Anda di halaman 1dari 20

DOKTRIN TRINITAS

‫ ָאמֵ ן‬,‫ ָה ֱאֹלהִים ֶאחָד‬,‫ ְּבֵׁש ם־הָָאב ְוהֵַּבן וְרּו ַח הַֹּקדֶ ׁש‬- BESHEM {di dalam Nama} HA'AV {Bapa}
VEHABEN {dan Putera} VERUAKH HAQODESH {dan Roh Kudus}, HA'ELOHIM
{Allah} EKHAD {yang Esa}, AMEN!
* Matius 28:19
LAI TB, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
(TEVAL'TEM) dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
KJV, Go ye therefore, and teach all nations, baptizing them (TEVAL'TEM) in the name
of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost:
NIV, Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them (TEVAL'TEM) in
the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit,TR, πορευθεντες ουν
μαθητευσατε παντα τα εθνη βαπτιζοντες αυτους εις το ονομα του πατρος και του υιου
και του αγιου πνευματος
Translit interlinear, poreuthentes {pergilah} oun {karena itu} mathêteusate {jadikanlah
murid (-Ku)} panta {semua} ta ethnê {bangsa-bangsa} baptizontes {kalian baptiskanlah,
verb - present active participle - nominative plural masculine} autous {mereka} eis {di
dalam} to onoma {nama, noun - accusative singular neuter} tou patros {Bapa} kai {dan}
tou huiou {Putera} kai {dan} tou hagiou {Kudus} pneumatos {Roh}Ha-Berit,
‫ְואֶַּת ם לְכּו ֶאל־ָּכל־הַּגֹוי ִם ַו ֲעׂשֹּו תַ ְלמִידִ ים ּו ְט ַבלְֶּת ם א ֹתָ ם לְֵׁש ם־הָָאב ְוהֵַּבן וְרּו ַח הַֹּקדֶ ׁש׃‬
Translit interlinear, VE'ATEM {dan kalian} LEKHU {pergilah} 'AL-KOL- {ke seluruh}
HAGOYIM {bangsa-bangsa} VA'ASU TAL'MIDIM {dan kalian jadikanlah murid}
UTEVAL'TEM {benamkanlah "TAVAL" mereka; baptiskanlah mereka, Verb Qal
Imperative Pl.} 'OTAM {pada mereka} LESHEM {di dalam nama, Noun Mas. Sing.}
HA'AV {Sang Bapa} VEHABEN {dan Sang Anak} VERUAKH HAQODESH {dan Roh
Kudus}

Istilah "Allah Titunggal (Trinitas)" ini sering dipermasalahkan dan sering dimengerti secara salah
oleh orang di luar Kristen (terutama kalangan Islam), dalam upaya mereka menuduh bahwa kita
menyembah Allah yang bersifat politheisme. Kata "Titunggal/ Trinitas" ini memang tidak
terdapat dalam Alkitab. Rumusan Trinitas dicetuskan oleh Quintus Septimius Florens
Tertullianus, atau Tertulianus, (155–230) salah seorang bapa Gereja gereja dan penghasil banyak
tulisan selama masa awal Kekristenan. Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, sekarang
Tunisia. Ia berasal dari keluarga Romawi. Ayahnya seorang perwira tentara Romawi. Ia
mendapatkan pendidikan ilmu retorika dan hukum. Tertulianus sempat menjadi ahli hukum
selama beberapa tahun di kota Roma. Pada tahun 197, ia bertobat menjadi Kristen dan menjadi
seorang Apologet. Di sepanjang hidupnya, ia banyak manghasilkan karya-karya yang bernuansa
apologetik melawan kaum kafir dan Yahudi. Pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 ia merintis
sastra Kristiani dalam Bahasa Latin. Ia seorang yang sangat pandai, dengan gagasan-gagasannya
yang orisinil dan segar. Ia adalah teolog, pujangga Gereja, ahli pidato dan ahli hukum (sipil).
Tertulianus dikenal sebagai seorang genius, pujangga Gereja terbesar di Barat sebelum
Agustinus. Ketika orang-orang Kristen dengan latar belakang Yunani masih berdebat tentang
keilahian Kristus serta hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya
menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Maka, ia pun merintis formula
yang sampai hari ini masih kita pegang: yakni Doktrin Trinitas. Rumusan Trinitas pertama (asli)
yang dikemukakan oleh Tertullianus yaitu:

"Tres personae, una substantia - tiga pribadi satu substansi/hakekat"; "Discreti non
separati - berbeda tak terpisah".

Doktrin ini diciptakan dalam usaha untuk menjelaskan tentang fakta yang terdapat dalam Alkitab
mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut Anak dan Roh
yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal. Dan juga untuk menerangkan hubungan Firman
Allah dan Roh Allah itu dengan Allah Yang Esa itu sendiri. Istilah "Trinitas" tidak dikenal dalam
Alkitab, baik itu Alkitab Perjanjian Lama (PL), maupun Perjanjian Baru (PB). Sebab Doktrin
Trinitas baru diciptakan pasca era para Rasul-rasul Kristus. Doktrin Trinitas merupakan suatu
"sistemisasi" penjabaran tentang hakekat Allah.

Jadi yang dimaksud dengan Tritunggal bukanlah mengenai ajaran bahwa ada tiga ilah yang
terpisah-pisah yang disebut Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Bukan pula terdiri
dari Isa, Maryam, dan Allah, sebagai tiga tuhan bersatu. Malah bukan pula sebagai Isa dan Jibril
-- sebagaimana yang dimengerti oleh sebagian penulis Muslim yang menyamakan Roh Kudus itu
dengan apa yang terdapat dalam teologia Islam, yaitu nama lain dari malaikat Jibril adalah
ruhulqudus -- yang dipersekutukan dengan Allah. Bukan pula ini tiga nama yang berbeda dari
satu Allah yang bernama Tuhan Yesus Kristus; Bapa = Tuhan, Anak = Yesus, Roh Kudus =
Kristus.

Namun yang disebut Tritunggal adalah suatu istilah dan penjelasan teologis mengenai
keberadaan yang ada di dalam diri Allah yang Esa itu. Haruslah ditegaskan bahwa iman Kristen
adalah suatu iman yang menegaskan tauhid (keesaan Allah) sebagaimana yang nyata dalam ayat-
ayat berikut ini:

* Ulangan 6:4
LAI-TB, Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
KJV, Hear, O Israel: The LORD our God is one LORD:
Hebrew,
‫אֶחֽד ׃‬
ָ ‫ְׁש מַע י ְִׂש ָר ֵאל י ְהוָה ֱאֹלהֵינּו י ְהוָה ׀‬
Translit interlinear, SHEMA' {dengarlah} YISRA'EL {wahai Israel} YEHOVAH
(dibaca: 'Adonay, TUHAN) 'ELOHEÊYNU {Allah kita} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay,
TUHAN) 'EKHAD {satu, esa}

*Yesaya 44:6
LAI-TB, Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam:
"Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-
Ku."
KJV, Thus saith the LORD the King of Israel, and his redeemer the LORD of hosts; I am
the first, and I am the last; and beside me there is no God.
Hebrew,
‫ֹּכה־ָאמַר י ְהוָה ֶמלְֶך־י ְִׂש ָר ֵאל וְג ֹ ֲאֹלו י ְהוָה ְצבָא ֹות ֲאנִי ִראֹׁשון ַו ֲאנִי ַאחֲר ֹון ּו ִמַּב ְלעָדַ י אֵין אֱֹלהִים׃‬
Translit interlinear, KOH-'AMAR {demikian firman} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay,
TUHAN) MELEKH-YISRA'EL {raja Israel} VEGO'ALO {dan penebusnya}
YEHOVAH (dibaca: 'Adonay, TUHAN) TSEVA'OT {semesta alam} 'ANI {Aku}
RI'SHON {yang pertama} VA'ANI {dan Aku} 'AKHARON {yang terakhir}
UMIBAL'ADAY {dan selain Aku} 'EYN {tidak ada} 'ELOHIM {ilah-ilah}

*Yesaya 45:6
LAI-TB, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada
yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain,
KJV, That they may know from the rising of the sun, and from the west, that there is
none beside me. I am the LORD, and there is none else.
Hebrew,
‫ְל ַמעַן י ֵדְ עּו מִִּמ ז ְַרח־ֶׁש מֶׁש ּומִַּמ ע ֲָרבָה ִּכי־ ֶאפֶס ִּב ְלעָדָ י ֲאנִי י ְהוָה ְואֵין ע ֹוד׃‬
Translit interlinear, LEMA'AN {supaya} YEDE'U {mereka mengetahui} MIMIZRAKH-
SHEMESH {dari terbit matahari} UMIMA'ARAVAH {dan dari barat} KI-'EFES
{karena tidak ada} BIL'ADAY {selain Aku} 'ANI {Aku} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay,
TUHAN) VE'EYN {dan tidak ada} 'OD {lagi}

* Markus 12:29
LAI TB, Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa.
KJV, And Jesus answered him, The first of all the commandments is, Hear, O Israel; The
Lord our God is one Lord:
The Orthodox Jewish Brit Chadasha (ORTHJBC), Rebbe, Melech HaMoshiach
answered, 'SHEMA YISROEL ADONOY ELOHEINU ADONOY ECHAD is
harishonah.
Textus Receptus (TR), ο δε ιησους απεκριθη αυτω οτι πρωτη πασων των εντολων ακουε
ισραηλ κυριος ο θεος ημων κυριος εις εστιν
Translit Interlinear, HO DE {dan} IÊSOUS {Yesus} APEKRITHÊ {Dia menjawab}
AUTÔ {kepadanya} HOTI {bahwa} PRÔTÊ {pertama} PASÔN {dari segala} TÔN
ENTOLÔN {perintah-perintah} AKOUE {dengarlah engkau} ISRAÊL {Israel}
KURIOS {Tuhan} HO THEOS {Allah} HÊMÔN {kita} KURIOS {Tuhan} HEIS {satu}
ESTIN {Dia adalah}

*Yohanes 17:3
LAI-TB, Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-
satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
KJV, And this is life eternal, that they might know thee the only true God, and Jesus
Christ, whom thou hast sent.
ORTHJBC, And this is Chayyei Olam, that they may have da'as of the only Elohei
HaEmes and Yehoshua, Rebbe, Melech HaMoshiach whom you sent.
TR, αυτη δε εστιν η αιωνιος ζωη ινα γινωσκωσιν σε τον μονον αληθινον θεον και ον
απεστειλας ιησουν χριστον
Translit Interlinear, HAUTÊ {ini} DE {dan} ESTIN {ia adalah} HÊ {yang} AIÔNIOS
{kekal} ZÔÊ {hidup} HINA {supaya} GINÔSKÔSIN {mereka mengenal} SE {Engkau}
TON {yang} MONON {hanya} ALÊTHINON {benar} THEON {Allah} KAI {dan}
HON {yang} APESTEILAS {Engkau Mengutus} IÊSOUN {Yesus} KHRISTON
{Kristus}

*1 Korintus 8:6
LAI-TB, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus
Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
KJV, But to us there is but one God, the Father, of whom are all things, and we in him;
and one Lord Jesus Christ, by whom are all things, and we by him.
ORTHJBC, yet we have da'as that there is ADONOI ECHAD, Hashem AV ECHAD
L'CHULLANU, from whom are all things, and we exist for Hashem, and there is Adon
Echad Rebbe, Melech HaMoshiach Yehoshua, through whom are all things and we
through Him.
TR, αλλ ημιν εις θεος ο πατηρ εξ ου τα παντα και ημεις εις αυτον και εις κυριος ιησους
χριστος δι ου τα παντα και ημεις δι αυτου
Translit interlinear, ALL {melainkan} HÊMIN {bagi kita} HEIS {satu} THEOS {Allah}
HO PATÊR {Bapa} EX {dari} HOU {-Nya} TA PANTA {segala sesuatu} KAI {dan}
HÊMEIS {kita} EIS {di dalam} AUTON {-Nya} KAI {dan} HEIS {satu} KURIOS
{Tuhan} IÊSOUS {Yesus} KHRISTOS {Kristus} DI {oleh} HOU {-Nya} TA PANTA
{segala sesuatu} KAI {dan} HÊMEIS {kita} DI {oleh} AUTOU {-Nya}

Kebenaran ayat-ayat Alkitab ini diringkas dalam Pengakuan Iman Nicea, "Aku percaya pada satu
Allah, Sang Bapa, Yang Mahakuasa...." Allah yang Esa yang disebut Bapa ini - bukan karena
jenis kelamin, tetapi sebagai kata kias karena Dia adalah asal-usul dari segala sesuatu,
pemelihara segala sesuatu, pemberi segala sesuatu, dan pembimbing segala sesuatu - adalah
pencipta segala sesuatu. Dalam menciptakan segala sesuatu itu Ia melakukannya melalui
"Firman-Nya".

*Mazmur 33:6
LAI-TB, Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala
tentaranya.
KJV, By the word of the LORD were the heavens made; and all the host of them by the
breath of his mouth.
Hebrew,
‫ִּבדְ בַר י ְהוָה ָׁש ַמי ִם נַעֲׂשּו ּובְרּו ַח ִּפיו ָּכל־ ְצבָָאם׃‬
Translit interlinear, BID'VAR {dengan firman} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay, TUHAN)
SHAMAYIM {langit} NA'ASU {dijadikan mereka} UVERUAKH {dan dengan Roh,
nafas} PIÎV {mulut-Nya} KOL-TSEVA'AM {segala tentaranya}

Ia memberi hidup kepada segala sesuatu melalui "Roh-Nya".

*Ayub 33:4
LAI-TB, Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.
KJV, The spirit of God hath made me, and the breath of the Almighty hath given me life.
Hebrew,
‫רּוחַ־ ֵאל עָָׂש תְ נִי ְונְִׁש מַת ַׁשַּד י ְּת חֵַּינִי׃‬
Translit interlinear, RUAKH-'EL {Roh Allah} 'ASATNI {menjadikan aku}
VENISH'MAT {dan nafas} SHADAY {Yang Maha Kuasa} TEKHAYENI
{menghidupkan Aku}

Firman Allah itu selalu bersama-sama dengan Allah , artinya berada di dalam kodrat dan hakekat
Allah sendiri.

*Yohanes 1:1-2
1:1 LAI TB, Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah.
KJV, In the beginning the Word already existed. The Word was with God, and the Word
was God. The same was in the beginning with God.
ORTHJBC, Bereshis was the Dvar Hashem, and the Dvar Hashem was agav Hashem,
and the Dvar Hashem was nothing less, by nature, than Elohim! Bereshis this Dvar
Hashem was with Hashem.
TR, εν αρχη ην ο λογος και ο λογος ην προς τον θεον και θεος ην ο λογος
WH, εν αρχη ην ο λογος και ο λογος ην προς τον θεον και θεος ην ο λογος
Translit interlinear, en {pada} arkhê {permulaan} ên {Dia adalah} ho logos {Firman itu}
kai {dan} ho logos {Firman itu} ên {Dia adalah} pros {ke arah, (sehakekat melekat)} ton
theon {Allah itu} kai {dan} theos {Allah} ên {(Dia adalah) adalah} ho logos {Firman
itu}
Ha-Berit,
‫ְּבראִׁש ית ָהי ָה הַָּד בָר ְוהַָּד בָר ָהי ָה אֵת ָה ֱאֹלהִים וֵאֹלהִים ָהי ָה הַָּד בָר׃‬
ֵ
Translit interlinear, BERESHIT {pada mulanya} HAYAH {adalah} HADAVAR
{Firman} VEHADAVAR {dan Firman itu} HAYAH {adalah} 'ET HA'ELOHIM
{Allah} VEHA'ELOHIM {dan Allah} HAYAH {adalah} HADAVAR {Firman itu}1:2
LAI TB, Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
KJV, The same was in the beginning with God.
TR, ουτος ην εν αρχη προς τον θεον
Translit interlinear, houtos {Dia} ên {adalah} en {pada} arkhê {permulaan} pros
{kepada, bersama-sama} ton theon {dengan Allah}
Ha-Berit,
‫הּוא ָהי ָה ב ְֵראִׁש ית אֵת ָהאֱֹלהִים׃‬
Translit interlinear, HU {Dia} HAYAH {Ada} BERESHIT {pada mulanya} 'ET {yaitu}
HA'ELOHIM {Allah itu}

Roh Allah itu keluar dari Bapa berarti asalnya ada di dalam Bapa, yaitu Allah yang Esa itu.

