Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERAN BIDAN SEBAGAI PRAKTISI YANG OTONOM, TEORI


OTONOM, AKUNTABILITAS, REGULASI SESUAI DENGAN ETIKA
DAN KODE ETIK

Dosen pengampu :

Disusun oleh :

Aning rahayu K 230608081


Anisa iskandar 230608453
Fidelia asri permadani 230608214
Lindarisma emalia p 230608102
Nina mella pertiwi 230608060
Nurfitriana el hapidi 230608117
Nursafira f 230608203
Made lin pertiwi 230608215
Resa nurdewi alawiyah 230608122
Tasmi 230608137

Program Studi S1 Kebidanan


Sekolah tinggi ilmu kesehatan abdi nusantara
Tahun 2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya
di akhirat.

Tidak lupa, kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehatNya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bekasi, 07 April 2024

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

Contents
MAKALAH.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
A. Peran Bidan Sebagai Praktisi Yang Otonom, Teori Otonom, Akuntabilitas,
Regulasi Sesuai Dengan Etika Dan Kode Etik.....................................................3
1. Pengertian Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan...........................3
2. Tujuan Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan.................................5
3. Manfaat Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan...............................5
4. Bentuk bentuk Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan.....................6
5. Faktor faktor Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan.......................6
6. Persyaratan Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan.........................6
7. Legislasi, registrasi, lisensi praktek kebidanan dan sertifikasi..................7
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan dalam kesehatan
meliputi pembangunan kesehatan, meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup schut dalam upaya promotif, preventil, kuratif, dan
rehabilitatif untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Registrasi adalah proses seorang profesi untuk mendaftarkan dirinya


kepada budan, tertentu untak mendapatkan kewenangan dan hak atas tindakan
yang dilakukan secara professional setelah menenahi syarat syarat yang telah
ditetapkan oleh badan tersebut. Pengertian registrasi menurut keputusan
menteri kesehatan republik indonesia omar 900/MENKES/SK/VII/2002 yaitu
proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap seorang
bidan setelah memenuhi standar penampilan minimal yang ditetapka sehingga
mampu dalam melaksanakan profesinya,

Akuntabilitas bidan dalam pratik kebidanan merupkan suatu hal yang


penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawabon dan tanggung
gugat Coccountabilinn atas sensua tindakan yang dilakukannya. Sehingga
seman tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan
didasari smanta evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu
landasan hukum yang mengatur botas-batas wewenang profesi yong
bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan


memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sisternatis serta bertindak standar
profesi dan etika profesi. Level Kompetensi Kerja Bidon Praktisi Bidan
praktisi merupakan bidan yang memberikan pelayanan kebidanan di setiap
satanan pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi kerja sesuai dengan

1
levelnya: Badan Praktisi (BP) I: Memiliki kemampuan melaksanakan usuhan
kebidanan fisiologis pada ibu hamil, bersalin, nifas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan otonomi dan prinsip dalam pelayanan
kebidanan ?
2. Apa tujuan dari otonomi dan prinsip dalam pelayanan kebidanan ?
3. Apa manfaat otonomi dan prinsip dalam pelayanan kebidanan ?
4. Apa saja bentuk bentuk otonomi dan prinsip dalam pelayanan
kebidanan ?
5. Apa saja faktor – faktor otonomi dan prinsip dalam pelayanan
kebidanan ?
6. Apa saja persyaratan otonomi dan prinsip dalam pelayanan kebidanan ?
7. Apa dimaksud dengan legislasi, registrasi, lisensi praktek kebidanan, dan
sertifikasi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan otonomi dan prinsip dalam
pelayanan kebidanan.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari otonomi dan prinsip dalam pelayanan
kebidanan.
3. Untuk mengetahui apa manfaat otonomi dan prinsip dalam pelayanan
kebidanan.
4. Untuk mengetahui apa saja bentuk bentuk otonomi dan prinsip dalam
pelayanan kebidanan.
5. Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor otonomi dan prinsip dalam
pelayanan kebidanan.
6. Untuk mengetahui apa saja persyaratan otonomi dan prinsip dalam
pelayanan kebidanan.
7. Untuk mengetahui apa dimaksud dengan legislasi, registrasi, lisensi
praktek kebidanan, dan sertifikasi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Peran Bidan Sebagai Praktisi Yang Otonom, Teori Otonom,


