toraja terdiri dari beberapa
kerajaan kecil yang tersebar di wilayah pegunungan. Mereka hidup dalam masyarakat
agraris yang didasarkan pada pertanian, terutama padi dan kopra.
Pada abad ke-20, pengaruh dari penjajah Belanda semakin kuat di wilayah Toraja.
Sistem pemerintahan tradisional digantikan oleh administrasi kolonial. Namun, budaya
dan tradisi Toraja tetap bertahan meskipun adanya pengaruh asing. Salah satu ciri khas
masyarakat Toraja adalah adat pemakaman yang kompleks dan megah. Pemakaman
Toraja sering disebut sebagai "Rambu Solo". Pada acara pemakaman ini, kerabat dan
teman dekat yang sudah meninggal akan dimakamkan dengan upacara yang melibatkan
banyak orang. Pemakaman Toraja sering kali diadakan bertahun-tahun setelah kematian,
karena keluarga membutuhkan waktu untuk mengumpulkan dana dan menyusun
persiapan yang diperlukan.
Selain pemakaman, seni dan kerajinan tangan juga merupakan bagian penting dari
budaya Toraja. Mereka terkenal dengan ukiran kayu yang rumit dan ukiran batu yang
indah. Seni ukir Toraja sering digunakan untuk menghiasi rumah tradisional yang disebut
"tongkonan". Tongkonan adalah bangunan rumah panggung dengan atap berbentuk
seperti perahu yang menjadi simbol status sosial dalam masyarakat Toraja. Seiring
dengan perkembangan zaman, masyarakat Toraja juga menghadapi berbagai perubahan.
Pariwisata telah menjadi industri penting di daerah tersebut, dengan banyak wisatawan
yang tertarik untuk melihat keindahan budaya dan alam Toraja. Namun, perubahan
tersebut juga membawa tantangan baru bagi masyarakat Toraja dalam menjaga
keberlanjutan budaya mereka.
Masyarakat Toraja terus berjuang untuk mempertahankan identitas budaya
mereka sambil beradaptasi dengan perubahan modern. Mereka berusaha untuk
melestarikan warisan nenek moyang mereka dan mengajarkan tradisi-tradisi tersebut
kepada generasi muda. Sejarah masyarakat Toraja adalah cerminan kekayaan budaya
yang khas dan perjuangan mereka dalam menjaga warisan yang berharga bagi generasi
mendatang.
C. Sistem mata pencaharian dan teknologi
1. Sistem Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian masyarakat Toraja pada masa lampau didasarkan
pada pertanian, terutama pertanian padi dan kopra. Mereka menggarap ladang-
ladang mereka di lereng-lereng pegunungan dengan menerapkan sistem
bertanam berpindah (swidden agriculture) atau disebut juga dengan ladang
berpindah. Sistem ini melibatkan pembukaan lahan baru setelah lahan yang
lama tidak lagi produktif. Masyarakat Toraja juga mengembangkan keahlian
dalam merawat ternak seperti babi, kerbau, dan ayam.
Selain itu, perdagangan juga menjadi bagian penting dari mata
pencaharian mereka. Masyarakat Toraja telah lama terlibat dalam kegiatan
perdagangan dengan suku-suku tetangga dan kerajaan di sekitarnya. Mereka
memperdagangkan hasil pertanian dan kerajinan tangan mereka, seperti
ukiran kayu, ukiran batu, dan anyaman. Sistem mata pencaharian masyarakat
Toraja saat ini telah mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan
masa lalu yang didominasi oleh pertanian dan peternakan. Beberapa mata
pencaharian yang umum dijumpai di masyarakat Toraja saat ini meliputi:
a. Pertanian
Meskipun tidak lagi menjadi satu-satunya mata pencaharian utama,
pertanian masih memiliki peran penting dalam ekonomi masyarakat
Toraja. Mereka menghasilkan berbagai jenis tanaman seperti padi,
jagung, kopi, cokelat, dan sayuran. Pertanian terutama dilakukan dalam
skala subsisten, meskipun ada juga yang menjalankan pertanian
komersial.
