Anda di halaman 1dari 5

Fenomena ideal:

Sebagai permasalahan yang kompleks, solusi seputar masalah krisis iklim tidak hanya dengan
upaya tanggap terhadap bencana dan penyelamatan saja. Diperlukan juga kesadaran manusia
untuk secara bersama-sama menjaga lingkungan. Oleh karena itu harus segera dilakukan upaya
serius untuk meningkatkan kepedulian manusia terhadap lingkungan agar tidak memperparah
perubahan iklim yang berujung kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan serta manusia di
dalamnya.
1. Kesadaran lingkungan menjadi pendorong yang memungkinkan orang untuk bertindak
secara individu dan kolektif mengatasi masalah lingkungan di masa kini dan masa depan
(Harrison, 2017, hal. 121).
2. Indonesia akan berperan penting dalam advokasi isu iklim secara global.
3. diperlukan inisiatif dari masyarakat sipil untuk mendorong kelestarian lingkungan
sebagai agenda mitigasi perubahan iklim yang mendesak.
4. Gas rumah kaca sebenarnya tidak berbahaya bagi alam jika komposisinya tidak
berlebihan karena gas-gas tersebutlah yang mengontrol suhu bumi agar tetap hangat dan
aman untuk ditempati manusia. Namun gas rumah kaca akan menjadi masalah jika
komposisinya melebihi batas normal karena dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi
(Achmad, 2004, hal. 7). Atau Pada 2010, sebanyak 97% ilmuwan di seluruh dunia setuju
bahwa krisis iklim terjadi dan disebabkan oleh aktivitas manusia (Turton, 2021)
5. Meski media memiliki banyak resource (sumber) untuk membuat banyak liputan
lingkungan, tapi liputan lingkungan tidak menguntungkan bisnis mereka, salah satunya
disebabkan oleh kecilnya traffic pada isu ini (DDA & C4C, 2022).
6. media sosial mereka tidak perlu mengandalkan liputan media agar pesan yang ingin
mereka sampaikan bisa terdengar luas. Mereka dapat langsung menyampaikan pesan itu
kepada orang banyak yang terdistribusi secara digital. Selain itu media sosial memiliki
ekosistem yang interaktif antara penggunanya dan terdesentralisasi serta memberikan
alternatif cara yang lebih murah sekaligus efisien bagi gerakan sosial untuk memobilisasi
pendukung, mendorong interaksi dialogis dengan khalayak luas, dan menekankan
perhatian pada isu-isu yang jarang diberitakan oleh media tradisional (Lovejoy dkk,
2012, hal. 313).
7. Hal ini sebagaimana hasil penelitian oleh Aydin dan Hossain bahwa media sosial dapat
digunakan untuk menyebarkan informasi tentang kesadaran kelestarian lingkungan
(2012, hal. 342). Media sosial dapat membawa masalah krisis iklim menjadi lebih dekat
secara psikologis kepada masyarakat karena informasi tentang krisis iklim dipertukarkan
di berbagai platform yang kemudian dapat membantu mempersonalisasi dan
mengkonkretkan masalah krisis iklim yang dianggap abstrak dan jauh (Anderson, 2017).
8. Pada 2021 sebanyak 86,6% dari jumlah populasi Indonesia merupakan pengguna
Instagram (We Are Social, 2021). | Penelitian di bidang sosiologi, media, dan komunikasi
telah menunjukkan bahwa konstruksi dan penyebaran gerakan sosial melalui gambar
dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap suatu gerakan sosial (Philipps,
2012, hal. 5)
Fenomena faktual:
1. Dari perspektif kelestarian lingkungan, penting bagi individu yang menjadi anggota
masyarakat untuk memiliki kesadaran lingkungan mengingat masih kurangnya kesadaran
individu terhadap lingkungan (Chugh dkk, 2016, hal. 435)
2. Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah secara konsisten menjadi salah satu dari
negara-negara produsen gas rumah kaca terbesar di dunia (Pusparisa, 2021a).
3. Namun, riset yang dilakukan Development Dialogue Asia (DDA) dan Communication
for Change (C4C) pada 2022 menunjukkan sebaliknya. Riset menyebutkan bahwa hanya
1 dari 5 orang Indonesia yang pernah mengikuti aksi kolektif untuk lingkungan (DDA &
C4C, 2022). Riset ini juga sejalan dengan survei Remotivi pada 2021 dan 2023 bahwa
partisipasi dalam mitigasi krisis iklim jauh lebih tinggi dalam bentuk kegiatan-kegiatan
konsumsi ramah lingkungan secara individual, padahal aksi kolektif juga diperlukan
untuk menghasilkan dampak perubahan yang lebih efektif (Nastiti, 2023; Nastiti &
Riyanto, 2021)
4. hanya 28% media yang mengangkat isu ini. Sedangkan 72% sisanya justru menonjolkan
pandangan skeptis dan berlawanan terhadap isu krisis iklim. Tak ayal, survei menemukan
bahwa hanya 26-50% publik yang percaya manusia adalah penyebab utama perubahan
iklim
5. Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengikuti media sosial organisasi lingkungan
dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang isu lingkungan serta
meningkatkan rasa konektivitas dengan orang lain yang memiliki perhatian terhadap isu
yang sama (Boulianne & Ohme, 2022).
6. –
7. –
8. Kebanyakan studi tentang krisis iklim menganalisis isu ini di Twitter atau media
tradisional, sementara hanya sedikit yang meneliti platform gambar seperti Instagram
(Pearce dkk, 2019, hal. 2).