Akuntabilitas, Regulasi Sesuai Dengan Etika Dan Kode Etik
1. Pengertian Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan
Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang
artinya sendiri, dan nomos yang berarti hukuman atau aturan, jadi
pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979)
Menurut Koesoemahatmadja (1979: 9), otonomi adalah
Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa menurut
perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki
pengertian sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian
"pemerintahan" (bestuur).
Menurut Wayong (1979: 16), menjabarkan pengertian otonomi
sebagai kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan
khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukuman sendiri,
dan pemerintahan sendiri.
Menurut Syarif Saleh (1963), menjelaskan bahwa otonomi ialah
hak mengatur dan mmerintah sendiri, hak mana diperoleh dari
pemerintah pusat.
Menurut Ateng Syafruddin (1985: 23), otonomi adalah kebebasan
dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas
atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus
dipertanggung jawabkan.
Jika dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian otonomi
kebidanan adalah kekuasaan untuk mengatur persalinan peran dan fungsi

3
bidan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki seorang
bidan (suatu bentuk mandiri dalam memberikan pelayanan kebidanan )
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas
semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang
dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang
mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan
adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara professional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunnya melalui:
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
b. Penelitian dalam bidang kebidanan
c. Pengembangn ilmu dan teknologi dalam kebidanan
d. Akreditasi
e. Sertifikasi
f. Registrasi
g. Ujikompetensi
h. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan
terkait dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:

a. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkes/SK/ VII/ 2002 tentang


registrasi dan praktik bidan.
b. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
c. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi Bidan.

4
d. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
e. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
f. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/X1/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes.
g. UU No 22/1999 Tentang Otonomi daerah.
h. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
i. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
j. KUHAP, dan KUHP, 1981.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/
Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
l. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana;
1) UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
2) UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan di Dalam Rumah Tangga.

2. Tujuan Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan


Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang
sesuai dengan kewenangan yang didasari oleh undang-undang kesehatan
yang berlaku. Selain Tujuan dari otonom pelayanan kebidanan ini
meliputi:
a. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
b. Untuk menyusun kebutuhan dan masalah kesehatan
c. Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
d. Berperan sebagai anggota tim kesehatan.
e. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan
f. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung
jawab. Membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dna
melakukan asuhan terhadap pasien.

5
3. Manfaat Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan
Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan
meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam
upaya promotive, preventif, kuratif dan rehabiilitatif unutk meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas.

4. Bentuk bentuk Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan


a. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
b. Melaksanakan asuhan kebidanan
c. Melaksanakan asuhan kebidanan
d. Melaksanakan dokumentasi kebidanan
e. Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup tanggung jawab

5. Faktor faktor Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan


a. Ditinjau dari bidan itu sendiri
1) Faktor kesehatan
2) Faktor skill
3) Etika / perilaku
4) Kemampuan pembiyaan/ dana
5) Kewenangan bidan
b. Segi birokrasi
c. Perundang undangan

6. Persyaratan Otonomi Dan Prinsip Pelayanan Kebidanan


Suatu ketentuan untuk melaksanakan praktek kebidanan dalam
memberikan asuhan pelayanan kebidanan sesuai dengan bentuk-bentuk
otonomi bidan dalam praktek kebidanan.
Syarat-syarat dari otonomi pelaynan kebidanan meliputi
a. Administrasi

6
Seorang bidan dalam melakukan praktek kebidanan, hendaknya
memiliki sarana dan prasarana yang melengkapi pelayanan yang
dimiliki standar dan sesuai dengan fasilitas kebidanan.
b. Dapat diobservasi dan diukur
Mutu pelayanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingan
terhadap standar pelayanan kesehatan yang telah di sepakati dan
ditetapkan sebelum pengukuran mutu di lakukan.
c. Realistik
Kinerja layanan kesehatan yang di peroleh dengan nyata akan diukur
terhadap kriteria mutu yang di tentukan, untuk melihat standar
pelayanan apakan tercapai atau tidak.
d. Mudah dilakukan dan dibutuhkan.

