BAB IV Tangki
BAB IV Tangki
PEMBAHASAN
Paddle Sedang
Propeler
4.1.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
a. Paddle Sedang Dengan Sekat
ρ = 969 kg/m3
µ = 0,0012 kg/m.s
D = 0.2 m
Tabel 4.2 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle Dengan Sekat
Laju
Laju putaran Reynold
putaran W Gaya Torque Daya Power Number
No. (rpm) (rad/s) (N) (Nm-2) (Watt) Number (Po) (Re)
1 0 0 0 0 0 0 0
2 25 2,62 0 0 0 0 84518,3
3 50 5,23 0 0 0 0 169036,6
4 75 7,85 0,2 0,022 0,173 4,605x10-5 253555
5 100 10,47 1,2 0,132 1,382 1,554 x10-4 338073,3
6 125 13,08 1,3 0,143 1,871 1,078 x10-4 422591,6
7 150 15,70 1,3 0,143 2,245 7,483 x10-5 507110
8 175 18,32 1,3 0,143 2,619 5,498 x10-5 591628,3
9 200 20,93 1,4 0,154 3,223 4,533 x10-5 676146,6
10 225 22,50 1,4 0,154 3,465 3,582 x10-5 760665
11 250 22,50 1,4 0,154 3,465 3,582 x10-5 760665
12 275 22,50 1,4 0,154 3,465 3,582 x10-5 760665
13 300 22,50 1,4 0,154 3,465 3,582 x10-5 760665
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pola Aliran pada Tangki Berpengaduk
Pada percobaan ini, impeller yang digunakan yaitu jenis paddle sedang
dan propeller. Variasi percobaan yang dilakukan yaitu menggunakan sekat dan
tanpa sekat dengan batang pengaduk yang diletakan tepat di pusat tangki. Jenis
fluida yang digunakan adalah air dengan tinggi 30 cm dari dasar tangki.
Kemudian, pada tangki dimasukan potongan – potongan plastik berwarna merah
agar memudahkan dalam mengamati pola aliran yang terbentuk pada tangki
berpengaduk. Percobaan ini dilakukan dengan kecepatan 0 rpm hingga 300 rpm
dengan penambahan kecepatan 25 rpm.
Pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis paddle sedang cenderung
tegak lurus dengan tangki pengaduk, pola aliran ini biasa disebut radial. Sirkulasi
fluida terbentuk dari bawah daun turbin kemudian bergerak ke arah sisi tangki.
Bergerak di sekitar batang pengaduk dan membelok ke atas dan ke dasar tangki.
Pada kecepatan yang tinggi akan terjadi vortex pada aliran yang berada diatas
permukaan air, semakin tinggi kecepatan putaran tangki maka akan semakin besar
vortex pada tangki. Namun vortex yang terbentuk pada pola aliran yang tidak
menggunakan sekat lebih besar dari pada pola aliran yang menggunakan sekat,
karena penggunaan sekat menghambat gerakan fluida saat pengadukan
berlangsung.
Pola sirkulasi yang terbentuk pada impeller propeller adalah aksial.
Bentuk aliran pada penggunaan sekat dan tanpa sekat adalah berbeda. Untuk
aliran yang tidak menggunakan sekat, sirkulasi akan bergerak memutari propeller
lalu naik di sekitar batang pengaduk dan bergerak ke arah dinding tangki hingga
jatuh ke bawah dan naik lagi ke propeller. Pada kecepatan yang tinggi akan terjadi
vortex pada aliran yang berada diatas permukaan air, semakin tinggi kecepatan
putaran tangki maka akan semakin besar vortex pada tangki. Sedangkan pola
aliran dengan menggunakan sekat tidak terjadi vortex hal ini sesuai dengan teori,
sekat dapat mencegah terjadinya vortex. Dalam hal ini dapat disimpulkan untuk
mencegah terjadinya vortex dapat dilakukan dengan menggunakan sekat pada
tangki. Karena sekat yang terdapat pada tangki dapat memecah pusaran yang
terjadi saat proses pengadukan.
Gambar 4.1 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NRe Impeller dengan Sekat
b. Hubungan laju aliran dengan NRe pada jenis impeller paddle sedang
tanpa sekat dan propeller tanpa sekat
Gambar 4.2 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NRe Impeller tanpa Sekat
c. Hubungan laju aliran dengan NPo pada jenis impeller paddle sedang
dekat sekat dan propeller dengan sekat
Gambar 4.3 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NPo Impeller dengan Sekat
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat pada pengaduk jenis propeller nilai power
number pada kecepatan 0 rpm hingga 300 rpm adalah 0. Hal ini dikarenakan saat
melakukan percobaan, pegas tidak dapat mengukur besar gaya yang diperoleh.
Sedangkan pada pengaduk jenis paddle nilai power number yang diperoleh
meningkat dari kecepatan 0 rpm hingga 100 rpm dan mengalami penurunan pada
kecepatan laju putaran 125 rpm hingga 225 rpm tidak terjadi perubahan power
number hingga laju putaran 300 rpm. Hal ini dikarenakan saat melakukan
percobaan pada kecepatan 225 rpm pegas tidak dapat mengukur besar gaya yang
diperoleh sehingga jika kecepatan dinaikkan, gaya yang diperlukan akan sama
dengan kecepatan pada 225 rpm. Hal ini menyebabkan nilai power number juga
sama pada kecepatan 225 rpm hingga 300 rpm.
Jenis impeller yang menghasilkan nilai power number (Po) paling besar
adalah paddle sedang yaitu pada kecepatan 100 rpm. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan impeller paddle sedang, daya yang dibutuhkan untuk proses
pengadukan lebih besar dibandingkan menggunakan impeller jenis propeller. Hal
ini terjadi karena perbandingan daun pengaduk dengan diameter pada paddle
sedang lebih besar di bandingkan dengan propeller. Semakin besar diameter
pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pengaduk juga akan
semakin besar, sehingga menghasilkan bilangan power yang besar juga.
d. Hubungan laju aliran dengan NPo pada jenis impeller paddle sedang
dan propeller tanpa sekat
Gambar 4.4 Kurva Laju Putaran Pengaduk Vs NPo Impeller tanpa Sekat
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat pada pengaduk jenis propeller nilai
power number pada kecepatan 0 rpm hingga 300 rpm adalah 0. Seharusnya ada
kenaikkan pada setiap penambahan kecepatan, kesalahan ini terjadi dikarenakan
pegas pada alat pengukur gaya tidak dalam kondisi baik. Sedangkan pada jenis
pengaduk paddle nilai power number pada kecepatan 0 rpm hingga 100 rpm
adalah 0 namun terjadi kenaikan power number pada laju putaran 125 rpm hingga
200 rpm dan mengalami penurunan pada kecepatan laju putaran 225 rpm hingga
300 rpm . Nilai power number dipengaruhi oleh daya yang dibutuhkan dalam
proses pengadukkan. Nilai daya yang semakin meningkat pada kecepatan laju
putaran yang semakin besar menyebabkan nilai power number meningkat.
Dari Gambar 4.3 dan 4.4 dapat dilihat bahwa tangki yang menggunakan
sekat, nilai power number (Po) lebih besar dibandingkan dengan tangki yang
tanpa sekat. Hal ini terjadi karena pada tangki yang menggunakan sekat, daya
yang dibutuhkan untuk menggerakkan pengaduk lebih besar.