*Yohanes 15:26
LAI-TB, Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran
yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.
KJV, But when the Comforter is come, whom I will send unto you from the Father, even
the Spirit of truth, which proceedeth from the Father, he shall testify of me:
ORTHJBC, But when the Melitz Yosher comes, whom I will send to you from HaAv, the
Ruach Hakodesh, the Ruach HaEmes, who proceeds from HaAv, that one will gives
solemn edut about me.
TR, οταν δε ελθη ο παρακλητος ον εγω πεμψω υμιν παρα του πατρος το πνευμα της
αληθειας ο παρα του πατρος εκπορευεται εκεινος μαρτυρησει περι εμου
[/size]Translit interlinear, HOTAN {ketika} DE {tetapi} ELTHÊ {Dia datang} HO
PARAKLÊTOS {Penghibur itu} HON {yang} EGÔ {Aku} PEMPSÔ {akan mengutus}
HUMIN {kepada kalian} PARA {dari} TOU PATROS {Bapa} TO PNEUMA {Roh}
TÊS ALÊTHEIAS {Kebenaran} HO {yang} PARA {dari} TOU PATROS {Bapa}
EKPOREUETAI {Dia keluar} EKEINOS {Dia inilah} MARTURÊSEI {akan bersaksi}
PERI {tentang} EMOU {Aku}

*1 Korintus 2:11
LAI-TB, Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri
manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada
orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.
KJV, For what man knoweth the things of a man, save the spirit of man which is in him?
even so the things of God knoweth no man, but the Spirit of God.
ORTHJBC, For who of Bnei Adam has da'as of the things of Bnei Adam except the ruach
of a man in him? So also the things of G-d no one has known except the Ruach Hashem.
TR, τις γαρ οιδεν ανθρωπων τα του ανθρωπου ει μη το πνευμα του ανθρωπου το εν αυτω
ουτως και τα του θεου ουδεις οιδεν ει μη το πνευμα του θεου
Translit interlinear, TIS {apa} GAR {karena} OIDEN {ia sudah mengetahui}
ANTHRÔPÔN {manusia} TA {yang} TOU ANTHRÔPOU {dari manusia} EI {jika}
MÊ {tidak} TO PNEUMA {roh} TOU ANTHRÔPOU {manusia} TO {yang} EN {di
dalam} AUTÔ {-nya} HOUTÔS {demikian} KAI {dan} TA {yang} TOU THEOU {dari
Allah} OUDEIS {tidak seorang pun} OIDEN {ia sudah mengetahui} EI {jika} MÊ
{tidak} TO PNEUMA {Roh} TOU THEOU {Allah}

Firman Allah yang melalui-Nya Allah menjadikan alam semesta ini juga disebut Anak.

*Yohanes 1:3
LAI-TB, Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan.
KJV, All things were made by him; and without him was not any thing made that was
made.
ORTHJBC, All things through him came to be, and without him came to be not one thing
which came into being.
TR, παντα δι αυτου εγενετο και χωρις αυτου εγενετο ουδε εν ο γεγονεν
Translit interlinear, PANTA {segala sesuatu} DI {oleh} AUTOU {Dia} EGENETO {ia
menjadi, ada} KAI {dan} KHÔRIS {tanpa} AUTOU {Dia} EGENETO {ia menjadi,
ada} OUDE {tidak pula} HEN {satu} HO {yang} GEGONEN {ia sudah menjadi, ada}

*Ibrani 1:2
LAI-TB, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh
Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
KJV, Hath in these last days spoken unto us by his Son, whom he hath appointed heir of
all things, by whom also he made the worlds;
ORTHJBC, At the Ketz HaYamim Hashem spoke to us by HaBen, whom He appointed
Bechor of the Bechorah, Yoresh Kol, through whom also Hashem barah es HaShomayim
v'es HaAretz;
TR, επ εσχατων των ημερων τουτων ελαλησεν ημιν εν υιω ον εθηκεν κληρονομον
παντων δι ου και τους αιωνας εποιησεν
Translit interlinear, EP {pada} ESKHATÔN {akhir} TÔN HÊMERÔN {hari-hari}
TOUTÔN {ini} ELALÊSEN {Dia berbicara} HÊMIN {kepada kita} EN {dalam} HUIÔ
{Anak} HON {yang} ETHÊKEN {Dia menunjuk} KLÊRONOMON {sebagai ahli
waris} PANTÔN {segala sesuatu} DI {oleh} HOU {-Nya} KAI {dan} TOUS AIÔNAS
{dunia} EPOIÊSEN {Dia menjadikan}

Karena Firman-Nya Allah, yaitu Ilmu-Nya Allah atau Akal-Budi Allah itu pasti dikandung
dalam Dzat Hakekat Allah sendiri, berarti jika itu dinyatakan atau diucapkan keluar dari Allah,
maka seolah-olah dilahirkan sebagai Anak dari Pikiran Allah tadi, padahal keluar-Nya dari Allah
itu tanpa awal maupun akhir secara kekal. Itulah sebabnya Firman Allah disebut Anak Allah
yang kekal. Meskipun Allah itu secara biologis tak beranak maupun diperanakkan. Ini
disebabkan, karena Allah sebagai asal-usul dan tempat beradanya Firman itu disebut Bapa.
Sedangkan Roh Allah - yaitu prinsip kehidupan dan kuasa Allah - yang ada di dalam hakekat
Allah yang satu bersama Firman itu disebut Roh Kudus.

Jadi dalam Iman Kristen, Roh Kudus bukanlah nama malaikat Jibril, namun Roh Allah sendiri.
Malaikat Jibril adalah ciptaan dari Roh Kudus ini juga, sebab malaikat Jibril itu diberi hidup oleh
Allah melalui roh-Nya ini juga sebagaimana makhluk-makhluk lainnya.

Yohanes 1:2: Firman Allah itu (sejak semula) adalah bersama-sama dengan Allah dan adalah
Allah. Dan menarik pula bahwa di dalam naskah terjemahan Bahasa Ibrani Ha-Berit memberikan
suatu sajian di dalam pemahaman bahwa: "Dia pada mulanya adalah Allah itu sendiri."

Karena Allah itu Esa, yaitu Bapa tadi, maka haruslah memang Firman-Nya (Anak) itu berasal
dari dan berdiam di dalam Allah yang Esa, yaitu Bapa ini. Demikian pula Roh-Nya pun harus
keluar dari dan berdiam dalam Bapa yang Esa ini. Dengan demikian Keesaan Allah terjaga.
Karena memang Allah itu Satu, Esa, tiada tandingan atau sekutu bagi-Nya. Jadi Tritunggal Maha
Kudus adalah Allah yang Esa (Sang Bapa) yang memiliki dalam Dzat-Hakekat-Nya yang Esa
Firman yang kekal (Anak) dan Roh yang kekal (Roh Kudus) yang melekat satu di dalam diri-
Nya yang Esa itu. Jadi istilah Tritunggal itu bukan mengenai jumlah Allah, namun mengenai
keberadaan di dalam diri Allah yang Esa tiada berbilang, dan satu tiada bandingan itu.

Iman Kristen tidak percaya adanya allah-allah yang lebih dari satu karena Allah itu Esa
menurut Alkitab. Jadi Tritunggal bukanlah tiga ilah seperti yang dikatakan dalam ayat
Al~Qur'an berikut ini:
* Al~Qur'an surat ke-4 An-Nisaa' ayat 171
YAA {wahai} AHLAL {ahli} KITAABI {kitab} LAA {jangan} TAGHLUU
{kamu melampaui batas} FII {dalam} DIINIKUM {agamamu} WA {dan} LAA
{jangan} TAQUULUU {kamu mengatakan} 'ALALLAAHI {terhadap Allah}
ILLAL {kecuali} HAQQA {benar} INNAMAL MASIIHU {sesungguhnya 'Al
Masih} 'IISABNU {'Isa putra} MARYAMA {Maryam} RASUULULLAAHI
{rasul Allah} WA {dan} KALIMATUHUU {kalimat-Nya} ALQAAHAA {Dia
sampaikan} ILAA {kepada} MARYAMA {Maryam} WA {dan} RUUHUM
{Roh} MINHU {dari-Nya} FA {maka} AAMINUU {berimanlah kamu}
BILLAAHI {kepada Allah} WA {dan} RUSULIHII {rasul-rasul-Nya} WA
{dan} LAA {jangan} TAQUULUU {kamu mengatakan} TSALAATSATUN
{TIGA} INTAHUU {hentikanlah} KHAIRAL {lebih baik} LAKUM {bagi
kamu} INNAMALLAAHU {sesungguhnya Allah} ILLAAHUW {bagi-Nya}
WAAHIDUN {wahid, satu} SUBHAANAHUU {Maha Suci Dia} AY
YAKUUNA {bahwa memiliki} LAHUU {bagi-Nya} WALADUL {anak}
LAHUU {bagi-Nya} MAA {apa} FIS {di} SAMAAWAATI {langit} WA {dan}
MAA {apa} FIL {di} ARDHI {bumi} WA {dan} KAFAA {cukuplah}
BILLAAHI {dengan Allah} WAKIILAA {pelindung}"
Al~Qur'an terjemahan Departemen Agama RI,
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al
Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)
kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga', berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)
lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah
dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah menjadi Pemelihara."

