Fiber and Iron Content of Brown Rice (Oryza Nivara) and Moringa Leaf Flour
Biscuits (Moringa Oleifera)
1Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Beras merah dan daun kelor memiliki keunggulan yaitu kadar serat
ARTICLE INFO dan zat besinya yang tinggi, namun masyarakat jarang mengonsumsi daun kelor
karena rasanya yang pahit dan aromanya yang kurang disukai. Pembuatan biskuit dari
Received:04-10-2022 tepung beras merah dan tepung daun kelor bertujuan untuk memanfaatkan beras
Accepted: 15-12-2022 merah serta daun kelor untuk menghasilkan inovasi olahan pangan fungsional yang
Published online: 23-12-2022 dapat diterima oleh masyarakat. Pokok utama dari penelitian ini adalah membuat
biskuit yang memenuhi syarat mutu sekaligus mengandung serat dan zat besi tinggi.
*Correspondent: Tujuan: Membuat biskuit dari tepung beras merah dan daun kelor yang memenuhi
Cantika Zaddana persyaratan mutu SNI, menentukan kadar serat dan zat besi biskuit, serta menentukan
cantika.zaddana@unpak.ac.id formula biskuit yang paling disukai oleh panelis.
Metode: Biskuit dibuat dengan 5 formula dengan konsentrasi tepung beras merah dan
DOI: tepung daun kelor yang berbeda yaitu formula 1 (0%:50%), formula 2 (50%:0%),
10.20473/amnt.v6i1SP.2022.71- formula 3 (20%:30%), formula 4 (25%:25%) dan formula 5 (30%:20%). Parameter uji
78 mutu biskuit meliputi analisis proksimat, cemaran mikroba, analisis kadar serat,
analisis kadar zat besi dan uji hedonik.
Available online at: Hasil: Berdasarkan hasil uji mutu diketahui bahwa biskuit memenuhi persyaratan.
https://e- Formula 1 memiliki kadar serat dan zat besi paling tinggi yaitu 23,295% dan 211,41
journal.unair.ac.id/AMNT mg/kg. Formula 5 dengan konsentrasi daun kelor terendah diketahui merupakan
formula terbaik berdasarkan uji panelis.
Keywords: Kesimpulan: Seluruh formula biskuit dari tepung beras merah dan tepung daun kelor
Biskuit, Beras merah, Daun kelor, memenuhi persyaratan mutu SNI biskuit. Formula biskuit dengan kandungan serat dan
Zat besi, Serat zat besi tertinggi didapatkan dari Formula 1 namun formula biskuit yang paling disukai
adalah pada Formula 5.
ABSTRACT
Background: Brown rice and moringa leaf have superiority in Fiber dan Iron content, but most people rarely consume it
because it tastes bitter and has unfavorable aroma. Making biscuits from brown rice flour and moringa leaf flour aims to
utilize brown rice and moringa leaf to invent an innovation of functional food that can be accepted by the community. The
main point of this study was to make biscuits that meet the quality requirements and contain high fiber and iron as well.
Objectives: This study aimed to determine brown rice and moringa leaf flour biscuit that meet the quality requirements of SNI
2018, determined fiber and iron content in brown rice and moringa leaf flour biscuit, and determined the most preferred
formula of biscuits by panelists.
Methods: Biscuits were made into 5 different formulas with different concentrations of brown rice flour and moringa leaf
flour, formula 1 (0% : 50%), formula 2 (50% : 0%), formula 3 (20% : 30%), formula 4 (25% : 25%) and formula 5 (30% : 20%).
Biscuit quality test parameters include (water content test, ash content test, microbial contamination test, fat content test,
protein content test, carbohydrate content test, fiber content analysis, iron content analysis and hedonic test).
Results: Biscuits from brown rice and moringa leaf flour meet the quality requirements, while the results of the fiber content
test of formula 1 have the highest fiber and iron content which are 23.295% and 211.41 mg/kg. Hedonic test showed that
formula 5 was the best formula according to the panelists.
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 72
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
Conclusions: All the biscuits formulas have met the quality requirements of SNI 2018. Biscuits formula with the highest content
of fiber and iron came from Formula 1 yet Formula 5 was the most preferred formula by the panelists.
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 73
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
Pembuatan biskuit dilakukan dengan selama 12 jam, ditiriskan atau diangin-angin hingga
mencampur telur, mentega, baking powder, pasta kering kemudian beras merah digiling dengan
vanilla, gula, garam dan tepung terigu, kemudian menggunakan blender hingga halus lalu kemudian di
diaduk dengan mixer hingga homogen, ditambah lakukan pengayakan dengan ayakan mesh No 80. Beras
tepung beras merah dan tepung daun kelor sesuai merah yang telah dilakukan penggilingan dan
kadar tiap formula, diaduk hingga adonan kalis, biskuit pengayakan menghasilkan tepung sebanyak 318 gram.
kemudian dicetak dan dipanggang dengan suhu 80- Pengayakan ini dilakukan untuk memperkecil ukuran
150˚C9. Keseluruhan formula biskuit yang telah jadi partikel supaya lebih meningkatkan luas permukaan
selanjutnya dilakukan pengujian mutu meliputi sehigga memudahkan keseragaman dalam
organoleptik, uji kadar air, uji kadar abu, uji cemaran pengadukan. Dari hasil perhitungan persen rendemen
mikroba, uji proksimat, serta uji hedonik. Setelah beras merah yaitu 95,20%. Hasil akhir tepung beras
didapatkan formula terpilih yang paling disukai merah kemudian diamati dan di uji organoleptik.
berdasarkan uji hedonik maka selanjutnya biskuit Tujuan uji organoleptik ini adalah untuk mengetahui
dilakukan analisis kadar serat dan kadar zat besinya. mutu biskuit berdasarkan parameter tekstur, rasa, bau
dan warna10.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan pada Gambar 1
menunjukkan bahan baku tepung beras merah secara
Beras merah sebanyak 334 gram dicuci organoleptik memiliki tekstur serbuk halus, rasa tawar,
dengan menggunakan air bersih kemudian direndam bau khas, berwarna merah keputihan.
Daun kelor segar yang telah dilakukan sortasi Gambar 2 menunjukkan tepung daun kelor secara
basah sebanyak 1000 gram kemudian dilakukan organoleptik memiliki bentuk serbuk halus, rasa agak
pembuatan simplisia dengan meliputi proses pahit, bau khas, berwarna hijau gelap.
pencucian dengan air mengalir dan pengeringan Pengujian organoleptik yang dilakukan oleh
dengan oven listrik pada suhu 50˚C lalu setelah kering peneliti bertujuan untuk menentukan karakteristik
simplisia dilakukan penimbangan11. mutu biskuit berdasarkan parameter aroma, warna,
Simplisia daun kelor yang didapat sebanyak rasa, dan tekstur. Pada uji organoleptis yang dilakukan
334 gram, kemudian dari simplisia daun kelor tersebut menunjukan bahwa diantara 5 formula biskuit memiliki
dilakukan pembuatan tepung dengan cara di blender karakteristik yang berbeda terhadap warna, tekstur
dan diayak dengan ayakan mesh No 80, di dapat hasil dan aroma. Formula 5 memiliki warna hijau muda
akhir tepung daun kelor yaitu 318 gram. Dari hasil dengan rasa manis dan gurih serta tekstur yang halus
perhitungan Rendemen didapat hasil persen umumnya lebih disukai panelis. Berbeda dengan
rendemen simplisia yaitu 33,4%. Hasil akhir tepung formula 3 yang memiliki rasa agak pahit dan warna
daun kelor kemudian diamati dan di uji organoleptik. hijau lebih pekat hal ini dikarenakan formula 3
Uji organoleptik yang dilakukan pada tepung beras mengandung tepung daun kelor lebih banyak dari
merah dan tepung daun kelor yaitu meliputi uji pada formula 5 yaitu 30%. Hasil pemeriksaan organoleptik
tekstur, rasa, bau dan warna. Hasil pemeriksaan pada ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut.
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 74
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
Pada penetapan kadar air dilakukan dengan kurang lebih 6 jam, setelah 6 jam kemudian krus di
menggunakan metode gravimetri menggunakan krus ambil dari tanur lalu di dinginkan pada desikator.
dan dipanaskan pada suhu 105˚C selama lebih dari 3 Setelah suhu krus stabil kemudian dilakukan
jam kemudian di lakukan penimbangan dan dilakukan penimbangan dan dicatat sebagai berat abu. Menurut
pengeringan kembali setelah jarak 1 jam hingga bobot SNI tahun 2018 kadar abu pada biskuit maksimum
konstan yang berarti antara 2 penimbangan tersebut 1,60%12.
memiliki selisih tidak lebih dari 0,25%12. Uji kadar abu dilakukan dengan tujuan untuk
Pengujian kadar air ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemurnian atau kebersihan pada
mengetahui seberapa % kandungan air yang saat pembuatan biskuit, semakin tinggi kadar abu pada
terkandung dalam biskuit. Syarat kadar air pada biskuit biskuit maka diduga pada saat pembuatan biskuit
menurut SNI tahun 2018 yaitu kurang dari 5% maka tersebut tercemar, karena menggandung banyak
dari hasil pengujian kadar air yang dilakukan secara mineral anorganik yang akan berdampak buruk pada
duplo dapat dinyatakan bahwa setiap formula biskuit kesehatan organ tubuh15.
memenuhi syarat dalam pengujian parameter kadar Setelah dilakukan perhitungan pada rumus
air. persentase kadar abu dapat dinyatakan bahwa kadar
Nilai kadar air yang memenuhi persyaratan abu pada biskuit memenuhi syarat. Dari hasil pengujian
yaitu kurang dari 5% menunjukkan daya tahan biskuit dapat dinyatakan bahwa semakin rendah konsentrasi
terhadap kerusakan mikrobiologi maupun kimiawi. Hal tepung beras merah maka semakin kecil kadar abu
ini berhubungan dengan aktifitas air terhadap yang terkandung hal ini dikarenakan sedikitnya
kestabilan makanan kering selama masa penyimpanan. kandungan mineral anorganik, hal ini sesuai dengan
Nilai kadar air yang melebihi batas terkait dengan hasil penelitian Farida (2016)3 bahwa beras merah
pertumbuhan bakteri, khamir dan kapang yang akan memiliki kandungan mineral anorganik rendah.
mempengaruhi stabilitas makanan kering tersebut. Beras merah dan daun kelor memiliki
Selain itu, nilai kadar air yang melebihi batas akan kandungan mineral anorganik yang masih dalam batas
merusak tekstur kering dari makanan kering aman, dalam parameter pengujian kadar abu ini
tersebut13. semakin rendah kandungan tepung beras merah akan
Dari hasil pengujian kadar air dapat semakin kecil pula kadar abu pada biskuit, hal ini dapat
dinyatakan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada dinyatakan bahwa kandungan mineral anorganik
formula 2 hal ini dikarenakan formula 2 mengandung dalam tepung beras merah rendah dan dapat
konsentrasi beras merah yang tinggi sedangkan dinyatakan tidak tercemar pada proses pembuatan
kandungan air beras merah lebih tinggi daripada daun hingga pemanggangan. Selain itu kadar abu pada beras
kelor yaitu 10,72%, dapat ditinjau dari kandungan air merah juga lebih kecil dari daun kelor, kadar abu pada
tersebut maka semakin tinggi konsentrasi tepung beras beras merah yaitu 1,47% sedangkan kadar abu pada
merah maka akan semakin tinggi pula kadar air, selain daun kelor yaitu 9,52%16.
itu kadar air juga dapat dipengaruhi oleh suhu Pengujian cemaran mikroba dilakukan untuk
pemanasan14. mengetahui apakah biskuit tepung beras merah
Uji kadar abu dilakukan untuk mengetahui kombinasi daun kelor memenuhi persyaratan mutu SNI
kandungan mineral dan anorganik pada biskuit. Uji 2018 pada parameter uji cemaran mikroba, selain itu
kadar abu dilakukan dengan menggunakan krus. Krus uji cemaran mikroba juga sangat penting dilakukan
yang telah dipanaskan dan memiliki berat konstan pada pangan agar tidak membahayakan panelis pada
diberikan sampel biskuit yang telah dihaluskan saat uji hedonik. Pengujian cemaran mikroba
sebanyak 2-3 gram. Krus tersebut kemudian menggunakan media Eosin Methylene Blue Agaros
dimasukan kedalam tanur dengan suhu 600˚C selama (EMBA), menggunakan metode spread plate. Media
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 75
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
yang dibuat sebanyak 250 mL menggunakan 9 gram mikroba pada biskuit tidak lebih dari 1x10 4
granul EMBA, kemudian campuran EMBA dan air Koloni/gram. Berdasarkan perhitungan cemaran
dimasak pada hot plate dan dihomogenkan dengan mikroba dapat dinyatakan bahwa seluruh sampel
magnetic strirer, setelah media homogen dan matang biskuit memenuhi syarat. Hasil ini juga menunjukkan
lalu kemudian disterilsasi dengan autoclave pada suhu bahwa semakin tinggi konsentrasi daun kelor semakin
121˚C selama 15 menit kemudian dituang pada cawan tinggi hasil cemaran mikrobanya. Hal ini erat kaitannya
petri sebanyak 10 mL lalu tunggu hingga media dengan kandungan lemak yang tinggi pada daun kelor
memadat17. yakni 7,96% sehingga dapat berpengaruh pada
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan kandungan lemak pada biskuit. Biskuit dengan
pengenceran pada sampel yang telah dilarutkan. konsentrasi daun kelor yang tinggi akan memiliki
Ppengenceran dilakukan dengan cara menambahkan kandungan lemak yang tinggi dan memiliki kandungan
9mL air pada larutan 1 mL sampel dan dilakukan hingga cemaran mikroba tinggi18. Lemak dapat memicu
10-3. Hasil pengenceran dimasukan ke dalam cawan pertumbuhan mikroorganisme karena beberapa
petri sebanyak 1 mL menggunkan metode spread mikroorganisme menjadikan lemak sebagai sumber
plate, pengerjaan dilakukan sebanyak 2 pengulangan energi. Selain itu suhu pemanasan juga dapat
atau duplo. Setelah sampel di sebar pada media lalu berpengaruh terhadap hasil cemaran mikroba pada
dilakukan inkubasi pada iknubator dengan suhu 37˚C formula 3, 4 dan 5 menggunakan suhu pemanasan
selama 24 jam. Setelah 24 jam coliform diamati dan yang lebih tiggi dari formula 1 dan 2 sehingga
dihitung koloni untuk kemudian dilakukan menghasilkan cemaran mikroba yang rendah
perhitungan. dikarenakan mikroba berkurang dan mati pada suhu
Setelah didapat hasil koloni kemudian tinggi. Hasil uji cemaran mikroba dapat dilihat di bawah
dihitung dengan menggunakan rumus ALT (Angka ini.
