Anda di halaman 1dari 2

Caleg Kampanye Untuk Siapa?

Pemilu legislatif tahun ini sudah semakin dekat. 9 april adalah waktu yang paling
ditunggu para kandidat yang telah ditetapkan sebagai Daftar Calon Tetap (DCT) oleh
KPU. Sejak ditabuh gendrang perang kampanye dari 9 Juli 2008 yang lalu, berbagai
bentuk pengenalan diri dilakukan oleh Caleg. Begitupun dengan partai. Gerakan
mengemis simpati dilakukan dengan berbagai cara oleh para Caleg.

Agenda limatahunan ini, banyak dikomentari sebagai lowongan kerja baru. Betapa tidak,
sepanjang jalan dari kota sampai kampung bertebaran foto Caleg dari partai yang
beragam. Atas nama rakyat dengan berbagai janji bertebaran untuk menyejahterakan
rakyat. Aturan Pemilu juga mengakomodir ruang terbuka untuk proses demokrasi. Pemilu
2004 hanya diikuti oleh 24 partai politik saja, Pemilu 2009 ini diikuti sebanyak 38 partai
politik plus 6 partai lokal di Aceh.

Dari Juli-pertengahan Desember 2008 yang lalu, suasana kampanye Caleg agak adem
ayem. Karena dalam aturan sebelumnya penentuan penempatan Caleg menuju parlemen
masih berdasar nomor urut. Aturan ini hanya membuat bersemangat Caleg nomor kecil
yang diduduki elit-elit dan orang-orang yang membeli nomor urut pada partai politik
tertentu. Caleg di nomor urut sepatu berpikir hanya sebagai pelengkap penderita saja
dalam Pemilu 2009 ini.

Aturan penempatan anggota dewan berdasar nomor urut dianggap tidak demokratis.
Mohammad Soleh seorang Caleg PDIP dari Jawa Timur mengajukan yudicial review ke
Mahkamah Konstitusi (MK) agar penentuan anggota dewan berdasar suara terbanyak.
MK mengalah, suara terbanyak menjadi hadiah politik penutup tahun 2008 bagi Caleg
yang bertarung 9 April mendatang. Keputusan suara terbanyak disambut amat antusias
oleh para Caleg terutama mereka yang berada di nomor urut yang tidak menguntungkan
sebelumnya. Para Caleg itu ibarat siswa Sekolah Dasar (SD) mendengar lonceng pulang
disekolah, mereka berhamburan keluar bersorak sorai. Buktinya, dalam dua minggu ini
suasana kompetisi Caleg semakin hidup. Hampir tidak ada ruang kosong di fasilitas
umum yang dimanfaatkan untuk sosialisasi calon anggota dewan terhormat kita itu.

Suara terbanyak lebih demokratis, kita sepakat itu. Karena selama ini proses demokrasi
kita cendrung dikendalikan segelintir elit saja. Sehingga anggota dewan kita tetap 4 L
(loe lagi loe lagi). Tapi apa tanggapan masyarakat terhadap Pemilu 2009 ini?

Sumatera Barat Intellectual Society (SIS) pada hari ini mengungkap fakta tentang
pendapat masyarakat kota Padang terhadap Pemilu yang tinggal beberapa bulan kedepan.
Dengan mengambil respoden sebanyak 55 orang secara acak dan tersebar di berbagai
wilayah. Survei ini dilakukan secara spontan melalui angket dan wawancara via telpon.

Sebanyak 98 persen masyarakat tahu bahwa tahun 2009 ini akan diadakan Pemilihan
Umum. Mengenai jadwal 9 April sebanyak 41 responden tahu, 19 persen menjawab
bahwa Pemilu akan digelar 5 April dan sebanyak 40 persen responden tidak tahu tanggal
berapa akan dilakukan Pemilu. Wacana golput yang menjadi ancaman Pemilu kedepan
juga kita gali dalam survei ini, ditanya apakah akan memilih, sebanyak 67 persen
responden akan memilih, 13 persen responden tidak akan memilih dan 20 persen masih
ragu-ragu.

Banyaknya gambar Caleg yang muncul dalam berbagai versi disepanjang fasilitas umum,
apakah dikenal oleh masyarakat? Sebanyak 7 persen responden mengenal sebagian besar
Caleg-Caleg itu, 35 persen mengenal sebagian kecil dan 38 persen tidak kenal sama
sekali. Ada responden yang mengatakan, "untuak apo inyo pampang-pampang bana
gambar, inyo ndak amuah tahu jo awak, awak pun ndak akan amuah tahu jo inyo" (untuk
apa mereka memajang gambar, mereka tidak mau tahu dengan kita, kitapun tidak akan
mau tahu dengan mereka).

Dari jargon-jargon dan janji-janji kampanye Caleg yang berserakan dimana-mana apa
tanggapan masyarakat? 2 persen responden yakin nantinya janji itu akan dipenuhi, 40
persen responden tidak yakin para Caleg akan perjuangkan rakyat, apa yang mereka
kampanyekan lebih pada lip service saja, sebanyak 58 persen responden masih ragu-ragu
akan janji itu terealisasi atau tidak.

Salah satu perhatian khusus yang harus diakomodir dalam Pemilu 2009 mendatang
adalah 30 persen kouta perempuan. Bagaimana tanggapan masyarakat ketika ditanyakan
apakah akan memilih perempuan? Sebanyak 13 responden akan memilih Caleg
perempuan, 33 responden tidak akan memilih dan 54 persen masih ragu. Artinya Caleg
perempuan masih belum diminati oleh masyarakat kita.

Melihat fenomena diatas, harus dilakukan pendidikan politik yang serius terhadapa
masyarakat kita. Pemilu yang sudah semakin dekat harus disosialilasikan dengan lebih
baik oleh KPU. Para Caleg pun tidak hanya cukup mengenalkan diri melalui pajangan-
pajangan foto dan janji-janji manis saja. Tapi mesti turun memberikan kontribusi riil
kepada masyarakat calon konstituen. Masyarakat kita sudah melek politik, janji tidak bisa
dibodohi lagi seperti yang sudah-sudah. Pentingnya keberadaan perempuan dalam sistem
legislatif untuk memperjuangkan hak-haknya harus diakomodir dengan baik. Perempuan
yang maju menjadi Caleg jangan mau jadi aksesoris politik saja, tapi harus perempuan
yang berkapasitas dan berkualitas.(Musfi Yendra, S.IP/Wakil Direktur SIS)

Anda mungkin juga menyukai