Tritunggal adalah Allah Yang Esa itu sendiri yang dalam Dzat-Hakekat-Nya memiliki
Kalimat dan Ruh yang kekal tanpa awal maupun akhir. Dan bukan pula Allah itu "salah
seorang dari yang tiga" atau "yang ketiga daripada yang tiga" seperti yang dikatakan
dalam ayat Al~Qur'an di bawah ini, karena Allah itu hanya satu-satunya dan yang
pertama dalam diri-Nya yang Esa yang memiliki Kalimat dan Roh kekal itu.
* Al~Qur'an surat ke-5 Al~Maa'idah ayat 73
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: 'Bahwasanya Allah salah
seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan
Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.'"

Serta lebih bukan lagi jika Allah itu adalah "Isa dan ibunya" sebagai tuhan-tuhan/ilah-ilah
"di samping Allah" seperti yang dikatakan dalam ayat Al~Qur'an berikut ini.
* Al~Qur'an surat ke-5 Al~Maa'idah ayat 116
"WA IDZ QAALALLAAHU YAA 'IISABNA MARYAMA A ANTA QULTA
LIN NAASIT TAKHIDZUUNII WA UMMIYA ILAAHAINI MIN
DUUNILLAAHI QAALA SUBHAANAKA MAA YAKUUNU LII AN
AQUULA MAA LAISA LIL BI HAQQIN IN KUNTU QULTUHUU FA QAD
'ALIMTAHUU TA'LAMU MAA FII NAFSII WA LAA A'LAMU MAA FII
NAFSIKA INNAKA ANTA 'ALLAAMUL GHUYUUB."
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain
Allah?. 'Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa
yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib'."

Tritunggal itu bukan terdiri dari unsur-unsur makhluk, namun Dzat-Hakekat asali dari Allah
sendiri yang memiliki Kalimat dan Roh yang kekal itu. Maria (Maryam) tidak pernah disebut
sebagai istri-Nya Allah, sebagai tandingan dari Allah Bapa. Maria (Maryam) adalah "hamba
Allah", sama seperti "Isa" pun adalah "hamba Allah" dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia.

*Lukas 1:38
LAI-TB, Kata Maria: 'Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
KJV, And Mary said, Behold the handmaid of the Lord; be it unto me according to thy
word. And the angel departed from her.
ORTHJBC, And Miryam said, 'Hinei! -- I am the shifcha of Hashem. May it be done to
me according to your dvar.' And the malach departed from her.
TR, ειπεν δε μαριαμ ιδου η δουλη κυριου γενοιτο μοι κατα το ρημα σου και απηλθεν απ
αυτης ο αγγελος
Translit interlinear, EIPEN {ia berkata} DE {dan} MARIAM {Maria} IDOU {lihatlah
engkau} HÊ DOULÊ {hamba} KURIOU {Tuhan} GENOITO {ia menjadi} MOI
{kepadaku} KATA {menurut} TO RHÊMA {perkataan} SOU {-mu} KAI {dan}
APÊLTHEN {ia pergi} AP {dari} AUTÊS {-nya} HO AGGELOS {malaikat itu}

* Filipi 2:5-7
2:5 LAI-TB, Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus
KJV, Let this mind be in you, which was also in Christ Jesus:
ORTHJBC, Let this thinking be in you which was also in Rebbe, Melech HaMoshiach
Yehoshua,
TR, τουτο γαρ φρονεισθω εν υμιν ο και εν χριστω ιησου
Translit interlinear, TOUTO {ini} GAR {karena}PHRONEISTHÔ {ikirkanlah
engkau}EN {di dalam} HUMIN {kalian} HO {yang} KAI {dan} EN {di dalam}
KHRISTÔ {Kristus} IÊSOU {Yesus}2:6 LAI-TB, yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
KJV, Who, being in the form of God, thought it not robbery to be equal with God:
ORTHJBC, who, though existing in the demut of the mode of being of Elohim, did not
regard being equal with G-d as a thing to be seized,
TR, ος εν μορφη θεου υπαρχων ουχ αρπαγμον ηγησατο το ειναι ισα θεω
Translit interlinear, HOS {yang} EN {di dalam} MORPHÊ {wujud} THEOU {Allah}
HUPARKHÔN {menjadi} OUKH {tidak} HARPAGMON {rampasan} ÊGÊSATO {ia
menjadi} TO {yang} EINAI {adalah} ISA {sama} THEÔ {dengan Allah}2:7 LAI-TB,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia.
KJV, But made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and
was made in the likeness of men:
ORTHJBC, but poured out and emptied himself, taking the demut of the mode of being
of a servant, and was born in the likeness of bnei Adam, and having been found in
appearance as an Adam,
TR, αλλ εαυτον εκενωσεν μορφην δουλου λαβων εν ομοιωματι ανθρωπων γενομενος
Translit interlinear, ALL {melainkan} HEAUTON {diri-Nya sendiri} EKENÔSEN {Dia
mengosongkan} MORPHÊN {wujud} DOULOU {hamba} LABÔN {mengambil} EN
{dalam} HOMOIÔMATI {kesamaan} ANTHRÔPÔN {manusia} GENOMENOS
{menjadi}

Untuk itu perlu ditegaskan bahwa pemahaman Iman Kristen tentang Tritunggal itu memang
berbeda dengan pemahaman agama Hindu tentang "Trimurti". Dalam agama Hindu, Sang Hyang
Brahma, Sang Hyang Wisnu, dan Sang Hyang Siwa adalah manifestasi-manifestasi utama dari
Sang Hyang Widdhi Wasa (Brahman, Tuhan Yang Maha Esa) dalam fungsinya sebagai Pencipta,
Pemelihara dan Pemralina. Dan menurut pemahaman agama Hindu, masing-masing dewa
manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa ini dapat disembah secara terpisah. Sedangkan dalam Iman
Kristen, Bapa, Anak, Roh Kudus itu tidak dapat disembah secara terpisah. Sebab di mana Bapa
(Allah Yang Esa) itu ada, di situlah dalam hakekat-Nya terdapat Firman (Anak) dan sekaligus
Roh-Nya. Juga di mana Firman (Anak) itu ada, maka di situ Bapa ada, karena Anak tidak
mungkin berada di luar kebersemayaman-Nya di dalam Bapa, yang juga ada bersama Roh Allah
itu. Dan di mana Roh Kudus ada, di situ pula Bapa ada, karena tidak mungkin Roh Allah itu
lepas dari kebersemayaman-Nya di dalam Bapa, bersama Firman Allah.

Di samping perbedaan ini dalam agama Hindu manifestasi Sang Hyang Widdhi Wasa itu bukan
hanya yang tiga ini saja, karena ada manifestasi-manifestasi lainnya, yaitu para dewa-dewi yang
diakui keberadaannya, yang semua dewa-dewi itu dianggap sebagai sinar suci dari Sang Hyang
Widdhi Wasa: Tuhan Yang Maha Esa tadi. Juga menurut agama Hindu, dewa-dewi manifestasi-
manifestasi dari Sang Hyang Widdhi Wasa inipun dapat disembah secara terpisah-pisah dengan
pratima-pratima (patung-patung simbolisme dewa) masing-masing, sehingga "kelihatannya" bagi
orang luar yang bukan pemeluk agama Hindu, terutama mereka yang berasal dari akar agama
rumpun semitik, memang nampak seperti "polytheisme". Namun bagi umat Hindu tidak ada
polytheisme dalam semuanya tadi. Karena itu semua pada dasarnya hanyalah manifestasi dari
Tuhan Yang Maha Esa saja, hanya simbol-simbol dan nama-nama-Nya saja yang berbeda-beda
sesuai dengan masing-masing bentuk manifestasi-Nya.

Jadi menyamakan Tritunggal Maha Kudus dengan Trimurti yang memang keduanya itu tidak ada
kemiripannya, di samping tidak adil bagi kedua agama itu, juga melecehkan keyakinan kedua
agama yang secara pemahaman memang tidak sama ini. Tritunggal adalah tiga hupostasis (Allah,
Firman-Nya, dan Roh-Nya) yang nyata, dan bukan hanya sekedar fungsi atau manifestasi, di
dalam diri Allah Yang Esa, yang sejak kekal memang sudah ada demikian. Dan hupostasis itu
tidak dapat disembah secara terpisah-pisah, karena Allah hanya satu, dan hupostasis itu adalah
keberadaan asali dari Dzat-Hakekat Allah yang satu itu. Sedangkan dalam agama Hindu,
Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa) adalah manifestasi dan fungsi dari Tuhan Yang Maha Esa,
tanpa harus mengesampingnya adanya manifestasi-manifestasi yang lain (misalnya: Ganesha,
Saraswati, Durga, Surya, dan lain-lain). Sedangkan dalam Tritunggal, di luar Allah yang dalam
diri-Nya ada Firman-Nya dan Roh-Nya itu tidak ada personifikasi-personifikasi atau manifestasi-
manifestasi ilahi yang lain. Jadi Tritunggal adalah Tritunggal, dan Trimurti adalah Trimurti,
dengan penghayatan-penghayatan serta makna-makna teologis yang berbeda-beda itu, jangan
dikacaubalaukan.

SISTEMISASI ALLAH DALAM LOGIKA MANUSIA

Doktrin Trinitas merupakan suatu "sistemisasi" penjabaran tentang hakekat Allah. Bapa, Anak
dan Roh Kudus adalah Allah yang Esa (bukan tiga Allah-allah). Bapa, Anak dan Roh Kudus itu
setara dalam kuasa dan kemuliaan-Nya adalah sama. Allah itu Kompleks. Doktrin Trinitas/
Tritunggal diciptakan untuk membantu kita memahami Allah dan inkarnasi-Nya dalam Yesus
Kristus di bumi ini. Meski rumusan asli Doktrin Trinitas adalah sederhana: "Tres personae, una
substantia - tiga pribadi satu substansi/hakekat"; "Discreti non separati - berbeda tak terpisah.".
Namun dalam penjabarannya, bahkan pada masing-masing denominasi Gereja, rumusannya bisa
bermacam-macam.

Ajaran Allah Tritunggal (Trinitas) adalah produk era Katolik. Doktrin Trinitas pertama
dirumuskan oleh Bapa Gereja Tertulianus (155–230). Banyak doktrin-doktrin Katolik yang
dirumuskan kembali oleh kalangan Protestan bahkan ada yang ditentang habis-habisan.

Ajaran Allah Tritunggal yang mulanya dirumuskan oleh Tertulianus, kemudian dirumuskan
dalam Konsili di Nikea tahun 325 Masehi, saat itu dirumuskan tentang Allah Tritunggal, Allah
Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang bersama-sama disembah dan dimuliakan.

Doktrin Trinitas dirumuskan oleh Bapa Gereja Tertulianus ada karena adanya polemik teologis
terutama mengenai pemahaman keilahian Yesus Kristus di kalangan gereja-gereja Barat. Dalam
abad-abad sesudah Konsili di Nikea itu pergumulan tentang perumusan Tritunggal masih belum
mencapai kata sepakat yang memuaskan segala pihak, bahkan cenderung membingungkan.
Rumusan Tritunggal menurut Augustinus berbeda dengan Thomas Aquinas, berbeda pula
dengan John Calvin.

Rumusan Calvin adalah persona atau pribadi Allah Tritunggal sebagai suatu hal yang berdiri
sendiri di dalam kehidupan ilahi, yang satunya dibedakan dengan yang lain, karena sifat-sifat
ilahi yang khas ilahi semata-mata, misalnya Bapa adalah Allah namun Bapa berbeda dengan
Anak meskipun Anak adalah Allah pula.

Dan kemudian masih menjadi polemik berkelanjutan di kalangan Kristen Barat, dengan
munculnya "label-label bidat" misalnya: Arianisme, Modalisme/Sabelianisme, Macedonianisme,
Apollinarisme, Nestorian, Eutikisme, Doketisme, dan Monofisitisme, dan seterusnya. Label-label
itu kemudian dipakai oleh orang-orang Kristen zaman sekarang ini untuk melabeli teman-nya
yang rumusan Trinitasnya "tidak sama" dengan dirinya. Problema dalam variasi yang begitu
banyak tentang "doktrin TRINITAS" versi masing-masing orang Kristen itu, bermuara pada
masing-masing orang "melogikakan Allah" dan "mensistemisasi Allah" kemudian mereka
merumuskan masing-masing dalam logikanya doktrin Trinitas itu. Debat yang panjang dan
saling "membidat-bidat"-kan dan meng-"ANATHEMA" saudaranya.

Ada begitu banyak keindahan pengajaran dalam Alkitab kita, tapi banyak orang berkutat dan
sibuk pada urusan membidat-mbidatkan temannya gara-gara tidak memiliki rumusan tentang
Trinitas (yang sudah diperumit) itu menurut versinya. Ada banyak sekali harta yang dapat kita
gali, daripada sibuk mengurusi doktrin yang sudah dibikin rumit ini.

Namun, Anda tidak perlu memusingkan rumusan mana yang benar. Bagi saya pribadi setiap
orang Kristen yang beriman bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah, dia dengan sendirinya
sudah memahami apa itu doktrin Trinitas. Sebab, Doktrin Trinitas yang paling krusial adalah
dalam pemahaman Yesus Kristus Tuhan dan Allah. Maka, saya tidak peduli detail
penjabarannya, dan apapun rumusannya. Bukankah para Rasul dapat memahami dan sungguh
mengenal siapa Tuhan Yesus, Allah yang inkarnasi itu bahkan sebelum doktrin Trinitas ini
muncul?

Setiap lidah yang mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah, dia sudah memahami
dalam Trinitas dalam versinya masing-masing.

Haleluyah! Amin!

Blessings,
Rita Wahyu
12 June, 2006

Note:

Berkaitan dengan Doktrin Trinitas. Ada sebuah deklarasi iman yang ditulis oleh orang
yang saya nge-fan banget: Joseph Card. Ratzinger (Pope Benedict XVI) ketika dia
diangkat menjadi Paus menggantikan Paus Yohanes Paulus II:
CONGREGATION FOR THE DOCTRINE OF THE FAITH DECLARATION
"DOMINUS IESUS" ON THE UNICITY AND SALVIFIC UNIVERSALITY
OF JESUS CHRIST AND THE CHURCH

http://www.vatican.va/roman_curia/congr ... us_en.html

Deklarasi iman ini untuk meredakan macam-macam definisi tentang Trinitas, sebab titik
krusial dalam Trinitas bagaimanapun adalah hanya tertetak pada "Yesus Kristus itu
hakikatnya Allah."

Dikala orang telah berspekulasi ini dan itu, tafsir ini dan itu. Gereja dengan otoritasnya,
menetapkan keimanan yang bagi THE DOCTRINE OF THE FAITH, DECLARATION
"DOMINUS IESUS."

Nggak kayak kita ribetttt mulu soal Trinitas.

Makanya, di Gereja Katolik kita tidak pernah melihat jemaat dan para pemimpinnya
pusing dengan perdebatan "doktrin Trinitas."
Apalagi doa mereka dibuka dan ditutup "Di dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
Amin."

Nah, mereka udah TRINITAS setiap hari....

Reff:
- PAULUS (Rabbi Saul) dan TRINITAS, di paulus-dan-trinitas-vt18.html#p36

- Arti TUHAN yang Esa dalam Alkitab, di viewtopic.php?p=43#43

- Menjawab Salah Paham : Konsep Trinitas, bukti ngawurnya manusia atas ke-esa-an Allah., di
konsep-trinitas-bukti-ngawurnya-manusia-vt718.html

- Mari Mengenal Kekristenan Timur: Sejarah Gereja Orthodox, Episkop Timothy Ware © 2001
Satya Widya Graha

sarapanpagi.org

Sejarah Trinitas
love-jesusSahabat SPB
21-27 minutes

saat browsing tidak sengaja menemukan ini, bener gak ya?

Sejarah Trinitas

1. Latar Belakang

Kontroversi Trinitas, yang menimbulkan pertentangan pendapat antara Arius dan Athanasius
berakar pada masa lampau. Seperti diketahui bahwa para Bapak Gereja dulu, tidak mempunyai
konsepsi yang jelas tentang Trinitas. Sebagian di antara mereka membenarkan Logos sebagai
"akal nonmanusiawi" (impersonal reason), yang menjadi manusiawi pada saat penciptaan,
sementara yang lain memandang Dia sebagai manusia yang ko-eternal dengan Bapak yang
memiliki sifat esensi kekekalan, dan sebagian lagi memandangnya sebagai suruhan
(subordination) atau kedudukannya di bawah Bapak Roh Kudus tidak mendapat tempat penting
dalam pembicaraan mereka. Mereka membicarakan Dia (Yesus Kristus) dalam kaitannya dengan
pekerjaan penebusan jiwa dan hidup manusia.
Sebagian orang memandang Dia sebagai "yang tunduk" bukan hanya kepada Bapak tetapi juga
kepada Anak. Tertullian adalah orang pertama yang secara gamblang menyatakan tri-
personalitas Tuhan serta mempertahankan pendapat tentang keesaan substansial ketiga person
tersebut. Namun dia belum mampu menerangkan dengan jelas tentang doktrin Trinitas.

Sementara itu muncullah aliran Monarkianisme yang menekankan keesaan Tuhan dan sifat
ketuhanan Kristus, yang meliputi penyangkalan Trinitas (jadi Trinitas tidak diartikan seperti
yang terkandung dalam arti kata tersebut). Tertullian dan Hippolytus memperjuangkan
pandangan-pandangan mereka di Barat sementara Origen menentangnya habis-habisan di Timur.
Mereka membela kedudukan kaum trinitarian sebagaimana diperlihatkan dalam keyakinan rasul
(Kisah Rasul). Walaupun demikian, pandangan Origen tentang Trinitas tidak seluruhnya
memuaskan. Dia berkeyakinan kuat bahwa baik Bapak maupun anak merupakan hipostases
abadi (kekal) atau personal subsistence di dalam Tuhan. Sementara dia adalah orang pertama
yang menerangkan hubungan Bapak dengan anak dengan menggunakan ide eternaI generation,
dia menganggap hal ini meliputi subordinasi orang kedua (second person) terhadap orang
pertama (first person) dalam kaitannya dengan esensi.

Bapak berkomunikasi dengan anak dan anak adalah sebagai spesies sekunder kekekalan, yang
dinamakan Theos, tetapi bukan Ho Theos. Bahkan anak kadang-kadang dipanggil sebagai Theos
Deuteros. Ini merupakan cacat paling radikal dalam doktrin Origen tentang Trinitas dan
memberikan batu loncatan bagi Arius. Cacat lain yang terdapat dalam pendapatnya bahwa,
penciptaan anak bukanlah perbuatan perlu (necessary act) dari Bapak tetapi bersumber pada
kehendak-Nya yang berdaulat. Akan tetapi dia tidak melontarkan ide suksesi temporal. Dalam
doktrinnya tentang Roh Kudus dia masih mengesampingkan representasi Kitab Injil. Dia bukan
nanya menempatkan Roh Kudus sebagai "bawahan" terhadap anak, tetapi dia juga
mengartikannya sebagai ciptaan anak. Bahkan salah satu pernyataannya berimplikasi bahwa Dia
hanyalah sebagai suata ciptaan belaka.

2. Hakikat Kontroversi

a. Arius dan Arianisme

Perselisihan pendapat terbesar di kalangan pemikir Trinitas adalah kontroversi pandangan


Arius, karena pandangan-pandangan "anti-trinitas" yang dilontarkan Arius, seorang
presbyter Alexandrux yang daya debatnya besar walaupun jiwanya atau imannya
diragukan. Ide dominan Arius adalah asas monoteistis aliran Monarkianisme bahwa
hanya ada satu Tuhan (tidak mempunyai anak). Ada yang tidak mempunyai asal usul,
tanpa keberadaan sebelumnya. Dia membedakan antara Logos yang tetap ada di dalam
Tuhan, yang merupakan kekuatan yang kekal dengan Anak atau Logos yang pada
akhirnya berinkarnasi. Anak atau Logos terakhir ini diciptakan oleh Bapak yang dalam
pandangan Arius berarti bahwa dia diciptakan. Dia diciptakan sebelum alam semesta ini
diciptakan, dan dengan alasan ini berarti dia bukanlah esensi yang kekal. Dia hanyalah
yang terbesar dan pertama di antara ciptaan-ciptaan lainnya dan melalui dialah alam
semesta ini diciptakan. Karena itu dia dapat diganti, tetapi dia dipilih Tuhan demi
keselamatan umat manusia, dan dia dinamakan anak Tuhan. Dalam pengangkatannya
sebagai anak dialah yang disembah oleh manusia.
Dalam mendukung pandangan-pandangannya, Arius mencari; sejumlah ayat Alkitab
yang memperlihatkan anak berkedudukan di bawah atau inferior terhadap Bapak seperti:
Amsal 8:22, Matius 28:18, Markus 13:32, Lukas 18:19, Yohanes 5:19;14:28,1 Korintus
15:28."

b. Bantahan terhadap Arianisme

Arius mendapat bantahan pertama dari bishop Alexander yang meyakini sifat ketuhanan
yang sesungguhnya dimiliki anak dan dalam waktu yang sama mempertahankan doktrin
anak kekal yang diciptakan. Akan tetapi sesuai dengan perjalanan waktu, penentangnya
ternyata adalah uskup Alexandria sendiri, yakni Athanasius, yang dalam sejarah dikenal
sebagai tokoh kebenaran yang tegar, kukuh, dan tidak pernah ragu-ragu, Seeberg
mengemukakan tiga kekuatan atau kelebihan utama Athanasius, yakni:
1. Keteguhan dan keaslian atau kemurnian karakternya;
2. Landasannya yang pasti di atas mana dia susun konsepsi tentang keesaan
Tuhan;
3. Kebijaksanaannya dalam menerangkan kepada umatnya agar mengakui hakikat
dan makna Kristus.

Dia berpendapat bahwa memandang Kristus sebagai ciptaan sama dengan menyangkal
pandangan bahwa iman terhadap dia membawa keselamatan bagi umat manusia.

Dia sangat menekankan keesaan Tuhan dan mau mengakui doktrin Trinitas yang tidak
membahayakan konsep keesaan ini. Sementara bapak dan anak sama-sama memiliki sifat
atau esensi kekekalan yang sama, sesungguhnya tidak ada pembagian atau pemisahan
dalam The essential being of God, dan adalah salah bila disebutkan Theos Deuteros.
Tetapi di samping menekankan keesaan Tuhan, dia juga mengakui adanya tiga hipostases
dalam Tuhan. Dia menolak untuk meyakini "Anak yang diciptakan sebelum yang lain
diciptakan" seperti yang dianut Arius dan mempertahankan eksistensi kekal dan
independen anak. Dalam waktu yang sama dia berpendapat bahwa ketiga hipostases
dalam Tuhan jangan dilihat sebagai hal yang sendiri-sendiri, karena jika demikian, bisa
bermuara kepada politeisme. Menurut dia, keesaan Tuhan maupun perbedaan-perbedaan
dalam keberadaan-Nya paling tepat dinyatakan dengan "keesaan esensi." Ini berarti
bahwa anak mempunyai substansi sama dengan substansi Bapak, tetapi juga berarti
bahwa keduanya bisa berbeda dalam aspek lain, misalnya dalam personal subsistensinya.
Seperti Origen, dia mengajarkan bahwa anak adalah hasil penciptaan (begotten by
generation), tetapi berbeda dari Origen, dia menerangkannya penciptaan ini merupakan
tindakan kerahasiaan Tuhan, bukan sebagai tindakan yang semata-mata bergantung
kepada kedaulatan Tuhan.

3. Dewan Nicaea

Dewan Nicaea dibentuk tahun 325 untuk memecahkan pertentangan pandangan ini.
Persoalan atau kontroversi ini diperjelas agar pembahasannya lebih mudah. Pengikut
Arius menolak pandangan tentang penciptaan eternal (penciptaan yang bebas dari
dimensi waktu), sementara Athanasius mempertahankannya. Pengikut Arius mengatakan
bahwa anak diciptakan dari tidak ada, sementara Athanasius mengatakan bahwa dia
diciptakan dari esensi Bapak. Pengikut Arius berpendapat bahwa anak tidak sama
substansinya dengan Bapak sementara Athanasius berpendapat bahwa anak adalah
homoousios dengan Bapak.