Lempeng Total). Menurut SNI tahun 2018 cemaran
Pengujian kadar lemak pada biskuit dilakukan dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi daun
dengan metode soxhlet, hasil uji kadar lemak pada biskuit kelor pada tiap formula maka akan semakin tinggi kadar
tersebut yaitu memenuhi persyaratan jumlah lemak yang lemak yang terkandung. Hal ini dikarenakan kandungan
terkandung pada biskuit tidak boleh kurang dari 9%. Pada lemak pada daun kelor yang tinggi. Jumlah kandungan
parameter uji kadar lemak ini kandungan daun kelor lemak ini erat kaitannya dengan proses ketengikan dan
sangat berpengaruh, dari hasil pengujian kadar lemak akan berdampak kerusakan pada biskuit19.
Hasil uji kadar lemak biskuit tepung beras kandungan lemak yang lebih tinggi dari beras merah yaitu
merah kombinasi tepung daun kelor ini dapat dinyatakan 7,96%, sedangkan diketahui bahwa kandungan lemak
memenuhi persyaratan mutu biskuit yang telah pada beras merah yaitu 2,50%. Berdasarkan hasil
ditetapkan SNI tahun 2018. Daun kelor memiliki tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 76
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
konsentrasi daun kelor akan semakin tinggi pula lemak sebelumnya diketahui bahwa kadar karbohidrat dari
yang terkandung dalam biskuit. Meskipun demikian biskuit tepung beras merah kombinasi tepung daun kelor
didapatkan hasil kadar lemak pada formula 5 lebih tinggi ini masih lebih rendah dari hasil penelitian Zaddana, et al.
dari formula 4, hal ini diduga disebabkan karena 20218 yaitu 76,42 %.
penambahan margarin pada loyang biskuit formula 5 Perhitungan kadar karbohidrat dengan
yang lebih banyak sehingga berpengaruh pada menggunakan metode by difference menunjukkan
kandungan lemaknya. komponen nutrisi lain berbanding terbalik terhadap
Hasil analisis protein juga dapat dilihat pada kadar karbohidrat. Pada formula 1, 2 dan 3 karbohidrat
tabel 4. Tabel tersebut menunjukan bahwa jumlah tidak memenuhi syarat dikarenakan kadar lemak pada
protein pada biskuit memenuhi syarat mutu yaitu lebih formula 1 dan 3 tersebut tinggi, hal ini juga dapat
dari 5%, pada formula ke 1 memiliki kandungan protein dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi daun kelor pada
paling tinggi yaitu 16,43%, hal ini disebabkan karena formula 1 dan 3 karena daun kelor memiliki kandungan
tepung daun kelor memiliki kandungan protein yang lebih lemak yang cukup tinggi selain itu lemak juga dapat
tinggi dari beras merah yaitu 29,45% maka semakin tinggi dihasilkan dari mantega dan kuning telur, adapun factor
konsentrasi daun kelor akan semakin tinggi pula lainnya yaitu kadar abu yang cukup tinggi serta protein
kandungan protein yang terkandung dan sebaliknya yang tinggi pada formula 1 dan 24.
semakin rendah kandungan tepung daun kelor akan Biskuit dengan kadar serat tinggi bermanfaat
semakin rendah pula protein yang terkandung, selain itu untuk tubuh dalam hal kelancaran buang air besar karena
zat tambahan lain seperti telur, mentega dan tepung serat berperan dalam pemberian muatan pada sisa
terigu juga dapat menjadi penambah kadar protein pada makanan yang ada dalam usus besar 22. Jumlah
biskuit. Menurut hasil penelitian Ahmad (2017)9 telur kandungan serat pada biskuit dikatakan memenuhi syarat
dapat digunakan sebagai pelembut adonan biskuit, oleh BPOM (2016) bila kadar serat pangan tidak boleh
namun penggunaan telur yang banyak dapat kurang dari 6%16.
meningkatkan kadar protein karena telur merupakan Berdasarkan hasil penelitian Fairudz (2015)23
sumber protein yang baik. disebutkan kaitan antara serat dengan asam empedu
Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu kekurangan serat pangan akan berpengaruh
tinggi rendahnya kandungan protein adalah suhu terhadap kadar kolesterol. Hal ini dikarenakan
pemanasan, pada pemanggangan biskuit digunakan 2 ketidakmapuan dalam pengikatan asam empedu yang
metode pemanasan yang berbeda, pada formula 5 berdampak pada penyerapan kolestrol di usus sehingga
menggunakan suhu pemanasan yang bertahap mulai dari terjadi penumpukan kolesterol dalam darah yang
60˚C, 80˚C, 100˚C hingga 120˚ berbeda dengan formula 1 mengakibatkan hipertensi. Pada tabel 14 dapat dilihat
yang menggunakan pemanasan dengan suhu 100˚C maka kadar serat pada biskuit formula 1 lebih tiggi dari kadar
hal ini dapat mempengaruhi kandungan protein 20. serat pada biskuit formula 2, biskuit formula 1 merupakan
Menurut Normilawati (2019)21, suhu formulasi biskuit dengan konsentrasi 50% daun kelor dan
pemanasan berbanding terbalik terhadap kadar protein tanpa penambahan tepung beras merah sedangkan
artinya semakin tinggi suhu maka kadar protein akan biskuit formula 2 merupakan formulasi biskuit dengan
semakin rendah. Hal ini dapat terjadi karena adanya konsentrasi 50% tepung beras merah dan tanpa
denaturasi protein yang menyebabkan perubahan atau penambahan tepung daun kelor.
kerusakan struktur protein sekunder, tersier dan Fahreina (2019)16 menyatakan bahwa
kuartener. Hal ini sejalan dengan faktor yang kandungan serat daun kelor lebih tinggi dibanding dengan
berpengaruh dalam denaturasi protein yaitu suhu dan beras merah. Sehingga semakin besar konsentrasi daun
tingkat asam basa. kelor maka akan semakin besar pula kandungan seratnya.
Komponen karbohidrat dalam biskuit memiliki Dari hasil pengujian kadar serat yang dilakukan dapat
fungsi sebagai bahan dasar yang erat kaitannya terhadap dinyatakan bahwa biskuit tepung beras merah kombinasi
karakteristik fisik produk. Metode by difference yang daun kelor memiliki kadar serat yang tinggi hal ini dapat
digunakan dalam perhitungan kadar karbohidrat ditinjau dari klaim BPOM (2016) dengan syarat serat >6%
dipengaruhi oleh keberadaan kadar abu, air, protein dan dan dapat dibandingkan dengan hasil penelitian Zaddana,
lemak. Hasil jumlah karbohidrat yang terkandung pada et al. (2021)8 yaitu biskuit tepung beras merah kombinasi
biskuit dapat dilihat pada tabel 13. Pada formula 4 dan 5 daun salam dengan kadar serat 5,94%, sehingga dapat
hasil karbohidrat memenuhi persyaratan mutu SNI 2973- dinyatakan bahwa biskuit beras merah kombinasi daun
2018, namun bila dibandingkan dengan hasil studi kelor ini lebih unggul.
Tabel 5. Hasil uji kadar serat
Formula Hasil (%) Klaim BPOM 2016 (%) Keterangan
F1 22,995 >6 Memenuhi Syarat
F2 11,685 >6 Memenuhi Syarat
F3 15,585 >6 Memenuhi Syarat
F4 11,55 >6 Memenuhi Syarat
F5 8,105 >6 Memenuhi Syarat
Zat besi sangat bermanfaat untuk bermanfaat pada pertumbuhan tulang dan gigi, hasil
pembentukan hemoglobin, kekurangan zat besi dapat penelitian pada analisis zat besi dapat dinyatakan
memicu penyakit anemia, selain itu zat besi juga semakin tinggi kandungan daun kelor maka akan semakin
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 77
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
tinggi pula kadar zat besi, dalam formulasi 40% tepung dapat dinyatakan bahwa biskuit tepung beras merah
daun kelor memiliki kandungan yang tinggi yaitu 31,52 kombinasi daun kelor ini efektif dijadikan sebagai pangan
mg/kg24. Dari hasil pengujian parameter zat besi maka fungsional untuk penambah asupan zat besi harian.
Takaran saji biskuit termasuk kedalam kategori Hasil takaran saji pada biskuit tepung beras
makanan ringan siap santap yang memiliki rentang merah kombinasi daun kelor yaitu dapat memenuhi
takaran saji sebesar 20-40 gram. Takaran saji yang ada syarat terhadap kadar protein, kadar karbohidrat, kadar
dipasaran yaitu, biskuit oriorio sebesar 25 gram. Dengan lemak, kadar zat besi dan kadar serat. Dengan demikian
demikian ditentukan takaran saji biskuit tepung beras biskuit tepung beras merah kombinasi daun kelor ini
merah kombinasi daun kelor sebesar 25 gram dengan dapat dijadikan salah satu alternatif pangan fungsional
berat masing-masing keping biskuit 5 gram. Nilai AKG khususnya sebagai penambah asupan serat dan zat besi
makronutrien untuk kategori umum adalah protein harian dan dapat membantu memenuhi kebutuhan
sebesar 60 gram, karbohidrat sebesar 325 gram, total nutrisi harian.
lemak sebesar 67 gram, serat (20 – 35 gram) dan zat besi
(9 – 18 mg).
Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa formula 3, 2018. Formulasi biskuit yang dirancang merupakan
4, 5 merupakan biskuit yang telah memenuhi persyaratan produk biskuit yang tinggi serat dan zat besi sehingga
mutu sehingga dapat dilakukan uji hedonik yang dapat menjadi makanan selingan alternatif dalam
bertujuan untuk melihat tinggat kesukaan panelis pemenuhan kadar serat dan zat besi harian dengan
terhadap warna, rasa, aroma serta tekstur 25. Uji hedonik penambahan esens maupun pemanis rendah kalori agar
dilakukan pada 30 orang panelis tidak terlatih dengan daya terima atau tingkat kesukaan terhadap biskuit dapat
kriteria inklusi berusi diatas 18 tahun, sehat (tidak sedang meningkat.
mengalami gangguan sensori) dan bersedia sebagai
relawan hingga penelitian selesai. Penilaian dilakukan ACKNOWLEDGEMENT
dengan cara panelis diberikan kuesioner yang
sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan releabilitas 20 Penulis mengucapkan terimakasih kepada para
yang kemudian data dari kuesioner tersebut diolah panelis, FMIPA, serta LPPM Universitas Pakuan yang telah
menggunakan aplikasi SPSS 24. membantu kelancaran penelitian ini
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan
ANOVA dan Duncan terlihat bahwa formula 5 merupakan
formula terbaik berdasarkan parameter uji hedonik yang Conflict of Interest dan Funding Disclosure
dilakukan dengan nilai tertinggi. Nilai tertinggi tersebut
merepresentasikan aroma daun kelor yang lemah, rasa Semua penulis tidak memiliki conflict of interest
tidak pahit, serta warna yang lebih disbanding dengan terhadap artikel ini. Penelitian ini didanai oleh Lembaga
formula biskuit lainnya. Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Pakuan.
KESIMPULAN
REFERENSI
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa biskuit tepung beras merah 1. Claudina, I., Rahayuning, D. P., Kartini, A., Gizi
kombinasi tepung daun kelor yang dibuat telah Kesehatan Masyarakat, B. & Kesehatan, F.
memenuhi persyaratan mutu biskuit menurut SNI tahun Hubungan Asupan Serat Makanan Dan Cairan
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga
e-ISSN: 2580-9776 (Online)
p-ISSN: 2580-1163 (Print) 78
Zaddana, et al | Amerta Nutrition Vol. 6 Issue 1SP (December 2022). 71-78
Copyright ©2022
Faculty of Public Health Universitas Airlangga
Open access under a CC BY – SA license
Joinly Published by IAGIKMI & Universitas Airlangga