7. Legislasi, registrasi, lisensi praktek kebidanan dan sertifikasi


a. Legislasi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang
diberikan kepada tenaga profesi yang teregistrasi untuk pelayanan
mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum
diperkenankan melakukan pekerjisan yang telah ditetapkan IBL.
Tujuan uman lisensi adalah untuk melindungi masyarakat dari
pelayan profesi. Tujuan khusus dari lisensi adalah memberikan
kejelasan botas wewenang dan menetapkan sarana dan prasaran

Aplikasi Lisensi dalam praktik kehidanan adalah dalam


bentuk SIPD (Sarat Fian Praktik Biadan) SEPB adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Depkes RI kepoda senaga bidan yang
menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Hidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang
diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi

7
persyaratan sebagai berikut: fotokopi SIB yang masih berlaku,
fotokopi ijazah hidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan
sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto

Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah


terlebih dabniki dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupon
melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian. kemampuan keilmuan
dan keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana
diselenggarakarmya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus
SIPB atau lisense, SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa
berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. (Farelya & Narrobikha,
2015),
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang
mendasari dan terkait dengan pelayanan kebidanan antara lain
sebagai berikut:

1) Kepmenkes Republik Indonesia 900/Menkes/SK/VII/2002


Tentang registrasi dan praktek bidan, Standar Pelayanan
Kebidanan 2001
2) Kepmenkes Repablik Indonesi Nomor 369/ Menkes/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi BidanUU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan No 32/Tabsım 1996 Tentang tenaga kesehatan
3) Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Merikes/SK/X1/2001
Tentang organisasi den tata kerja Depkes UU No 22/1990
Tentang Chonomi daerah UU No. 13 Tahun 200 Tentang
Ketenagakerjaan
4) LU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi KUHP,
dan KUHP. 1981 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor, 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan
Tindakan MedikUU yang terkait dengan Hak reprodiksi dan
Keluarga BerencanalUU No. 10/1992 Tentang pengembangan

8
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga SejahteraUU No.
23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
di Dalam Rumah Tangga
b. Regulasi
1) Perlindungan Hukum Profesi
a) Pengertian Perlindungan Hukum Profesi
Teori perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum
dan segala peaturan hukum yang diberikan oleh masyarakat
yang pada dasamya merupakan kesepakatan masyarakat
tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-
anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan
pemerintah yang di anggap mewakili masyarakat dan antara
perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili
kepentingan masyarakat.
Menurut Pendapat Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta tentang
fungsi hukum untuk memberi perlindungan adalah bahwa
untuk itu di imbulkan dan dibutuhkan manusia ustru
berdaasarkan produk penilaian manusia untk menciptakan
kondisi yang melindungi dan memajukan martabat manusia
sea untuk memungkinkan manusia menjalani kehidupan yang
wajar sesuai martabatnya.Perlindungan hukum bagi setiap
warga Negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat di temukan
dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 (UUD 1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan
oleh legislative harus senantiasa mampu menangkap aspirasi-
aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di
masyarakat.
Perlindungan hukum adalah suatu jaminan yang diberikan
oleh otoritas tertentu kepada semua pihak untuk mendapatkan
melaksanakan hak dan kepepntingan hukum yang
dimilikinya dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum.
Perlindungan hukum diberikan bagi tenaga kesehatan sebagai

9
subyek hukum yang melakukan tugasnya sesuai denagan
standar profesinya.Argument lain yang mengedepankan
pentingnya perlindungan hukum bagi bidan adalah
berdasarkan argument solidaritas social (social solidaritas
argument). Argument ini mengatakan bahwa negara harus
menjaga warga negaranya dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya atau apabila warga negaranya mengalami
kesukaran melalui Kerjasama dalam masyarakat berdasarkan
atau menggunakan sarana yang disediakan ole negara.

b) Asas Perlindungan Hukum Profesi


Asas yang terkandung dalam perlingan hkum dalam berupa:
1) Asas keadilan
Keadilan menurut Aristoteles di bedakan dalam keadilan
komunitatif dan keadilan distributive. Disamping asas
persamaan, beberapa ahli juga mengatakan bahwa di
dalam asas keadilan tercermin adanya nilai kebenaran
sesuai dengan aturan atau prosedur tata cara yang berlaku
Satjipto Rahardjo merunuskan bahwa bertindak adil
adalah sama dengan bertindak secara benar dan keadilan
adalah suatu usaha untuk mengejar kebenaran. John Rawl
menyikapi konsep keadilan sebagai asas yang terkandung
bagi orang orang yang merdeka dalam berkehendak
untuk mengembangkan kepentingannya guna
memperoleh suatu kedudukan yang sama pada saat akan
memulainya dan itu merupakan syarat yang fundamental
bagi mereka untuk memasuki perhimounan yang mereka
kehendaki.
2) Asas Kemanfaatan
Asas kemanfaattan merupakan kedayagunaan dalam
kaidah hukum. Kedayagunaan yang meliputi pemuasan
kepentingan umum, pelaksanaan yang praktis,

