Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN

BIDANG ILMU
DANA DIPA PPS UNY
TAHUN ANGGARAN 2020

JUDUL PENELITIAN:
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ERA INDUSTRI 4.0

Oleh:

Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd/NIP. 19540809 197803 1 005


Dr. Putu Sudira, M.P./NIP. 19641231 198702 1 063
Dr. Gunadi, M.Pd./NIP. 19770625 200312 1 002
Drs. Wardan Suyanto, MA, EdD. /NIP. 19540810 197803 1 001
Muhammad Nurtanto, M.Pd/NIM. 19702261006
Ranu Iskandar, S.Pd/NIM. 18702251010

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN BIDANG ILMU

1. Judul Penelitian : KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ERA INDUSTRI
4.0
2. Ketua Peneliti :
a. Nama lengkap : Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd
b. Jabatan : Guru Besar
c. Program Studi : Pendidikan Teknologi dan Kejuruan - S2
d. Alamat : Perum Purwomartani Baru RT 17 RW 1 Kalasan Sleman
e. Telepon : +628122736727
f. e-mail : widarto@uny.ac.id
3. Bidang Keilmuan : Pendidikan
4. Skim : Pengembangan Bidang Ilmu
5. Tema Penelitian Payung : Model pembelajaran berbasis TIK
6. Sub Temap Penelitian : Offline society dan online society
Payung
7. Kelompok Peneliti :
No Nama, Gelar NIP Bidang Keahlian
1. Dr. Putu Sudira, MP 19641231 198702 1 063 Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan
2. Dr. Gunadi, M.Pd 19770625 200312 1 002 Pendidikan Teknik
Otomotif
3. Drs. Wardan Suyanto, MA, 19540810 197803 1 001 Pendidikan Teknologi
EdD dan Kejuruan
8. Mahasiswa yang terlibat :
No Nama NIM Prodi
1. Muhammad Nurtanto 19702261006 Pend. Teknologi dan
Kejuruan
2. Ranu Iskandar 18702251010 Pendidikan Teknik Mesin
9. Lokasi Penelitian : Universitas Negeri Yogyakarta
10. Waktu Penelitian : 1 Juni 2020 s/d 30 November 2020
11. Dana yang diusulkan : Rp. 20.000.000,00

Mengetahui, Yogyakarta, 29 Oktober 2020


Kaprodi S3 PTK Ketua Pelaksana

Dr. Moch. Bruri Triyono, M.Pd Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd
NIP. 19560216 198603 1 003 NIP. 19631230 198812 1 001

Menyetujui,
Direktur PPs,

Prof. Dr. Suyanta, M.Si


NIP. 19660508 199203 1 002

ii
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ERA INDUSTRI 4.0

Tim Peneliti:
Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd
Dr. Putu Sudira, M.P.
Dr. Gunadi, M.Pd.
Drs. Wardan Suyanto, MA, EdD.

Mahasiswa:
Muhammad Nurtanto, M.Pd
Ranu Iskandar, S.Pd

ABSTRAK
Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan nasional, terutama
pendidikan kejuruan dalam menyiapkan tenaga kerja terampil yang dapat mengisi keperluan
pembangunan. Dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan dihadapkan pada pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana banyak pekerjaan dan Cara kerja lama
akan lenyap digantikan oleh teknologi dan mesin-mesin cerdas, sementara jenis pekerjaan
baru bermunculan. Oleh karenanya, SMK harus berubah, dengan merespon Revolusi
industri 4.0 SMK harus mampu mempersiapkan keterampilan yang perlu dibekalkan pada
siswa agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan.
Luaran dari penelitian ini adalah buku yang digunakan sebagai materi pembelajaran
Kejuruan mahasiswa PTK S2 dan S3 tentang kesiapan sekolah dalam menghadapi tuntutan
era industry 4.0 yang bertumpu pada cyber physical system yang mengubah secara radikal
cara manusia berkehidupan, bekerja dan berkomunikasi. Pekerjaan yang semula dilakukan
manual dan hanya mengandalkan kognitif semata sudah mulai digantikan oleh mesin/robot
dan teknologi informasi, akan menghilangkan keterampilan dasar digantikan oleh jenis-jenis
pekerjaan baru yang belum bisa kita bayangkan.
Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian pengembangan keilmuan dengan
pendekatan Symatic Literatur Review (SLR) yaitu mengkaji literature review dan konteks
baru dari Industry Revolution 4.0. Sumber data penelitian berupa scopus, Web of Science,
Elsavier, dan Google Scholar. Analisis data yang dilakukan menggunakan tahapan
Identification, Screening, Study Selection, Article Assessment, and Extraction. New concept
vocational learning to develop Capability and employability skills for Industries 4.0
selanjutnya dilakukan uji karakteristik terhadap kondisi nyata di penyelenggara vocational
education-DIY.
Studi eksplorasi yang telah dilakukan dapat disumpulkan bahwa: (1) Pembelajaran
integrasi antara daring dan luring pendakatan pembelajaran yang dipilih adalah e-learning
(6.58%) dan blended learning (17.5%), sedangkan pembelajaran daring sebanyak 75.34%,
menemukan banyak variasi. Pendekatan baru telah diadopsi oleh guru vokasional
diantaranya E-Learning sebesar 54.8%, Google Classroom sebesar 8.22%, Flexible learning
sebesar 8.22%, dan blended learning 4.11%; dan (2) Kesiapan guru vokasional dalam
menghadapi revolusi industry 4 yang ditinjau berdasarkan keterlibatan transformasi
digitalisasi dalam pelaksanaan pembelajaran sebesar 79.8%, prinsip-prinsip design dalam
pelaksanaan pembelajaran sebesar 77.8%, inovasi-inovasi pembelajaran yang telah
dilakukan guru vokasional sebesar 75.00%, dan pengembangan skills yang telah dilakukan
guru vokasional sebesar 77.4%.
Kata kunci: Kesiapan sekolah kejuruan, SMK, Industry 4.0

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv


DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 3
C. Batasan Masalah ..................................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
F. Mafaat Penelitian ........................................................................................................ 5
G. Peta Jalan Penelitian ............................................................................................... 6
BAB III. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 7
A. Pendidikan Kejuruan ............................................................................................... 9
B. Pembelajaran SMK Abad Ke-21 .......................................................................... 13
METODE PENELITIAN .................................................................................................... 17
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 17
B. Luaran dan Target Capaian ................................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 21
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 21
B. Model Hipotetik Konsep Pembelajaran di Sekolah Kejuruan Era 4.0.................. 30
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 33
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 35
A. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 35
B. Personalia Tenaga Peneliti .................................................................................... 39
C. Draf Artikel Ilmiah ............................................................................................... 40

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Status Pekerjaan Responden .............................................................................. 21


Gambar 2. Sebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................................... 21
Gambar 3. Pengalaman Mengajar Responden ..................................................................... 22
Gambar 7. Konsep Pembelajaran Vokasional Off-Line Terintegrasi On-Line ................... 24
Gambar 8. Konsep Pembelajaran Vokasional On-Line....................................................... 24
Gambar 9. Model Hipotetik Terintegrasi Inovasi Pembelajaran Abad ke 21 dan Tantangan
Industri 4.0 ........................................................................................................................... 30
Gambar 10. Bukti Submit ke ICOVEMAT ......................................................................... 40

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan Berbasis Transformasi Digital ............... 26


Tabel 2. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Penerapan Industri 4.0 ................ 27
Tabel 3. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran ..... 28
Tabel 4. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran ..... 29
Tabel 5. Susunan Organisasi Tim Pelaksana Penelitian dan Pembagian Tugas ................. 39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi di era global adalah pada

kemampuannya mengelola dan memberdayakan SDM dalam menguasai sains dan teknologi

(Ali, Mohammad, 2009: 53). Peningkatan kemampuan perekonomian suatu bangsa sangat

tergantung diantaranya kepada kemampuan sumber daya manusia yang menjadi komponen

pokok dan berperan aktif dalam perubahan melalui tingkat keterampilan dan pengetahuan

yang dimilikinya (Elchanan Cohn: 1979; Ace Suryadi, 2009). Aset paling berharga bagi

suatu bangsa pada era global ini menurut Theodore Schultz dalam Jac Fitz-enz (2000) adalah

sains dan pekerja terdidik (knowledge worker). Pengetahuan (knowledge) telah menjadi

modal bagi pembangunan ekonomi suatu negara menggantikan sumber daya alam yang

tidak dapat menjadi andalan karena dapat terdepresiasi dan habis.

Bagi Bangsa Indonesia globalisasi dan industrialisasi merupakan sebuah tantangan dan

peluang yang harus dapat dimanfaatkan untuk dapat hidup sejajar dan berdampingan dengan

masyarakat dunia lainnya. Globalisasi dan industrialisasi di satu sisi membuka peluang

untuk mempercepat laju pembangunan, tetapi di sisi lain membawa tantangan persaingan

yang semakin ketat dan tajam. Tuntutan di era global adalah “keunggulan kompetitif

(competitf advantage)” atas semua produk dan jasa yang dihasilkan oleh industri nasional.

Sehingga secara simultan telah menjadikan sumber daya manusia menjadi “kekuatan utama”

bagi industri nasional dalam menghasilkan keunggulan dalam konteks yang lebih

komprehensif, dan inovatif.

Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan nasional, hal ini

disebabkan karena peningkatan kualitas manusia yang menjadi subyek pembangunan hanya

dapat dicapai melalui pendidikan. Melalui pendidikan selain dapat diberikan bekal

pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan yang

1
dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat. Untuk menghadapi hal tersebut, Pendidikan di

Indonesia, terutama pendidikan kejuruan dituntut mampu menyiapkan tenaga kerja terampil

yang dapat mengisi keperluan pembangunan, mengubah status siswa dari status beban

menjadi aset bangsa, menciptakan sumberdaya manusia profesional yang dapat diandalkan

dan unggul menghadapi persaingan global.

Pendidikan yang paling sesuai untuk menghadapi tantangan globalisasi adalah

pendidikan kejuruan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada

pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Oleh karena itu

sekolah kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan

yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, dunia pendidikan khususnya pendidikan

kejuruan dihadapkan pada pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, invensi dan

inovasi diciptakan dengan laju eksponensial (Nizam, 2020). Banyak pekerjaan dan cara

kerja lama lenyap digantikan oleh teknologi dan mesin-mesin cerdas, sementara jenis

pekerjaan baru bermunculan. Lembaga pendidikan khususnya SMK dihadapkan pada

kondisi masa depan yang penuh dengan vulnerability, uncertainty, complexity, dan

ambiguity. Karenanya, lembaga pendidikan harus berubah, dengan merespon Revolusi

industri 4.0, tantangan Revolusi Industri 4.0 yang bertumpu pada cyber physical system

yang mengubah secara radikal cara manusia berkehidupan, bekerja dan berkomunikasi.

Pekerjaan yang semula dilakukan manual dan hanya mengandalkan kognitif semata sudah

mulai digantikan oleh mesin/robot dan teknologi informasi. Diperkirakan 35% keterampilan

dasar akan hilang, digantikan oleh jenis-jenis pekerjaan baru yang belum bisa kita

bayangkan. Sehingga, SMK harus mampu mempersiapkan keterampilan yang perlu

dibekalkan pada siswa agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan.

2
B. Identifikasi Masalah
Berbagai pihak mengatakan bahwa program yang dilaksanakan di sekolah kejuruan

belum sesuai dengan kondisi nyata di dunia kerja, belum mencapai kompetensi yang

diharapkan, sehingga banyak menyebabkan terjadinya pengangguran. Ketidaksesuaian

(mismatch) ini telah menjadi isu utama yang menyebabkan polemik berkepanjangan antara

dunia usaha, dunia industri dan dunia pendidikan. Sebenarnya perkembangan

penyelenggaraan pendidikan kejuruan hingga saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup

menggembirakan, akan tetapi, harus diakui bahwa dalam penyelenggraannya program

pendidikan kejuruan masih mengalami beberapa kendala.

1) Sekolah kejuruan masih menghadapi kendala kesepadanan kualitatif dan

kuantitatif sehingga efektivitasnya masih diragukan, bahkan eksistensi

pendidikan kejuruan sebagai salah satu jalur unggulan dalam meningkatkan

kompetensi dan daya saing SDM.

2) Bagi lembaga pendidikan kejuruan mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu

pengetahuan adalah salah satu kunci utama dalam mempersiapkan lulusan yang

siap untuk diterjunkan ke dunia pekerjaan. Untuk mencapai hal tersebut lembaga

pendidikan kejuruan harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan

yang berorientasi pada peningkatan kualitas lulusan yang benar-benar

profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi budaya

bangsa.

3) Diperkirakan 35% keterampilan dasar akan hilang pada tahun 2025, digantikan

oleh jenis-jenis pekerjaan baru yang belum bisa kita bayangkan. Sehingga, SMK

harus mampu mempersiapkan keterampilan yang perlu dibekalkan pada siswa

agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan. Pekerjaan yang

3
semula dilakukan manual dan hanya mengandalkan kognitif semata sudah mulai

digantikan oleh mesin/robot dan teknologi informasi.

4) Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), memungkinkan peningkatan

mobilitas dan persaingan tenaga kerja secara bebas antar sesama negara anggota

ASEAN. Dalam “blue print” MEA terdapat 12 sektor prioritas yang

diintegrasikan yaitu sektro elektronik, produk berbasis kayu, otomotif, produk

berbasis karet, indutri tekstil, industry agro, perikanan, ICT, kesehatan,

transportasi udara, pariwisata dan logistic.

5) Struktur tenaga kerja Indonesia saat ini 64% berpendidikan maksimal SMP harus

diubah menjadi didominasi oleh lulusan SMK/SMA. Untuk itu bagaimana

menyiapkan generasi yang memiliki keterampilan untuk mengubah keunggulan

komparatif Indonesia menjadi keunggulan kompetitif dan mereka bangga dan

cinta sebagai warga negara Indonesia.

Terakhir, adalah hadirnya generasi millenial Indonesia. Mereka adalah generasi yang

cerdas, pembelajar cepat, dan pengguna aktif sosial media, mendambakan fleksibilitas dan

kebebasan untuk bekerja di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Mereka adalah

generasi yang sangat suka melakukan eksplorasi.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa masih terdapat kesenjangan

kemampuan lulusan SMK sehingga belum sepenuhnya mampu terserap di dunia industry,

di samping beberapa tantangan ke depan khususnya dalam menghadapi Era Industri 4.0 yang

akan memunculkan pekerjaan baru dan menggerus pekerjaan lama yang sifatnya mekanis

tergantikan oleh robot dan berbasis teknologi informasi.

4
Dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian terhadap identifikasi kesiapan SMK

khususnya Bidang teknologi rekayasa Keahlian Otomotif di Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam mengahdapi tantangan Era Industri 4.0 sebagai sebuah jawaban atas tantangan dan

harapan masyarakat terhadap SMK sebagai gardda dalam mengahsilkan lulusan produktif

dan sumber kekuatan pembangunan bangsa.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dan focus dalam penelitian ini perlu dirumuskan

masalah penelitian secara operasional. Perumusan masalah tersebut sangat bermanfaat bagi

usaha pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka usaha pendekatan

ilmiah dalam penelitian ini. Secara operasional pokok-pokok masalah di dalam rumusan

masalah penelitian yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah kesiapan SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

menghadapi tantangan era Industri 4.0

2) Apakah persiapan yang telah dilakukan SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam menghadapi tantangan era Industri 4.0.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:

1) Mengetahui kesiapan SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menghadapi

tantangan era Industri 4.0.

2) Mengetahui persiapan yang telah dilakukan SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta

dalam menghadapi tantangan era Industri 4.0

F. Mafaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:

5
1) Sebagai dasar dalam perencanaan dan pengembangan program inovasi SMK

menghadapi tantangan Era Industri 4.0

2) Mengembangkan program penyelarasan kurikulum yang fleksible dan permable

dalam menghadapi tantangan Era Industri 4.0

3) Sebagai masukan dalam pengembangan khsususnya ilmu pendidikan dan

kejuruan (PTK) dalam inovasi pembelajaran menghadapi Era Industri 4.0

G. Peta Jalan Penelitian

Gambar 1. Peta Jalan Penelitian 2020-2023

6
BAB III. KAJIAN PUSTAKA

Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab.

Ekonom terkenal asal Jerman yang juga pendiri dan Executive Chairman World Economic

Forum, yang pertama kali memperkenalkannya. Dalam bukunya The Fourth Industrial

Revolution (2017), ia menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi

yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain.

Era ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja,

bahkan gaya hidup manusia. Singkatnya, revolusi 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang

dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.

Dunia kerja saat ini dan kedepan sangat jauh berbeda dengan dunia kerja 5 atau 10

tahun yang lalu. Dunia kerja telah berevolusi seiring dengan terjadinya revolusi industri,

sejak revolusi industri pertama yang ditandai dengan penggunaan tenaga air & uap untuk

menggerakkan produksi, revolusi industri kedua yang ditandai dengan tenaga listrik untuk

produksi masal, revolusi industri ke-tiga yang ditandai dengan penggunaan ektronika & TI

untuk produksi otomatisasi dan saat ini memasuki revolusi industry ke-empat dengan

sentuhan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Artificial Intellegence (AI) yang

disebut dengan era digital. Revolusi industry ke-empat telah menjadikan TIK dan AI sebagai

basis atau penggerak utama dalam system operasional dan telah melahirkan industry 4.0.

Akibatnya waktu dan ruang tidak lagi berjarak dan bahkan real time.

Dampak dari Revolusi Industri 4.0 (ADB : 2017) berupa hilang dan terdisrupsinya

pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi, misalnya robot, Artificial Intellegence (AI).

Hilangnya fungsi layanan manual dan digantikan oleh pemanfaatan teknologi (misalnya

layanan teller di bank digantikan oleh ATM baik untuk tarikan maupun setoran tunai, online

banking) dimana manfaat: layanan lebih murah, lebih cepat dan lebih baik. Selanjutnya 56%

pekerjaan di lima negara ASEAN (Cambodia, Indonesia, Viet Nam, Thailand dan

7
Philippines) terancam hilang karena otomasi pada beberapa decade mendatang. Separuh dari

pekerja retail Amerika diprediksi akan digantikan robot. Diprediksi 7,5 juta pekerjaan akan

digantikan dengan otomatisasi pada beberapa dekade mendatang. Pekerjaan beresiko

tertinggi adalah kasir dimana 73% dipegang oleh pekerja wanita (mailonline, Mei 2017).

Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi

luar biasa dalam merombak industri, tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan

manusia. Bagi Indonesia, fenomena 4IR memberi peluang sangat besar untuk meningkatkan

daya saing bangsa. Sehingga ini merupakan peluang yang besar bagi lulusan Perguruan

tinggi seperti STIE dan Politeknik Kridatama sebagai pemeran utama dalam menghadapi

tantangan Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu lulusan harus mengembangkan potensinya

semaksimal mungkin selama kuliah di kampus, tidak hanya di bidang akademik namun juga

kreativitas dan inovasi untuk berkiprah di dunia usaha dan industry. Terdapat empat hal yang

harus dimiliki lulusan untuk bertarung di era revolusi industri 4.0 yaitu kompetensi

berinteraksi dengan berbagai budaya, keterampilan sosial, literasi baru (data, teknologi

manusia) dan pembelajaran sepanjang hayat ( lifelong learning).

Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja

baru, profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya yang berbasis pada kombinasi teknologi

antara lain : (1) Internet of Things, (2) Artificial Intelligence, (3) New Materials, (4) Big

Data, (5) Robotics, (6) Augmented Reality, (7) Cloud Computing, (8) Additive

Manufacturing 3D Printing, (9) Nanotech & Biotech, (10) Genetic Editing, (11) E-Learning.

Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru,

serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan sistem ride-

sharing seperti Go-jek, dan Grab.

Selanjutnya dalam menghadapi tantangan tersebut keberadaan Sumber Daya Manusia

(SDM) tetap akan menjadi sangat penting dalam era ini. SDM yang memiliki keterampilan

8
(Skill) dan pengetahuan (Knowledge) dengan perilaku-perilaku (attitude) handal termasuk

social skill (keterampilan sosial) akan menjadi syarat kualifikasi kompetensi yang wajib

dimiliki setiap SDM agar mampu bersaing dan mengambil bagian dalam Era Revolusi

Industri 4.0.

A. Pendidikan Kejuruan
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di industri menuntut peran

pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam mengembangkan tenaga kerja terdidik.

Dunia pendidikan dituntut harus mampu menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu

mengetahuan dan teknologi serta mampu mengembangkan sikap profesional untuk mengisi

kebutuhan dunia kerja yang semakin kompetitif. Namun pada kenyataannya sistem

pendidikan kita belum mampu menunjukkan keberhasilan dalam menjadikan manusia

Indonesia sebagai sumber daya yang berkualitas dan mampu bersaing dalam semua level.

Mutu pendidikan merupakan fokus utama yang dijadikan agenda untuk diatasi dalam

pengembangan kebijakan pembangunan pendidikan, karena hanya dengan pendidikan yang

bermutu akan diperoleh lulusan bermutu yang mampu membangun diri, keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara.

Sekolah menengah kejuruan merupakan program strategis untuk menyediakan tenaga

kerja tingkat menengah (Purwoko, 2010). Sejalan dengan kebutuhan untuk mendapatkan

SDM yang berkualitas maka pemerintah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK)

menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang memiliki

bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan

diri untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang tertentu

(Calhoun and Finch, 1976; Sukamto, 1988; Slamet, 1996). Hal ini tertulis dalam penjelasan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

9
yang berbunyi: “Pendidikan kejuruan adalah merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Ditegaskan pula

dalam kurikulum SMK (Depdiknas, 2004: 1) bahwa peran SMK adalah menyiapkan siswa

dengan kemampuan dan keterampilan bidang tertentu agar setelah lulus dapat bekerja pada

bidang tertentu baik secara mandiri (wiraswasta) maupun untuk mengisi lowongan yang ada.

Sehingga salah satu program pendidikan SMK adalah memberikan pelayanan proses

pembelajaran dan pelayanan pemasaran kepada lulusannya.

Program pendidikan di SMK berbeda dengan sekolah umum (Cholik, 2010). Sekolah

Menengah Kejuruan menitikberatkan di sektor kejuruan yang diharapkan mendapatkan

lulusan yang siap kerja, sedangkan untuk sekolah umum menitikberatkan pada sektor

teoritik yang hasil lulusannya siap memasuki perguruan tinggi. Melalui pendidikan SMK

diharapkan siswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan program

keahliannya (Evans and Herr, 1978; Power, 1999; Pavlova, 2009), sehingga setelah lulus

mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan keahliannya (Winch,

2007; Wenrich and Galloway, 1988). Keberhasilan SMK dalam menyelenggarakan

pendidikannya tidak dapat diukur dari jumlah siswa yang lulus maupun berprestasi, akan

tetapi seberapa besar lulusan SMK tersebut dapat tersalurkan untuk mengisi dunia kerja

(Finch & Crunkilton, 1984).

Kualitas pendidikan di SMK diukur dari kualitas dan relevansi lulusannya dengan

kebutuhan di lapangan. Sementara kebutuhan kemampuan di lapangan terus berkembang

sesuai dengan tuntutan produktivitas dan perkembangan teknologi. Sehingga

konsekuensinya untuk mempertahankan kualitas penyelenggaraan pendidikannya, SMK

harus siap secara terus menerus mengembangkan diri.

Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara

keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu

10
yang membedakannya dengan pendidikan yang lain (Cholik, 2010). Perbedaan ini tidak

hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga

tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu

: (1) orientasi pendidikannya, (2) justifikasi untuk eksistensinya, (3) fokus kurikulumnya,

(4) kriteria keberhasilannya, (5) kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat, (6)

perbekalan logistiknya (7) hubungannya dengan masyarakat dunia usaha (Finch &

Crunkilton, 1984). Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung

dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu

sekolah menengah kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini

mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite),

kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah menengah kejuruan dalam program

kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar dilapangan.

Pengertian pendidikan kejuruan seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah

nomor 29 Tahun 1990, bahwa pendidikan kejuruan diartikan sebagai pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang baru, sistem pendidikan

kejuruan diperluas menjadi tiga jenis yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan profesi.

Pendidikan vokasi menyelenggarakan pendidikan agar peserta didik menguasai kemampuan

keterampilan dan keahlian terapan dalam bidang tertentu. Sedangkan pendidikan profesi

mengarahkan persiapan kemampuan siswanya pada bidang pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus. Ketiganya mempunyai sasaran yang sama, yaitu mempersiapkan

kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang pekerjaan

tertentu.

Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan pada tingkat menengah

dalam sistem pendidikan dua jalur yang diterapkan di Indonesia (Slamet, 1996). Ada

11
beberapa definisi tentang pendidikan kejuruan. (1) Menurut Evans and Herr (1978),

Pendidikan kejuruan adalah bagian dari pendidikan untuk menjadikan individu lebih mampu

bekerja dalam satu kelompok kerja dibanding dengan lainnya; (2) batasan lain diberikan

oleh Home Committee on Education and Labour, (Oemar, 1990: 24) adalah suatu bentuk

pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang

mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan; (3) sedangkan

Suharsimi (1988: 5) mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan khusus yang

direncanakan untuk menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja tertentu atau

jabatan di keluarga, atau meningkatkan mutu para pekerja; (4) Menurut Brown (1979: 16)

menyatakan bahwa Program Pendidikan Teknik Kejuruan didefinisikan sebagai "

...prepared to take part in the world of work, either pemannently or during a period of

further education ..... able to earn a living is invaluable to anyone, and the nation’s work

force can be greatly improved by the addition of skilled teenagers”.

Dari beberapa pengertian di atas, jelas bahwa pendidikan kejuruan berorientasi pada

pekerjaan sehingga programnyapun dipersiapkan untuk dunia kerja, namun bukan semata-

mata memberikan pelajaran keterampilan kerja kepada individu untuk mendapatkan

kehidupan yang layak karena relevan dengan kebutuhan masyarakat, melainkan juga

memberi bekal bagaimana bekerja yang efekfif dan efisien serta menyiapkan kompetensi-

kompetensi yang perlu dimiliki seseorang setelah menyelesaikan pendidikan tersebut.

Dengan demikian keberadaan pendidikan kejuruan berupaya untuk meningkatkan

keterampilan kerja semaksimal mungkin sehingga memberikan kesempatan bagi para

lulusannya untuk siap memasuki dunia kerja. Hal ini seperti yang dikemukakan Calhoun

dan Finch (1982: 64), ".. The Pinciple have not changed even though the implementation

has brought new approach, there is vocational education provides the skills and knowledge

valuable in the labour market”. Selanjutnya Clarke and Winch, (2007: 9) menyampaikan

12
bahwa pendidikan kejuruan berfungsi untuk mempersiapkan generasi muda dan manusia

dewasa untuk bekerja.

B. Pembelajaran SMK Abad Ke-21


Tantangan kehidupan di abad ke-21 terdiri dari beberapa karakterisik diantaranya

unpredictability, uncertainty, complexity, interdependency, complicated, borderless,

accelerative changes, and the merger of technology and globalization will drive our life,

terutama pada bidang pendidikan kejuruan. Tantangan tersebut, secara sadar harus diikuti

sebagai upaya persaingan globalisasi. Trailing dan Fadel (2009) telah mendeskripsikan

pendekatan pembelajaran abad ke-21 yang berorientasi pada empat unsur yaitu knowledge

work, thinking work, learning research, and digital lifestyle (gambar 2). Ketiga unsur dari

empat unsur tersebut sangat dekat dengan konsep penyelenggaraan pendidikan kejuruan

yaitu pengetahuan cara kerja, penguatan alat berpikir, dan gaya hidup pada digital.

Pengetahuan cara kerja adalah kesesuaian pola industry yang harus diikuti oleh

penyelenggara pendidikan kejuruan sesuai dengan bidang keahliannya. Pengauatan alat

berpikir adalah kemampuan berinteraksi terhadap teknologi, alat digital dalam membangun

literasi yang tepat. Gaya hidup digital merupakan kemampuan dalam menggunakan dan

menyesuaikan kondisi digital yang telah berkembang. Bagaimanapun, pelaksanaan

keterampilan tersebut harus disesuaikan dengan culture setiap Negara.

Gambar 2. Pendekatan Pembelajaran Abad 21


13
Berdasarkan pendekatan pembelajaran tersebut, perlu dilakukan difusi bahkan inovasi

dari pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai keterampilan abad 21. Beberapa perubahan

yang telah ditawarkan oleh peneliti diantaranya: (1) pemecahan masalah yang kompleks; (2)

berpikir kritis; (3) kreativitas; (4) manajemen orang dalam tim; (5) kerjasama dalam tim; (6)

kecerdasan emosional; (7) penilaian dan pengambilan keputusan; (8) orientasi layanan; (9)

negosiasi; dan (10) fleksibilitas kognitif. Framework keterampilan abad ke 21 juga relavan

dengan misi UNESCO pada empat pilar yaitu (1) learning to how; (2) learning to do; (3)

learning to be; and (4) learning to live together. Sifatnya yang unpredictable, menghasilkan

argument oleh ahli dengan berbagai pandangan yang berbeda:

a. Tujuh keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu: (1) kemampuan berpikir

kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan

kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu

berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan

menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi, (Wagner, 2010);

b. Sepuluh Keterampilan yang harus dikembangkan diantaranya keterampilan berpikir

kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas

dan akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa

entrepreneurship, serta kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan mensintesis

informasi, (Barry, 2012)

Argumen para ahli secara keseluruhan berorientasi pada lulusan di pendidikan

kejuruan yang mampu memanajerial dirinya dalam menghadapi tantangan global. Semua

pendekatan keterampilan memiliki unsur kebenaran. Apabila diringkas dalam tiga aspek

dimensi mengarah pada informasi, komunikasi dan etika dan pengaruh social. Meskipun

demikian keberhasilan dalam menghadapi tantangan abad ke 21 dipengaruhi oleh daya

dukung yang dimiliki oleh setiap Negara. Hal ini memungkinkan prinsip atau cara dalam

14
menghadapi setiap tantangan dalam pola yang berbeda. Konsep dalam perubahan baru harus

dilakukan dan beberapa konsep lama harus tetap dipertahankan yaitu culture. Hal ini

dimaksudkan untuk tetap menjaga kearifan local yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Berdasarkan data World Economic Forum (Analisa Kaerny) pada gambar 3

merupakan kebutuhan keterampilan dalam menghadapi pekerjaan masa depan.

Keterampilan yang harus dipersiapkan untuk pekerjaan masa depan ditunjukkan dengan

warna kuning dimaksudkan memiliki kapasitas lebih besar. Keterampilan yang

dimaksudkan adalah pemcahan masalah sebesar 36%, social sebesar 19%, proses sebesar

18% dan system 17% merupakan keterampilan yang akan dicari oleh industry. Sehingga

konsep pembelajaran abad ke 21 yang harus dilakukan perubahan lebih pada unsur-unsur

tersebut. Sedangkan kebutuhan pada keterampilan yang mengedepankan pada fisik akan

semakin sedikit diminati.

Gambar 3. Kebutuhan Keterampilan Pekerjaan dalam Pembelajaran Abad 21

Factual di lapangan, bahwa pelaksanaan pendidikan kejuruan masih tertinggal pada

perubahan di industry. Maka, seluruh kepentingan penyelenggara pendidikan kejuruan harus

memiliki konspe yang jelas terhadap industry dan perguruan tinggi dalam menyiapkan

15
lulusannya. Terlebih pada bidang technology rekayasa pada keahlian otomotif, banyak

dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran belum pada kebutuhan industry. Hal ini perlu

dilakukan pemetaan terhadap kesiapan sekolah kejuruan terutama di bidang TKR agar

menghasilkan perencanaan, pengembangan kurikulum yang prima terhadap perkembangan

industry saat ini. Hubungan simbiosis dalam kesiapan Sekolah Kejuruan didasarkan pada

teknologi lampau, saat ini dan masa depan, yang dipisahkan dalam kebutuhan primer,

sekunder, tersier dan quarter berdasarkan sumber daya industrt tingkat local, nasional dan

global dalam lingkungan keahlian otomotif (gambar 4). Hasil yang dicapai menjadi rujukan

dalam pembelajaran abad ke 21 di sekolah kejuruan.

Gambar 4. Hubungan simbiosis kesiapan sekolah Kejuruan dalam Mempersiapkan


Pembelajaran Abad ke 21
Sumber: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D yang disampaikan pada
International Conference on Vocational Education of Mechanical and Automotive
Technology, 12 October 2019,

16
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literatur Review (SLR) yang

disarankan Chitu Okoli and Kira Schabram, (2010) and Barbara Kitchenham and Stuart

Charters, (2007). Tahapan dari metode SLR yaitu pencarihan untuk pemilihan,

menganalisis dan menilai study yang dihasilkan. Identfikasi penelitian didasarkan pada

thema atau topic yang telah diputuskan yaitu kesiapan, SMK, dan Era Industry 4.0. Adapun

tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:

Tahap pertama dalam pelaksanaan SLR adalah menentukan objek penelitian dan

pertanyaan penelitian yang dipertimbangkan. Dalam tahap ini, beberapa masalah harus

diatasi berdasarkan tujuan penelitian dalam latar belakang dan pendekatan teori yang telah

diungkapkan. Hal ini adalah suatu keharusan untuk menghindari kesalahan yang merusak

proses penelitian Lipsey, M., & Wilson, D., (2001). Sehingga, penting dilakukan untuk

memastikan bahwa konsep tersebut dilakukan penyelidikan melalui tinjauan systemic dan

konseptual. Pencarian artikel dilakukan melalui berbagai sumber diantaranya elsavier,

publisher dan journal institusi. Beberapa yang dijadikan rujukan utama yaitu sciendirect,

Springerlink, IEEE dan Emerland untuk menjaga kualitas artikel yang discreening.

Beberapa hasil dari google scholar, researchgate menjadi pertimbangan sendiri, namun

pengindeks lain seperti WOS, Scopus, Eric menjadi prioritas.

Tahap kedua adalah mengusulkan dan menciptakan istilah utama untuk mencari

artikel yang berkolerasi dalam sumber yang dipilih. Pencarian terdiri dari kalimat utama atau

keyword berkaitan dengan topic penelitian atau synonym kata. Peneliti menggunakan

operator Scopus dengan document research AND, OR digunakan untuk mengembangkan

atau mengkorelasikan hubungan sesame paper. Kata kunci pencarian yang digunakan adalah

17
(“prepare” OR “Implementation”) AND (“Vocational Learning”OR “Develop Capability”

OR “employability skills”AND (“automotive sector” OR “industry 4.0”).


Research Identification

Selection of article from specific Article publication must be available


(Stage 1)

in English, the article's topic must relate to


publication like ScienceDirect, vocational learning and IR 4.0 design and
Springer Emerald, IEEE, google associating topic, and the full articles must
be accessible for it to be included
search
Research Screening

Initial search result is article. After With select of keywords search on sources
(Stage 2)

results from Emerald, from ScienceDirect,


skimming the title and abstract from SpringerLink, from IEEE, and from
that is related with the proposed another search using google search
research question, resulted for
screenin
Selection (Stage 3)
Research Study

Making full review of the article The article must meet the criteria and also
align with the design of prepare in
to make sure that it is inline with vocational learning in Era IR 4.0 for
research question adequate assessment
Assessment (Stage 4)
Research Article

Choose the most representable Thorough assestment is condone to the


selected paper, by reading the quality of
paper from each of sources that is the article, sentences by sentences, and the
inline with the research question content from each source of publication
that has the most representable relation
of the study with the research question
Data Table Extraction

Paper summary table and


(Stage 5)

Making data comparison further analysis


comparison

Gambar 5. Systematic Literatur Review (SLR) Flow


Artikel dari publikasi kemudian dibaca judul dan abstrak untuk memastikan bahwa itu

sejalan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Artikel yang sesuai dengan pertanyaan

18
penelitian, tersedia dalam bahasa Inggris, dan artikel lengkap dapat diakses disertakan.

Sisanya dikecualikan. Hasil publikasi yang dipertimbangkan dari Emerald, ScienceDirect,

SpringerLink, IEEE dan pencarian lain menggunakan pencarian google. Pencarian web

Google dilakukan untuk mendapatkan beberapa artikel yang tidak tersedia dari indeks

penjurnalan. Artikel-artikel yang dipilih ini kemudian disiapkan untuk tahap seleksi studi

selanjutnya.

Pada tahap ketiga, tinjauan lengkap dikondisikan pada artikel yang dipilih untuk

memilih artikel yang terkait atau sejalan dengan pertanyaan penelitian penelitian ini. Artikel

yang dipilih harus memenuhi kriteria, Anh Nguyen-Duc, Daniela S.Cruzes, and Reidar

Conrad, (2015) and Øyvind Hauge, Reidar Conradi and, Claudia P. Ayala (2010).

Memiliki deskripsi yang jelas tentang permintaan pencarian artikel, studi penelitiannya juga

harus sejajar dengan Vocational Learning learning to develop Capability and employability

skills for Industries 4.0 bahwa konten artikel adalah penilaian yang memadai.

Pada tahap keempat ini, penilaian dilakukan untuk artikel yang dipilih, dengan

membaca kualitas artikel, kalimat dengan kalimat, konten, dan kemudian memilih sepuluh

artikel dari masing-masing sumber publikasi yang memiliki hubungan paling representabel

dengan pertanyaan penelitian yaitu desain penjualan musik digital online, sehingga paper

yang digunakan sebagai sumber lebih tersebar dan diratakan, sambil menjaga jumlah paper

cukup kecil untuk penilaian terperinci pada batasan waktu yang tersedia.

Untuk artikel yang ditolak, umumnya memiliki konten yang berhubungan dengan

Vocational Learning learning to develop Capability and employability skills for Industries

4.0 tetapi tidak cukup atau memilikinya jauh lebih sedikit daripada artikel pilihan lainnya.

Dari tahap ini, artikel terbaik telah dipilih dan dihasilkan. Untuk tahapan lebih lanjut dari

new concept terkait Vocational Learning learning to develop Capability and employability

skills for Industries 4.0 dilakukan pengujian karakteristik di tingkat local yaitu DIY,

19
tujuannya adalah melihat konsep yang telah diperoleh disesuaikan dengan konsep pada

kondisi sebenarnya.

B. Luaran dan Target Capaian


Luaran penelitian ini berupa artikel tentang Kesiapan Guru Kejuruan dalam
Menghadapi tantangan Industri 4.0 yang diseminarkan pada conference internasional
terindeks (ICOVEMAT).

20
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Konsep Pembelajaran Kejuruan pada Era Revolusi Industri 4.0

Penelitian eksplorasi ini menggunakan pendekatan survey dengan bantuan tool

berupa google form yang berisi instrument untuk mendeskripsikan konsep design

pembelajaran di sekolah vokasional saat ini. Tujuan penting dari instrument ini

adalah melihat konsep pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru-guru

vokasional. Sebelum penjelasan spesifik pada konteks konsep design pembelajaran

data responden perlu ditampilkan, untuk mendukung pemaknaan data. Berikut sajian

data demografi responden penelitian.

Gambar 6. Status Pekerjaan Responden

Gambar 7. Sebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin

21
Gambar 8. Pengalaman Mengajar Responden

Deskripsi data menunjukkan, sebanyak 73 guru vokasional di daerah

Yogyakarta terlibat dalam penelitian eksplorasi di tahap pertama. Berdasarkan status

pekerjaan teringgi adalah guru vokasional dengan ikatan kerja sebagai pegawai sipil

(PNS) dengan partisipan sebanyak 56 (76,7%). Selain itu, guru vokasional dengan

status sebagai guru Yayasan (GY). Keduanya memiliki tingkat kesetaraan yang

sama. Pembedanya adalah guru PNS secara gaji dan tunjangan diatur oleh

pemerintah, sedangkan GY merupakan otonomi penyelenggara Pendidikan

vokasional. Namun, di sekolah vokasional sejauh ini juga menerima guru vokasional

non PNS sama dengan GY juga menerima guru baru dengan status GTT, GK, atau

GTB (Gambar 6.). Mereka semua dapat diberhentikan sebagai guru atau ditingkatkan

statusnya apabila dirasa tidak memenuhi atau memenuhi kriteria. Untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian yang ditinjau berdasarkan status pekerjaan, akan

diurai pada bagian diskusi.

Data sebaran juga dikategorisasikan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki

sebesar 50 (65.5%) dan perempuan sebesar 23 (31.5%) dapat dilihat pada (Gambar

7.). Peneliti memaknai bahwa sebaran data bersifat hetrogenitas. Artinya diwakili

berdasarkan gander. Selanjutnya data juga dikategorisasikan berdasarkan

22
pengalaman mengajar guru vokasional. Tidak ada keterlibatan guru vokasional

dengan pengalaman di bawah 1 tahun, bahkan paling banyak adalah guru vokasional

dengan pengalaman kerja lebih dari 15 tahun sebanyak 40 (54.8%) dapat dilihat pada

(Gambar 8.). Peneliti memaknai bahwa guru vokasional yang terlibat dalam

penelitian ini memiliki pengalaman yang sangat lama dibidangnya. Tentunya

memberikan sumbangan positif untuk mendeskripsikan pertanyaan-pertanyaan

penelitian.

Dari data responden yang telah dikategorisasikan, peneliti mulai menyasar pada

pertanyaan penelitian (RQ1) yaitu Bagaimana konsep design pembelajaran kejuruan

dalam tuntutan Era Revolusi Industri 4.0. Peneliti mulai merumuskan indicator-

indikator konsep pembelajaran guru vokasional yang sudah diterapkan. Peneliti telah

sepakat, bahwa studi eksplorasi dibangkitkan dari keadaan di lapangan yaitu apa

yang sudah dilakukan guru vokasional kaitannya dengan inovasi dan teknologi

dalam pembelajaran mereka. Sejumlah indicator untuk menjawab RQ1 telah disusun

yaitu:

RQ1.1. Komunikasi yang digunakan guru vokasional selama pembelaajran?

RQ1.2. Pendekatan pembelajaran yang dipilih guru vokasional?

RQ1.3. Pendekatan pembelajaran menggunkan model atau metode apa?

Empat pertanyaan bersifat terbuka dikonstruksi untuk menjawab konsep

pembelajaran yang dipilih. Jawaban-jawaban tersebut dikonstruksi menjadi maping

penelitian sebagai berikut.

23
E-Learning

Discovery Learning
Daring (On-Line)
Luring (Off-Line)
Problem Based Learning

Blended Learning

Gambar 9. Konsep Pembelajaran Vokasional Off-Line Terintegrasi On-Line

E-Learning
Problem Based Learning

Google Classroom Discovery Learning

Daring (On-Line)
Project Based Learning

Blended Learning Inquiry Learning

Flexible Learning

Gambar 10. Konsep Pembelajaran Vokasional On-Line


Data meaning pada gambar 9 dan gambar 10 menunjukkan temuan konsep baru dalam

pembelajaran vokasional. Meskipun keadaan pandemic covid-19 menjadi alasan pemicu

dari konstruksi pembelajaran saat ini. Namun, perubahan tersebut memberikan korelasi yang

positif dalam menghadapi tantangan di era 4.0 terutama guru vokasional lebih berdaya guna

dalam teknologi.

Gambar 9. menginformasikan bahwa pembelajaran vokasional selama covid-19 tidak

lagi dalam pelaksanaan luring melainkan kombinasi dari keduaya (daring – luring). Akan

tetapi, dalam integrasi tersebut guru yang melaksanakannya juga terbatas, hanya sebanyak

18 orang guru vokasional memilih konsep ini. Selebihnya 55 orang guru vokasional lainnya

mengambil keputusan, dalam pelaksanaan pembelajaran mereka memilih daring (on-line).

24
Fakta ini menunjukkan adanya perubahan yang nyata. Bahwa keadaan telah menjadikan

guru terbawa pada arus globalisasi dengan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.

Meskipun dalam penelitian lainnya daring juga memberikan dampak negative, terutama

pengalaman guru sebagai pemula teknologi.

Begitu halnya dalam pendekatan pembelajaran yang diadopsi (RQ1.2), mereka

mengabaikan pendekatan konvensional atau sejenisnya. Pada studi pertama yaitu

pembelajaran integrasi antara daring dan luring pendakatan pembelajaran yang dipilih

adalah e-learning (6.58%) dan blended learning (17.5%). Secara pemaknaan, keduanya lebih

menekankan pada potensi teknologi ICT. Dengan tegas peneliti mendeskripsikan bahwa,

kebiasaan guru vokasional telah berubah pada tergantungan teknologi.

Diperkuat dengan kasus kedua yaitu guru secara dominan dalam pembelajaran daring

sebanyak 75.34%, menemukan banyak variasi. Pendekatan baru telah diadopsi oleh guru

vokasional diantaranya E-Learning sebesar 54.8%, Google Classroom sebesar 8.22%,

Flexible learning sebesar 8.22%, dan blended learning 4.11%. Disimpulkan bahwa daring

menjadi pembelajaran masa depan yang lebih diminati.

Mengkrucut pada model dan metode (RQ1.3) yang dipilih guru vokasional

ditunjukkan pada gambar 9 dan gambar 10 terdapat empat metode yang diadopsi diantaranya

problem-based learning (PBL), discovery learning, Project based learning (PBL) dan inquiry

learning. Metode tersebut telah digulirkan pada beberapa decade terakhir, bersamaan dengan

isu pembelajaran Abad ke 21. Artinya guru vokasional memiliki inovasi yang baik dalam

menangkap perubahan dan tantangan globalisasi. Telah jelas bahwa konsep design

pembelajaran berdasarkan temuan data 75.34% sudah menerapkan teknologi, lainnya

manggunakan teknologi campuran.

25
2. Model Pengembangan Design Pembelajaran Kejuruan
Pengembangan pembelajaran vokasional dikonstruksi dari kesiapan sekolah

vokasional (SMK) dalam menyikapi Era 4.0. Peneliti mengukur kesiapan dalam empat

aspek yaitu transformasi digital, prinsip-prinsip design, inovasi pembelajaran, dan

pengembangan keterampilan guru vokasional. Sebanyak 30 indikator dikembangkan dan

mewakili empat unsur kesiapan sekolah vokasional. Berikut pembahasan dari empat unsur

tersebut.

a. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan Berbasis Transformasi Digital (TD)

Transformasi Digital (DT) erat dengan digital dan teknologi. Dalam perencanaan

pembelajaran, guru kejuruan harus mengintegrasikan peran digital dan teknologi secara

meluas dan mendalam. Hasil studi eksplorasi dari kesiapan guru kejuruan terhadap unsur

transformasi digital sebagai berikut:

Tabel 1. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan Berbasis Transformasi Digital


No Indikator Transformasi Digital N Mean SD
1 Pelaksanaan pembelajaran lebih dominan menggunakan 71 4,16 0,58
media digital
2 Kompetensi dan sub kompetensi mata pelajaran lebih 71 3,86 0,69
didominasi pada peran teknologi sesuai perkembangan di
Industry, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA)
3 Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif (KPA) 71 3,90 0,71
ditekankan pada pada fungsi dan peran teknologi sesuai
pokok bahasan
4 Sumber belajar yang dipilih berorientasi pada digitalisasi 71 3,95 0,68
5 Media belajar yang dipilih berorientasi pada technologi 71 4,10 0,67
Total 71 3,99 0,49

Secara keseluruhan kesiapan pembelajaran guru kejuruan terhadap transformasi

digital (DT) sebesar 79.8% (M = 3.99, SD = 0.49). Hasil tersebut memberikan persepsi

bahwa guru kejuruan dalam kategori “melakukan DT dengan Baik” selama persiapan

pembelajaran. Meskipun demikian peningkatan kompetensi DT perlu ditingkatkan dan

memiliki tingkat keterukuran yang pasti.

26
b. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan terhadap Penerapan Industri 4.0

Prinsip-prinsip design dalam DT diukur berdasarkan (a) kecepatan, kecerdasan,

ketengkasan dan kegesitan; (b) kapasitas komunikasi; (c) visualisasi dalam pemahaman; (d)

desentralisasi; (e) manajemen data waktu nyata; (f) orientasi layanan; dan (g) proses bisnis

terintegrasi. Hasil studi eksplorasi dari kesiapan guru terhadap penerapan industry 4.0 yang

ditinjau berdasarkan prinsip-prinsip design disajikan (Tabel 2.) senagai berikut:

Tabel 2. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Penerapan Industri 4.0


No Indikator Penerapan Industri 4.0 N Mean SD
1 Kompetensi atau capaian pembelajaran ditentukan 71 3,77 0,68
berdasarkan kecepatan kerja
2 Kompetensi atau capaian pembelajaran ditentukan 71 4,05 0,62
berdasarkan cara atau tahapab penyelesaian masalah
3 Kompetensi atau capaian pembelajaran ditentukan 71 3,90 0,77
berdasarkan kecekatan, cepat atau gesit dalam penyelesaian
pekerjaan
4 Pelaksanaan pembelajaran memprioritaskan cara 71 4,14 0,69
berkomunikasi terhadap lingkungan belajar
5 Pelaksanaan pembelajaran memprioritaskan cara 71 3,78 0,85
berkolaborasi dalam kerja tim
6 Pelaksanaan pembelajaran memprioritaskan cara bernegosiasi 71 3,64 0,73
7 Seblum pembelajaran dilaksanakan, pada kompetensi 71 3,92 0,80
tersebut saya praktikkan dengan cara visualisasi atau
demonstrasi
8 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan pada 71 3,90 0,71
penyelesaian masalah pekerjaan (real work) atau lingkungan
sekitar
9 Pencapaian kompetensi dihitung dan diakumulasikan 71 3,85 0,72
berdasarkan durasi waktu
10 Penentuan kompetensi berorientasi pada prosedur kerja yang 71 3,88 0,85
berlaku di Industry, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA)
Total 71 3,89 0,55

Secara keseluruhan kesiapan guru kejuruan dalam penerapan prinsip-prinsip design

berdasarkan industry 4.0 sebesar 77.8% (M = 3.89, SD = 0.55). Persepsi guru kejuruan

terhadap penerapan industry 4.0 pada kategori “melakukan cukup baik”. Dengan demikian

tantangan guru kejuruan dalam pembelajaran perlu ditingkatkan secara meluas dan

mendalam.

27
c. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran

Keberhasilan dari transformasi digital dalam konsep pembelajaran kejuruan adalah

inovasi-inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran. Inovasi-inovasi yang dieksplorasi

dari penelitian ini meliputi inovasi design dan deliveri, pendekatan, strategi, metode, media,

model, pengelolaan, peran guru, dan konten yang mendukung kebutuhan keterampilan

industry 4.0. Hasil studi eksplorasi (Tabel 3.) ditampilkan.

Tabel 3. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran


No Indikator Inovasi-Inovasi dalam Pembelajaran N Mean SD
1 Disain dan transfer skill terhadap kompetensi menggunakan 71 3,75 0,66
teknologi digital yang bervariasi
2 Pendekatan pembelajaran menggunakan blended learning 71 3,53 0,90
3 Metode pembelajaran memiliki inovasi dalam penyelesaian 71 3,81 0,84
masalah, menghasilkan produk, dan sejenisnya yang bersifat
menyenangkan
4 Media pembelajaran menggunakan multimedia digital 71 3,88 0,80
5 Pengelolaan pembelajaran mengalami perubahan secara 71 3,78 0,75
content atau penyesuaian kompetensi pada pekerjaan di
IDUKA
6 Sebagai guru saya melakukan pengembangan kapabilitas diri 71 3,67 0,85
melalui berbagai pelatihan dalam satu tahun terakhir
7 Konten pembelajaran dikembangkan dan sederhanakan 71 3,84 0,80
berdasarkan kebutuhan kompetensi di IDUKA
Total 71 3,75 0,61

Berdasarkan data yang dianalisis diperoleh rata-rata sebesar 75.00% (M = 3.75, SD =

0.61). Data yang diperoleh mengindikasikan bahwa kesiapan guru dalam melakukan

inovasi-inovasi pembelajaran dalam kategori cukup baik dari keseluruhan aspek. Peran

penting dari digitalisasi dan teknologi terhadap inovasi pembelajaran perlu ditingkatkan.

d. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Pengembangan Skills

Pengembangan skills dalam pelaksanaan pembelajaran guru kejuruan ditinjau

berdasarkan complex problem solving, critical thinking, creativity, people management,

coordinating with others, emotional intelligence, judgment, and decision making, service

orientation, negotiation, and cognitive flexibility. Kesiapan guru kejuruan terhadap

pengembangan skills telah disajikan (Tabel 4.) dalam hasil studi eksplorasi sebagai berikut:

28
Tabel 4. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran
No Indikator Pengembangan Skills N Mean SD
1 Pembelajaran saya seting berdasarkan kebutuhan di industry, 71 3,89 0,79
dunia usaha, dan dunia kerja
2 Pelaksanaan pembelajaran menekankan tahap analisis, 71 3,88 0,69
evaluasi dan mengkreate (HOTS)
3 Pencapaian kompetensi berdasarkan pendapat dari pemikiran 71 3,77 0,66
bersama
4 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara mengelola 71 4,00 0,71
informasi dari berbagai sumber
5 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara 71 3,73 0,69
berkomunikasi dan menyimpulkan pendapat orang lain
6 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara 71 3,81 0,72
penyampaian laporan kepada orang lain
7 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan pada keputusan 71 4,08 0,70
yang dapat dipertangungjawabkan
8 Pada permasalahan tertentu, peserta didik mampu 71 3,81 0,70
menjelaskan penyebab dan menjelaskan solusi alternative
yang dilakukan
Total 71 3,87 0,51

Data yang dianalisis berdasarkan aspek secara keseluruhan diperoleh sebanyak 77.4%,

(M = 3.87, SD = 0.51). Identifikasi data dikategorikan dalam cukup baik. Studi eksplorasi

tentang kesiapan guru kejuruan, terbatas pada pemaknaan data secara general. Penelitian ini

hanya melihat sebarapa dalam katagorisasi dari variable konsep baru pembelajaran kejuruan.

Pemaknaan data dilakukan secara deskripsi yang dimaksudkan sejauh mana DT dan Industry

4.0 telah diimplementasikan dalam pembelajaran. Berdasarkan teoritis, pembelajaran

kejuruan mampu mengikuti arus globalisasi apabila era industry 4.0 telah diterapkan dan

dikembangkan. Bagaimanapun dunia kerja telah berubah, maka pembelajaran yaitu guru

sebagai actor pendidikan harus mengikuti arah perubahan, serta mempertahankan status

sebagai guru professional. Apabila konsep baru diabaikan, tentunya kompetensi peserta

didik dalam menjawab peluang di dunai kerja mengalami permasalahan baru.

Konsep baru pelaksanaan pembelajaran, terletak pada penguasaan dan menggunaan

digital dan teknologi. Konsep tersebut dipengaruhi oleh prinsip-prinsip design, inovasi-

inovasi pembelajaran, dan pengembangan keterampilan. Guru kejuruan harus mampu

29
memberikan penguatan-penguatan pada pelaksanaan pembelajaran terhadap aspek-aspek

penguatan. Temuan pada studi eksploarasi yang dilaksanakan di Yogyakarta-Indonesia,

ditinjau dari persepsi guru kejuruan secara keseluruhan aspek sebesar 75.00% – 79.8 %

dalam kategori melakukan dengan baik.

C. Model Hipotetik Konsep Pembelajaran di Sekolah Kejuruan Era 4.0

TANTANGAN REVOLUSI
INDUSTRI 4.0

PEMBELAJARAN DI
PJJ SEKOLAH VOKASIONAL COVID-19

Kondisi Sekolah, KONSEP DESIGN Inovasi Pembelajaran


Kesiapan Teknologi PEMBELAJARAN Abad 21 dan Teknologi
VOKASIONAL 4.0

Transformasi Digital (TD) 2 Prinsip-Prinsip Design


1

Pengembangan Skills
4 3
Inovasi-Inovasi Pembelajaran
Daring Luring
Media Based Digital Kecepatan, Penyelesaian Transferskills based Penyesuaian Kebutuhan
Masalah, acuan waktu teknologi IDUKA
Kompetensi Base Kecekatan, gesit Pendekatan Blended HOTS
Teknologi
Kemampuan komunikasi Inovasi based Produk Perpaduan Sumber
Informasi
Sumber Belajar Kolaborasi tim
Kapabilitas guru
Based Digital Negosiasi
Pengembangan
Konten

Gambar 11. Model Hipotetik Terintegrasi Inovasi Pembelajaran Abad ke 21 dan


Tantangan Industri 4.0

30
Akhirnya dari penelitian yang sudah dilakukan dengan pengintegrasian pelaksanaan

pembelajaran dan kesiapan guru vokasional ditemukan thema-thema yang dirasa perlu

diperpadukan. Namun guru vokasional disarankan mengembangakn pembelajaran blended

dengan memperdalam empat unsur pengembangan di atas.

31
BAB V. KESIMPULAN

Studi eksplorasi yang telah dilakukan dapat disumpulkan bahwa: (1) Pembelajaran integrasi

antara daring dan luring pendakatan pembelajaran yang dipilih adalah e-learning (6.58%)

dan blended learning (17.5%), sedangkan pembelajaran daring sebanyak 75.34%,

menemukan banyak variasi. Pendekatan baru telah diadopsi oleh guru vokasional

diantaranya E-Learning sebesar 54.8%, Google Classroom sebesar 8.22%, Flexible learning

sebesar 8.22%, dan blended learning 4.11%; dan (2) Kesiapan guru vokasional dalam

menghadapi revolusi industry 4 yang ditinjau berdasarkan keterlibatan transformasi

digitalisasi dalam pelaksanaan pembelajaran sebesar 79.8%, prinsip-prinsip design dalam

pelaksanaan pembelajaran sebesar 77.8%, inovasi-inovasi pembelajaran yang telah

dilakukan guru vokasional sebesar 75.00%, dan pengembangan skills yang telah dilakukan

guru vokasional sebesar 77.4%. Selanjutnya model hipotetik telah dikonstruksi dan

dikembangkan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan


Nasional (Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik), Bandung :
Widya Aksara Press.

Alan, Thomas, J, (1971). The Productive School; A System Analysis Approach to


Educational Administration. New York : John Willey & Sons, Inc.

Ali, Mohammad, (2009). Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional (Menuju Bangsa


Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi). Jakarta : PT. Imperial Bhakti
Utama

Barbara Kitchenham and Stuart Charters, "Guidelines for Performing Systematic


Literature Reviews in Software", Technical Report EBSE-2007-01, UK, Keele
University and University of Durham

Calhoun, Calfrey C and Finch, Alton V. (1982), Vocational Education: concepts and
operation. Belmont: Wadsworth Publishing Co.

Chitu Okoli and Kira Schabram, "A Guide to Conducting a Systematic Literature
Review of Information Systems", Sprouts: Working Papers on Information Systems
10 (26) 2010.

Cohn, Elchanan (1979), The Economics of Education Ballinger Publishing Company,


Cambridge, Massachusetts

Curtis R. Finch, dan John R. Crunkilton, (1984) Curriculum Development in Vocational and
Technical Education: Planning, Content ajd lmplementation (Boston: Allyn and
Bacon, Inc.,

Curtis R. Finch and John R. Crunkliton, (1979). Curriculum Development in Vocational and
Technical Education, Boston: Allyn and Bacon, Inc,

Dedi Supriadi, dkk, (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia,
Membangun Manusia Produtif, Jakarta : Dikmenjur Ditjendikdasmen Depdiknas

Finch, & Crunkilton. (1992). Curriculum development in vocational and technical


education. Planning, content and implementation. Fourth edition. Virginia:
Polytechnic Institute and State University.

Jac Fitz-enz, (2000). The ROI of Human Capital: Measuring the Economic Value of
Employee Performance. New York: AMACOM

Lipsey, M., & Wilson, D. (2001). Practical meta-analysis. Thousand Oaks, CA: Sage

33
Øyvind Hauge, Reidar Conradi and, Claudia P. Ayala, "Adoption of Open Source
Software in Software-Intensive Organizations –A Systematic Literature Review",
Information and Software Technology 52 (11), 1133–1154 (2010)

Pavlova, M. (2009). Technology and vocational education for sustainable development:


Empowering individuals for the future. Australia: Springer.

Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San
Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc

Wagner, T. 2010. Overcoming The Global Achievement Gap (online). Cambridge, Mass.,
Harvard University

34
LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian
No Indikator/Unsur Sub Indikator Item
1 Transformasi Digital (1) Pelaksanaan pembelajaran berbasis 1-5
(TD) digital
(2) Muatan kurikulum berbasis teknologi
pada IDUKA lebih dominan
(3) Kompetensi KPA terhadap technology
(4) Sumber dan media belajar berbasis
teknologi dan digital (teknologi AR dan
VR)
(5) Peningkatan SDM melalui berbagai
pelatihan kompetensi berbasis digitalisasi
dan teknologi
2 Revolution Industri 4.0 (1) Kecepatan, kecerdasan, ketangkasan, 6-15
dan kegesitan.
(2) Kapasitas komunikasi
(3) Visualisasi dalam pemahaman
(4) Desentralisasi
(5) Manajemen data waktu nyata
(6) Orientasi pada pelayanan
(7) Proses bisnis terintegrasi
3 Inovasi Pembelajaran (1) inovasi design dan deliveri 16-22
(2) inovasi pendekatan
(3) inovasi strategi
(4) inovasi metode
(5) inovasi media
(6) inovasi model
(7) inovasi pengelolaan
(8) inovasi peran guru
(9) inovasi konten
4 Pengembangan skills (1) complex problem solving, 23-30
(2) critical thinking,
(3) creativity,
(4) people management,
(5) coordinating with others,
(6) emotional intelligence,
(7) judgment and decision making,
(8) service orientation,
(9) negotiation, and
(10) cognitive flexibility

35
INSTRUMEN PENELITIAN

1 Nama Lengkap dengan Gelar :


2 Nama Panggilan :
3 Status Pekerjaan : PNS/GTY/Honorer
4 Jabatan Pekerjaan : Guru/Kaprodi/Wakakesiswaan
5 Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
6 Etnis dan Budaya : Jawa/Sunda/lainnya
7 Usia :
8 Tingkat Pendidikan :
9 Pengalaman Mengajar :
10 Institusi :

Instrument digunakan untuk setiap mata pelajaran yang anda ampu dalam satu tahun
terakhir. Tuliskan nama mata pelajaran tersebut:
Nama Mata Pelajaran Kelas Jumlah Siswa

Berilah tanda (√) pada pertanyaan berikut. Anda diperbolehkan memilih lebih dari satu
jawaban. Sesuaikan dengan kondisi sebenarnya:
1. Komunikasi yang digunakan selama pembelajaran:
Daring [on-line]
Luring [off line]

2. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan:


E-Learning
M-Learning
Conventional Learning
Flexible Learning
Challenging Learning
Blended learning
Lainnya

3. Model atau Metode yang digunakan:


Discovery Learning (DL)
Inquiry Learning (IL)
Problem Based Learning (PBL)
Project Based Learning (PjBL)
Product Based Learning
Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM)
Lainnya

36
Pertanyaan Tertutup
Untuk pernyataan berikut, mohon tunjukkan sejauh mana anda:
a. Sangat tidak pernah Melakukan [1]
b. Tidak Melakukan [2]
c. Tidak pasti [3]
d. Melakukan [4]
e. Selalu Melakukan [5]
Tidak ada jawaban “benar”atau “salah”. Satu-satunya pernyataan yang benar adalah yang
benar menurut anda.

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Pelaksanaan pembelajaran lebih dominan menggunakan media digital
2 Kompetensi dan sub kompetensi mata pelajaran lebih didominasi pada
peran teknologi sesuai perkembangan di Industry, Dunia Usaha dan
Dunia Kerja (IDUKA)
3 Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif (KPA) ditekankan pada
pada fungsi dan peran teknologi sesuai pokok bahasan
4 Sumber belajar yang dipilih berorientasi pada digitalisasi
5 Media belajar yang dipilih berorientasi pada technologi

6 Kompetensi atau capaian pembelajaran ditentukan berdasarkan


kecepatan kerja
7 Kompetensi atau capaian pembelajaran ditentukan berdasarkan cara
atau tahapab penyelesaian masalah
8 Kompetensi atau capaian pembelajaran ditentukan berdasarkan
kecekatan, cepat atau gesit dalam penyelesaian pekerjaan
9 Pelaksanaan pembelajaran memprioritaskan cara berkomunikasi
terhadap lingkungan belajar
10 Pelaksanaan pembelajaran memprioritaskan cara berkolaborasi dalam
kerja tim
11 Pelaksanaan pembelajaran memprioritaskan cara bernegosiasi
12 Seblum pembelajaran dilaksanakan, pada kompetensi tersebut saya
praktikkan dengan cara visualisasi atau demonstrasi
13 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan pada penyelesaian masalah
pekerjaan (real work) atau lingkungan sekitar
14 Pencapaian kompetensi dihitung dan diakumulasikan berdasarkan
durasi waktu
15 Penentuan kompetensi berorientasi pada prosedur kerja yang berlaku di
Industry, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA)

16 Disain dan transfer skill terhadap kompetensi menggunakan teknologi


digital yang bervariasi
17 Pendekatan pembelajaran menggunakan blended learning
18 Metode pembelajaran memiliki inovasi dalam penyelesaian masalah,
menghasilkan produk, dan sejenisnya yang bersifat menyenangkan
19 Media pembelajaran menggunakan multimedia digital
20 Pengelolaan pembelajaran mengalami perubahan secara content atau
penyesuaian kompetensi pada pekerjaan di IDUKA
21 Sebagai guru saya melakukan pengembangan kapabilitas diri melalui
berbagai pelatihan dalam satu tahun terakhir
22 Konten pembelajaran saya kembangkan dan sederhanakan berdasarkan
kebutuhan kompetensi di IDUKA

23 Pembelajaran saya seting berdasarkan kebutuhan di industry, dunia


usaha, dan dunia kerja

37
24 Pelaksanaan pembelajaran menekankan tahap analisis, evaluasi dan
mengkreate (HOTS)
25 Pencapaian kompetensi berdasarkan pendapat dari pemikiran bersama
26 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara mengelola informasi
dari berbagai sumber
27 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara berkomunikasi dan
menyimpulkan pendapat orang lain
28 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara penyampaian laporan
kepada orang lain
29 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan pada keputusan yang dapat
dipertangungjawabkan
30 Pada permasalahan tertentu, peserta didik mampu menjelaskan
penyebab dan menjelaskan solusi alternative yang dilakukan

Pernyataan Terbuka
1. Apa saja kesulitan-kesulitan yang anda hadapi selama pembelajaran berlangsung?
2. Apa saja inovasi-inovasi yang pernah anda lakukan selama pembelajaran
berlangsung?
3. Apa saja pekerjaan di IDUKA yang sesesuai dengan pokok bahasan atau mata
pelajaran yang anda ajarkan?
4. Apa saja peran teknologi yang anda ajarkan pada kompetensi atau capaian
pembelajaran?

38
B. Personalia Tenaga Peneliti

Tabel 5. Susunan Organisasi Tim Pelaksana Penelitian dan Pembagian Tugas


Bidang Alokasi Uraian Tugas
No Nama dan Gelar Instansi Asal
Ilmu Waktu
1 Prof. Herminarto Sofyan, FT UNY PTK 10 Penanggungjawab
M.Pd (PJ) seluruh kegiatan
penelitian.
2 Dr. Putu Sudira, MP FT UNY PTK 8 PJ bidang
pembelajaran
vokasional Teknik
Mesin.
3 Dr. Gunadi, M.Pd FT UNY PTK 8 PJ bidang
metodologi
penelitian.
4 Drs. Wardan Suyanto, FT UNY PTM 8 PJ bidang keilmuan
MA, EdD Teknik Mesin dan
IT.
5 Muhammad Nurtanto, MAHASISWA PTK 5 Pembantu
M.Pd pelaksana bidang
19702261006 Metodologi
Penelitian.
6 Ranu Iskandar, S.Pd MAHASISWA PTK 5 Pembantu pelaksana
18702251010 bidang IT dan
administrasi

39
C. Draf Artikel Ilmiah

Gambar 12. Bukti Submit ke ICOVEMAT

40
Vocational Teachers Readiness in Face of the Industrial
Revolution 4.0: Vocational Teachers Perceptions in
Yogyakarta-Indonesia

Gunadi Gunadi1, Herminarto Sofyan2, Muhammad Nurtanto3*, Zainal Arifin4,


Putu Sudira
1
Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia
2
Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia
3
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, Indonesia
4
Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia
5
Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia
*Email: mnurtanto23@untirta.ac.id

Abstract. Vocational learning requires new reconstruction in accordance with the demands
of globalization. As a result, vocational teachers must carry out new concepts in their
learning. This study aims to obtain facts from the learning readiness of vocational teachers
in the field of automotive engineering expertise in facing industry 4.0 challenges. This study
uses a survey method approach. Data generated from the teacher perception instrument in
Yogyakarta - Indonesia with a Likert scale. A total of 71 vocational teachers were involved
in the study. The results showed that digital transformation, design principles, learning
innovations and vocational teacher skills development have a readiness range between
75.00% -79.8% which is in a good category and needs to increase perceptions widely and
deeply. An important finding from the facts of this research is that learning is emphasized on
the role of digitalization and technology that is relevant to industry, business, and the world
of work (IDUKA).

Key words: Vocational learning, vocational teachers, industry 4.0, digital transformation,
skills development.

1. Introduction
The industrial revolution 4.0 has taken place and is causing diffusion. Production activities that were
originally human powered [1], will be replaced by automation technology. Even so, especially in
Indonesia, there are three characteristics that must be adjusted, namely (1) local industry will
continue to maintain human labor with the consideration that the presence of technology is expensive
and less human, (2) industry with human and machine labor in a balanced proportion / intermediate
proportion; and (3) industry which is entirely operated by sophisticated technological machines. This
situation indicates that vocational society must adapt quickly [2].

Changes that occur in the industry are developmentally difficult for the organizers of vocational
education to follow. So, several strategies must be carried out including updated skills on the quality
of vocational teachers and the implementation of learning must be adjusted to relevant
circumstances. Vocational teachers are required to quickly make breakthroughs with industrial
parties and be directly involved with their production processes, and students as prospective workers
familiarize themselves with industrial changes including demands for high quality and productivity
[2], [3]. Thus, the learning outcomes must change [4]. The vocational teachers must carry out
learning innovations, apply technology and digitization in the learning process, apply design
principles, and develop skills called new contexts in learning.

41
Figure 1. New Context of Vocational Learning

Based on Figure 1, the new context of vocational learning is the involvement of digitalization and
technology into learning. Thus, a new reconstruction will be formed including curriculum,
competence and learning resources with the role of technology and digitization of learning
implementation more dominant and massive [5]. However, the design principles of digital
transformation must be applied, namely (1) Speed, intelligence, agility, and agility; (2)
Communication capacity; (3) Visualization in understanding; (4) Decentralization; (5) Real time
data management; (6) Service orientation; and (7) integrated business processes [6], [7]. Vocational
teachers make new habits that the learning process uses a time reference.

On the other hand, learning innovations must be carried out including design and delivery
innovations, approaches, strategies, methods, media, models, management, teacher roles, and
content. As an effort to improve the quality of graduates. Furthermore, skills development must be
carried out. Previously, vocational learning was directed at 4Cs. However, industry 4.0 challenges
have predicted several skills that need to be trained [8], namely complex problem solving, critical
thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment
and decision making, service orientation, negotiation, and cognitive flexibility.

The new context in implementing vocational learning has not been fully implemented. This
exploratory research was conducted to find out teachers' perceptions about their readiness to face the
challenges of Industry 4.0, especially vocational education in Yogyakarta-Indonesia. Research
findings become the basis for consideration for vocational education in terms of human resources
and learning requires a new concept and order.

2. Research design

2.1. Respondents data


This study uses a quantitative approach that is analyzed from survey data [9]. A total of 71 class
teachers participated in filling out the instruments. Demographic data of respondents (table 1) shows
the distribution of data grouped by gender, employment status, age, education level, teaching
experience, sector, or institutional status.

42
Table 1. Respondents Data
Variable Category f %
Gender Male 56 76,71
Female 17 23,29
Job status PNS 56 76,71
GTY 6 8,22
GTT 8 10,96
Other 3 4,11
Age 21 - 30 Years 14 19,18
31 - 40 Years 14 19,18
41 - 50 Years 19 26,03
> 51 Years 26 35,62
Levels of Educations D-III 1 1,37
S1 Education 60 82,19
S1 Applied 4 5,48
S2 Education 5 6,85
S2 Applied 3 4,11
Teaching experience Less than 1 year - -
1 to 5 years 18 24,66
6 to 10 Years 3 4,11
11 to 15 Years 12 16,44
More than 15 Years 40 54,79
Institution/sector Public school 62 84,93
Private school 10 15,07

2.2. Questioner research


Vocational teacher perceptions of learning readiness that are relevant to industry 4.0 were measured
using a questionnaire. Four important variables, namely digital transformation (TD), design
principles, learning innovations and skills development are developed into 30 closed statement items.
The instrument uses a rating scale (Likert scale), namely 1 - 5 indicating the level of perception
(never doing - always doing).

2.3. Data analysis


The data collected was analyzed data. The data is grouped and categorized based on the supporting
variables for the implementation of vocational teacher learning. Data analysis is based on the mean,
standard deviation and percentage as a decision making. The facts found from the perception of
vocational teachers are new findings, as a follow-up to research and strengthening future human
resources.

3. Result dan Discussion

3.1. Readiness for Vocational Teacher Learning Based on Digital Transformation (DT)
Digital Transformation (DT) is closely related to digital and technology. In learning planning,
vocational teachers must integrate the roles of digital and technology in a broad and deep manner.
The results of an exploratory study of the readiness of vocational teachers to the elements of digital
transformation are as follows: Based on Digital Transformation (DT).

Table 2. Readiness for Vocational Teacher Learning Based on Digital Transformation


No Indicators of Digital Transformation N Mean SD
1 The implementation of learning is more dominant using digital 71 4,16 0,58
media

43
No Indicators of Digital Transformation N Mean SD
2 Competencies and sub-competencies in subjects are more dominated 71 3,86 0,69
by the role of technology in accordance with developments in
Industry, Business, and the World of Work (IDUKA)
3 Cognitive, Psychomotor, and Affective Competencies (KPA) are 71 3,90 0,71
emphasized on the function and role of technology according to the
subject matter
4 The selected learning resources are digitization-oriented 71 3,95 0,68
5 The selected learning media is technology-oriented 71 4,10 0,67
Total 71 3,99 0,49

Overall, vocational teachers' learning readiness for digital transformation (DT) was 79.8% (M =
3.99, SD = 0.49). These results provide the perception that vocational teachers are in the “doing
good” category during lesson preparation. However, increasing the competency of DT needs to be
improved and has a certain level of measurability.

3.2. Readiness for Vocational Teacher Learning based on Application of Industry 4.0
The design principles in DT are measured based on (a) speed, intelligence, agility and agility; (b)
communication capacity; (c) visualization in understanding; (d) decentralization; (e) real-time data
management; (f) service orientation; and (g) integrated business processes. The results of an
exploratory study of the readiness of teachers to implement industry 4.0 which are reviewed based
on design principles are presented (Table 3.) as follows:

Table 3. Vocational Teacher Learning Readiness in Industrial Application 4.0


No Indicators of Industry 4.0 Application N Mean SD
1 Competence or learning outcomes are determined based on work 71 3,77 0,68
speed
2 Competence or learning outcomes are determined based on the 71 4,05 0,62
method or stage of problem solving
3 Competence or learning outcomes are determined based on 71 3,90 0,77
dexterity, speed, or agility in completing work
4 The learning implementation prioritizes how to communicate with 71 4,14 0,69
the learning environment
5 The learning implementation prioritizes how to collaborate in 71 3,78 0,85
teamwork
6 The learning implementation prioritizes how to negotiate 71 3,64 0,73
7 Before the learning was carried out, I practiced this competency by 71 3,92 0,80
means of visualization or demonstration
8 Implementation of learning focuses on solving real work problems 71 3,90 0,71
or the environment
9 Competency achievements are calculated and accumulated based 71 3,85 0,72
on the duration of time
10 Competency-oriented determination of work procedures applicable 71 3,88 0,85
in Industry, Business World, and the World of Work (IDUKA)
Total 71 3,89 0,55

Overall, the readiness of vocational teachers in applying design principles based on industry 4.0 was
77.8% (M = 3.89, SD = 0.55). Vocational teachers' perceptions of the application of industry 4.0 in
the "doing good enough" category. Thus, the challenges of vocational teachers in learning need to
be increased extensively and deeply.

3.3. Readiness for Vocational Teacher Learning in Learning Innovations

44
The success of digital transformation in the concept of vocational learning is new innovations in the
implementation of learning. The innovations explored from this research include design and delivery
innovations, approaches, strategies, methods, media, models, management, the role of teachers, and
content that supports the needs of industry 4.0 skills. The results of the exploratory study (Table 4.)
are shown.
Table 4. Vocational Teacher Learning Readiness in Learning Innovations
No Indicators of Innovations in Learning N Mean SD
1 Design and transfer of skills to competencies using various digital 71 3,75 0,66
technologies
2 The learning approach uses blended learning 71 3,53 0,90
3 Learning methods have innovations in problem solving, producing 71 3,81 0,84
products, and the like that are fun
4 Learning media using digital multimedia 71 3,88 0,80
5 Learning management has changed in content or competency 71 3,78 0,75
adjustments at work at IDUKA
6 As a teacher, I have developed my capabilities through various 71 3,67 0,85
trainings in the past year
7 Learning content is developed and simplified based on competency 71 3,84 0,80
needs at IDUKA
Total 71 3,75 0,61

Based on the analyzed data, it was obtained an average of 75.00% (M = 3.75, SD = 0.61). The data
obtained indicates that the readiness of the teacher in carrying out learning innovations is good
enough category from all aspects. The important role of digitalization and technology in learning
innovation needs to be improved.

3.4. Readiness for Vocational Teacher Learning in Skills Development


The development of skills in the implementation of vocational teacher learning is reviewed based on
complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others,
emotional intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, and
cognitive flexibility. Vocational teacher readiness for skills development has been presented (Table
5.) in the results of an exploratory study as follows:

Table 5. Vocational Teacher Learning Readiness in Skills Development


No Indicator of Skills Development N Mean SD
1 My learning is set based on the needs in the industry, business world, 71 3,89 0,79
and the world of work
2 Implementation of learning emphasizes the stage of analysis, 71 3,88 0,69
evaluation, and creation (HOTS)
3 Achievement of competencies based on opinions from shared 71 3,77 0,66
thinking
4 The learning implementation focuses on how to manage information 71 4,00 0,71
from various sources
5 The implementation of learning focuses on how to communicate and 71 3,73 0,69
conclude the opinions of others
6 The learning implementation focuses on how to submit reports to 71 3,81 0,72
others
7 The learning implementation focuses on accountable decisions 71 4,08 0,70
8 In certain problems, students can explain the causes and explain 71 3,81 0,70
alternative solutions
Total 71 3,87 0,51

45
The data analyzed based on the overall aspect was obtained as much as 77.4%, (M = 3.87, SD =
0.51). The data identification is categorized as good enough. This study only looks at how big the
categorization is in the new concept variables of SMK learning. The definition of data is carried out
descriptively, namely the extent to which DT and Industry 4.0 have been implemented in learning.
Based on theory, vocational learning can follow the flow of globalization if the industrial era 4.0 has
been implemented and developed. However, the world of work has changed, so that learning, namely
teachers as actors of education must follow the direction of change and maintain their status as
professional teachers. If this new concept is ignored, of course the competence of students in
responding to opportunities in the world of work will experience new problems.

The new concept of implementing learning lies in the mastery and use of digital and technology [10].
The concept is influenced by design principles, learning innovation, and skills development. The
vocational teachers must be able to provide reinforcement in the implementation of learning [11],
[12]. The findings of an exploratory study conducted in Yogyakarta-Indonesia in terms of
perceptions of vocational teachers were 75.00% - 79.8% in the good category.

4. Conclusion
An exploratory study based on perceptions of vocational teacher readiness in facing the industrial
revolution 4 which is reviewed based on the involvement of digitalization transformation in the
implementation of learning by 79.8%, design principles in the implementation of learning by 77.8%,
learning innovations that have been carried out by vocational teachers are 75.00%, and the
development of skills that have been carried out by vocational teachers by 77.4%. All aspects have
been developed by vocational teachers but must be improved massively and deeply.

5. References
[1] V. Sima, I. G. Gheorghe, J. Subić, and D. Nancu, ‘Influences of the Industry 4.0 Revolution
on the Human Capital Development and Consumer Behavior: A Systematic Review’,
Sustainability, vol. 12, no. 10, p. 4035, May 2020, doi: 10.3390/su12104035.
[2] S. Y. Prabowo, I. W. Susuila, M. Muhaji, T. Rijanto, M. Munoto, and L. Nurlaela, ‘Student
Readiness Vocational High School toward Industrial Revolution 4.0’, Int. J. Educ. Vocat.
Stud., vol. 2, no. 3, Art. no. 3, Apr. 2020, doi: 10.29103/ijevs.v2i3.2160.
[3] R. Y. Zhong, X. Xu, E. Klotz, and S. T. Newman, ‘Intelligent Manufacturing in the Context
of Industry 4.0: A Review’, Engineering, vol. 3, no. 5, pp. 616–630, Oct. 2017, doi:
10.1016/J.ENG.2017.05.015.
[4] C. R. Finch and J. R. Crunkilton, Curriculum Development in Vocational and Technical
Education: Planning, Content, and Implementation. Allyn and Bacon, 1999.
[5] S. Susanti, H. Harti, and V. Pratiwi, ‘The readiness of teacher candidates for vocational high
school in the 4th industrial era viewed from teaching skill and capability in technology’, J.
Pendidik. Vokasi, vol. 10, no. 1, Art. no. 1, Apr. 2020, doi: 10.21831/jpv.v10i1.28057.
[6] A. Ustundag and E. Cevikcan, Industry 4.0: Managing The Digital Transformation. Cham:
Springer International Publishing, 2018.
[7] C. Salkin, M. Oner, A. Ustundag, and E. Cevikcan, ‘A Conceptual Framework for Industry
4.0’, in Industry 4.0: Managing The Digital Transformation, A. Ustundag and E. Cevikcan,
Eds. Cham: Springer International Publishing, 2018, pp. 3–23.
[8] Word Economic Forum, ‘The Future of Jobs: Employment, Skills and Workforce Strategy for
the Dpurth Industrial Revolution’, Global Challange Insight Report, 2016. .
[9] J. J. Vaske, Survey Research and Analysis, 2nd Edition. Sagamore-Venture, 2019.

46
[10] A. Martin and J. Grudziecki, ‘DigEuLit: Concepts and Tools for Digital Literacy
Development’, Innov. Teach. Learn. Inf. Comput. Sci., vol. 5, no. 4, pp. 249–267, Dec. 2006,
doi: 10.11120/ital.2006.05040249.
[11] R. Bakar, ‘The influence of professional teachers on Padang vocational school students’
achievement’, Kasetsart J. Soc. Sci., vol. 39, no. 1, pp. 67–72, 2018, doi:
10.1016/j.kjss.2017.12.017.
[12] Z. Arifin, M. Nurtanto, A. Priatna, N. Kholifah, and M. Fawaid, ‘Technology Andragogy
Work Content Knowledge Model as a New Framework in Vocational Education: Revised
Technology Pedagogy Content Knowledge Model’, TEM J., vol. 9, no. 2, pp. 786–791, May
2020, doi: 10.18421/TEM92-48.

47
48

Anda mungkin juga menyukai