b. Pariwisata
Pariwisata telah menjadi sektor ekonomi yang penting bagi
masyarakat Toraja. Wisatawan datang untuk mengunjungi desa-desa
tradisional, mengikuti upacara adat, dan menikmati keindahan alam
serta budaya Toraja. Pariwisata memberikan peluang bagi penduduk
setempat dalam bidang akomodasi, transportasi, kuliner, kerajinan
tangan, dan pemandu wisata.
c. Kerajinan Tangan
Masyarakat Toraja terkenal dengan kerajinan tangan mereka,
termasuk ukiran kayu, anyaman bambu, pembuatan tenun tradisional,
dan patung berbahan dasar kayu. Kerajinan ini dibuat dengan
keterampilan dan keahlian yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Produk kerajinan tangan Toraja memiliki nilai estetika dan memiliki
pasar baik di dalam maupun di luar negeri.
d. Perdagangan
Kegiatan perdagangan juga menjadi mata pencaharian bagi
sebagian penduduk Toraja. Banyak penduduk yang membuka toko,
kios, atau warung untuk menjual berbagai macam barang dagangan,
termasuk kebutuhan sehari-hari, makanan, dan kerajinan tangan.
e. PNS dan Karyawan Swasta
Banyak penduduk Toraja yang bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) atau karyawan swasta di sektor publik atau swasta. Mereka
bekerja di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, perbankan,
dan sektor layanan lainnya.
Meskipun ada diversifikasi mata pencaharian, pertanian dan
peternakan tetap menjadi sebagian penting dari kehidupan masyarakat
Toraja. Namun, pergeseran ekonomi menuju sektor pariwisata dan
kerajinan tangan juga memberikan alternatif dan peluang ekonomi
yang lebih luas bagi penduduk setempat.
2. Teknologi
Teknologi yang digunakan oleh masyarakat Toraja pada masa
lampau terutama berfokus pada alat-alat pertanian dan kerajinan tangan
tradisional. Mereka menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul,
sabit, dan parang untuk menggarap ladang dan memanen hasil pertanian.
Dalam kerajinan tangan, mereka menggunakan berbagai alat sederhana
seperti pahat kayu, pisau, dan alat pemotong batu untuk menghasilkan
karya seni yang rumit. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,
teknologi telah memasuki masyarakat Toraja. Telekomunikasi dan
transportasi menjadi lebih mudah diakses, dan akses ke listrik dan air
bersih juga meningkat. Telepon seluler dan internet telah memungkinkan
masyarakat Toraja untuk terhubung dengan dunia luar dan memperluas
peluang dalam perdagangan dan pariwisata.
Dalam sektor pertanian, teknologi modern seperti mesin pertanian
dan pupuk telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas. Pada sektor
kerajinan tangan, alat-alat modern dan mesin telah digunakan untuk
membantu proses produksi dan mempercepat pembuatan produk.
Penggunaan teknologi modern ini telah memberikan manfaat bagi
masyarakat Toraja, seperti peningkatan efisiensi dalam produksi dan
pemasaran, akses yang lebih baik ke informasi dan sumber daya, serta
peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Namun, perlu diingat
bahwa penggunaan teknologi juga harus dilakukan dengan bijak dan
seimbang agar tidak mengancam keberlanjutan budaya dan lingkungan
masyarakat Toraja.
D. Sistem Kepercayaan dan Religi
1. Sistem Kepercayaan
Masyarakat Toraja memiliki sistem kepercayaan yang kompleks dan unik
yang dikenal sebagai Aluk Todolo atau juga disebut Aluk To Dolo. Aluk
Todolo menggabungkan elemen-elemen agama animisme, dinamisme, dan
totemisme. Kepercayaan dan praktik Aluk Todolo masih sangat dihormati
dan dijalankan oleh banyak masyarakat Toraja hingga saat ini, meskipun
beberapa anggota masyarakat Toraja juga memeluk agama-agama lain seperti
agama Kristen atau Islam. Sistem kepercayaan ini menjadi identitas budaya
yang kuat bagi masyarakat Toraja dan memberikan kerangka spiritual dalam
kehidupan sehari-hari mereka.Berikut adalah gambaran umum tentang sistem
kepercayaan masyarakat Toraja:
a. Kepercayaan pada Dewa dan Roh
Dalam Aluk Todolo, masyarakat Toraja mempercayai adanya
berbagai dewa dan roh yang mengatur alam semesta. Dewa tertinggi
disebut "Puang Matua" yang dianggap sebagai pencipta dan pengatur
segala sesuatu. Selain itu, terdapat juga roh-roh leluhur yang dihormati
dan disembah.