10
kemungkinan untuk control aspek aspek pembuktian
secara hukum dan usaha mencari kepastian hukum.
3) Asas Kepastian Hukum.
Asas kepastian hukum berarti membarilan jaminan
hukum bagi subyek hukum dalam menjalankan perbuatan
hukum yang terkait di dalam aturan aturan hukum positif,
mengatur masalah kepentingan hukum, kedudukan
hukum dari subyek dan obyek hukum dalam peraturan
dan mencegah timbulnya perbuatan sewetang wenang
(eigenrichting) dari pihak yang berkuasa.

2) Perlindungan Hukum Dalam Profesi Bidan


Konsep pengaturan profesionalisme bidan adanya nilai-nilai
keadilan dalam pengaturan profesionalisme bidan
yangberkeadilan memberi kedudukan pada bidan setara dengan
profesi tenaga kesehatan lainnya.
Keadilan memiliki nilai kesetaraan dan keseimbangan manfaat
sehingga dapat dijadikan dasara dalam penyusunan peraturan
perundang undangan dalam regulasi kebidanan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keadilan
dalam regulasi kebidanan yaitu:
a) Melakukan penyempurnaan atau revisi regulasi kebidanan
agar bersifat dinamis yang mampu beradaptasi dengan
kepentingan semua pihak terutama bagi profesi bidan itu
sendiri.Memberikan sosialisasi kepada bidan bidan baik
praktik mandiri bidan di RS maupun
b) institusi terkait yang berkaitan dengan profesi kebidanan.
c) Melakukan diseminasi hukum kesehatan dilingkungan
Pendidikan formal maupun non formal dengan nilai nilai
keadilan.

11
d) Memasukkan materi etikolegal dalam praktik yang
mencerminkan nilai keadilan. dalam setiap kurikulum
Pendidikan bidan dan Pendidikan kesehatan.
e) Melakukan koordinasi dengan stakeholder dalam cakupan
hukum kesehatan mulai dari aspek penyusunan pelaksanaan
maupun penegakan hukum baik dari tingkat pusat maupun
daerah.
f) Melakukan pembinaan kesadaran akan hukum yang
mencerminkan nilai keadilan kepada semua puhak yang
berkaitan dengan pelayanan kebidanan.

3) Undang undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan


Undang undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang kebidanan
disahkan olehpresiden Joko Widodo pada tanggal 13 Maret
2019. Undang-Undang 4/2019 tentang Kebidanan diundangkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU No. 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6325 oleh Menkumham Yasonna H. Laoly
pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan selama masa
sebelum hamol, masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan,
masa nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana. Bidan
adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program
Pendidikan kebidanan baik di dalam negri maupun luar negri di
akui secara sah oleh pemerintah Pusat dan telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan. Pelayanan
Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
emrupakan bagian integral dari system pelayanan esehatan
yangdiberikan oleh bidan secara mandiri, kolaboradi dan atau
rujukan.

12
Praktik kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh bidan. dalam bentuk asuhan kebidanan.
Kompetensi bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh bidan
yang meliputi pengetahuan keterampilan, dan sikap untuk
memberikan pelayanan kebidanan.
a) Latar Belakang Pertimbangan sebagai latar belakang
lahirnya Undang undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
kebudanan adalah
1) bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan agar dapat hidup sejahtera lahir dan batin,
sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan
negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat
khususnya perempuan, bayi, dan anak yang dilaksanakan
oleh bidan secara bertanggungjawab, akuntabel,
bermutu, aman, dan berkesinambungan, masih
dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi
dan kewenangan.
3) bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh
bidan maupun pengakuan terhadap profesi dan praktik
kebidanan belum diatur secara komprehensif
sebagaimana profesi kesehatan lain, sehingga belum
memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi
bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat

b) Dasar Hukum
Dasar hukum sebagai landasan yuridis lahirnya Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, dan Pasal 28H ayat (1)

13
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
c) Penjelasan Umum UU Kebidanan
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap
orang yang dijamin secara konstitusional dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal
ini merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, serta keadilan sosial.

c) Akuntabilitas
1) Siahruddin Rasul (2000)
Siahruddin Rasul (2000) menyatakan bahwa akuntabilitas
didefinikan secara sempit sebagai kemampuan untuk
memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas
tindakan seseorang atau kelompok orang terhadap masyarakat
secara luas atau dlam suatu organisasi. Dalam konteks bidan
sebagai profesi seseorang bidan tersebut harusmmapu menerima
amaat dn tanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan
oleh klien/pasien. Harus bertanggung jawab penuh atas segala
tindakan yang di lakukan emudian memberikan pertanggung
jawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada klien/pasien
secara individu masyarakat atau public sebagai pemberi amanat.
2) J. B. Ghartey (1998)
Menyetakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship
yaitu apa, mengapa, siapa, kemana yang mana dan bagaimana
suati pertanggungjawaban harut di laksanakan.

14
3) Ledvina V. Carino (2002) mengatakan bahwa akuntabilitas
merupakan suatu evolusi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
seorang petugas baik yang masih berada pada jalur otoritasnya
atau sudah keluar jauh dari tanggunjawab dan kewenangannya.
4) Akuntabilitas juga berarti sebagai perwujudan
pertanggungjawaban seseoang atau unit organisasi dalam
mengelola sumber daya yang telah diberikan dan di kuasai
dalam rangka pencapaian tujuan melalui suatu mesia berupa
aporan akuntabilitas kinerja secara periodik.
5) Akuntabilitas juga dapat diuraikan sebagai kewajiban untuk dan
menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada
pihak-pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau
keterangan dari orang atau badan yang telah di
berikank wewenang untuk
6) Polidano (1998) menawarkan kategori baru yang disebutkan
sebagai akuntabilitas langsung dan akuntabilitas tidak langsung.
Akuntabilitas tidak langsung merujuk pada pertanggungjawaban
kepada pihak eksternal seperti masyarakat, kontumen, atau
kelompok klien tertentu, sedangkan akuntabilitan langsung
berkaitan dengan pertanggung jawaban vertical melalui ratai
komando tertentu.
7) Akuntabilitas bidan adalah pertanggung jawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukan. Oleh
karena itu semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis konpetensi dan didasari suati evidence based
8) Dalam tanggung gugat yang di maksud merujuk pasien atau
badan hukun harus membayar suatu benuk kompensasi atau
ganti rugi setelah adanya peristiwa hukum atau tindakan hukum.
Perbuatan yang melanggar norma tersebut dapat terjadi
disebabkan Perbuatan melawan hukum. Dalam tuntutan hukum
atau tanggung gugat bisa berupa tututan pidana, tuntutan
perdata, tuntutan administrasi.Dalam tanggung jawab secara

15
definisi kesadaran manusia akan tingkahlaku atau perbuatan
baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawb
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban. Bidan bertanggung jawb atas kewenangan yang
sesuai dengan landasan Hukum atas pelayanan mandiri yang
diberikan dan berupa secara optimal dengan mengutamakan
keselamatan ibu dan bayi atau janin

d) Registrasi
Registrasi adalah proses seseorang unutk mendaftarkan dirinya
keada badan tertentu untuk mendapatkan kewenangan dan hak
tindakan yang dilakuakan secara professional setelah memenuhi
syarat-syarat yang telah di tetapkan oleh badan tersebut.
Pengertian registrasi menurut keputusan Menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 yaitu proses
pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap seseorang
bidan setelah memenuhi standar penampilan minimal yang di
tetapkan sehingga mampu dalam melaksanakan profesinya.
Setelah terpenuhnya persyaratan yang ada maka tenaga profesi
tersebut telah mendapatkan surat izin melakukan praktik.
1) Tujuan
a) Mendata jumlah dan melakukan praktik
b) Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif
dalam penyelesaian dalam kasus malpraktik
c) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang pesat Persyaratan
Beberapa syarat yang mesti dilengkapi pada saat mengajukan
regirtrasi:
1) Fotocopy ijazah bidan
2) Foto copy transkrio nilai akademi
3) Surat keterangan sehat dari dokter

16
4) Pas foto 4x6 sebanyak 2 lembar

Masa berlaku registrasi yaitu dalam rentang waktu 5 tahun


setelah 5 tahun bidan harus melakukan registrasi ulang.

1) Kegunaan
Registrasi berguna untuk mendapatkan surat izin bidan sebagai
dasar menerbitkan surat izin praktek bidan. Bidan teregistrasi
merupakan seseorang yang telah menamatkan Pendidikan bidan
dan tealah mampu menerapkan kemampuannya dalam
memberikan asuhan kepada ibu dan anak sesuai dengan standar
profesinya.

e) Lisensi
Lisensi praktik kebidanan merupakan proses administrasi yang
dilakukan pemerintah dalam mengeluarkan surat izin praktik yang
diberikan kepada suatu tenaga profesi untuk pelayanan yang mandiri.
Menurut IBI Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum
diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah di tetapkan.
1) Tujuan
a) Memberikan kejelasan batas wewenang yang harus
dilakukan sesuai dengan standar profesi yang dimiliki dan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku agar dalam
menjalankan profesinya dan tidak melakukan pelanggaran-
pelnggaran.
b) Menetapkan sarana dan prasarana Seorang profesi juga
mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang harus
dimiliki dalam melakuakan praktek profesi.
c) Meyakinkan klien Dalam melakukan asuhan klien seorang
tenaga profesi arus bisa meyakinkan klien tersebut terhadap
asuhan yang telah kita berikan dan jelaskan.

17
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalan mengajukan lisensi praktik
suaru profesi meliputi:
1) Fotocopy SIB yang masih berlaku
2) Fotocopi ijazah bidan
3) Surat keterangna sehat
4) Rekomendasi dari organisasi profesi
5) Pas foto ukuran 4x6 sebantak 2 lembar

f) Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetemi terienta melalui
kegatan pendidikan formal maupan non formal (Pendidikan
berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi
profesi, rumah sakit, LSM hidang kesehatan yang akreditasinya
ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non
formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar
nasional,
Ada shaa bentuk kelulusan, yaitu:
1) Ijasah merupakan dokumentani penguasaan kompetensi tertentu,
mempunyai kekuurtan hukum atau sesuai peraturan perundangan
yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal
2) Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetansi tertentu, bisa
diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau pendidikan
berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal yang
akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan sertifikasi antara lain:
1) Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a) Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi
b) Meningkatkan mutu pelayanan,
c) Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan,

2) Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:

18
a) Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku (kompetensi) senaga profesi
b) Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
c) Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetens) pendidikan tambahan tenaga profesi
d) Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan
tambahan tenaga profesi
e) Memernuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.

19
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Profesi kebidanan menyangkut dengan keselamatan jiwa manusia
yang menjadi tanggung jawab dan tanggang gugat atas semua tindakan
kebidanan yang dilakukan. Praktik kebidanan merupakan sesuatu yang sangat
penting dan dimantut dalam profesi kebidanan

Tindakan yang di lakukan oleh profesi kebidanan ini didasari


olehkornpesensi dan evidence base dan di perkuat oleh landasan hukum yang
mengatur profesi yang bersangkutan. Seorang bidan memiliki kewenangan
atas hak otonomi dan kemandirian untk bertindak secara professional yang
dimiliki ilmi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar profeu
kebidanan

Seorang bidan merniliki kewenangan atas otonomi dan kemandirian


untuk bertindak secara professional yang memiliki ilirai pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan standar professional bidan. Jadi otonomi dalam
pelayanan kebidanan ini adalh kekuasaan sontang hidan dalam melakukan
praktik kebidanan yang sesuai dengan peran dan fungsi hidan berdsarkan
wewenang yang dimiliki oleh bidan itu sendiri

B. Saran
Diharapkan bagi penulis dan para pembaca setelah membaca makalah
ini dapat mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai “Peran Bidan
Sebagai Praktisi Yang Otonom, Teori Otonom, Akuntabilitas, Regulasi Sesuai
Dengan Etika Dan Kode Etik” Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami butuhkan demi menjadikan makalah ini lebih baik
lagi kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Farelya, G. & Nurrobikha. (2015). Enkelegal dalam Pelavrann Kebidanan


Yogyakata: Deepublish.

https://id.scribd.com/document/432825272/Makalah-Regulasi-Sertifikasi-Lisensi-
Bidan

https://id.scribd.com/document/619026994/Peran-Bidan-Sebagai-Praktisi-yang-
Otonom-Teori-Otonomi-Akuntabilitas-dan-Regulasi

https://id.scribd.cony document/396416350/Makalah-Regulasi-Sertifikasi-Lisensi
Bidan-Sri-Wahyuni-2

Ristica, O. D. & Julianti, W. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayan
Kebidanan Yogyakarta Deepublish.

21

Anda mungkin juga menyukai