Di samping kedua pihak yang bertentangan itu masih ada pihak tengah yang merupakan
mayoritas yang dipimpin oleh ahli sejarah gereja, yakni Eusebius dari Caesarea, dan juga
dikenal sebagai pihak Origenistik dan landasan pandangannya adalah asas-asas yang
dikemukakan Origen. Pihak ini condong kepada pihak Arius dan menentang doktrin
bahwa anak sama substansinya dengan Bapak (homoousios). Pihak ini mengajukan suatu
pernyataan yang telah diketengahkan Eusebius, yang menyerahkan segala sesuatunya
kepada pihak Alexander dan Athanasius dengan satu pengecualian yakni doktrin di atas;
dan menyatakan bahwa istilah homoousios hendaknya diganti dengan homoiousios; jadi
mereka mengajarkan bahwa anak sama substansinya dengan Bapak. Setelah melalui
perdebatan yang panjang akhirnya pihak Athanasius berhasil memenangkannya. Dewan
Nicaea akhirnya mengeluarkan pernyataan: Kita percaya kepada Tuhan Yang Esa, Bapak
yang Mahabisa, Pencipta yang tampak maupun tidak tampak. Dan percaya pada satu
tuhan Yesus Kristus yang sama substansinya (homoousios) dengan Bapak dan
seterusnya. Ini merupakan pernyataan yang tegas, dimana esensi anak dinyatakan identik
dengan esensi Bapak; sama tingginya dengan Bapak serta mengakui Kristus sebagai
autotheos.

4. Akibat-akibatnya

a. Dampak negatif keputusan tersebut

Keputusan yang dihasiIkan Dewan Nicaea tidak menyelesaikan kontroversi Trinitas,


bahkan ternyata merupakan awal dari kontroversi tersebut. Penyelesaian yang
diberlakukan Gereja dengan dukungan kerajaan tidaklah memuaskan dan juga diragukan
tidak akan bertahan lama. Hal ini berakibat penentuan keimanan orang Kristen
bergantung kepada pandangannya atau kekuasaan kerajaan dan bahkan bergantung
kepada intrik-intrik pengadilan. Athanasius sendiri, walaupun memenangkan perdebatan,
tidak puas dengan cara atau metode pemecahan masalah kegerejaan atau kerohanian
seperti itu. Dia cenderung berusaha meyakinkan para penentangnya dengan kekuatan
argumen-argumen yang diajukan karena dari kenyataan di atas nyatalah bahwa
pergantian kaisar atau raja, perubahan suasana, bisa mengubah seluruh aspek kontroversi
tersebut. Pihak yang dimenangkan sekarang bisa menjadi pihak yang dikalahkan atau
dipersalahkan di kemudian hari oleh kerajaan. Dan inilah yang sering terjadi dalam
sejarah selanjutnya.

b. Para penganut temporer semi-arianisme dalam Gereja Timur

Figur sentral terbesar dalam masalah kontroversi Trinitas pasca-Nicaea adalah


Athanasius. Dia merupakan tokoh terbesar pada zaman tersebut; dia seorang
cendekiawan yang pintar, karakternya teguh, dan teguh terhadap keyakinannya, serta rela
mati atau menderita demi kebenaran. Gereja semakin cenderung menerima pandangan
Arianisme, tetapi masih didominasi pandangan semi-arianisme, dan penguasa (kerajaan)
biasanya berpihak kepada pandangan kaum mayoritas, sehingga akibatnya timbullah
pernyataan atau desas-desus Unus Athanasius contra orbem yang artinya "Satu
Athanasius melawan dunia." Lima kali hamba Tuhan ini mendapat hukuman pengasingan
serta mendapat perlakuan-perlakuan buruk, serta dikucilkan dari gereja.

Tantangan terhadap Pernyataan Nicaea (Nicene Creed) berasal dari beberapa pihak yang
berbeda. Ujar Cunningham: "Para pengikut Arius yang lebih ekstrim mengatakan bahwa
anak adalah heteroousios, substansinya tidak sama dengan substansi Bapak; yang lain
menyatakan bahwa anak adalah anomoios, tidak seperti Bapak, dan sebagian lagi, yang
biasanya dinamakan semi-arianisme menyatakan bahwa: dia adalah homoiousios, artinya
substansinya mirip substansi Bapak; tetapi mereka semuanya menolak fraseologi Nicaea
karena mereka menentang doktrin Nicaea tentang ketuhanan anak dan mereka melihat
serta berkeyakinan bahwa fraseologi tersebut secara akurat dan tegas menyatakan hal itu,
walaupun mereka kadang-kadang menambah-nambahkan keberatan lain terhadap
pemakaian fraseologi tersebut (lihat Historical Theology I halaman 290). Aliran semi-
arianisme mendapat pengikut di daerah Timur wilayah Gereja. Akan tetapi, daerah Barat
mempunyai pandangan yang berbeda tentang masalah tersebut, dan mereka setia kepada
Dewan Nicaea. Hal ini terutama dapat kita lihat dari kenyataan bahwa sementara Gereja
Timur didominasi oleh pandangan Origen bahwa anak lebih rendah daripada Bapak,
Gereja Barat sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan Tertullian serta
mengembangkan suatu jenis teologi yang lebih serasi dengan pandangan-pandangan yarg
diperjuangkan oleh Athanasius. Akan tetapi, di samping itu persaingan atau rivalitas
antara Roma dan Konstantinopel hendaknya diperhitungkan juga. Pada waktu Athanasius
diusir dari Timur, dia diterima dengan tangan terbuka di Barat; dan Dewan Roma (341)
dan Sardica (343) secara tanpa syarat mengesahkan doktrin yang diperjuangkan oleh
Athanasius.

Akan tetapi, kehadirannya di Barat diperlemah serta dihambat oleh naiknya posisi
Marcellus dan Ancyra dalam tokoh-tokoh teologi Nicaea. Dia kembali meyakini
perbedaan antara eternal Logos dan impersonal Logos yang terdapat dalam hakikat
Tuhan, yang menyatakan diri di dalam bentuk kekuatan kekal (divine energy) dalam
pekerjaan penciptaan, dan Logos menjadi personal pada saat reinkarnasi; menyangkal
bahwa istilah generation (kelahiran) dapat diterapkan terhadap Logos yang tidak ada
sebelumnya (pre-existent Logosi) dan karena itu membatasi penggunaan nama "Anak
Tuhan" hanya kepada Logos yang berinkarnasi; dan berkeyakinan bahwa pada akhir
masa hidup inkarnasinya, Logos akan kembali kepada hubungan premundanenya
(premundane relation) dengan Bapak. Teorinya ini jelas membenarkan tindakan para
pengikut atau penganut paham Origenis atau Eusebius dalam menghadapi pandangan
sabellianisme, dan karena itu juga merupakan faktor yang memperlebar perbedaan antara
Barat (Roma) dengan Timur (Konstantinopel).

Ada berbagai usaha yang telah dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atau
perselisihan tersebut. Berbagai Dewan telah mengadakan persidangan di Antiokia; yaitu
dewan-dewan yang mengakui definisi-definisi yang dikeluarkan Dewan Nicaea,
walaupun dengan dua pengecualian penting. Mereka mengakui konsepsi homoiousios
dan kelahiran anak sebagai perbuatan kehendak Bapak. Hal ini, sudah tentu tidak
memuaskan pihak Barat. Sinode-sinode dan Dewan-dewan lain mengikut, di mana
pengikut Eusebius mencari pengakuan Barat akan deposisi Athanasius, dan membentuk
mazhab-mazhab lain sebagai perantara. Tetapi, semua usaha ini sia-sia sampai naiknya
Constantius sebagai kaisar tunggal dan dengan berbagai taktik cerdik dalam menarik para
bishop Barat ke garis Eusebius pada Sinode di Arles dan Milan (355).

c. Pembalikan pasang

Sekali lagi terbukti bahwa kemenangan adalah hal yang berbahaya jika landasan
kemenangan itu adalah keburukan. Ternyata hal serupa merupakan sinyal atau pertanda
bagi kekacauan pihak anti-Nicene (penentang doktrin Nicaea).
Unsur-unsur heterogen yang membentuk pihak ini, dipersatukan oleh sikap menentang
mereka terhadap pihak Nicene (Nicaea). Tetapi, segera setelah tekanan-tekanan dari luar
mereda, kelemahannya; yakni tidak adanya kesatuan intern menjadi semakin nyata dan
menonjol. Penganut paham Arianisme dan semi-arianisme mulai berselisih, sementara
kelompok terakhir ini sendiri tidak mampu bersatu. Pada Dewan Sirmium (357) ada
usaha untuk mempersatukan semua pihak dengan mengesampingkan masalah-masalah
penggunaan istilah-istilah tertentu seperti ousia, homoousios, dan homoiousios, dengan
menyatakannya sebagai di luar jangkauan pengetahuan manusia. Tetapi perpecahan
sudah terlanjur terjadi. Para penganut Arianisme sejati mulai memperlihatkan belangnya,
dan mereka memaksa penganut semi-arianisme yang paling konservatif ke dalam kamp
Nicene.