b. Konsep Ruh dan Jiwa
Masyarakat Toraja meyakini bahwa manusia terdiri dari dua unsur
penting, yaitu ruh dan jiwa. Ruh (sarira) adalah aspek materi yang
terkait dengan tubuh manusia, sementara jiwa (tinimbang) adalah
aspek spiritual yang abadi dan melanjutkan kehidupan setelah
kematian.
c. Upacara dan Ritual
Upacara adat memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat Toraja. Salah satu upacara yang paling terkenal
adalah upacara kematian. Masyarakat Toraja percaya bahwa jiwa
orang yang meninggal harus diberangkatkan dengan baik ke alam
baka. Oleh karena itu, upacara kematian Toraja melibatkan berbagai
tahapan dan ritus seperti pemakaman sementara, penyembelihan
kerbau, dan pembangunan makam batu yang disebut "liang."
d. Sistem Kepercayaan Leluhur
Masyarakat Toraja memiliki penghormatan yang kuat terhadap
leluhur mereka. Mereka percaya bahwa leluhur memiliki pengaruh dan
kekuatan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Toraja melibatkan
leluhur dalam keputusan penting seperti pernikahan, pembelian tanah,
atau acara adat lainnya. Leluhur juga dianggap sebagai penengah
antara dunia manusia dan dewa.
e. Tokoh Agama
(Pemangku Adat dan Pemimpin Ritual). Dalam masyarakat Toraja,
terdapat tokoh agama yang disebut "Pemangku Adat" atau "To
Mangngi," yang bertanggung jawab dalam menjaga dan
mempraktikkan adat dan upacara keagamaan. Mereka memiliki
pengetahuan dan wewenang untuk memimpin ritual dan upacara adat.
Pemangku Adat dihormati dan dianggap memiliki hubungan yang kuat
dengan dunia roh dan leluhur.
2. Religi
Masyarakat Toraja memiliki sistem kepercayaan tradisional yang dikenal
sebagai Aluk Todolo atau juga disebut Aluk To Dolo. Namun, seiring dengan
pengaruh agama-agama dunia dan perubahan sosial, beberapa anggota
masyarakat Toraja juga memeluk agama-agama lain seperti agama Kristen
atau Islam. Berikut adalah gambaran tentang religi masyarakat Toraja:
a. Agama Kristen
Sejak abad ke-19, sebagian besar masyarakat Toraja telah memeluk
agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Misi Kristen masuk ke
wilayah Toraja dan berhasil menyebarkan agama Kristen di kalangan
masyarakat Toraja. Saat ini, gereja-gereja Kristen menjadi pusat
kegiatan rohani dan juga menjadi tempat peribadatan bagi umat
Kristen di Toraja.
b. Agama Islam
Sejumlah kecil masyarakat Toraja juga memeluk agama Islam.
Pengaruh agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan secara umum telah
ada sejak zaman Kesultanan Gowa dan Tallo di abad ke-17. Meskipun
jumlah pengikutnya relatif kecil, komunitas Muslim di Toraja memiliki
tempat ibadah seperti masjid dan menjalankan praktik keagamaan
sesuai dengan ajaran Islam.
Meskipun ada pemeluk agama-agama tersebut, banyak anggota
masyarakat Toraja yang masih mempertahankan dan mempraktikkan tradisi
dan kepercayaan Aluk Todolo dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang, ada
juga praktik sinkretis dan harmonisasi antara kepercayaan tradisional dan
agama-agama dunia di masyarakat Toraja. Penting untuk diingat bahwa
tingkat kepercayaan dan praktik religius dapat bervariasi antara individu dan
keluarga dalam masyarakat Toraja. Beberapa keluarga mungkin lebih
mempertahankan tradisi dan kepercayaan Aluk Todolo, sementara yang lain
mungkin lebih terpengaruh oleh agama-agama dunia.
E. Sistem Kelembagaan dan Pemerintahan
Sistem kelembagaan dan pemerintahan masyarakat Toraja masih terus
hidup dan dihormati hingga saat ini, meskipun juga terdapat pengaruh dari
pemerintahan modern dan administrasi negara. Upaya dilakukan untuk
melestarikan dan menghormati struktur sosial dan kelembagaan tradisional
masyarakat Toraja dalam konteks yang lebih luas dari pemerintahan modern.
Masyarakat Toraja memiliki sistem kelembagaan dan pemerintahan yang
unik. Tradisionalnya, mereka memiliki struktur sosial berbasis kekerabatan dan
sistem kelembagaan yang disebut "Aluk" yang berfungsi sebagai landasan
budaya, adat, dan pemerintahan. Berikut adalah gambaran umum tentang sistem
kelembagaan dan pemerintahan masyarakat Toraja:
a. Kepala Desa
Kepala Desa atau Kepala Kampung adalah pemimpin lokal yang
dipilih oleh masyarakat setempat atau ditunjuk oleh pemangku adat.
Kepala Desa bertanggung jawab untuk mengatur kegiatan sehari-hari
di desa, menjaga ketertiban, serta menjadi perwakilan masyarakat
dalam berbagai hal.
b. Pemangku Adat
Pemangku Adat, juga dikenal sebagai "To Mangngi," merupakan
tokoh penting dalam sistem kelembagaan masyarakat Toraja. Mereka
adalah penjaga dan pelaksana adat serta upacara keagamaan.
Pemangku Adat memiliki peran sentral dalam menjaga tradisi,
mengatur upacara adat, serta menyelesaikan sengketa dan konflik
dalam masyarakat.
c. Dewan Adat
Dalam beberapa komunitas Toraja, terdapat Dewan Adat yang
terdiri dari sejumlah pemangku adat atau perwakilan masyarakat.
Dewan Adat berperan dalam mengambil keputusan penting dalam
halhal yang berkaitan dengan adat, kebudayaan, dan kepentingan
masyarakat secara kolektif.
d. Komunitas Adat
Masyarakat Toraja dikelompokkan dalam komunitas adat yang
dikenal sebagai "Puak." Setiap Puak terdiri dari beberapa keluarga
yang memiliki ikatan kekerabatan. Masing-masing Puak memiliki
aturan adat dan struktur sosial yang diakui dan dihormati oleh
masyarakat. Puak juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga
kelestarian budaya, adat, dan tradisi mereka.
e. Pengambilan Keputusan
Keputusan dalam masyarakat Toraja biasanya dicapai melalui
musyawarah atau konsensus di antara anggota komunitas. Para
pemimpin adat, kepala desa, dan anggota masyarakat yang dihormati
berperan dalam proses pengambilan keputusan. Pentingnya pendekatan
musyawarah dalam pengambilan keputusan memastikan partisipasi dan
kesepakatan bersama dalam masyarakat Toraja.

F. Sistem Kekerabatan dan Perkawinan


1. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan masyarakat Toraja merupakan bagian integral dari kehidupan
mereka, yang membentuk struktur sosial, norma, dan tatanan budaya. Meskipun ada
pengaruh modernisasi dan perubahan sosial, banyak nilai dan praktik kekerabatan
tradisional terus dijaga dan dihormati oleh masyarakat Toraja. Masyarakat Toraja
memiliki sistem kekerabatan yang kompleks dan berbasis patrilineal, yang berarti
keturunan dan identitas sosial diwariskan melalui jalur ayah. Berikut adalah beberapa
konsep dan istilah yang terkait dengan sistem kekerabatan masyarakat Toraja: a.
Patrilinealitas
Masyarakat Toraja mengikuti sistem kekerabatan patrilineal, di mana
garis keturunan dan warisan diturunkan melalui garis ayah. Keturunan lakilaki
dianggap sebagai pewaris garis keturunan dan memiliki peran penting dalam
kelangsungan keluarga dan kelompok kekerabatan.
b. Puak
Puak merupakan kelompok kekerabatan yang terdiri dari beberapa
keluarga yang memiliki ikatan darah atau kekerabatan. Puak ini memiliki
aturan adat, norma, dan tanggung jawab sosial yang dihormati dan dijalankan
oleh anggota keluarga dalam menjaga hubungan kekerabatan.
c. Tana' Bulo
Tana' Bulo adalah konsep tanah atau ladang keluarga yang diwariskan
secara patrilineal. Tanah ini dianggap sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Toraja, karena tidak hanya menjadi sumber penghidupan tetapi
juga melambangkan status dan keberhasilan keluarga.
d. Rantemario
Rantemario adalah rumah adat atau rumah keluarga besar dalam
masyarakat Toraja. Rantemario menjadi pusat kegiatan sosial dan keagamaan
keluarga serta tempat berkumpulnya anggota keluarga yang lebih luas.
e. Upacara Keberangkatan
Masyarakat Toraja memiliki upacara keberangkatan yang penting dalam
sistem kekerabatan. Upacara ini dilakukan ketika seorang pria memutuskan
untuk menikah dan meninggalkan rumah orang tuanya. Upacara ini
melibatkan berbagai prosesi dan simbolisasi yang menandai transisi dari
keluarga asal ke keluarga baru.
f. Upacara Keberangkatan
Masyarakat Toraja memiliki upacara keberangkatan yang penting dalam
sistem kekerabatan. Upacara ini dilakukan ketika seorang pria memutuskan
untuk menikah dan meninggalkan rumah orang tuanya. Upacara ini
melibatkan berbagai prosesi dan simbolisasi yang menandai transisi dari
keluarga asal ke keluarga baru.
2. Perkawinan
Perkawinan dalam masyarakat Toraja merupakan suatu acara yang sangat
penting dan kompleks. Perkawinan tidak hanya melibatkan pasangan yang
akan menikah, tetapi juga melibatkan keluarga besar dan komunitas sebagai
keseluruhan. Pemilihan pasangan dalam perkawinan Toraja sering kali
melibatkan peran orang tua, keluarga, dan perantara. Tradisionalnya, orang tua
memiliki pengaruh besar dalam memilih pasangan untuk anak mereka.
Pertimbangan seperti status sosial, keturunan, dan kecocokan antara keluarga
menjadi faktor penting dalam pemilihan pasangan.
Perkawinan dalam masyarakat Toraja melibatkan serangkaian prosedur
adat yang harus diikuti. Ini termasuk negosiasi tentang mas kawin (uang atau
barang yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan),
penentuan tanggal dan tempat pernikahan, serta persiapan upacara adat yang
melibatkan prosesi dan ritus khusus. Perkawinan dalam masyarakat Toraja
juga mempengaruhi hubungan kekerabatan antara keluarga mempelai.
Perkawinan dianggap sebagai ikatan yang erat antara keluarga mempelai
pria dan mempelai wanita. Setelah perkawinan, keluarga mempelai wanita
dianggap sebagai bagian dari keluarga mempelai pria, dan mereka memiliki
tanggung jawab untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain.
Perkawinan dalam masyarakat Toraja memiliki makna dan simbolisasi
yang dalam, tidak hanya sebagai persatuan dua individu tetapi juga sebagai
persatuan keluarga dan komunitas. Meskipun perkawinan masih mengikuti
tradisi dan adat istiadat yang kuat, beberapa perubahan dan pengaruh
G.
modernisasi juga dapat terlihat dalam praktik perkawinan di masyarakat
Toraja saat ini.
Sistem Perekonomian
` Meskipun beberapa masyarakat Toraja telah beradaptasi dengan sektor ekonomi
yang lebih modern, seperti sektor jasa dan industri, sektor pertanian dan peternakan
masih merupakan tulang punggung perekonomian mereka. Pemerintah dan lembaga
lainnya juga berupaya untuk mengembangkan sektor pariwisata dan mempromosikan
kerajinan tangan Toraja untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Sistem perekonomian masyarakat Toraja pada umumnya didasarkan pada pola
pertanian, peternakan, dan kerajinan tangan. Berikut adalah beberapa aspek yang
mencakup sistem perekonomian masyarakat Toraja:
a. Pertanian
Pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar
masyarakat Toraja. Mereka menanam berbagai jenis tanaman seperti padi,
jagung, ubi kayu, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan. Pertanian
dilakukan di ladang-ladang yang disebut "tana'". Sistem pertanian yang
umum digunakan adalah pertanian berpindah atau shifting cultivation, di
mana mereka mengganti lokasi ladang baru setiap beberapa tahun untuk
menjaga kesuburan tanah.
b. Peternakan
Peternakan juga merupakan bagian penting dari perekonomian masyarakat
Toraja. Mereka memelihara hewan seperti babi, kerbau, sapi, dan ayam.
Hewan-hewan tersebut digunakan untuk keperluan konsumsi masyarakat,
upacara adat, dan juga sebagai aset ekonomi yang bisa dijual untuk
memperoleh pendapatan.
c. Kerajinan Tangan
Masyarakat Toraja memiliki tradisi kerajinan tangan yang kaya dan
terkenal. Mereka menghasilkan berbagai barang seperti tenun ikat, anyaman
bambu, patung ukir, alat musik tradisional, dan barang-barang kerajinan
lainnya. Kerajinan tangan ini sering dijual sebagai hasil produksi untuk
memperoleh pendapatan tambahan.
d. Pariwisata
Pariwisata juga telah menjadi sumber penghasilan yang penting bagi
masyarakat Toraja. Kekayaan budaya dan keindahan alam mereka menarik
wisatawan dari berbagai belahan dunia. Masyarakat Toraja menjual
barangbarang kerajinan, menyediakan akomodasi, dan menyelenggarakan
acara budaya sebagai bagian dari industri pariwisata yang berkembang di
daerah mereka.
H.
e. Perdagangan
Perdagangan menjadi aktivitas penting dalam perekonomian masyarakat
Toraja. Selain kegiatan pertanian dan peternakan, mereka terlibat dalam
kegiatan jual beli produk pertanian, ternak, barang kerajinan, dan
barangbarang lainnya di pasar lokal maupun pasar tradisional.
Stratifikasi Sosial
Meskipun stratifikasi sosial masih ada dalam masyarakat Toraja,
perubahan sosial dan perkembangan ekonomi telah mempengaruhi dinamika
stratifikasi sosial. Pendidikan, mobilitas sosial, dan kesempatan kerja yang lebih
luas dapat mengubah posisi dan status seseorang dalam masyarakat. Namun,
nilainilai tradisional dan pengakuan terhadap peran keluarga dan adat masih
mempengaruhi stratifikasi sosial dalam masyarakat Toraja.
Masyarakat Toraja memiliki sistem stratifikasi sosial yang kompleks dan
terkait erat dengan sistem kekerabatan dan status ekonomi. Stratifikasi sosial
dalam masyarakat Toraja didasarkan pada beberapa faktor, seperti status
keluarga, kepemilikan tanah, keberhasilan dalam pertanian dan peternakan, serta
partisipasi dalam upacara adat. Berikut adalah beberapa aspek yang
mempengaruhi stratifikasi sosial dalam masyarakat Toraja:
a. Kasta
Masyarakat Toraja memiliki sistem kasta yang membagi mereka
menjadi beberapa kelompok sosial yang berbeda. Kasta tertinggi
adalah kelompok bangsawan atau "Para Buntu", yang merupakan
kelompok yang memiliki status dan kekuasaan yang tinggi dalam
masyarakat. Di bawah mereka ada kelompok "Para Marendeng", yang
terdiri dari orang-orang yang memiliki status sosial yang sedikit lebih
rendah, tetapi masih dianggap memiliki kedudukan yang istimewa.
Kasta ini dapat mempengaruhi akses terhadap sumber daya dan
kesempatan dalam masyarakat.
b. Status Ekonomi
Status ekonomi juga memainkan peran penting dalam stratifikasi
sosial. Masyarakat yang memiliki lahan pertanian yang luas atau
ternak yang banyak dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi.
Mereka yang mampu menghasilkan kekayaan melalui pertanian,
peternakan, atau usaha lainnya cenderung memiliki posisi yang lebih
tinggi dalam hierarki sosial.
c. Partisipasi dalam Upacara Adat
Partisipasi aktif dalam upacara adat dan kegiatan keagamaan juga
dapat memengaruhi stratifikasi sosial dalam masyarakat Toraja.
Mereka yang memiliki peran penting dalam penyelenggaraan upacara
I.
adat dan memiliki pengetahuan adat yang mendalam dihormati dan
dianggap memiliki status yang lebih tinggi.
d. Pendidikan dan Profesi
Dalam masyarakat Toraja yang semakin modern, pendidikan dan
profesi juga dapat memainkan peran dalam stratifikasi sosial.
Masyarakat yang mendapatkan pendidikan tinggi dan memiliki
pekerjaan profesional biasanya dianggap memiliki status sosial yang
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bekerja di sektor
pertanian atau peternakan.
Kesenian
Kesenian masyarakat Toraja tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi
juga membawa makna spiritual, sejarah, dan kepercayaan yang dalam.
Masyarakat Toraja terus melestarikan kesenian mereka sebagai bagian penting
dari identitas budaya mereka dan sebagai warisan yang dihormati dan dijaga
dengan baik. Kesenian masyarakat Toraja memiliki kekayaan dan keunikan yang
khas, mencerminkan warisan budaya dan spiritualitas mereka. Berikut adalah
beberapa bentuk kesenian yang terkenal dalam masyarakat Toraja:
a. tari Ma’badong.
Kesenian tari tradisional ini menjadi bagian dari prosesi adat yang
sakral di tanah Toraja. Tari Ma’Badong merupakan rangkaian prosesi
Ma’Badong dalam upacara kematian rambu solo.Ma’Badong
merupakan upacara kematian yang mewajibkan keluarga untuk
membuat pesta sebagai tanda penghormatan kepada orang yang telah
meninggal.
Bagi suku Toraja, riwayat leluhur perlu dijaga dengan cara
menghormati mereka yang telah meninggal. Masyarakat suku Toraja
juga percaya ritual Ma'Badong meningkatkan rasa solidaritas
masyarakat dan religius.Kesenian Ma’Badong dilakukan dalam
bentuk tarian dan nyanyian. Kesenian ini digelar tanpa diiringi alat
musik, namun berisi syair-syair yang berisi puji-pujian kepada orang
yang sudah meninggal.
Terkadang syair-syair kesenian Ma’badong juga berisi
ratapanratapan kesedihan dari orang yang ditinggalkan. Nyanyian
badong terdiri dari empat jenis, dan dinyanyikan secara berurut sesuai
dengan fungsinya. Empat nyanyian badong antara lain badong nasihat,
badong ratapan, badong berarak, dan badong selamat (berkat).
b. Tarian Tradisional Pagellu'
J.
Pagellu' merupakan salah satu tarian adat asli Toraja yang muncul
pertama kali di daerah Pangala'. Pada awalnya tarian ini digunakan
sebagai alat pemujaan kepada Puang Matua, Deata-Deata dan
Tomembali Puang pada upacara Ma'bua, yaitu upacara tertinggi dalam
Rambu Tuka' yang bermakna upacara syukur untuk mendoakan
kesejahteraan dan kesuburan.
