Anda di halaman 1dari 28

KOMITE ETIK & HUKUM

RUMAH SAKIT DEWI SRI

PEDOMAN ETIK DAN


PROSEDUR
PENANGANAN KASUS ETIK
DI RUMAH SAKIT DEWI SRI
FIRMAN NURDIYANSYAH SUNANDAR, SH., MH.
KETUA KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT DEWI SRI
PEDOMAN ETIK DAN PROSEDUR
PENANGANAN KASUS ETIK

A. PEDOMAN ETIK RUMAH SAKIT DEWI SRI


B. PROSEDUR PENANGANAN KASUS ETIK
A. PEDOMAN ETIK RUMAH
SAKIT DEWI SRI
 TANGGUNG JAWAB UMUM
 TANGGUNG JAWAB TERHADAP MASYARAKAT
 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PASIENDAN HAK
PASIEN
 TANGGUNG JAWAB DAN PERAN PIMPINAN SERTA
SELURUH PERSONIL
 TINDAKAN MEDIK DAN PEMBEDAHAN
 TINDAKAN-TINDAKAN MEDIK LAIN
 TANGGUNG JAWAB ETIK PASIEN
 BIMBINGAN ROHANI ROHANI
 KERJA SAMA DENGAN UPAYA KESEHATAN LAINNYA
TANGGUNG JAWAB UMUM
Rumah Sakit Dewi Sri bertanggung jawab untuk :
 Mengamalkan Etika Rumah Sakit Indonesia;

 Menerapkan nilai-nilai shiddiq (benar dan jujur), yaitu bahwa


rumah sakit harus mempunyai visi, misi dan pengelolaan
maupun pelayanan di rumah sakit yang benar dan jujur serta
sejalan dengan “maqashid al-syariah al-Islamiyyah”;
 Mengembangkan peran serta dalam pembangunan nasional di
bidang kesehatan;
 Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan dengan
memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi, serta
menyelaraskan dengan kondisi dan perkembangan
masyarakat setempat;
 Memenuhi ketentuan-ketentuan yang diperlukan bagi
penyelenggaraan upaya pelayanan Rumah Sakit yang layak,
baik dari segi profesional maupun dari segi hubungan antar
manusia.
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
MASYARAKAT
 Rumah Sakit Dewi Sri menjalin kerja sama yang baik
dengan pemerintah, masyarakat, kelompok profesi
kesehatan serta lembaga ilmiah kesehatan dalam upaya
pengembangannya.
 Rumah Sakit Dewi Sri menyertai masyarakat dalam
menanggulangi bencana wabah dan kecelakaan masal.
 Pelayanan Rumah Sakit Dewi Sri berikhtiar menjangkau
masyarakat yang kurang mampu.
 Rumah Sakit Dewi Sri berupaya menumbuhkan
kepercayaan masyarakat dengan memberikan pelayanan
yang bermutu.
 Mengutamakan keselamatan pasien, tanpa mendahulukan
kemampuan pembiayaannya
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
PASIEN DAN HAK PASIEN
a. memberikan informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Dewi Sri;
b. memberikan informasi tentang hak dan kewajiban
pasien;
c. memberikan layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi;
d. memberikan layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
e. memberikan layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f. menerima pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
g. menyediakan dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginan pasien dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit Dewi Sri;
h. memberikan konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit Dewi Sri;
i. memberikan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
j. menerima persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
k. memberikan izin kepada pasien untuk didampinigi keluarganya
dalam keadaan kritis;
l. membebaskan pasien untuk beribadah sesuai dengan agama atau
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya;
m. menjamin keamanan dan keselamatan pasien selama dalam
perawatan di Rumah Sakit Dewi Sri;
n. menerima usulan, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
Dewi Sri terhadap dirinya;
o. menerima penolakan pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianut pasien;
p. menerima gugatan dan/atau tuntutan hukum secara perdata
ataupun pidana; dan
q. menerima keluhan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TANGGUNG JAWAB DAN PERAN
PIMPINAN SERTA SELURUH KARYAWAN
 tanggung jawab Pimpinan Rumah Sakit Dewi Sri
 tanggung jawab Para dokter
 tanggung jawab Para Perawat
 Tenaga Paramedis lain, tenaga non medik dan
karyawan lain berperan serta dalam tanggung jawab
atas kelancaran tugas pelayanan Rumah Sakit.
Mereka perlu bekerja sama sehingga Rumah Sakit
dapat memberikan pelayanan yang efektif, efisien
dan manusiawi.
tanggung jawab Pimpinan Rumah
Sakit Dewi Sri
 Seluruh karyawan Rumah Dewi Sri memahami, mengembangkan dan
mewujudkan citra Rumah Sakit yang bermutu dan manusiawi, nilai-nilai
yang diperjuangkan Rumah Sakit pada hakekatnya adalah nilai
kemanusiaan yang beradab sebagaimana dirumuskan dalam Pancasila
dan syariah islam;
 Terselenggaranya program pendidikan dan latihan bagi para personil
mencakup pemahaman dan penghayatan sikap etik, sehingga
menghasilkan perilaku yang tepat dan penuh dedikasi;
 Supaya pelayanan rumah sakit memenuhi standar yang
memadai, mengikuti perkembangan teknologi kesehatan serta
mengelola rumah sakit sedemikian sehingga dapat memberikan
pelayanan optimal pada masyarakat;
 Sistem penerimaan personil atau karyawan mengutamakan terpenuhinya
persyaratan umum yakni pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
sesuai dengan kualifikasi ketenagaan yang dibutuhkan, tanpa
membedakan suku, bangsa, golongan, status sosial, jenis kelamin,
agama dan kepercayaannya;
 Menciptakan suasana kerja yang penuh semangat, persaudaraan di
antara seluruh personil, menghormati hak dan memperlakukan karyawan
dengan adil dan bijaksana, memperhatikan kesejahteraan karyawan,
sehingga mereka dap at membaktikan diri secara penuh bagi pelayanan
kesehatan serta mendorong partisipasi semua pihak untuk meningkatkan
pelayanan.
tanggung jawab Para dokter
 Secara bersama melalui Komite Medik memberikan pelayanan
medik optimal kepada semua pasien, mendasarkan pertimbangan
dan tindakannya secara lege artis dengan memperhatikan nilai-
nilai manusiawi dan tuntutan etika medik, memberikan pelayanan
yang pantas penuh perhatian dan tepat pada waktunya;
 Berupaya agar mendapat kepercayaan pasien dan masyarakat,
berperilaku yang baik, di dalam maupun di luar rumah sakit,
sehingga tidak merugikan nama baik rumah sakit dan
kepercayaan pasien;
 Dalam menghadapi masalah yang mengandung dilema moral,
perlu menentukan sikap berdasarkan hati nurani yang terbina dan
mengadakan musyawarah dengan Komite Etik Rumah Sakit.
Keyakinan pribadi pasien perlu dihormati, tetapi tidak dapat
merupakan alasan untuk mengalihkan tanggung jawab etik
tindakan tertentu dari pihak dokter pada pihak pasien.
tanggung jawab Para Perawat
 Menjalankan tugas asuhan keperawatan sesuai dengan
etika profesi, merawat pasien tanpa membeda-
bedakan, sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi;
 Bekerja sama dalam tim kesehatan dan menjalankan
hubungan yang baik dengan unit lain dalam usaha
melindungi kehidupan, meningkatkan kesehatan
pasien, meringankan penderitaan, mencegah penyakit
dan menciptakan suasana nyaman bagi pasien;
 Mendampingi pasien, memberi nasehat dan petunjuk
kepada pasien dan keluarganya tentang cara-cara
menjaga kesehatan, memahami kesulitan pasien dan
penderitaan pasien, sehingga tercipta suasana yang
memungkinkan pasien menghayati makna hidupnya,
juga dalam penderitaan;
TINDAKAN MEDIK DAN
PEMBEDAHAN
 Semua tindakan medik di Rumah Sakit Dewi Sri tidak boleh
bertentangan dengan etik moral.
 Seseorang dilarang mengambil bagian atau diharuskan mengambil
bagian dalam tindakan medik atau pembedahan yang menurut
keyakinannya bertentangan dengan moral.
 Semua tindakan medik memerlukan persetujuan dari pasien atau
walinya.
 Pelaksanaan pembedahan dan tindakan medik yang mengandung
risiko besar terhadap kehidupan memerlukan informed consent dari
pasien atau walinya.
 Setiap tindakan yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi
pasien hanya dapat dibenarkan secara etik, jika melalui penilaian
seksama, memberikan manfaat seimbang untuk para pihak yang
terlibat.
 Bila ada keraguan mengenai moralitas suatu tindakan atau keraguan
mengenai keabsahan etik atau medik, harus diadakan konsultasi
profesional di dalam Komite Etik dan Hukum.
 Dengan sengaja mengakhiri hidup pasien, meskipun diminta sendiri
oleh pasien atau keluarganya, atau berlandaskan kasihan (euthanasia
aktif) bertentangan dengan etik kedokteran dan ajaran moral.
 Kelalaian untuk melakukan tindakan medik yang tepat bagi kehidupan
pasien yang dapat diselamatkan adalah sama dengan membiarkan
pasien meninggal yang secara etik tidak dibenarkan.
 Dapat dibenarkan memberikan obat penenang pada pasien dalam
keadaan terminal atau memberikan analgetika sewajarnya untuk
meringankan rasa sakit, meskipun diduga hal itu dapat mengurangi
kesadaran atau bahkan mungkin memperpendek hidup pasien sebagai
akibat sampingan.
 Kehidupan harus dijaga dengan penuh perhatian sudah sejak saat
pembuahan. Segala tindakan yang secara sengaja dan langsung
mengakhiri kehidupan, termasuk juga pengguguran bertentangan
dengan moral. Sikap hormat terhadap hidup, perlu disampaikan dengan
konsisten dalam konsultasi dengan orang yang pengguguran.
 Dalam menggunakan metoda teknologi mutakhir tentang reproduksi
manusia, martabat serta kehidupan setiap manusia harus dihormati
mulai dari saat pembuahan. Manusia baru hanya boleh diadakan
dalam kesatuan perkawinan dan dalam suasana cinta kasih ayah
ibunya.
 Tindakan dengan maksud menyembuhkan kondisi patologis seorang
ibu yang sedang mengandung, meskipun secara tidak langsung
dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan, diperbolehkan, asal
keadaan patologis tersebut serius dan tindakan pengobatan tidak
dapat ditunda sampai saat kelahiran tanpa membahayakan
kehidupan ibu dan jalan lain tidak ada.
 Sectio Caesarea diperbolehkan bila janin viabilis dan menurut
pertimbangan medik bermanfaat baik bagi ibu maupun anak.
Operasi tersebut tetap diperbolehkan meskipun ada bahaya bagi
kehidupan si bayi, apabila tindakan tersebut mutlak dibutuhkan
untuk menyelamatkan hidup ibu.
 Pada kehamilan di luar rahim yang membahayakan kehidupan ibu
dan viabilitas janin tak dapat diharapkan, tindakan operasi dapat
dibenarkan, meskipun secara tidak langsung berakibat berakhirnya
kehamilan.
TINDAKAN-TINDAKAN MEDIK
LAIN
 Dalam penelitian biomedik, pasien harus diperlakukan sebagai pribadi
manusia dan tidak melulu sebagai obyek penelitian. Penelitian biomedik
harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dengan disertai tindak
pengamanan yang wajar. Semua pasien/ orang yang ikut dalam penelitian
harus memberikan informed consent.
 Pencangkokan organ dari donor yang masih hidup, secara moral dapat
diijinkan jika ada persetujuan bebas dari donor tanpa meminta imbalan,
manfaat yang diharapkan bagi penerima seimbang dengan kerugian yang
diakibatkan pada donor, dan lagi dengan kepastian medik bahwa
pengambilan organ semacam itu tidak merampas hidup donor sendiri
maupun keutuhan fungsi tubuhnya.
 Pemeriksaan post-mortem hanya boleh dilakukan bila ada kepastian bahwa
seseorang telah meninggal. Organ-organ vital, yaitu organ tubuh yang
menopang kehidupan, tidak boleh diambil sebelum orang tersebut
meninggal. Perlu ada persetujuan sebelumnya dari donor yang
bersangkutan atau wali/keluarganya. Tim dokter yang melakukan
pencangkokan harus berbeda dengan dokter yang menentukan saat
kematian dari pasien yang akan menjadi donor.
 Tindakan medik yang berlebihan, baik berupa diagnosis maupun terapi
tidak dibenarkan. Suatu tindakan medik itu berlebihan jika tidak ada
indikasi yang tepat dapat membenarkannya dari segi kepentingan
penderita, apalagi jika hal tersebut merupakan tindakan kontra indikasi
dengan pertimbangan medik yang sehat.
 Dalam hal tindakan yang menyangkut pengendalian perilaku atau
perubahan kepribadian seseorang (misal : psikofarmaka-psikoterapi) perlu
diperhatikan bahwa :
 tak suatupun bentuk pengobatan boleh dijalankan jika tindakan tersebut secara
tetap membatasi atau menghancurkan kebebasan dan kepribadian manusia;
 jika bertujuan terapeutik, maka manfaat yang diperoleh pasien harus setimpal
dengan kerugian yang pasti atau mungkin dialami pasien. Persetujuan dari
pasien atau keluarganya (dalam hal pasien tak mungkin mengambil keputusan)
diperlukan;
 perlu juga dipertimbangkan dengan seksama, akibat jangka panjang bagi pasien
dibandingkan dengan manfaat peringanan sementara terhadap pasien;
 rahasia yang menyangkut psikoterapi harus disimpan secara seksama;
 tindakan pengendalian perilaku untuk memperbaiki kemampuan pasien (misal :
ingatan, kemampuan seksual) dapat dibenarkan jika ada persetujuan bebas dari
pasien, dan jika tidak ada cara lain untuk mencapai tujuan tersebut, dan jika
tindakan itu mengarah pada integritas pribadi manusia.
 Para tenaga kesehatan yang langsung terlibat dalam soal pengaturan
kesuburan yang dihadapi oleh suami istri, wajib membantu mereka agar
dapat mengambil keputusan yang tepat dengan tetap menghormati norma-
norma agama mereka.
TANGGUNG JAWAB ETIK
PASIEN
 Rumah Sakit Dewi Sri mengharapkan agar setiap pasien dan/
atau keluarganya menghargai kaidah-kaidah etik yang berlaku di
Rumah Sakit Dewi Sri.
 Rumah Sakit Dewi Sri mengharapkan agar setiap pasien dan/
atau keluarganya memperhatikan dan memenuhi kewajiban-
kewajiban:
 mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Dewi Sri;
 menggunakan fasilitas Rumah Sakit Dewi Sri secara
bertanggungjawab;
 menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak
Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
Rumah Sakit Dewi Sri;
 memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;
TANGGUNG JAWAB ETIK
PASIEN
 memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan kesehatan yang dimilikinya;
 mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit Dewi Sri dan disetujui oleh Pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
 menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya; dan
 memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
BIMBINGAN ROHANI
 Bimbingan rohani diharapkan dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien.
 Bimbingan rohani dilaksanakan secara profesional dan manusiawi.
 Bagi pasien terminal, yang tidak ada harapan sembuh dan
mendekati ajalnya, perlu secara lebih intensif diberikan bimbingan
rohani.
 Pasien/ keluarga pasien dapat menolak pelayanan bimbingan rohani
yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
KERJA SAMA DENGAN UPAYA
KESEHATAN LAINNYA
 Rumah Sakit Dewi Sri bekerja sama dengan jaringan karya
kesehatan lainnya lembaga-lembaga pendidikan, organisasi
medik-paramedik serta organisasi kesehatan lainnya yang
relevan untuk meningkatkan pelayanan, pendidikan dan
penelitian.
 Dalam hal terdapat keterbatasan fasilitas atau tenaga ahli, demi
kepentingan pasien Rumah Sakit Dewi Sri dapat bekerja sama
dan merujuk pasien ke Rumah Sakit lainnya yang lebih lengkap
dengan sepengetahuan dan persetujuan pasien atau keluarga
pasien.
 Rumah Sakit Dewi Sri menerima kerja sama dan rujukan dari
institusi kesehatan lain yang memerlukan fasilitas Rumah Sakit
Dewi Sri demi penanganan pasien secara optimal.
 Pemberian informasi mengenai pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Dewi Sri harus mematuhi prinsip-prinsip etik.
B. PROSEDUR PENANGANAN
KASUS ETIK
 Menerima Pengaduan
 Mengelola Pengaduan
 Penelaahan Pengaduan
 Tindak Lanjut Penanganan
 Penyelesaian Kasus
 Dokumentasi Kasus
Menerima Pengaduan
 Penanganan kasus penyimpangan etik dilakukan
jika :
 Terdapat pengaduan yang disampaikan kepada Komite
Etik Rumah Sakit;
 Atas permintaan Direktur Rumah Sakit;
 Adanya dugaan pelanggaran etik dari hasil pengamatan
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Dewi Sri.

 Penanganan pangaduan pelanggaran etik :


 Dianggap sah jika dilengkapi dengan Bukti-bukti
pendukung yang layak;
 Dianggap tidak sah jika tanpa bukti-bukti pendukung yang
lengkap dan layak, dan atau kadaluwarsa.
Mengelola Pengaduan
Komite Etik dan Hukum melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Mencatat dan mengkaji informasi :
 Identitas pelapor;

 Kronologis;

b. Mempelajari keabsahan surat pengaduan;


c. Mempelajari masalah yang diajukan;
d. Mengundang saksi ahli sesuai masalah yang
diadukan, jika memang diperlukan.
Penelaahan Pengaduan
 Penelaahan setiap pengaduan
pelanggaran etik ditangani berdasarkan
azas praduga tak bersalah;
 Penelaahan dilakukan dalam bentuk
rapat Komite Etik dan Hukum Rumah
Sakit Dewi Sri dan jika perlu dapat
disertai dengan kunjungan ke tempat
terjadinya kasus
Tindak Lanjut Penanganan
Keputusan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dalam penanganan kasus
pelanggaran etika :
 Harus menyatakan teradu bersalah atau tidak bersalah;
 Keputusan tentang kesalahan teradu dibedakan atas :
 Kesalahan ringan;
 Kesalahan sedang;
 Kesalahan berat;
 Keputusan berupa perbaikan prosedur.

Penetapan kategori kesalahan didasarkan atas kriteria sebagai berikut :


 Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi;
 Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan pasien;
 Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum;
 Akibat yang ditimbulkan terhadap citra rumah sakit;
 Itikad baik teradu dalam turut menyelesaikan kasus;
 Situasi lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kasus.
Penyelesaian Kasus
 Keputusan Komite Etik dan Hukum diambil berdasarkan
musyawarah dan mufakat, dengan mengacu kepada Pedoman Etik
Rumah Sakit Dewi Sri dan prinsip-prinsip etik.
 Sanksi yang diberikan tergantung berat ringannya kesalahan yang
dapat berupa :
 Peringatan lisan;
 Peringatan tertulis;
 Alih Tugas;
 Skorsing;
 Pemutusan hubungan kerja.

 Keputusan Komite Etik dan Hukum bersifat rahasia dan diteruskan


kepada Direktur untuk tindak lanjutnya.
 Apabila Direktur tidak puas dengan keputusan yang telah
ditetapkan maka diteruskan naik banding tahap pertama ke tingkat
Dewan Etik Rumah Sakit melalui pimpinan rumah sakit, apabila
tetap tidak puas maka akan diteruskan ke Majelis Etik Rumah Sakit.
Dokumentasi Kasus

 Seluruh dokumen yang terkait dengan


kasus ditata dan disimpan dengan baik;
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai