Makalah Kel 3 - Otonomi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
Makalah Kel 3 - Otonomi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
TUGAS MAKALAH
Disusun Oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Otonomi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan”
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan sarana serta kurangnya pengalaman
yang dimiliki penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun guna kesempurnaan makalah di masa mendatang.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
iii
A. Kesimpulan………………………………………………….……… 13
B. Saran……………………………………………………….……...... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Untuk mengetahui kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan
7. Untuk mengetahui wewenang otonomi kebidanan.
8. Untuk mengetahui contoh otonomi dalam pelayanan kebidanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Otonomi
Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang
artinya sendiri, dan nomos yang berarti hukuman atau aturan, jadi
pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979).]
a. Menurut Koesoemahatmadja (1979:9),
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut
mengemukakan bahwa menurut perkembangan sejarahnya di
Indonesia, otonomi selain memiliki pengertian sebagai
perundangan sendiri, juga mengandung pengertian "pemerintahan"
(bestuur)
b. Menurut Wayong (1979: 16),
Menjabarkan pengertian otonomi sebagai kebebasan untuk
memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan
keuangan sendiri, menentukan hukuman sendiri, dan pemerintahan
sendiri.
c. Menurut Syarif Saleh (1963)
Menjelaskan bahwa otonomi ialah hak mengatur dan
mmerintah sendiri, hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
d. Menurut Ateng Syafruddin (1985: 23)
Adalah kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan
kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah
wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggung jawabkan.
Jika dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian otonomi
kebidanan adalah kekuasaan untuk mengatur persalinan peran dan fungsi
bidan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki seorang
bidan ( suatu bentuk mandiri dalam memberikan pelayanan).
3
B. Otonomi Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas
semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang
dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum
yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional
yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak
sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui:
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
b. Penelitian dalam bidang kebidanan.
c. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan.
d. Akreditasi.
e. Sertifikasi.
f. Registrasi.
g. Uji Kompetensi.
h. Lisensi.
4
b. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan. Merencanakan asuhan
yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien tersebut.
c. Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
d. Berperan sebagai anggota tim kesehatan. Misalnya membangun
komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, dan menerapkan
keterampilan manajemen
e. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan. Mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi perubahan yang
terjadi dan melakukan pendokumentasian.
f. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup
tanggung jawabnya. Membangun komunikasi yang efektif dengan
pasien dan melakukan asuhan terhadap pasien.
5
jika seseorang yang ingin membuka Bidan Praktik Mandiri itu harus
memenuhi berbagai syarat agar dapat memenuhi segala persyaratan
sarana dan prasarana dalam membuka Bidan Praktik Mandiri tersebut.
Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri adalah sebagai berikut :
a. Menjadi anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
b. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta
Perorangan
c. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat
Praktek
d. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
e. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
f. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan
secara perorangan dengan pelayanan yang sesuai kriteria
untuk pemeriksaan pertolongan persalinan dan perawatan.
g. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian
yang tertulis.
h. Bidan dalam menjalankan praktek harus :
Memiliki tempat dan ruangan praktek yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal
1 dan maksimal 5 tempat tidur.
Memiliki peralatan minimal sesuai dengan
ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (protap)
yang berlaku.
Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan
peralatan yang berlaku.
i. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan
izin praktek bidannya atau foto copy prakteknya diruang
praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
j. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan
yang lain, yang memiliki SIPB untuk membantu tugas
pelayanannya
6
k. Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai
peralatan minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan peralatan harus tersedia ditempat prakteknya.
l. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek
bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan .
m. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta
mempertahankan dan meningkatkan keterampilan
profesinya antara lain dengan :
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
atau saling tukar informasi dengan sesama bidan .
Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi
profesi.
Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan
untuk praktek agar tetap siap dan berfungsi dengan
baik.
7. Dapat diobservasi dan diukur
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Mutu layanan kesehatan
akan diukur berdasarkan perbandingannya dan di observasi sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan yang telah disepakati dan
ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan. Pelayanan kesehatan
yang baik harus memiliki berbagai persyaratan pokok seperti berikut.
a. Tersedia (Available) dan Berkesinambungan (Continuous)
b. Dapat Diterima (Acceptable) dan Wajar (Appropriate)
c. Mudah Dicapai (Accessible)
d. Mudah Dijangkau (Affordable)
e. Bermutu (Quality)
8. Realistic
7
Kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan
diukur terhadap kriteria mutu yang ditentukan, untuk melihat standar
pelayanan kesehatan apakah tercapai atau tidak. Layanan kesehatan
yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang
apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan
atau telah dilaksanakan. Bidan harus profesional dengan
meningkatkan pemahaman tentang tanggung jawab bidan sebagai
tenaga kesehatan yang memiliki regulasi. Bidan melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi bidan sedangkan melaksanakan praktik
harus kompeten dalam bidangnya agar melaksanakan
profesionalismenya berbasis transedental.
9. Mudah dilakukan dan dibutuhkan.
Contohnya dalam pemberian akses yang mudah dijangkau oleh
masyarakat. Dengan memberikan akses yang mudah kepada
pelanggan atau pasien, maka hal tersebut dapat menjadi nilai lebih
dalam proses pelayanan publik khususnya dalam pemberian pelayanan
kebidanan, misalkan memberikan kontak yang dapat dihubungi
sewaktu-waktu sehingga apabila ada masalah pada pasien bisa
menjadi salah satu solusi yang memudahkan untuk mereka
berkonsultasi atau menanyakan seputar masalah kesehatanya dengan
mudah dan efisien.
8
a. Pelayanan kesehatan promotif
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
Contohnya:
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
b. Pelayanan kesehatan kuratif
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
Contohnya:
Penambalan pada gigi
c. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Contohnya:
Pembuatan atau pemasangan gigi palsu
Dalam serangkaian upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
9
b. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:
a) Penyuluhan dan konseling
b) Pemeriksaan fisik
c) Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal
d) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup
abortus imminens, Hiperemesis gravidarum tingkat I. pre-
cklampsia ringan dan anemia ringan.
e) Pertolongan persalinan normal
f) Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban
pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum,
laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri, post term
dan pre term.
g) Pelayanan ibu nifas normal
h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio
plasenta dan infeksi ringan.
i) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
mengalami keputihan, perdarahan tidak teratur dan
penundaan haid
c. Pelayanan kebidanan pada anak, meliputi:
a) Pemeriksaan bayi baru lahir
b) Perawatan tali pusat
c) Perawatan bayi: 0-28 hari termasuk ASI eksklusif s/d 6
bulan
d) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
e) Pemantauan tumbuh kembang anak
f) Pemberian imunisasi
g) Pemberian penyuluhan
2. Pelayanan keluarga berencana
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat
kontrasepsi
b. Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi
10
c. Melakukan pencabutan alat kontrsepsi dalam rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrsepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga
berencana dan kesehatan masyarakat
3. Pelayanan kesehatan masyarakat.
a. Membina peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular seksual
(IMS) penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
(NAPZA) serta penyakit lainnya
11
Para bidan home care di Teluk Dalam – Asahan akan membantu
para ibu yang sedang hamil atau baru saja melahirkan dengan teknik yang
baik dan benar.Anda tinggal menghubungi nomor kontak yang tersedia dan
tim bidan home care akan mengonfirmasi reservasi Anda akan jasa
mereka. Bidan home care akan datang ke rumah Anda sesuai perjanjian
dan kontrak yang disepakati.
Ada dua hal utama yang akan dilayani oleh bidan home care di
Teluk Dalam – Asahan, yaitu perawatan bayi yang baru dilahirkan, dan
perawatan ibu pasca melahirkan. Perawatan bayi baru lahir mencakup
antara lain pemeriksaan kesehatan bayi seperti suhu tubuh, tanda-tanda
bayi kuning, cara memandikan bayi yang baik dan benar, cara menjemur
bayi, perawatan tali pusat, pijat bayi dan konseling masalah kesehatan
bayi.
Sementara perawatan ibu pasca melahirkan termasuk pemeriksaan
kesehatan ibu seperti tekanan darah, suhu tubuh, kebersihan vagina hingga
luka bekas caesar. Selain itu, bidan home care juga akan memberikan
konseling menyusui seperti cara menyusui yang benar, posisi menyusui
yang benar, kesulitan yang dihadapi selama menyusui. Yang tak kalah
penting dan nyaman dari bidan home care di Teluk Dalam – Asahan adalah
perawatan ibu seperti pijat, kesehatan payudara dan manajemen ASI perah
(jika diperlukan).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profesi kebidanan menyangkut dengan keselamatan jiwa manusia
yang menjadi tanggung jawab dan tanggung gugat atas semua tindakan
kebidanan yang dilakukan. Praktik kebidanan merupakan sesuatu yang
sangat penting dan dituntut dalam profesi kebidanan.
Seorang bidan memiliki kewenangan atas hak otonomi dan
kemandirian untuk bertindak secara profesional yang memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar profesi kebidanan.
Otonomi dalam pelayanan kebidanan ini adalah kekuasaan seorang
bidan dalam melakukan praktik kebidanan yang sesuai dengan peran dan
fungsi bidan berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh bidan itu sendiri.
Wewenang bidan dalam menjalankan praktik profesi Sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan
dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi Pelayanan Kebidanan Kepada Ibu Pada Masa
Pranikah, Prahamil, Masa Kehamilan, Masa Persalinan, Masa Nifas,
Menyusui Pelayanan Keluarga Berencana Pelayanan Kesehatan
Masyarakat.
B. Saran
Oleh karena itu, sebaiknya para mahasiswa Kebidanan mengetahui
dan memahami materi tentang Otonomi Bidan dalam Pelayanan
Kebidanan serta mampu menerapkannya dalam pelayanan yang baik
dalam kehidupan masyarakat baik dalam lingkungan sehari-hari ataupun
penerapan dalam pelayanan kebidanan. Dengan memahaminya tentu akan
lebih mudah dalam menerapkannya kehidupan secara nyata.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dra.hj. Soepandan, DIPL. M. M2. dkk. etika kebidanan hukum kesehatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta .2005
Marinda Hanum. Etika dan kode profesi kebidanan. Penerbit buku kesehatan.
Yogyakarta.2008
https://bidanmaya.com/artikel/bidan-home-care-di-teluk-dalam-asahan-9226.html
14