Sementara itu muncullah suatu pihak baru di Nicene, yang terdiri atas orang-orang yang
merupakan murid Mazhab Origenis, tetapi cenderung dikelompokkan sebagai pengikut
Athanasius dan Nicene Creed (Pernyataan Nicaea) karena mereka mempunyai
interpretasi yang lebih sempurna tentang kebenaran. Tokoh-tokohnya antara lain adalah
Tiga Bersaudara yaitu: Cappadocians, Basil yang Agung, Gregory dari Nyssa, dan
Gregory dari Nazianzus. Mereka melihat sumber kesalahpahaman di dalam pemakaian
istilah hipostases; istilah ini dianggap sinonim dengan ousia (esensi) maupun prosopon
(person), dan karena itu mereka membatasi penggunaan istilah ini hanya untuk arti
personal subsistence dari Bapak dan anak (personal subsistence of Father and Son). Tidak
seperti Athanasius yang mengambil titik tolak keesaan ousia abadi dari Tuhan (one divine
ousia of God), mereka mencari titik tolak dari ketiga hipostases (person) dalam ada-kekal
(divine being), dan mereka berusaha memasukkannya di dalam konsepsi ousia kekal atau
ousia abadi (divine ousia). Gregory memperbandingkan hubungan ketiga person dalam
Godhead dengan ada-kekal dengan hubungan ketiga orang tersebut dan dengan
humanitasnya.

Dengan penekanan mereka terhadap ketiga hipostases dalam ada-kekal nyatalah bahwa
mereka membebaskan doktrin Nicaea dari noda Sabellianisme di mata pengikut
Eusebius, dan bahwa personalitas Logos adalah cukup jelas. Bersamaan dengan itu
dipertegas dan dipertahankannya ide keesaan ketiga person tersebut di dalam Godhead
serta mengilustrasikan pengertian ini dengan berbagai cara.
d. Perselisihan tentang roh kudus

Hingga kini, roh kudus belum banyak mendapat perhatian dan pembahasan, walaupun
telah muncul berbagai opini yang simpang-siur tentang subyek tersebut. Arius
berpendapat bahwa roh kudus adalah sesuatu yang pertama diciptakan oleh anak, suatu
pendapat yang dalam banyak hal sesuai dengan pandangan Origen. Athanasius
berpendapat bahwa esensi roh kudus sama dengan esensi Bapak tetapi pernyataan Nicene
hanya mengeluarkan satu pernyataan yang tidak pasti tentang hal ini, "Dan (saya percaya)
di dalam roh kudus." Kelompok Cappadocian mengikuti atau menganut opini atau
pandangan Athanasius dan dengan penuh semangat mempertahankan opini yang
menyatakan homoousios roh kudus. Hilary dari Poitiers di Barat berpendapat bahwa roh
kudus sebagai pencarian ke dalam Tuhan, bukanlah sesuatu yang di luar esensi kekal
(divine essence). Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Macedonius, bishop Kota
Konstantinopel, yang menyatakan bahwa roh kudus adalah suatu ciptaan yang lebih
rendah (subordinate) daripada anak (tunduk terhadap anak), akan tetapi pendapat ini pada
umumnya dianggap heretik (berbau murtad), dan para pengikutnya digelari aliran
Pneumatokis (pneuma = spirit, machomai = ucapan iblis). Pada waktu Dewan Umum
Konstantinopel mengadakan pertemuan pada tahun 381, dewan ini mengumumkan bahwa
mereka mengakui pernyataan Nicaea, yang dipimpin Gregory dari Nazianzus menerima
perumusan berikut tentang roh kudus: "Dan kami percaya di dalam roh kudus, Tuhan
Pemberi Kehidupan, yang berasal dari Bapak yang akan dimenangkan oleh Bapak dan
anak, dan yang berbicara melalui para nabi."

e. Penyempurnaan doktrin Trinitas

Pernyataan Dewan Konstantinopel ternyata tidak lengkap dalam dua hal: pertama, istilah
homoousios tidak digunakan, sehingga konsubstansialitas roh dengan Bapak tidak
dipastikan secara langsung; kedua, hubungan roh kudus dengan kedua person lain tidak
didefinisikan. Pernyataan ini berimplikasi bahwa roh kudus berasal dari Bapak,
sementara tidak ada sangkalan maupun pembenaran bahwa dia (roh kudus) juga berasal
dari anak. Tidak ada kesepakatan pendapat tentang masalah ini. Mengatakan bahwa roh
kudus berasal dari Bapak saja, seakan-akan menyangkal keesaan anak dengan Bapak; dan
mengatakan roh kudus juga berasal dari anak, bagaikan menempatkan roh kudus pada
kedudukan yang lebih dependen daripada kedudukan anak dan sekaligus merupakan
sangkalan akan sifat ketuhanan roh kudus itu sendiri. Athanasius, Basil dan Gregory dari
Nyssa meyakini keberasalan roh kudus dari Bapak tanpa menentang doktrin bahwa roh
itu juga berasal dari anak. Tetapi Epiphanius dan Marcellus dari Ancyra secara positif
membenarkan doktrin ini.

Ahli-ahli teologi Barat meyakini bahwa roh kudus berasal dari Bapak dan anak; dan pada
sinode di Toledo pada tahun 589, filioque yang terkenal itu ditambahkan ke dalam
lambang aliran Konstantinopel (Constantinopolitan Symbol). Di Timur, perumusan akhir
doktrin itu dibuat oleh Johannes dari Damascus (John of Damascus). Menurut dia, hanya
ada satu esensi kekal (divine essence), tetapi ada tiga person atau hipostases. Ketiga
hipostases atau person ini dipandang sebagai realitas dalam ada-kekal (divine being),
tetapi satu sama lain berhubungan tidak seperti tiga orang. Mereka (ketiga orang) tersebut
adalah satu dalam segala hal, kecuali dalam cara penampakannya (pola eksistensinya).
Bapak dicirikan oleh non-generation, anak dicirikan oleh generation dan roh kudus
dicirikan oleh prosesi (procession). Hubungan antarperson itu disebutkan sebagai satu
mutual interprenetation (circumincession). Dengan tidak menyangkal penolakannya atas
pandangan subordinasionisme, Johannes dari Damascus masih menyebutkan Bapak
sebagai sumber Godhead, dan menggambarkan roh kudus sebagai yang dianugerahkan
Bapak melalui Logos. Ini masih tetap merupakan subordinasionisme dalam tafsir Yunani.
Gereja Timur tidak pernah memberlakukan filioque Sinode Toledo. Inilah sumber
perbedaan pandangan antara gereja Timur dan Barat.

Konsepsi Barat tentang Trinitas mencapai fase akhir di tangan Augustine melalui karya
besarnya yang berjudul De Trinitate. Dia juga menekankan atau menitikberatkan keesaan
esensi dan trinitas person tersebut. Masing-masing person tersebut memiliki esensi
keseluruhan dan sebegitu jauh identik dengan esensi person lainnya. Mereka tidak seperti
tiga manusia, karena masing-masing manusia hanya memiliki sebagian dari sifat generik
manusia. Lebih lanjut, satu person tidak, dan tidak akan pernah terpisah dari person yang
lain; hubungan kebergantungan di antara ketiga person tersebut adalah hubungan mutual.
Esensi kekal dimiliki ketiga person itu dilihat dari sudut yang berbeda; yakni sebagai
yang menimbulkan, yang ditimbulkan, atau yang diberi jiwa. Di antara ketiga hipostases
tersebut terjalin suatu hubungan interpenetrasi dan saling-pendiaman mutual. Istilah
person menurut Augustine tidak cocok untuk menyatakan hubungan di mana ketiga
person itu ada saling menempati; dia tetap menggunakan istilah itu bukan untuk
menggambarkan hubungan itu, tetapi untuk tidak berdiam. Dalam konsepsi ini tentang
Trinitas, roh kudus diakui sebagai berasal (proceeding) bukan hanya dari Bapak, tetapi
juga dari anak.

Anda mungkin juga menyukai