Penelitian sebelumnya cenderung berfokus pada variabel individual seperti karakteristik


demografi atau faktor kognitif-psikologis untuk menjelaskan keterlibatan individu dalam aksi
lingkungan, namun kurang mengeksplorasi faktor sosial, termasuk peran media dan komunikasi
(Zhang & Skoric, 2018). Untuk meneliti sejauh mana peran media, penelitian ini berfokus pada
peran media sosial instagram.

berdasarkan inisiasi sekelompok sukarelawan yang peduli dengan isu krisis iklim.
Beberapa dari mereka bekerja di sektor yang berkaitan dengan lingkungan, hingga membuat
mereka merasa khawatir dengan perubahan iklim dan tergerak untuk melakukan aksi nyata
(Krisis Iklim, 2019). Oleh karena itu, latar belakang pendiri akun dan tujuan dibuatnya akun
tersebut bersifat aplikatif, yang berarti pendiri mengambil pelajaran dari pengalaman kerjanya
sehingga mengusahakan agar khalayak peduli terhadap isu krisis iklim. Selain itu, akun ini tidak
dibiayai/berafiliasi dengan organisasi manapun yang mana hal ini akan mencegah potensi bias
dalam pemberitaan (Krisis Iklim, 2019).
Faktor lainnya yaitu, meskipun terdapat beberapa akun besar yang juga menyampaikan isu
lingkungan seperti krisis iklim seperti Greenpeace dan WWF, namun akun Instagram
@krisisiklim lebih spesifik terhadap konten-konten krisis iklim.

Media sosial memiliki ekosistem yang interaktif, murah, efisien bagi gerakan sosial untuk
memobilisasi pendukung dan menekankan perhatian pada isu-isu yang jarang diberitakan oleh
media tradisional (Lovejoy dkk, 2012, hal. 313).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 372
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 5.83286684
Absolute .027
Most Extreme Differences Positive .027
Negative -.025
Test Statistic .027
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
(Constant)
(X1) .606 1.649
1 (X2) .437 2.290
(X3) .394 2.538
(X4) .464 2.155

Model df F Sig. Kesimpulan


Regression 4 145.095 .000 b
Ha5 diterima
1 Residual 367
Total 371

B t Sig. Kesimpulan

(Constant) 6.252 1.437 .152


(X1) .670 4.910 .000 Ha1 diterima
1 (X2) 1.961 7.895 .000 Ha2 diterima
(X3) .447 2.303 .022 Ha3 diterima
(X4) 1.503 4.329 .000 Ha4 diterima

Anda mungkin juga menyukai