Namun, mengalami perubahan sebagai sarana hiburan untuk kaum
bangsawan ketika pendudukan Belanda. Bentuk gerakan tarian
pagellu' Toraja awalnya tidak beraturan namun semakin lama
mengikuti perkembangan akhirnya tarian ini disusun agar terlihat
lebih indah dan terstruktur. Gerakan dari tarian ini juga dibagi menjadi
12 ragam yaitu gellu' siman dipabunga', pa'gellu' tua, ma'dena'dena',
pa'langkanlangkan, pa'kakabale, panggirik tangtarru', pa'unnorong,
pa'tulekken, pangra pak pentallun, passini, pangrampanan dan
pa'passakke.
c. Seni Arsitektur Rumah Adat
Rumah adat Toraja, yang disebut tongkonan, merupakan karya
seni arsitektur yang indah. Tongkonan memiliki atap yang
melengkung dan dihiasi dengan ukiran rumit, serta dihiasi dengan
hiasan-hiasan tradisional. Rumah adat ini memiliki makna simbolis
dan merupakan pusat kehidupan sosial dan keagamaan dalam
masyarakat Toraja.
d. Seni Ukir
Masyarakat Toraja terkenal akan keahlian mereka dalam seni ukir.
Mereka mengukir berbagai patung dan hiasan dengan menggunakan
kayu sebagai mediumnya. Patung-patung ini sering menggambarkan
tokoh-tokoh mitologi, hewan, atau objek religius yang berhubungan
dengan kepercayaan dan budaya Toraja.
J. Bahasa
Bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat Toraja adalah Bahasa
Toraja atau disebut juga sebagai Bahasa Sa'dan Toraja. Bahasa ini termasuk ke
dalam kelompok rumpun bahasa Austronesia. Dalam kelompok ini, Bahasa
Toraja termasuk ke dalam cabang bahasa Malayo-Polinesia. Bahasa Toraja
memiliki beberapa dialek yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya di daerah Toraja. Beberapa dialek yang dikenal antara lain Rantepao,
Makale, Sangalla, dan Tallunglipu. Setiap dialek memiliki perbedaan dalam hal
pelafalan, kosakata, dan intonasi.
Meskipun Bahasa Toraja merupakan bahasa utama yang digunakan dalam
komunikasi sehari-hari, banyak masyarakat Toraja yang juga dapat berbahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua mereka. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari
pendidikan formal dan interaksi dengan masyarakat di luar daerah Toraja. Bahasa
Toraja memiliki struktur yang kompleks dan memiliki sistem kata kerja dan
nomina yang kaya. Selain itu, bahasa ini juga memiliki sistem penghormatan
terhadap tingkatan umur dan status sosial. Misalnya, terdapat kosakata yang
berbeda untuk berbicara kepada orang yang lebih tua atau orang dengan status
yang lebih tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa pengetahuan dan pemahaman saya tentang
bahasa Toraja terbatas pada apa yang telah diajarkan kepada saya selama
pelatihan. Jika Anda membutuhkan informasi yang lebih mendalam tentang
bahasa Toraja, direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan sumber-sumber
yang berkompeten dalam bidang bahasa tersebut atau bertanya langsung kepada
masyarakat Toraja yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa ibu
mereka.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Toraja adalah salah satu suku bangsa yang tinggal di Sulawesi
Selatan, Indonesia. Mereka mendiami daerah pegunungan di sekitar Kabupaten Tana
Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan sebagian kecil wilayah Kabupaten Mamasa di
Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah Toraja memiliki topografi yang berbukit-bukit dan
terjal, dengan lembah-lembah hijau yang subur. Keindahan alam, budaya unik, dan
arsitektur tradisional rumah tongkonan menjadikan Toraja sebagai tujuan wisata yang
populer di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Z., & Priyono, A. (2016). The Peculiarities of Torajan Funeral Ceremonies. Wacana,
Journal of the Humanities of Indonesia, 17(1), 151-176.
Idris, I., & Malingkas, J. (2018). The Contribution of Local Wisdom in the Sustaining Ritual of
Aluk Todolo Toraja People. Journal of Arts, Science & Commerce, 9(3), 162-168.
Palosaari, M. (2016). Cultural Heritage and Commodification: Tourism, Development, and the
Sacred Object Economy in Tana Toraja, Indonesia. Journal of Social Archaeology, 16(1),
44-65.

Anda mungkin juga menyukai