Anda di halaman 1dari 2

Andrew immanue/03

Warga Deli Serdang dan Langkat Serentak Pilih Bupati dan

Wakil Bupati

Merdeka.com - Warga Kabupaten Deliserdang dan Kabupaten Langkat di Sumut hari ini, Rabu
(23/10/2013), memilih calon bupati dan wakil bupati untuk periode 2014-2019. Mereka
menggunakan hak suaranya di ribuan TPS yang disediakan.

Para pemilih mengaku ikut memilih karena berharap ada perubahan ke arah lebih baik di
Deliserdang. “Ini kan lima tahun sekali. Jangan sampai golput yang menang. Kalau banyak
yang memberikan suara, calon terpilih nanti jadi benar-benar mendapat legitimasi,” kata Ahmad
Zuhdi (28), warga Jalan Kenari Raya, Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan, Percut Sei
Tuan, yang memilih di TPS 29.

Perubahan juga diharapkan Desta Tarigan, yang datang bersama keluarganya ke lokasi TPS
15 di Kelurahan Delitua, Kecamatan Namorambe. “Saya juga berharap terjadi perubahan,
walaupun saya pesimis,” ucapnya.

Berdasarkan pantauan, proses pencoblosan di TPS berlangsung lancar. Warga mendatangi


lokasi-lokasi yang ditetapkan sejak pagi. Hingga menjelang siang, warga terlihat masih
berdatangan.

Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT), jumlah pemilih di Deliserdang 1.485.326 jiwa. Mereka
diberi hak memilih 11 pasangan calon bupati dan wakil bupati. Lima pasangan kandidat
dicalonkan partai politik, enam pasangan calon lainnya maju dari jalur perseorangan.
Sementara itu, Pemilukada Langkat juga digelar hari ini. Empat pasangan calon bupati dan
wakil bupati akan memperebutkan suara 698.300 pemilih dalam DPT.

1. Menurut kalian apakah Pilkada yang dilaksanakan pada saat ini sesuai dengan prinsip-
prinsip Demokrasi Pancasila? Berikan alasan kalian.

Secara umum, pilkada yang dilaksanakan saat ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Pihak penyelenggara pemilu dan pihak pengawas pemilu sudah berupaya
semaksimal mungkin agar pelaksanaan pemilu bisa selaras dengan prinsip prinsip demokrasi.
Akan tetapi, persoalan yang dari dahulu hingga sekarang tidak kunjung selesai adalah soal
politik uang. Hal ini sangat ironis. Sayangnya, masyarakat belum berani menyatakan sikap
untuk menolak politik uang.

2. Kalian tentunya sering mendengar atau membaca berita. Beberapa pelaksanaan Pilkada
diakhiri dengan kericuhan antarpendukung calon kepala daerah/wakil kepala daerah. Menurut kalian
apa saja penyebab terjadinya hal tersebut?

Penyebab dari kericuhan tersebut karena pihak yang kalah merasa sangat terkejut dan kaget karena
beberapa saat sebelumnya ia berharap menang, akan tetapi kenyataan berbicara lain, ia kalah.
Kemudian disebabkan juga uang yang sudah dikeluarkan untuk membeli suara-suara masyarakat
ternyata harus hilang tidak berbekas. Karena itulah untuk melampiaskannya ia harus marah-marah
lalu mengatakan bahwa pilkada curang.

3. Selain itu, hasil Pilkada juga banyak yang tidak diterima oleh pasangan calon yang kalah.
Mereka melayangkan gugatan hasil Pilkada ke Mahkamah Konstitusi. Menurut kalian apa saja yang
menyebabkan tidak diterimanya hasil Pilkada oleh pasangan calon kepala daerah/wakil kepala
daerah yang kalah dalam pemilihan? Apakah sikap tidak menerima kekalahan tersebut sesuai
dengan prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila? Berikan alasan kalian.

A. yang menyebabkan pihak kalah itu tidak terima karena disebabkan rasa tidak puas karena
belum menang dan diselangi oleh rasa kesal dan marah. Mereka melakukan segala cara
supaya yg pihak menang itu disalahkan.
B. Tidak, karena pihak yang kalah harus menerima dengan lapang dada dan belajar dari
kekurangannya agar pihak yang kalah ilmunya bertambah.

4. Coba kalian ajukan beberapa solusi untuk menyelesaikan kekisruhan dalam


pelaksanaan Pilkada di Indonesia.

a) Hindari sikap fanatisme terhadap calon pasangan tertentu.


b) Meningkatkan sikap saling menghargai.
c) Melakukan politik yang sehat / menghindari black campaign.
d) Melakukan kampanye yang sehat dimana setiap kampanye didasari oleh Pancasila dan
UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai