Anda di halaman 1dari 57

RUMAH SAKIT AS-SYIFA

MOTTO : “ Cepat, Tepat, Terjangkau” adalah motto dari Rumah Sakit As -


Syifa yang menggambarkan motivasi, semangat dan tujuan dari
Rumah Sakit As-Syifa yang senantiasa berusaha memberikan
pertolongan / pelayanan dengan cepat tanpa menunggu jaminan, tepat
dalam bertindak dan memperhitungkan tingkat kemampuan
masyarakat sehingga biaya tidak menjadi kendala utama bagi
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan

VISI :

“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Bengkulu Selatan “

MISI :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan mengutamakan


keselamatan pasien.
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional, bermutu dan berkomitmen
tinggi terhadap rumah sakit.
3. Mengembangkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan secara
berkesinambungan.
4. Mewujudkan suasana lingkungan yang aman, nyaman dan komunikatif.

Nilai Budaya : AS-SYIFA

1. Amanah : Dapat dipercaya masyarakat dalam memberikan pelayanan


2. Sabar : Selalu melayani pasien dengan penuh kesabaran, dapat mengendalikan diri
dan tidak mudah mengeluh
3. Solid : Kuat menghadapi rintangan, kukuh menjalani pekerjaan dan berbobot dalam
pelayanan
4. Yakin : Percaya dan sungguh – sungguh dalam memberikan pelayanan
5. Istiqomah : Selalu teguh pendirian dan konsekuen dalam setiap pekerjaan
6. Familiar : Senantiasa menjalin keakraban dilingkungan kerja dan masyarakat
7. Adil : Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien
KEKAYAAN INTELEKTUAL

Logo Rumah Sakit As-Syfa berbentuk gambar dua buah rumah yang berdampingan
dengan ekor yang menjurai kebawah dan palang merah dalam lingkaran merah di kanan
depan rumah.
Arti dari logo tersebut adalah
1. Gambar “Dua Rumah” melambangkan Rumah Sakit As-syifa melayani semua
pelanggan tanpa diskriminasi suku, agama, ras dan antar golongan (SARA)
2. Tanda “Palang merah dalam Lingkaran Merah” melambangkan Rumah Sakit As-syifa
selalu siap untuk memberikan pertolongan kepada semua pelanggan secara universal
atas dasar kemanusiaan.
3. Dua buah “Ekor Menjurai ke Bawah” melambangkan Rumah Sakit As-syifa akar
mengakar di hati pelanggan.
Warna Logo “Biru” melambangkan Rumah Sakit As-yifa dalam memberikan pelayanan
senantiasa didasari saling percaya dan penuh tanggung jawab.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

 Hak Pasien dan Keluarga


Setiap Pasien mempunyai Hak ( undang-undang No. 44 Tahun 2009 )
1. Memperoleh informasi m
2. engenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
3. Memperoleh inormasi tentang Hak dan Kewajiban Pasien;
4. Memperoleh pelayanan yang Manusiawi, adil dan jujur tanpa diskriminasi;
5. Memperoleh layanan kesesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
6. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
7. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
8. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
kemampuan serta sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
9. Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
10. Mendapatkan privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya;
11. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
12. Memberikan persetujuan dan penolakan atas tindakan yang akan dilakukan
oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
13. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
14. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
15. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di Rumah
Sakit;
16. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya, menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya;
17. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit bagi yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

 Kewajiban Pasien
Permenkes RI No. 4 Tahun 2018
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan financial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan Tenaga Kesehatan di Rumah
Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atau keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk
penyembuhan penyakit atau mesalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

(UU no. 44 Tahun 2009 : UU tentang Rumah Sakit)

 Kewajiban Rumah Sakit


Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a) memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
b) memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit;
c) memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
d) berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
e) menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
f) melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan
gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi
misi kemanusiaan;
g) membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h) menyelenggarakan rekam medis;
i) menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,
lanjut usia;
j) melaksanakan sistem rujukan;
k) menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
l) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;
m) menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n) melaksanakan etika Rumah Sakit;
o) memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p) melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional;
q) membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran
gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
r) menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
s) melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas; dan
t) memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

 Hak Rumah Sakit


Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:
a) menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan
klasifikasi Rumah Sakit;
b) menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan
pelayanan;
d) menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
e) menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
f) mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;
g) mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h) mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

MARS RS AS-SYIFA

Rumah sakit assyifa Bengkulu selatan

Mengedepankan pelayanan yang optimal

Cepat, tepat, terjangkau menjadi mottonya

Rumah sakit assyifa jadi pilihan


Sambut pasien dengan keiklasan

Dedikasi tertuang ditiap tindakan

Modern berkualitas menjadi jaminan

Rumah sakit assyifa jadi pilihan

Sembuhmu, sehatmu jadi tekad kami semua

Kami melayani dengan sepenuh hati

Rumah sakit assyifa untuk semua

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

1. Apa yang Anda ketahui tentang sasaran keselamatan pasien di rumah sakit ?
Jawaban :
Ada 6 sasaran keselamatan pasien di rumah sakit (sumber acuan : Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011)
a. Ketepatan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai (High Alert)
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
2. Bagaimana proses identifikasi pasien di RS. As-syifa
Jawaban :
a. Setiap pasien dipasang Gelang Identitas
1) Semua pasien masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas, sedangkan
pasien rawat jalan tidak perlu (kecuali pasien resiko jatuh di poli dipasangkan
pita berwarna kuning oleh satpam/bagian pendaftaran/perawat poli yang
menemukan)
2) Petugas harus memberikan informasi kepada pasien saat pemasangan gelang
3) Ketentuan terkait dengan penggunaan gelang identitas
Rawat Inap
Berlaku untuk umum
Gelang merah muda = pasien wanita
Gelang biru = pasien laki-laki

Berlaku untuk pasien dengan kebutuhan khusus


Pin merah = Pasien alergi
Pin kuning = Pasien resiko jatuh
Pin ungu = Pasien dengan Do Not Rescucitation

b. Identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan atau pengobatan minimal 2


(dua) identitas yaitu nama dan tanggal lahir (bukan umur) dengan ketentuan
:
1) Nama Lengkap 2 kata (bila nama hanya terdiri dari 1 kata, maka tambahkan
bin atau binti ... )
2) Nomor kamar dan tempat tidur tidak boleh digunakan sebagai identifikasi

3. Kapan Pelaksanaan verifikasi identifikasi pasien dilakukan ?


Identifikasi pasien wajib dilaksanakan pada saat :
a. Sebelum melakukan Prosedur / Tindakan
b. Sebelum pemberian obat
c. Sebelum pemberian Transfusi Darah / Produk Darah lainnya,
d. Sebelum pengambilan sampel darah dan spesimen lain
e. Sebelum pemeriksaan radiologi

4. Bagaimana proses identifikasi untuk pasien dengan kebutuhan / kondisi khusus,


seperti : pasien tidak dapat berkomunikasi, pasien yang tidak memiliki
ekstremitas atas / luka bakar ?
Jawaban :
Ketentuan terkait identifikasi bagi pasien dengan kondisi khusus
a. Pasien tidak dapat berkomunikasi (bayi, terpasang ventilator, tidak sadar,
gangguan metal)
COCOKKAN identitas pada gelang pasien dengan identitas pada berkas rekam
medis
b. Pasien tidak dapat berkomunikasi dan tidak diketahui identitasnya dan tidak
ada keluarga
Pasang gelang identitas, cantumkan simbol Tn./Ny./Nn./An./By. X, tanggal & jam
masuk RS, nomor rekam medis
c. Pasien tidak memiliki ekstremitas atas / luka bakar
Pasang gelang identitas di kaki pasien

5. Bagaimana proses pemasangan dan pelepasan gelang identifikasi di RS. As-


Syifa?
Jawaban :
1. Pemasangan gelang identifikasi sesuai SPO:
- Pastikan identifikasi pasien menggunakan minimal 2 identitas yaitu nama dan
tanggal lahir.
- Siapkan gelang identitas : biru untuk laki-laki, merah muda untuk perempuan
- Siapkan Pin penanda (jika ada) : merah untuk alergi, kuning untuk resiko
jatuh, ungu untuk DNR.
- Beri salam dan memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
- Beritahu tujuan pemasangan gelang sebelum dipasang dan tidak boleh dilepas
selama dalam perawatan di rumah sakit As-syifa
- Pasang gelang identitas ditangan yang tidak terpasang infuse
- Posisi gelang menghadap ke petugas
2. Pelepasan gelang identifikasi sesuai SPO
- Pelepasan gelang dilakukan perawat setelah pasien dinyatakan boleh pulang
dan menyelesaikan administrasinya.
- Beri salam dan memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
- Jelaskan maksud dan tujuan pelepasan gelang kepada pasien dan keluarga
- Gelang dilepas/digunting dari tangan pasien, selanjutnya digunting kecil-kecil
dan dibuang ke tempat sampah medis.
- Pelepasan gelang identitas pasien meninggal dilakukan di kamar jenazah.
6. Bagaimana tata cara berkomunikasi yang efektif antar praktisi pelayanan di RS.
As-syifa ?
Jawaban :
Tata cara komunikasi dapat dilakukan secara verbal, tertulis dan melalui media
elektronik, dengan ketentuan :
a. Komunikasi di antara petugas pemberi pelayanan
1) Komunikasi secara verbal
a) RS. As-syifa menerapkan teknik SBAR dalam proses serah terima
informasi terkait status dan kondisi pasien serta saat melaporkan kondisi
pasien kepada DPJP guna meningkatkan efektifitas komunikasi
Contoh serah terima informasi pasien saat pergantian shift dengan metode
SBAR
 S (Situation) : Kondisi terkini keadaan pasien
 B (Background) : Informasi penting tentang kondisi pasien terkini
 A (Assesment) : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 R (Recommendation) : Tindakan untuk mengatasi masalah

Contoh serah terima informasi pasien saat pergantian shift dengan metode SBAR
S (Situation) :
Pasien Tn. Gun, 45 thn, dirawat dikamar 302, saat ini mengalami
gangguan pernapasan dengan RR 35x/mnt.
B (Background) :
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat Pneumothorax,
O2 saturasi turun 85% dengan non rebreathing, pada asukultasi : suara
pernapasan menurun disebelah kanan. Trachealshift, peningkatan distress,
pasien saat ini diposisikan tidur semifowler
A (Assesment) :
Pasien tampaknya mengalami gagal nafas / gangguan pertukaran gas
R (Recommendation) :
Dokter telah dihubungi melalui telepon namun belum terhubung, mohon
dihubungi kembali untuk kemungkinan alih rawat ICU untuk pemasangan
ventilator

Contoh melaporkan kondisi pasien kepada dokter dengan metode SBAR


S (Situation) :
Pasien Tn. Ari, tanggal lahir 01-02-1980, dirawat di kamar 357, saat ini
mengalami gangguan pernapasan, TD 130/90, N 88, RR 25x/mnt
B (Background) :
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat Pneumothorax,
O2 saturasi turun 95% dalam 2 liter/mnt menjadi 85% dengan non
rebreathing, pada asukultasi : suara pernapasan menurun disebelah kanan.
Trachealshift, peningkatan distress, pasien saat ini diposisikan tidur
semifowler, dan diberikan O2 sebanyak 4 liter/mnt dengan nasal canule
A (Assesment) :
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk
R (Recommendation) :
Mohon segera datang, apakah diperlukan tindakan intubasi, atau transfer
segera ke HCU
b) RS. As-Syifa menerapkan teknik TBAK dalam proses verifikasi terhadap
penyampaian informasi secara lisan melalui media komunikasi telepon /
penerimaan laporan hasil tes kritis / pemeriksaan CITO / pelaporan nilai
kritis terkait status dan kondisi pasien
T : Tulis
BA : Baca
K : Konfirmasi kembali
Catatan :
Untuk istilah sulit atau obat kategori LASA, penerima pesan diminta
mengeja kata tersebut per huruf dengan menggunakan kode alphabet
internasional.
2) Dalam proses pemberian informasi / melaporkan kondisi pasien ke DPJP
dengan menggunakan komunikasi telepon, hal - hal yang harus dilakukan
adalah :
a) Periksa pasien dengan benar
b) Lihat nama DPJP yang sesuai untuk ditelpon
c) Mengetahui diagnosa masuk pasien
d) Baca catatan dokter dan keperawatan terbaru
e) Pegang rekam medik pasien dan siap untuk melaporkan : alergi,
pengobatan yang diberikan cairan IV, hasil tes / laboratorium
b. Komunikasi secara tertulis
dalam pelaksanaan komunikasi secara tertulis, hal - hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
1) Penulisan instruksi harus LENGKAP, dapat TERBACA dengan JELAS,
agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi
2) Harus menuliskan NAMA LENGKAP, TANDA TANGAN serta
TANGGAL dan WAKTU / JAM
3) HINDARI penggunaan SINGKATAN, AKRONIM, dan SIMBOL yang
berpotensi menimbulkan, masalah dalam penulisan instruksi dan dokumentasi
medis
4) Penggunaan Singkatan (bila tidak dapat dihindari / memang harus), maka
harus disesuaikan dengan Standar Singkatan RS As-Syifa

7. Bagaimana proses pengejaan terkait komunikasi via telepon di rumah sakit ini ?
Jawaban :
Proses pengejaan terkait komunikasi via telepon dilakukan dengan menggunakan
kode alfabet

Gambar 1. Kode Alfabet

8. Apa yang dimaksud dengan tes kritis ? dan bagaimana ketentuannya ?


Jawaban :
a. Tes kritis adalah hasil pemeriksaan yang harus segera dilaporkan yang
mengindikasikan kelainan / gangguan yang dapat mengancam jiwa. Tes kritis
meliputi :
1) Tes / pemeriksaan Cito
2) Tes Laboratorium, radiologi dan EKG.
3) Daftar nilai kritis :
1. Laboratorium
Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Newborn

No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas Sampel


1. Bilirubin mg/dl - 15 Serum/Plasma
2. Glukosa mg/dl 30 325 Serum/Plasma
3. Potassium mmol/dl 2.8 7.8 Serum/Plasma

Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Anak


No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas Sampel
1. Glukosa mg/dl 46 445 Serum/Plasma
2. Laktat mmol/dl - 4.1 Plasma
3. Bilirubin total mg/dl - 20

Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Dewasa


No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas Sampel
1. Laktat mmol/dl - 3.4 Plasma
2. Potassium/Kalium mmol/dl 2.8 6.2 Serum/Plasma

Nilai kritis pemeriksaan hematologi

No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas


1. Hemoglobin Dewasa g/dl 5 20
2. Hemoglobin Bayi Baru Lahir g/dl 5 25
3. Hematokrit % 20 60
4. WBC /µL 1.000 50.000
5. Platelet /µL 20.000 800.000
6. INR - 5

2. Radiologi
Area
Kondisi Kategori Kritis
Anatomi/
Red Category Condition*
Anatomical
Laporkan Secara Lengkap Dalam Waktu 1 Jam
Area
Sistem saraf Perdarahan serebral / hematoma
pusat Tumor otak (efek massa)
Stroke akut
Fraktur depresi pada tengkorak
Fraktur tulang belakang servikal
Kompresi sumsum tulang belakang
Leher Epiglotitis
Diseksi arteri karotis
Critical carotid stenosis
Payudara
Dada Tension pneumothorax
Diseksi aorta
Emboli paru
Aneurisma pecah atau impending rupture
Emfisema mediastinum / pneumomediastinum
Abdomen Udara bebas di abdomen (bila tanpa riwayat pembedahan dalam waktu
dekat)
Ischemic bowel
Appendicitis
Emboli vena porta
Volvulus
Perlukaan organ dalam traumatic
Perdarahan retroperitoneal
Obstruksi usus
Urogenital Kehamilan ektopik
Abruptio placentae
Placental Previa menjelang aterm
Torsio testis atau ovarium
Kematian vetus
Vaskuler DVT atau oklusi vaskuler
Tulang
Umum Kesalahan lokasi pemasangan selang / infuse (misalnya selang makan
pada saluran napas)

3. Daftar Nilai Kritis Kardiologi


Testing Red Category Conditions
Test
Area Complete Alert Within 1 Hour
Cardiology EKG" Acute ST segment elevation of 1mm or more in 2 more more
Contiguous leads, first instance only*
Acute ST depresssion of 2 mm or more in 2 or more contiguous leads, first
instance only*
High Grade AV block (no pace maker), first instance only
Sustained VT
Torsadesdes points
b. Ketentuan terkait dengan penyampaian hasil tes kritis, meliputi :
1) Tes kritis dilaporkan oleh petugas lab, radiologi, dan perawat
2) Hasilnya harus SEGERA dilaporkan baik Normal / Abnormal
3) Hasil Abnormla harus dilaporkan SESEGERA mungkin (< dari 1 jam) kepada
dokter pemintaan tes

9. Obat apa saja yang termasuk kedalam obat yang perlu diwaspadai ? dan
bagaimana pengelolaannya ?
jawaban :
a. Obat yang termasuk kedalam obat yang perlu diwaspadai adalah :
1) Obat dengan osmolaritas pekat / elektrolit pekat
Contoh :
a) KCI 7,6%
b) Ca Glukonas 10%
c) MgSO4 20% dan 40%
2) Obat golongan narkotika, psikotropika, dan obat anestetik umum
Contoh : Pethidin, Fentanyl, Ketamin, dll
3) Obat golongan insulin dan hipoglikemia oral
4) Obat antikoagulan dan trombolitik : Arixtra,
5) Obat Agonis Adregenik : Epinefrin, Norepinefrin
6) Obat NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip) / LASA
(LookAlikeSoundAlike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengerannya mirip
b. Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai meliputi :
1) Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas yaitu hanya orang
tertentu yang boleh masuk ke dalam tempat penyimpanan ‘Obat-obatan High
Alert’, untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja / kurang hati-hati
(Restricted Area)
Catatan :
Semua obat-obat yang termasuk HighAlert Medications diberi stiker merah
bertuliskan HighAlert
2) Obat-obatan elektrolit pekat tidak disimpan dalam unit perawatan pasien.
Penyimpanan dilakukan di instalasi farmasi, menggunakan label yang jelas.
Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan menggunakan label
yang khusus.
3) Setiap obat yang termasuk dalam golongan HighAlert diberi stiker merah dg
tulisan HighAlert.
4) Untuk obat-obatan yang termasuk LASA, tidak boleh ditempatkan / diletakkan
bersandingan, agar tidak menimbulkan risiko tertukar.
5) PASTIKAN SETIAP PEMBERIAN OBAT MENERAPKAN PRINSIP 5
BENAR (benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute/cara pemberian,
benar pasien)

10. Bagaimana cara pemberian obat yang benar ke pasien ?


Jawaban :
Pemberian obat ke pasien dilakukan dengan menerapkan PRINSIP 5 BENAR dalam
pemberian obat :
a. Benar IDENTITAS PASIEN :
1) Benar NAMA pasien
2) Benar NOMOR REKAM MEDIK pasien
3) Benar TANGGAL LAHIR pasien
b. Benar OBAT
c. Benar DOSIS
d. Benar WAKTU dan FREKUENSI pemberian
1) Perhatikan waktu pemberian (tiap..... jam)
2) Sebelum / saat / sesudah makan
3) Segera berikan sesuai instruksi dokter
e. Benar RUTE pemberian
1) Sesuai bentuk / jenis sediaan obat (slow released & entericcoated jangan digerus)
2) Obat yang diberikan via NGT sebaiknya obat cair / sirup

11. Bagaimana prosedur penandaan lokasi operasi dilakukan ?


Jawaban :
a. Lakukan identifikasi pasien dengan meminta pasien untuk menyebutkan nama dan
tanggal lahir pasien “bapak / ibu sesuai dengan standar keselamatan pasien
sebutkan nama dan tanggal lahirnya “
b. Periksa identitas yang telah disebutkan oleh pasien dengan gelang identifikasi
yang terpasang pada lengan pasien atau sesuai dengan kondisi pasien
c. Cuci tangan sebelum berinteraksi dengan pasien
d. Jelaskan tentang materi penandaan lokasi operasi yang dilakukan pada pasien dan
keluarga
e. Berikan tanda pada lokasi operasi dengan memberi tanda dengan serta lingkaran
pada lokasi yang akan dioperasi dengan menggunakan spidol berwarna hitam.
Keterangan :
1) Penandaan lokasi operasi maksimal 1 jam sebelum tindakan operasi
2) Penandaan lokasi opersi dapat dilakukan di ruang perawatan atau selambat-
lambatnya di ruang penerimaan kamar bedah
3) Libatkan pasien dan atau keluarga saat dilakukan penandaan lokasi operasi
4) Penandaan lokasi operasi dengan memberi tanda centang (√) menggunakan
spidol warna hitam.
f. Dokumentasi penandaan lokasi operasi pada Formulir Penandaan Lokasi Operasi
dengan cara memberikan tanda panah serta lingkaran pada lokasi yang akan
dioperasi dengan menggunakan bolpoin berwarna merah
g. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan penandaan lokasi operasi
telah selesai
h. Tanda tangani Formulir Penandaan Lokasi Operasi sebagai bukti persetujuan atas
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Keterangan :
Formulir Penandaan Lokasi Operasi harus ditanda tangani oleh dokter yang
melakukan penandaan lokasi operasi serta pasien / keluarga
i. Cuci tangan setelah berinteraksi dengan pasien

12. Pada kasus apa saja penandaan lokasi operasi pada Formulir Penandaan Lokasi
Operasi dilakukan ?
Jawaban :
Penandaan lokasi operasi dilakukan untuk kasus operasi seperti :
a. Organ tubuh yang memiliki dua sisi (kanan / kiri)
b. Organ tubuh yang memiliki banyak struktur, contoh : jari-jari tangan, jari-jari kaki
c. Organ yang memiliki tingkatan, contoh : tulang belakang
d. Mata, wajah ditandai dengan menempelkan plester
e. Gigi ditandai di foto panoramicnya…

13. Tahukan Anda tentang prosedur ceklis keselamatan operasi ?


Jawaban :
Ceklis keselamatan operasi merupakan prosedur wajib yang dilakukan oleh setiap
petugas kamar operasi yang akan melakukan tindakan operasi terhadap pasiennya,
ceklis keselamatan operasi terdiri dari proses :
a. Sign in : merupakan fase sebelum induksi anestesi dimana petugas anestesi
melakukan pemeriksaan serta konfirmasi identifikasi pasien, prosedur operasi,
lokasi operasi, persetujuan tindakan sertas memastikan bahwa kebutuhan operasi
pasien telah lengkap dan siap pakai, prosedur ini dilakukamen diruang persiapan
operasi.
b. TimeOut : merupakan fase dimana setiap anggota tim operasi memperkenalkan
diri dan peran mereka pada saat operasi dilakukan, guna memastikan bahwa
semua orang diruang operasi saling mengenal, pada fase ini anggota operasi juga
melakukan konfirmasi bahwa antibiotik propilaksis telah diberikan 30 menit
sebelumnya. Prosedur ini dilakukan sebelum insisi kulit dilakukan didalam ruang
operasi
c. SignOut : merupakan fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah
dilakukan, pada fase ini tim bedah memastikan bahwa spesimen telah diberi label
identitas pasien, jumlah kassa, instrument dan jarum telah lengkap dan tidak ada
yang tertinggal serta review masalah yang terjadi untuk tindakan penyembuhan
dan manajemen pasien selanjutnya. Prosedur ini dilakukan setelah operasi
dinyatakan selesai sebelum meninggalkan kamar operasi

Proses sign in, timeout, dan signout dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh
operator, dokter anestesi dan perawat. Semua pertanyaan / kekeliruan harus
diselesaikan sebelum dilakukan insisi

14. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengurangi risiko infeksi di rumah sakit
?
Jawaban :
Dalam mengurangi risiko infeksi RS. As-syifa melakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
a. Melaksanakan strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di seluruh unit
pelayanan dengan melibatkan tenaga kesehatan, karyawan, pasien, keluarga,
pengunjung rumah sakit :
1) Melakukan kebersihan tangan secara tepat, pada waktu yang tepat sesuai
standar WHO
2) Menggunakan alat pelindung diri (APD) secara tepat
3) Menerapkan etika batuk
4) Membuang sampah sesuai jenis dan tempatnya
5) Pembuangan limbah sesuai prosedur
6) Pemeriksaan kesehatan karyawan
7) Pengelolaan linen sesuai prosedur
8) Melakukan praktik penyuntikan yang aman, dll
b. Pengawasan ketat kepatuhan cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri (masker,
sarung tangan, dll), penerapan etika batuk, ketepatan pembuangan sampah oleh
tenaga kesehatan, karyawan, pasien, keluarga & pengunjung rumah sakit.

15. Bagaimana prosedur cuci tangan yang benar di rumah sakit ini ?
Jawaban : TEPUNG SELACI PUPUT
TElapak tangan, PUNGgung tangan, SELA jari, kunCI, PUtar jempol,
PUTar jari.
Prosedur cuci tangan di rumah sakit ini dilakukan dengan menggunakan 6 langkah
cuci tangan sesuai dengan standar WHO yang terdiri dari 2 metode cuci tangan yaitu :
a. Hand Wash (memakai air yang mengalir dan sabu) : metode ini digunakan bila
tangan tampak kotor, keseluruhan proses cuci tangan antara 40-60 detik (7
gosokan per langkah).
Gambar 3. Teknik Cuci Tangan dengan HandWash

b. Hand Rub (memakai antiseptic berbasis alkohol) : bila tangan tidak tampak
kotor, keseluruhan proses cuci tangan antara 20-30 detik (4 gosokan per langkah)
Gambar 4 Teknik Cuci Tangan dengan HandRub

16. Pada saat kapan saja petugas rumah sakit wajib melakukan prosedur cuci
tangan ?
Petugas rumah sakit wajib melakukan prosedur cuci tangan pada saat :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik
c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
17. Upaya apa saja yang dilakukan oleh RS. As-syifa dalam mengurangi risiko
pasien jatuh ?
Dalam mengurangi risiko jatuh RS. As-syifa melakukan upaya – upaya sebagai
berikut :
a. Melakukan asesmen awal risiko jatuh baik rawat jalan maupun rawat inap
b. Melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan
c. Melaksanakan edukasi & upaya pencegahan bagi pasien yang berisiko jatuh
dengan melibatkan pasien dan keluarga

18. Metode apa yang digunakan dalam melakukan asesmen pasien risiko jatuh ?
Jawaban :
Metode yang digunakan dalam melakukan asesmen pasien risiko jatuh dikategorikan
menjadi :
a. Pasien rawat jalan (poli) / di IGD
1) Pasien dewasa, metode yang digunakan adalah Modified Get Up& Go Test:
o Perhatikan cara berjalan pasien apakah tampak tdk
seimbang/sempoyongan?
o Apakah pasien memegang pinggiran kursi/ benda lain saat akan berdiri?
a) Tidak berisiko jatuh : jika jawaban keduanya tidak.
b) Risiko jatuh rendah : jika ada 1 jawaban ya
c) Risiko jatuh tinggi : jika kedua jawaban ya
2) Pasien anak:
o Apakah ada riwayat jatuh ditempat tidur?
o Apakah menggunakan obat penenang?
a) Tidak berisiko jatuh : jika jawaban keduanya tidak.
b) Risiko jatuh rendah : jika ada 1 jawaban ya
c) Risiko jatuh tinggi : jika kedua jawaban ya

b. Pasien rawat inap


1) Pasien dewasa, metode yang digunakan adalah Skala Morse, dengan ketentuan
a) Tidak berisiko: skor 0 - 24
b) Risiko jatuh rendah: skor 25 - 44
c) Risiko jatuh tinggi: skor ≥ 45
2) Pasien anak, metode yang digunakan adalah Skala Humpty Dumpty, dengan
ketentuan :
a. Risiko jatuh rendah: skor 7 – 11
b. Risiko jatuh tinggi: skor ≥ 12
3) Pasien Geriatri (≥60 tahun), menggunakan Skala Sidney:
a. Risiko jatuh rendah: skor 0-5
b. Risiko jatuh sedang: skor 6-16
c. Risiko jatuh tinggi: skor 17-30

Yang dipasang pin kuning adalah yang risiko jatuh sedang/tinggi. Pasang
segitiga kuning di bed pasien.

19. Tindakan apa yang dilakukan bila pasien terindikasi memiliki risiko jatuh di
instalasi rawat inap ?
Jawaban :
Upaya yang dilakukan bila pasien memiliki indikasi risiko jatuh dikelompokkan
berdasarkan kategori indikasi risiko jatuh, yakni :
a. Risiko jatuh rendah, upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2) Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
3) Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
4) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
5) Pagar pengamanan tempat tidur dinaikkan
6) Menggunakan sandal anti licin
7) Pastikan pencahayaan adekuat
8) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan
9) Bantu pasien ke kamar mandi, jika diperlukan
10) Evaluasi efektivitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh (sedasi,
antihipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan sebagainya), konsultasikan
dengan dokter atau petugas farmasi jika perlu
11) Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada pasien
dengan gangguan keseimbangan / gaya berjalan / penurunan fungsional.
12) Nilai ulang status kemandirian pasien setiap hari
13) Pantau adanya hipertensi ortostatik jika pasien mengeluh pusing atau vertigo
dan ajari pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan
14) Gunakan peninggi tempat dudukan toilet, jika diperluka
15) Penggunaan alat bantu (tongkat, alat penopang), jika perlu
16) Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan jatuh kepada pasien dan
keluarga
b. Risiko jatuh sedang/ tinggi upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pasang kancing berwarna kuning (identifikasi untuk pasien risiko jatuh) pada
gelang identifikasi pasien
2) Lakukan upaya pencegahan pasien kategori risiko jatuh rendah
3) Lakukan evaluasi dan monitoring terkait jatuh rendah pasien setiap shift
4) Tempatkan pasien di kamar perawatan yang paling dekat dengan kamar
perawat (jika kondisi memungkinkan)
5) Pasang segitiga kuning risiko jatuh di bed pasien

20. Tindakan apa yang Anda lakukan bila menemukan pasien jatuh ?
Jawaban :
Tindakan yang dilakukan bila menemukan pasien jatuh adalah sebagai berikut :
a. Membantu pasien kembali ke tempat tidur pasien
b. Melaporkan insiden pasien jatuh ke kepala ruang perawatan tempat pasien dirawat
c. Mengisi Formulir Pelaporan Insiden
d. Menyerahkan Formulir Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien (Maksimal
2 x 24 jam setelah insiden terjadi)

PENIGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


1. Jelaskan kategori pengelompokan jenis insiden yang Anda ketahui ?
Kategori jenis insiden terdiri dari :
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah suatu kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tapi belum terjadi insiden
Contoh : kerusakan tensimeter, Lantai licin, keramik pecah, mendorong
pasien ke lantai 3 sendirian.
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera.
Contoh : Kantong urine menyentuh lantai sehingga menimbulkan resiko
infeksi.
c. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan
tindakan (comission) atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya diambil
(omission) yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi
yang disebabkan karena keberuntungan, pencegahan, atau peringanan.
Contoh : Kesalahan identifikasi pasien namun diketahui sebelum pemberian
obat ke pasien.
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah kejadian yang hasilnya tidak
diharapkan mencelakakan pasien karena melakukan suatu tindakan atau
karena tidak bertindak dan bukan karena kondisi sakit pasien
Contoh : Tertusuk jarum, pasien jatuh.
e. Kejadian Sentinel adalah kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius
Contoh : salah sisi lokasi operasi, kejadian yang mengakibatkan
meninggalnya pasien bukan karena penyakitnya.

2. Bagaimana prosedur pelaporan insiden di rumah sakit ini ?


Prosedur pelaporan insiden meliputi :

3. Bagaimana mekanisme pengukuran mutu di unit kerja Anda ?


Jawaban :
Pengukuran mutu di unit kerja menggunakan indikator mutu yang telah ditetapkan
oleh RS yang dipantau setiap bulannya berkoordinasi dengan tim PMKP

4. Apa yang Anda ketahui tentang indikator mutu rumah sakit ?


Indikator mutu adalah indikator mutu yang sifatnya menjadi prioritas dan selalu
dipantau pelaksanaannya oleh pimpinan rumah sakit, indikator mutu kunci
terdiri dari :
INDIKATOR MUTU UTAMA

INDIKATOR AREA KLINIS

No. AREA INDIKATOR JUDUL INDIKATOR MUTU

1. Assesment Pasien Angka ketidaklengkapan asesmen awal medis


dalam 24 jam pada pasien rawati nap 100%

2. Pelayanan Laboratorium a. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil


pemeriksaan 100%
b. Pelaporan hasil nilai kritis kurang dari 30
menit setelah hasil jadi 100%
3. Pelayanan Radiologi Pelaksanaan ekspertisi hasil pemeriksaan
rontgen 100%

4. Pelayanan Bedah Kejadian infeksi daerah operasi

5. Pelayanan Farmasi a. Penulisan resep sesuai formularium


b. KNC pada pemberian obat
6. Pelayanan Anastesi dan Sedasi Penilaian Aldrete Score

7. Unit Tranfusi Darah Kejadian reaksi tranfusi

8. Pelayanan Rekam Medis Kelengkapan pengisian RM 24 jam setelah


selesai pelayanan

9. Pencegahan dan Pengendalian Angka kejadian phlebitis


infeksi, surveilans dan pelaporan
angka kejadian infeksi jarum
infus (phlebitis)

INDIKATOR MUTU UTAMA

INDIKATOR MUTU AREA MANAJEMEN

No. AREA INDIKATOR JUDUL INDIKATOR MUTU

1. Pengadaan rutin peralatan Kelengkapan obat emergency di IGD


kesehatan dan obat penting
untuk memenuhi kebutuhan
pasien
2. Pelaporan aktivitas yang Ketepatan waktu penyampaian laporan
diwajibkan oleh peraturan keuangan sesuai pedoman akutansi rumah sakit
perundang-undangan

3. Manajemen risiko Kejadian pasien pulang APS

4. Manajemen penggunaan sumber Utilisasi ruang VIP


daya

5. Harapan dan kepuasan pasien Tingkat kepuasan masyarakat


dan keluarga

6. Harapan dan kepuasan staff Ketepatan waktu pemberian imbalan (jasa


medis) sesuai kesepakatan waktu

7. Demografi pasien dan diagnosis Laporan 10 besar penyakit terbanyak


klinis

8. Manajemen keuangan Cost Recovery

9. Pencegahan dan pengendalian Ketaatan cuci tangan


dari kejadian yang dapat
menimbulkan masalah bagi
keselamatan pasien, keluarga
pasien dan staff

INDIKATOR MUTU UTAMA

INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN

No. AREA INDIKATOR JUDUL INDIKATOR MUTU

1. Ketepatan identifikasi pasien Audit pemasangan gelang identitas

2. Peningkatan komunikasi yang Audit tekhnik TBAK saat menerima Instruksi


efektif Media Via Telepon

3. Peningkatan keamanan obat Audit kepatuhan pemberian Label High Alert


yang perlu di waspadai pada obat High Alert

4. Kepastian tepat lokasi, tepat Tidak ada kejadian kesalahan identifikasi pasien
prosedur, tepat pasien operasi operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait Audit kepatuhan cuci tangan


pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko jatuh Tidak ada kejadian pasien jatuh yang berakibat
kecacatan dan kematian

5. Apa indikator mutu rumah sakit as-syifa ?


Jawab : Indikator mutu rumah sakit as-syifa ada 5 yaitu
1. Pengkajian awal pasien baru dalam 24 jam pada pasien rawat 100%,
2. Kepatuhan cuci tangan medis dan paramedis > 80 %.
3. Kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian 0 %.
4. Angka kejadian phlebitis <15 %
5. Kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan > 80 %.

6. Apa yang Anda lakukan dalam upaya menurunkan tingkat risiko di rumah
sakit ini ?
Jawaban :
Dalam upaya menurunkan tingkat risiko, rumah sakit ini akan melakukan asesmen
setiap tahunnya dalam bentuk daftar risiko rumah sakit. Dimana risiko yang
potensial terjadi dilakukan rencana upaya tindak lanjut pencegahan melalui proses
FMEA (Failure Mede &EffectsAnalysis) dan RCA (RootCauseAnalysis)

7. Bagaimana cara menentukan kategori tingkat risiko di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Untuk menentukan kategori tingkat risiko, rumah sakit ini menggunakan metode
gradasi matrik risiko

ASSESMEN PASIEN
1. Bagaimana prosedur asesmen pasien / pengkajian pasien di rumah sakit ini ?
Jawaban :
Prosedur asesmen pasien / pengkajian pasien di rumah sakit ini dikelompokkan
menjadi :
a. Pasien dewasa, menggunakan Formulir Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap –
Dewasa (dilengkapi maksimal 1 x 24 jam sejak pasien dirawat)
b. Pasien anak, menggunakan Formulir Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap – Anak
(dilengkapi maksimal 1 x 24 jam sejak pasien dirawat)
c. Pasien gawat darurat, menggunakan Formulir Asuhan Pasien Gawat Darurat
(dilengkapi maksimal 1 jam sejak pasien masuk IGD)
d. Pasien kebidanan, menggunakan Formulir Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap –
Kebidanan (dilengkapi maksimal 1 x 24 jam sejak pasien dirawat)
e. Pasien rawat jalan, menggunakan Formulir Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap –
Rawat Jalan (dilengkapi maksimal 1 x 24 jam setelah pasien masuk rawat jalan)
2. Sebutkan isi minimal dari pengkajian pasien di rumah sakit ini
Jawaban :
Isi minimal dari pengkajian pasien meliputi :
a. Riwayat alergi
b. Kebutuhan edukasi
c. Riwayat kesehatan pasien
d. Hasil pemeriksaan fisik/status fisik
e. Status fungsional
f. Ekonomi - psikososial
g. Resiko nutrisional
h. Asesmen nyeri
i. Resiko jatuh
j. Perencaan pulang

3. Bagaimana prosedur pengkajian nyeri di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Prosedur pengkajian nyeri menggunakan beberapa metode, meliputi :
a. Pasien dewasa, menggunakan metode VAS (Visual Analogue Scale) dan Numeric
Rating Scale
b. Pasien anak, menggunakan metode NIP (untuk pasien neonatus 0 – 2 bulan),
FLACC (untuk pasien anak 3 bulan – 2 tahun), Baker – Wong Face (untuk pasien
anak 3 tahun – 7 tahun)

4. Apakah di rumah sakit ini memiliki metode pengkajian yang diperuntukkan


untuk pasien dengan kebutuhan tertentu ?
Jawaban :
Ya, pengkajian untuk kebutuhan tertentu meliputi :
a. Pasien lanjut usia yang lemah, menggunakan Formulir Pengkajian Pasien Lansia
b. Pasien dengan kategori sakit terminal, menggunakan Formulir Pengkajian Pasien
Tahap Akhir Kehidupan
c. Pasien yang mengalami nyeri, menggunakan Formulir Pengkajian Nyeri
d. Pasien yang memiliki kelainan emosional, menggunakan Formulir Aplikasi
Restrain

5. Kapan asesmen / pengkajian ulang terhadap pasien rawat jalan dilaksankan ?


Jawaban :
Proses asesmen / pengkajian ulang pasien rawat jalan dilakukan pada saat :
a. Setiap 30 hari/1 bulan untuk pasien dengan penyakit akut/non kronis.
b. Setiap 3 bulan untuk pasien dengan penyakit kronis.
AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYAN (ARK)

1. Bagaimana prosedur skrining di IGD ?


Jawaban :
Prosedur skrining di igd dilaksanakan dengan ketentuan :
a. Setiap pasien dilakukan triage pada saat awal masuk igd oleh dokter/perawat.
juga untuk proses skrining
b. Skrining pasien dilakukan pada kontak pertama di dalam rumah sakit (baik saat
pasien masuk melalui unit rawat jalan maupun IGD), atau di luar rumah sakit (asal
rujukan atau saat dalam transportasi emergensi)
c. Skrining dilakukan melalui sistem triage, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik
atau diagnostik imajing sebelumnya
d. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan pasien ditentukan berdasarkan atas
temuan pemeriksaan hasil skrining dengan mengacu kepada kebutuhan pasien dan
ketersediaan sumber daya rumah sakit

2. Bagaimana pelaksanaan triage di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Pelaksanaan proses triage dilakukan dengan melaksanakan proses triage berbasis
bukti untuk memprioritaskan pasien sesuai dengan kebutuhan emergensinya dengan
menggunakan metode ATS (Australian Triage Scale)

3. Bagaimana proses penerimaan pasien baru di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Proses penerimaan pasien baru di rumah sakit ini dikelompokkan menjadi :
a. Pasien gawat darurat : tatalaksana penerimaan pasien gawat darurat mengacu
kepada SPO Penerimaan Pasien IGD
b. Pasien rawat inap : tatalaksana penerimaan pasien rawat inap mengacu kepada
SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap
c. Pasien rawat jalan : tatalaksana penerimaan pasien rawat jalan mengacu kepada
SPO Penerimaan Pasien Rawat Jalan
d. Pasien kebidanan : tatalaksana penerimaan pasien kebidanan mengacu kepada
SPO Penerimaan Pasien Kebidanan

4. Bagaimana cara rumah sakit dalam mengidentifikasi hambatan dalam proses


pemberian pelayanan terhadap pasien ?
Jawaban :
Rumah sakit mengidentifikasi hambatan terkait pelayanan yang diberikan terhadap
pasien pada saat masuk atau dirawat dengan cara membuat kajian data cakupan antara
lain : keterbatasan fisik (siapkan kursi roda), hambatan komunikasi (siapkan
penterjemah), hambatan spiritual (memfasilitasi kebutuhan rohani pasien) penunjuk
arah dan lainnya.

5. Bagaimana prosedur pemindahan pasien rumah sakit ini ?


Jawaban :
Prosedur pemindahan pasien dikategorikan menjadi dua kategori yakni :
a. Penilaian pasien antar rumah sakit, meliputi :
1) Terima permintaan pasien pindah rumah sakit
2) Tanyakan kepada pasien / keluarga terkait rumah sakit yang dituju, serta
ketersediaan ruangan di rumah sakit tersebut
3) Hubungi rumah sakit yang dituju untuk memastikan ketersediaan ruangan
sesuai dengan kebutuhan pasien
4) Siapkan kebutuhan pasien pindah rumah sakit meliputi :
a) Formulir Surat Pengantar Rujuk Pasien
b) Barang – barang milik pasien
c) Obat – obatan dan hasil pemeriksaan penunjang
d) Alat – alat yang dibutuhkan selama proses pemindahan ke rumah sakit
yang dituju
5) DPJP melakukan pengkajian terkait kondisi pasien sebelum dipindahkan,
meliputi :
a) Kondisi umum
b) Kesadaran
c) Pemeriksaan fisik
d) Pemeriksaan lainnya (sesuai kebutuhan pasien)
6) DPJP mengisi Surat Pengantar Rujuk Pasien
7) Siapkan pasien sebelum dipindahkan
8) Lakukan prosedur persiapan pasien pulang
9) Hubungi petugas ambulans dan informasikan bahwa pasien sudah siap
dipindahkan
10) Pindahkan pasien dengan menggunakan brankar atau kursi roda (sesuai
dengan kebutuhan pasien)
11) Lakukan serah terima pasien dengan petugas ambulance

b. Pemindahan pasien antar ruangan di rumah sakit As-syifa, meliputi :


1) Terima pindah ruang
2) Periksa ketersediaan ruangan sesuai permintaan dengan cara menghubungi
ruangan yang dituju
3) Informasikan ke pasien dan atau keluarga pasien terkait ketersediaan ruangan
4) Siapkan kebutuhan pasien pindah ruang beserta rekam medis pasien
5) Isi Formulir Pemindahan Pasien Antar Ruang
6) Pindahkan pasien ke ruangan atau unit yang dituju dengan menggunakan
brankar atau kursi roda (sesuai dengan kondisi pasien)
7) Lakukan serah terima pasien dengan petugas / penanggung jawab unit
perawatan terkait
8) Lakukan serah terima informasi terkait status pasien dan informasi penting
lainnya dengan petugas / penanggung jawab unit perawatan terkait
9) Lakukan verifikasi kepada petugas / penanggung jawab unit perawatan terkait
pemahaman atas informasi yang telah disampaikan
10) Tanda tangani Formulir Transfer Pasien Antar Ruang sebagai bukti serah
terima informasi serta pasien dengan unit perawatan terkait

6. Sebutkan kriteria pasien masuk ke ruangan hight care uint ?


Jawaban :
Kriteria pasien masuk ruangan HCU, adalah pasien dengan kondisi respirasi,
hemodimanik dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan pengobatan,
perawatan dan obervasi secara ketat seperti :
a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi terjadi
komplikasi.
b. Pasien memerlukan perawatan perioperatif.
Kriteria pasien kelur HCU
a. Pasien sudah stabil, tidak memerkukan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ke ICU

7. Bagaimana prosedur penetapan DPJP oleh pasien di rumah sakit ini ?


Jawaban :
a. Untuk pelayanan IGD setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan penapisan
tingkat kedaruratannya oleh dokter IGD yang kemudian mengkonsultasikan
kepada DPJP sesuai bidangnya
b. Untuk rawat jalan :
- DPJP yang bertugas melakukan pengelolaan pelayanan medik pasien rawat
jalan dari awal sampai selesai
- Apabila akan dirawat maka DPJP awal akan mengelola pasien selama
perawatan
- Apabila pasien klinik non bedah memerlukan tindakan pembedahan maka
akan dirujuk ke DPJP bedah. DPJP utama dari bedah, DPJP non bedah sebagai
pendamping DPJP utama
c. Untuk rawat inap : Pasien tersebut mempunyai DPJP yang telah ditentukan
sebelumnya dipoli rawat jalan atau jika dari IGD berdasarkan rekomendasi dokter
jaga IGD

8. Bagaimana mekanisme penyusunan perencanaan pulang pasien (Discharge


Planning) ?
Jawaban :
Penyusunan perencanaan pasien pulang dilakukan sejak awal pasien masuk rawat inap
oleh profesional pemberi asuhan (PPA) bila memenuhi kriteria pasien resiko tinggi
seperti usia diatas 65 tahun, tinggal sendirian, pasien dengan stroke/ jantung /ppok
/demensia / aids tau penyakit yang mengancam nyawa lainnya.
Dilakukan identifikasi kebutuhan pasca rawat inap dengan dengan mengacu kepada
kebutuhan pasien pasca pasien dirawat.
PELAYANAN ASUHAN PASIEN

1. Upaya apa yang dilakukan oleh rumah sakit ini dalam menciptakan sistem
pelayanan yang seragam terhadap asuhan terhadap pasien ?
Jawaban :
Upaya yang dilakukan dalam menciptakan pelayan yang seragam adalah dengan
memberikan pelayan serta asuhan yang sama terhadap pasien, dengan mengacu
kepada sistem regulasi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit

2. Apa yang dimaksud dengan pelayanan terintegrasi terhadap asuhan pasien ?


Jawaban :
Pelayanan terintegrasi terhadap asuhan pasien adalah suatu sistem pelayanan
pemberian asuhan yang dilakukan secara kolaborasi oleh profesional pemberi asuhan
dalam menjalankan asuhan terhadap pasien

3. Pelayanan apa saja yang termasuk ke dalam pelayanan berisiko tinggi di rumah
sakit ini ?
Jawaban :
Pelayan pasien berisiko tinggi meliputi pelayan terhadap pasien dengan kategori :
a. Pasien dengan kasus emergensi
b. Pasien dengan kebutuhan pelayanan resusitasi
c. Pasien dengan kebutuhan pelayanan darah
d. Pasien dengan kebutuhan alat bantu hidup dasar atau koma
e. Pasien dengan kebutuhan penggunaan restrain atau yang diberi penghalang

4. Bagaimana prosedur pengelolaan makanan pasien mulai dari penerimaan bahan


baku, penyimpanan, pengolahan bahan mentah menjadi makanan, serta
pendistribusian makanan kepada pasien ?
Jawaban :
Proses pengelolaan makanan pasien dimulai dari proses :
a. Penerimaan bahan baku mentah, mengacu kepada SPO Penerimaan bahan
makanan, dimana bahan makanan yang datang di cek sesuai dengan jumlah yang
dipesan, serta diterima sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
b. Penyimpanan bahan makanan mengacu kepada SPO Penyimpanan bahan
makanan, dilakukan setelah bahan makanan diterima dan sesuai dengan
spesifikainya. Penyimpanan bahan makanan dilakukan berdasarkan jenisnya
(bahan makanan segar dan kering), dengan sistem FIFO.
c. Pendistribusian makanan pasien dilaksanakan dengan sistem sentralisasi dimana
makanan dipacking perporsi secara meyeluruh kemudian dibagikan kepada
pasien.

5. Bagaimana prosedur pelaksaan resusitasi di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Pelaksana proses resusitasi meliputi :
a. Pastikan lingkungan tempat ditemukan aman bagi pasien dan penilong dari bahaya
seperti kabel listrik, tumpahan / genangan air, dll
b. Posisikan diri disamping kanan pasien
c. Periksa tingkat kesadaran klien dengan cara menepuk bahu dan memanggil pasien
d. Periksa tanda – tanda vital pasien (jalan nafas dan denyut nadi)
e. Panggil bantuan
f. Letakkan klien di atas permukaan yang keras dan datar
g. Bebaskan jalan nafas
h. Berikan 5 kali ventilasi dengan O2 100% (bila memungkinkan)
i. Periksa denyut nadi penderita
j. Bila tidak ada denyut nadi lakukan teknik kompresi jantung terhadap klien (30 : 2)
k. Periksa denyut nadi dan pernafasan klien, bila tidak ada denyut nadi dan
pernapasan lakukan langkah poin b – g
6. Bagaimana prosedur penanganan pasien yang memiliki tingkah laku tidak
kooperatif / tidak terkontrol / membahayakan diri sendiri / membahayakan
lingkungan sekitar saat pemberian asuhan di rumah sakit ini ?
Jawaban :
Pasien yang memiliki tingkah laku yang tidak kooperatif / tidak terkontrol /
membahayakan diri sendiri / membahayakan lingkungan sekitar akan dilakukan
teknik restrain dengan mengacu kepada SPO Pelayanan Pasien dengan Menggunakan
Alat Bantu Penghalang / Restrain

7. Teknik apa saja yang digunakan oleh rumah sakit ini dalam melaksanakan
restrain kepada klien ?
Jawaban :
Teknik yang digunakan oleh RS As – syifa dalam pelaksanaan restrain, meliputi :
a. Pembatasan fisik (tali pengikat)
b. Pembatasan mekanis (pembatas tempat tidur)
c. Pembatas kimia (penggunaan obat penenang)

8. Berapa lama waktu yang diperbolehkan untuk tindakan restrain terhadap


pasien ?
Jawaban :
Paling lama 4 jam untuk pasien usia ≥ 18 tahun,
2 jam untuk usia 9 – 17 tahun,
1 jam untuk usia < 9 tahun

9. Bagaimana prosedur penanganan atau pengelolaan klien pada saat berada


dalam fase tahap akhir kehidupan ?
Jawaban :
Penanganan dan pengelolaan pasien yang berada dalam fase tahap akhir kehidupan
mengacu kepada SPO Asuhan Keperawatan Pasien Tahap Akhir Kehidupan

10. Dapatkah Anda menjelaskan, apa yang dimaksud dengan penilaian status
fungsional, dan bagaimana penilaian status fungsional dilakukan di rumah sakit
ini ?
Jawaban :
a. Penilaian status fungsional adalah suatu instrumen pengkajian yang berfungsi
untuk mengetahui tingkat kemandirian (fungsional) pasien dalam melakukan
kegiatan seperti : perawatan diri, mobilitas, maupun aktivitas sehari – hari lainnya
b. Penilaian status fungsional di rumah sakit ini dilakukan ke setiap pasien rawat
inap dengan mengacu kepada metode penilaian BartelIndeks

11. Pada saat pergantian shift pasien rawat inap, informasi apa saja yang
disampaikan oleh perawat shift sebelumnya kepada perawat shift berikutnya ?
Jawaban :
Saat serah terima akan dibahas :
a. Identitas pasien
b. Diagnosa media yang muncul
c. Masalah keperawatan yang muncul (Keperawatan)
d. Tindakan serta asuhan yang telah diberikan kepada pasien
e. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan
f. Rencana tindakan dan asuhan yang akan dilakukan terhadap pasien
g. Informasi penting lainnya

12. Siapa yang bisa mengambil keputusan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan ?
Jawaban :
Pengambilan keputusan terkait tindakan medis sepenuhnya dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DJP)

13. Bagaimana prosedur pemberian obat pada pasien rawat inap di rumah sakit ini
?
Jawaban :
a. Setiap pemberian obat ke pasien, perawat akan memastikan 7 benar obat sebelum
obat diberikan
b. Setiap pemberian obat akan dicatat ke dalam Formulir Pemberian Obat
c. Setelah pemberian obat ke pasien, akan dilakukan monitoring dan evaluasi terkait
obat pada saat kunjungan ke pasien, dan dicatat ke dalam Formulir Catatan
Keperawatan

14. Bagaimana cara Anda (perawat / dokter) menduga bahwa terjadi efek samping
penggunaan obat terhadap pasien ?
Jawaban :
Dengan mengisi form MESO menggunakan Algoritma Naranjo.

15. Apa yang dilakukan dokter bila diduga ada efek samping obat ?
Jawaban :
Saya akan mengisi Formulir Pelaporan Efek Samping Obat dan mengirimkannya ke
Komite Farmasi dan Terapi.
HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)

1. Apa yang Anda ketahui tentang hak dan kewajiban pasien ?


Jawaban :
a. Hak pasien adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh klien selama dalam
masa pengobatan atau perawatan di rumah sakit
b. Kewajiban pasien adalah segala sesuatu yang wajib dilaksanakan dengan penuh rasa
tanggung jawab oleh klien setelah haknya terpenuhi
c. Hak pasien (mengacu kepada UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit),
meliputi :
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi
4) Memperoleh pelayan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second
pinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
rumah sakit
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data -data
medisnya
10) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
11) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13) Menjalankan ibadah sesuai agam atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
15) Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama yang
dianutnya
17) Menggugat atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana
18) Mengeluhkan pelayan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

d. Kewajiban pasien, meliputi :


1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
2) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
3) Mematuhi tata tertib dan peraturan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya
2. Bagaimana cara penyampaian hak pasien dan keluarga ke pasien dan keluarga di
rumah sakit ini ?
Jawaban :
Penyampaian hak pasien dan keluarga disampaikan dengan menggunakan :
a. Persetujuan umum (General Consent) rumah sakit
b. Banner hak pasien dan keluarga
c. Poster hak pasien dan keluarga

3. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana prosedur rumah sakit dalam memenuhi


hak pasien atas privasi terkait informasi pasien selama dirawat inap ?
Jawaban :
a. Petugas admisi memberi penjelasan bahwa rumah sakit menjamin dan melindungi
privasi dan kerahasiaan penyakit pasien selama dalam perawatan dan menanyakan
kepada pasien apakah ada privasi khusus pasien yang perlu dilindungi oleh rumah
sakit
b. Petugas admisi menindaklanjuti kepada perawat dan dokter yang merawat pasien.
Untuk pengambilan dokumentasi pasien berupa foto, rekaman wawancara di luar
kepentingan keperawatan dan pengobatan harus seizin pasien
c. Petugas admisi memberikan lembar penjelasan hak dan kewajiban pasien

4. Bagaimana cara pasien mendapatkan informasi terkait dengan pemenuhan


kebutuhan kerohanian di rumah sakit ini ?
Jawaban :
RS As-syifa memiliki program pelayan kerohanian dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan kerohanian klien, prosedur pemenuhan kebutuhan klien terhadap pelayanan
kerohanian mengacu kepada :
a. SPO Permohonan Pelayanan Kerohanian Pasien Rawat Inap
b. SPO Pelayanan Kerohanian Pasien Rawat Inap

5. Bagaimana implementasi pengelolaan privasi pasien di IGD ?


Jawaban :
Saat dilakukan pemeriksaan maupun tindakan, ruangan pasien akan ditutup dengan tirai

6. Bagaimana proses pengelolaan barang milik pasien yang tidak dapat melaksanakan
tanggung jawab untuk melindungi barang miliknya sendiri ? dan siapa yang
bertanggung jawab menyimpan ?
Jawaban :
Proses pengelolaan barang milik pasien yang tidak dapat melindungi barang miliknya
sendiri meliputi :
a. Penyerahan barang milik pasien ke petugas rumah sakit
1) Beri salam kepada pasien dan atau pengantar pasien
2) Jelaskan informasi terkait tata cara penitipan barang milik pasien serta ketentuan
dalam penitipan barang
3) Identifikasi barang – barang milik pasien yang akan dititipkan dan tulis ke dalam
Formulir Penyimpanan Barang Milik Pasien (F/KEP/039), meliputi :
a) Jenis barang
b) Jumlah
c) Tanggal penitipan
d) Kondisi barang
e) Petugas penerima barang
4) Lakukan serah terima barang milik pasien oleh pihak pengantar pasien dengan
petugas serta didampingi oleh saksi-saksi baik dari pihak pasien maupun rumah
sakit.
5) Tanda tangani Formulir Penyimpanan Barang Milik Pasien (F/KEP/039) sebagai
bukti serah terima barang
6) Serahkan barang milik pasien ke petugas keamanan rumah sakit disertai Formulir
Penyimpanan Barang Milik Pasien (F/KEP/039) untuk diamankan
7) Informasikan kepada pasien (bila pasien telah sadar dan stabil) atau keluarga
pasien terkait barang – barang milik pasien yang dititipkan
b. Penyerahan barang milik pasien dari petugas keamanan rumah sakit ke pasien dan
atau keluarga
1) Terima informasi dari perawat terkait pengambilan barang milik pasien oleh
pasien dan atau keluarga
2) Minta pasien atau keluarga untuk menyebutkan nama pasien dan tanggal lahir
pasien
Keterangan :
Pastikan identitas pasien sama saat pengambilan barang oleh pasien atau keluarga
3) Identifikasi barang milik pasien yang akan diserahkan, dan tulis ke dalam
Formulir Penyimpanan Barang Milik Pasien (F/KEP/039), meliputi :
a. Jenis barang
b. Jumlah
c. Tanggal penyerahan
d. Kondisi barang
e. Petugas penyerahan barang
f. Penerima barang milik pasien
Keterangan :
Formulir yang digunakan adalah Formulir Penyerahan Barang Milik Pasien pada
saat barang milik pasien dititipkan
4) Lakukan serah terima barang milik pasien
Keterangan :
Serah terima barang milik pasien dilakukan oleh pihak keamanan rumah sakit
dengan penerima barang milik pasien serta didampingi saksi – saksi baik dari
saksi rumah sakit maupun saksi dari pihak keluarga pasien
5) Tanda tangani Formulir Penyimpanan Barang Milik Pasien sebagai bukti serah
terima barang
6) Tanyakan kepada pasien dan atau keluarga “Apakah masih ada yang dapat saya
bantu ?”
7) Ucapkan terima kasih dan beri salam kepada pasien dan atau keluarga
“Terima kasih, Selamat Pagi / Siang / Malam”

7. Apakah rumah sakit menyediakan loker untuk pasien ?


Jawaban :
Loker untuk pasien hanya terdapat di area seperti Kamar Operasi (OK), Ruang tunggu
ICU dan Ruang radiologi. Jika pasien tidak sadar, rumah sakit akan menjaga barang –
barang milik pasien sesuai SPO Penitipan Milik Pasien. Untuk pasien normal lainnya,
kebijakan rumah sakit mengatakan bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab atas
barang milik pasien. Hal ini ditulis dalam Persetujuan Umum Rumah Sakit.

8. Upaya apa yang dilakukan oleh rumah sakit ini dalam melindungi pasien terhadap
kekerasan fisik ?
Jawaban :
Upaya perlindungan pasien dari kekerasan fisik, meliputi :
a. Penempatan pasien di kamar perawatan yang dekat dengan kamar perawat (bila
memungkinkan)
b. Mengatur posisi tempat tidur pasien pada posisi terendah
c. Menginformasikan kepada pasien dan atau keluarga untuk menghubungi perawat jika
membutuhkan sesuatu atau meminta pertolongan.
d. Petugas keamanan rumah sakit melakukan identifikasi untuk pengunjung yang
melakukan kunjungan ke pasien dengan menggunakan daftar kunjungan ke pasien
(berlaku hanya untuk pasien yang berkunjung di luar jam besuk)
e. Berkoordinasi dengan pihak keamanan rumah sakit / pihak yang berwajib (jika
diperlukan) terkait keamanan dan perlindungan pasien
f. Memantau CCTV

9. Pasien apa saja yang termasuk kelompok berisiko di rumah sakit ini ?
Jawaban :
a. Pasien baru lahir (bayi)
b. Pasien anak – anak
c. Pasien dengan usia lanjut (≥ 60 tahun)
d. Pasien wanita
e. Pasien dengan gangguan jiwa
f. Pasien koma
g. Pasien dengan keterbatasan fisik / cacat
h. Pasien terkait kasus kriminal / korban kriminal

10. Apa yang Anda ketahui tentang permintaan pendapat medis kedua (second
opinion) ?
Jawaban :
Second opinion adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu
diagnosa, terapi maupun rekomendasi medis lainnya terhadap penyakit yang diderita oleh
pasien

11. Bagaimana tata laksana pengelolaan pasien nyeri di rumah sakit ini ?
Jawaban :
Pasien yang mengalami nyeri akan dilakukan tindakan sebagai berikut :
a. Perawat akan melakukan pengkajian nyeri terhadap pasien
b. Perawat memberikan informasi kepada DPJP terkait dengan keluhan nyeri yang
dialami pasien
c. Perawat melakukan kolaborasi dengan PPA terkait pengelolaan nyeri pasien
Keterangan :
Pengelolaan nyeri dapat dilakukan secara :
1) Non Farmakologi : metode ini biasanya digunakan untuk pasien dengan intensitas
nyeri ringan
2) Farmakologi : metode ini biasanya digunakan untuk pasien dengan intensitas
nyeri sedang sampai dengan nyeri berat
d. Perawat melakukan pengkajian ulang sesuai dengan Panduan Pengkajian Pasien
(tentang pengkajian Nyeri)

12. Jelaskan prosedur pemberian informed consent (persetujuan tindakan kedokteran)


yang Anda ketahui ?
Jawaban :
a. Lakukan identifikasi pasien dengan meminta pasien dan atau keluarga untuk
menyebutkan nama dan tanggal lahir pasien
b. Siapkan Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Formulir Penolakan /
Penundaan Tindakan Kedokteran.
c. Jelaskan materi terkait tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien,
penjelasan materi meliputi :
1) Informasi terkait diagnosa pasien
2) Jenis tindakan / operasi
3) Tujuan tindakan / operasi
4) Tata cara pelaksanaan tindakan
5) Risiko / komplikasi / lainnya terhadap tindakan medis
6) Prognosis
7) Alternatif tindakan / pengobatan lainnya disertai keuntungan / kerugian (bila ada)
8) Akibat yang dapat terjadi bila pasien atau keluarga menolak untuk dilakukan
tindakan medis terhadap pasien
d. Lakukan verifikasi ke pasien dan atau keluarga terkait pemahaman pasien dan atau
keluarga terhadap penjelasan yang telah dijelaskan
e. Berikan kesempatan kepada pasien dan atau keluarga untuk melakukan rundingan
terkait tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien dengan ketentuan :
1) Tindakan medis umum : maksimal 1 x 24 jam
2) Tindakan medis CITO : maksimal 1 jam
Keterangan :
Bila pasien dan atau keluarga tidak dapat memberikan persetujuan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, berikan Formulir Penolakan / Penundaan Tindakan
Kedokteran sebagai bukti bahwa pasien dan atau keluarga menunda untuk
pelaksanaan tindakan medis terhadap pasien
f. Tanyakan kepada pasien dan atau keluarga terkait keputusan atas tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap pasien
g. Lakukan verifikasi ulang kepada pasien dan atau keluarga terhadap keputusan yang
telah diambil
h. Tulis informasi yang telah dijelaskan kepada pasien dan atau keluarga dengan
ketentuan :
1) Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran : untuk pasien dan atau keluarga yang
menyatakan persetujuan atas tindakan medis yang akan dilakukan
2) Formulir Penolakan / Penundaan Tindakan Kedokteran : untuk pasien dan atau
keluarga yang menyatakan penolakan atau menunda atas tindakan medis yang
akan dilakukan
i. Berikan Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Formulir Penolakan /
Penundaan Tindakan Kedokteran untuk ditanda tangani pasien dan atau keluarga
sebagai bukti persetujuan / penolakan / penundaan atas tindakan medis yang
dilakukan terhadap pasien
Keterangan :
Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Formulir Penolakan / Penundaan
Tindakan Kedokteran harus ditanda tangani oleh :
1) Pasien / penanggung jawab pasien
2) Dokter yang memberikan penjelasan
3) Saksi – saksi dari pihak keluarga pasien
4) Perawat
j. Tanyakan kepada pasien dan atau keluarga “ Apakah masih ada yang dapat saya
bantu ?”
k. Dokumentasikan informedconsent ke dalam rekam medis pasien

13. Siapa yang memberikan penjelasan terkait informed consent ?


Jawaban :
DPJP pasien dan atau dokter yang akan melakukan tindakan medis terhadap pasien

14. Kepada siapa saja penjelasan informed consent dapat diberikan ?


Jawaban :
a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah
b. Bagi pasien dibawah umur 18 tahun, persetujuan (informedconsent) atau Penolakan
Tindakan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu kandung
2) Saudara – saudara kandung
c. Bagi pasien dibawah umur 18 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang
tuanya berhalangan hadir, persetujuan (informed consent) atau Penolakan Tindakan
Medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu adopsi
2) Saudara – saudara kandung
3) Induk semang
d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (informed consent) atau
Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara – saudara kandung
e. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau
Penolakan Tindakan Medis diberikan menurut hak sebagai berikut :
1) Wali
2) Curator
f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau Penolakan
Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut :
1) Suami / istri
2) Ayah / ibu kandung
3) Anak – anak kandung
4) Saudara – saudara kandung
PELAYANAN ANASTESI BEDAH

1. Seberapa sering Anda melakukan monitoring terhadap pasien yang mendapat


prosedur sedasi dalam ?
Jawaban :
Monitoring terhadap pasien yang mendapatkan prosedur sedasi dalam dilakukan
setiap 5 menit sekali (Referensi SPO/OK/Pemantauan Selama Anestesi dan Sedasi)

2. Seberapa sering Anda melakukan monitoring terhadap pasien yang


mendapatkan anestesi umum dalam untuk operasi ?
Jawaban :
Monitoring terhadap pasien yang mendapatkan anestesi umum dalam dilakukan setiap
5 menit sekali (Referensi SPO/OK/Pemantauan Selama Anestesi dan Sedasi)

3. Jelaskan tata laksana monitoring pasien yang mendapatkan anestesi umum


dalam untuk operasi ?
Jawaban :
a. Setelah pembedahan selesai, kedalaman anestesi tetap dipantau dan dicatat ke
dalam Formulir Catatan Anestesia
b. Sebelum pasien dipindahkan ke ruang pulih, kondisi pasien dievaluasi lagi
c. Jika pasien belum sadar setibanya di ruang pulih maka dipantau dengan lebih ketat
oleh perawat di ruang pulih
d. DPJP anestesiologi mengidentifikasi keadaan pasien bila terjadi anestesi yang
berkepanjangan akibat komplikasi atau pemulihan anestesi yang lambat, dan
dicatat ke dalam Formulir Catatan Anestesi
e. Setiap pasien pasca anestesi diobservasi di ruang pulih dan dinilai secara periodik
menggunakan kriteria skor aldrette
f. Semua proses pasca anestesi harus terdokumentasi dan dimasukkan dalam rekam
medis pasien

4. Sebutkan ketentuan terkait pengeluaran / pemulangan pasien pasca operasi /


pembedahan
Jawaban :
a. Kriteria pemulangan / pengeluaran pasien pasca operasi adalah menggunakan skor
aldrette yang terdapat di Formulir Catatan Anesthesia
b. Penilaian skor aldrette dilakukan dengan pemantauan 5 parameter yaitu aktivitas /
motorik, pernafasan / respirasi, sirkulasi, kesadaran, saturasi oksigen dan perifer
c. Dari setiap parameter tersebut diberikan skor 0 – 2
d. Semua sor parameter dijumlahkan
e. Bila skor aldrette lebih dari 8 maka pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat
f. Pemantauan terhadap skor aldrette dilakukan secara periodik setiap 15 menit
g. Pemantauan skor aldrette di ruang pulih dilakukan maksimal 1 jam
h. Rasio antara perawat ruang pulih dengan pasien disesuaikan dengan kondisi
pasien adalah 1 : 3
i. Semua kondisi pasien pasca operasi harus diinformasikan kepada keluarga pasien
j. Tim anestesiologi yang bertugas di ruang pulih mengisi dan menandatangani
kriteria skor aldrette yang terdapat di Formulir Catatan Anesthesia

5. Bagaimana mekanisme pencatatan instruksi pasca operasi untuk pasien ?


Jawaban :
a. Dokter anestesi mencatat instruksi di Formulir Catatan Anestesia
b. Dokter bedah akan mencatatat di Catatan Perkembang Pasien Terintegrasi
c. Dokter di ruang pulih akan mencatat di Formulir Catatan Anestesia
PKPO

1. Apa yang Anda ketahui tentang obat – obatan LASA ?


Jawaban :
Obat LASA adalah obat yang meiliki kemasan yang mirip (Look a Like) atau obat
yang memiliki nama yang terdengar mirip (Sound a Like)
Contoh : obat Look a Like :
a. Kaptopril 12,5 mg – Kaptopril 25 mg
b. Meloxicam 7,5 mg – Meloxicam 15 mg
c. Metformin 500mg – Metformin 850mg
d. Amplodipin 5 mg – Amplodipin 10 mg
e. Salbutamol 2 mg – Salbutamol 4
Contoh : obat Sound a Like :
1) Ampisilin – Aminopilin
2) Asam mepenamat – Asam tranexamat
3) Amoksislin – Ampisilin
4) Cimetidine – Ranitidin
5) Ciprofloxacin – Ciproheptadine

2. Bagaimana ketentuan di rumah sakit ini terkait pasien – pasien yang membawa
obat – obatnya sendiri ?
Jawaban :
Pasien tidak diizinkan untuk mengonsumsi obat yang dibawa dari luar rumah sakit,
kecuali jika kondisi memaksa dan atas persetujuan DPJP

3. Bagaimana alur pelaporan insiden apabila terjadi medication error ?


Jawaban :
a. Pelapor (orang yang menemukan insiden pertama kali) melaporkan insiden yang
terjadi ke atasan langsung tempat ditemukannya insiden
b. Pelapor membuat laporan insiden dengan menggunakan Formulir Laporan Insiden
dan menyerahkan laporan insiden tersebut ke atasan langsung tempat
ditemukannya insiden
c. Atasan langsung unit kerja tempat ditemukannya insiden melakukan grading
risiko kejadian terhadap insiden yang terjadi
d. Atasan langsung unit kerja tempat ditemukannya insiden menyerahkan laporan
insiden ke tim keselamatan pasien
e. Tim keselamatan pasien rumah sakit melakukan investigasi ke unit tempat
ditemukannya insiden dengan menggunakan Formulir Investigasi Sederhana dan
membuat rekomendasi perbaikan untuk mencegah agar insiden keselamatan yang
sama tidak terulang lagi dikemudian hari
f. Tim keselamatan pasien menyerahkan hasil laporan investigasi sederhana ke
Ketua sub komite Keselamatan Pasien
g. Ketua sub Komite Keselamatan Pasien mendistribusikan hasil rekomendasi dari
pelaporan investigasi ke unit kerja terkait, untuk ditindak lanjuti sebagai upaya
pencegahan agar insiden yang sama tidak terutang lagi dimasa mendatang
h. Tim keselamatan pasien melakukan monitoring pelaksanaan rekomendasi tindak
lanjut perbaikan yang telah ditetapkan di unit kerja terkait

4. Bagaimana monitoring terhadap adverse event obat/kejadian tidak diharapkan?


Jawaban :
a. Mengidentifikasi terjadinya efek samping obat
a. Perawat / apoteker
a) Perawat atau apoteker yang menemukan atau mendapat laporan terjadinya
efek samping obat mencatat data pasien, reaksi efek samping obat, dna
data obat yang dicurigai
b) Melaporkan segera kepada dokter yang merawat pasien untuk dievaluasi
dan ditangani lebih lanjut
b. Dokter
a) Dokter yang menemukan atau mendapat laporan terjadinya efek samping
obat mencatat data pasien, reaksi efek samping obat, dan data obat yang
dicurigai di rekam medis
Dokter mengevaluasi dan menangani efek samping yang terjadi

b. Dokter . apoteker / perawat mengisi dengan lengkap Formulir MESO (berwarna


kuning) yang terjadi di nurse station
c. Laporan MESO dikirim oleh unit kerja ke Komite Farmasi dan Terapi dan
tembusan ke Komite Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit dalam waktu 7 hari
setelah reaksi efek samping obat terdeteksi.

5. Apakah di ruang rawat dibolehkan menyimpan obat – obatan High Alert seperti
kalium klorida pekat (KCl 7,46%) ?
Jawaban :
Penyimpanan obat – obatan high alert tidak diperbolehkan disimpan di ruangan rawat,
kecuali untuk ruangan khusus sepertti IGD, HCU dan Kamar Bedah.

6. Apakah disini tersedia obat sampel / radioaktif dari pabrik obat ?


Jawaban :
Kebijakan RS As – Syifa tidak menyediakan atau menerima obat sampel / radioaktif

7. Bagaimana produser instruksi verbal untuk terapi obat diberikan ?


Jawaban :
Instruksi verbal dilakukan hanya jika dokter tidak sedang berada di ruang rawat.
Instruksi verbal tidak boleh dilakukan untuk obat high alert, kecuali dalam keadaan
emegensi. Prosedur instruksi verbal dilakukan sesuai dengan SPO Tata Laksana
Komunikasi dan Pemberian Informasi via Telpon Antar Praktisi Pelayanan

8. Bagaimana kebijakan di rumah sakit ini tentang persyaratan resep yang


lengkap ?
Jawaban :
Kebijakan persyaratan resep yang lengkap mengacu kepada Kebijakan Pelayanan
Farmasi, meliputi :
Resep harus memenuhi kelengkapan :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir dan nomor rekam medik
c. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
d. Nama dokter
e. Tanggal penulisan resep
f. Nama ruang pelayanan
g. Jumlah sediaan
h. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis / bahan obat ) untuk bahan
padat : mikrogram, miligram, gram) dan untuk cairan : tetes, mililiter, dan liter.
i. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
j. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau
pm atau “prorenata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari

9. Siapa yang memberikan edukasi tentang penggunaan obat ke pasien ? poin –


poin apa saja yang disampaikan ke pasien ?
Jawaban :
Pemberian obat dilakukan oleh staf Farmasi, adapun poin – poin yang disampai
terkait pemberian edukasi pasien perihal pemberian obat adalah :
a. Obat yang diberikan
b. Dosis
c. Aturan pakai
d. Cara pakai
e. Fungsi obat
f. Cara penyimpanan efek samping obat

10. Siapa yang berhak menulis resep di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Penulisan resep hanya dilakukan oleh dokter yang berwenang sesuai dengan SK.
Direktur dan telah terdaftar dalam Formulir Daftar Staf Medis.

11. Jelaskan bagaimana ketentuan terkait penulisan resep yang aman di rumah
sakit ini ?
Jawaban :
Penulisan resep obat yang aman mencakup :
a. Nama dan alamat rumah sakit
b. Tanggal penulisan resep
c. Kolom riwayat alergi pasien
d. Tanda R/ pada setiap sediaan
e. Nama obat : lengkap dengan bentuk sediaan obat (contoh : Cravit 500 mg tablet)
f. Jumlah sediaan
g. Bila obat berupa racikan, dituliskan nama setiap jenis / bahan obat dan jumlah
bahan obat (untuk bahan padat : mikrogram, miligram, gram) dan untuk cairan :
tetes, mililiter, dan liter
h. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
i. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan bila perlu atau prn
atau “pro renata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari.
j. Nama lengkap pasien : laki – laki (Tn), perempuan (Ny, Nn), anak (An)
k. Nomor rekam medis
l. Tanggal lahir
m. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
n. Nama dokter
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI

1. Kapan pelaksanaan edukasi diberikan kepada pasien dan atau keluarga ?


Jawaban :
Proses edukasi diberikan kepada pasien dan atau keluarga dimulai dari saat proses
pendaftaran, pengambilan keputusan dimulai dari saat proses pendaftaran,
pengambilan keputusan atas tindakan kedokteran, sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, pemberian obat, diagnosis dan perubahan diagnosisnya, discharge planning,
saat pasien akan pulang

2. Siapa yang memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga di rumah
sakit ini ?
Jawaban :
Pemberian edukasi dilakukan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yag ahli
Contoh :
a. Edukasi mengenai gizi akan diberikan oleh dietisien
b. Edukasi mengenai diagnosis dan pengobatannya diberikan oleh dokter.

3. Bagaimana pelaksanaan edukasi ke pasien rawat inap atau keluarga di rumah


sakit ini ?
Jawaban :
a. Profesional Pemberi Asuhan (Dokter, Perawat, Ahli Gizi, Terapis) melakukan
identifikasi terkait kebutuhan informasi yang akan diberikan kepada pasien dan
atau keluarga
b. Siapkan kebutuhan terkait dengan pemberian edukasi kepada pasien dan atau
keluarga, meliputi :
1) Formulir Komunikasi Edukasi Pasien
2) Informasi terkait edukasi yang akan disampaikan kepada pasien dan atau
keluarga
3) Leaflet (sesuai kebutuhan)
4) Alat peraga (sesuai kebutuhan)
c. Tulis identitas atau tempelkan stiker identitas pasien pada kotak yang telah
tersedia
d. Lakukan identifikasi pasien dengan meminta pasien atau keluarga pasien untuk
menyebutkan nama dan tanggal lahir pasien
e. Periksa identitas yang telah disebutkan oleh pasien dan atau keluarga dengan
gelang identitas yang terpasang pada pasien atau rekam medis pasien
f. Identifikasi nama penerima edukasi (penanggung jawab) terkait dengan informasi
yang disampaikan
Keterangan :
Penerima edukasi adalah orang yang berhak menerima informasi dan edukasi
terkait dengan kesehatan pasien, meliputi :
1) Pasien sendiri (bila kompeten)
2) Suami
3) Istri
4) Ayah
5) Ibu
6) Anak
7) Lainnya (penanggung jawab yang telah ditunjuk)
g. Tulis tanggal dan jam pemberian edukasi ke dalam Formulir Komunikasi Pasien
“Untuk pasien rawat inap”
h. Berikan informasi kepada pasien dan atau keluarga (penerima edukasi) sesuai
kebutuhan pasien
Keterangan :
Metode pemberian informasi dapat dilakukan dengan cara :
1) Diskusi
2) Leaflet
3) Penggunaan alat peraga
i. Tulis informasi yang diberikan ke dalam Komunikasi Edukasi Pasien
j. Lakukan verifikasi dan evaluasi kepada penerima edukasi terkait pemahaman
terhadap penjelasan yang telah dijelaskan
k. Berikan Formulir Komunikasi Pasien kepada penerima informasi untuk ditanda
tangani / sebagai bukti bahwa penerima edukasi telah dilakukan edukasi dan
mengerti atas penjelasan yang diberikan
l. Stempel Formulir Komunikasi Harian Pasien pada kolom profesi sesuai dengan
stempel profesi (profesi yang memberikan edukasi)
m. Tanyakan kepada pasien dan atau keluarga “Apakah masih ada yang dapat saya
bantu ?”
n. Ucapkan terima kasih dan beri salam kepada pasien dan atau keluarga.
“Terima kasih atas pengertiannya, Selamat Pagi / Siang / Malam”

4. Bagaimana pelaksanaan edukasi ke pasien rawat jalan atau keluarga di rumah


sakit ini ?
Jawaban :
a. Profesional Pemberi Asuhan (Dokter, Perawat, Ahli Gizi, Terapis) melakukan
identifikasi terkait kebutuhan informasi yang akan diberikan kepada pasien dan
atau keluarga
b. Siapkan kebutuhan terkait dengan pemberian edukasi kepada pasien dan atau
keluarga, meliputi :
1) Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
2) Informasi terkait edukasi yang akan disampaikan kepada pasien dan atau
keluarga
3) Leaflet (sesuai kebutuhan)
4) Alat peraga (sesuai kebutuhan)
c. Tulis identitas atau tempelkan stiker identitas pasien pada kotak yang tersedia
d. Beri salam kepada pasien dan atau keluarga “Selamat Pagi / Siang / Malam,
Saya.... (sebutkan nama) sebagai.... (jabatan atau profesi)”
e. Lakukan identifikasi pasien dengan meminta pasien atau keluarga pasien untuk
menyebutkan nama dan tanggal lahir pasien
f. Periksa identitas yang telah disebutkan oleh pasien atau keluarga dengan gelang
yang terpasang pada pasien atau rekam medis pasien
g. Identifikasi nama penerima edukasi (penanggung jawab) terkait dengan informasi
yang akan disampaikan
Keterangan :
Penerima edukasi adalah orang yang berhak menerima informasi dan edukasi
terkait dengan kesehatan pasien, meliputi :
1) Pasien sendiri (bila kompeten)
2) Suami
3) Istri
4) Ayah
5) Ibu
6) Anak
7) Lainnya (penanggung jawab pasien yang telah ditunjuk)
h. Tulis tanggal dan jam pemberian edukasi ke dalam Formulir Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi.
i. Berikan informasi kepada pasien dan atau keluarga (penerima edukasi) sesuai
kebutuhan pasien
Keterangan :
Metode pemberian informasi dapat dilakukan dengan cara :
4) Diskusi
5) Leaflet
6) Penggunaan alat peraga
j. Tulis informasi yang diberikan ke dalam Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi.
k. Lakukan verifikasi dan evaluasi kepada penerima edukasi terkait pemahaman
terhadap penjelasan yang telah dijelaskan
l. Stempel Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi pada kolom profesi
sesuai dengan stempel profesi (profesi yang memberikan edukasi)
m. Berikan Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi kepada penerima
informasi untuk ditanda tangani / sebagai bukti bahwa penerima edukasi telah
dilakukan edukasi dan mengerti atas penjelasan yang diberikan
n. Tanyakan kepada pasien dan atau keluarga “Apakah masih ada yang dapat saya
bantu ?”
o. Ucapkan terima kasih dan beri salam kepada pasien dan atau keluarga.
“Terima kasih atas pengertiannya, Selamat Pagi / Siang / Malam”

5. Apa bukti edukasi telah diberikan kepada pasien ?


Jawaban :
Bukti pasien telah diedukasi adalah tanda tangan pasien (penerima edukasi) dan
profesional pemberi asuhan (pemberi edukasi) di formulir edukasi terintegrasi yang
ada di rekam medik

6. Bagaimana penanganan edukasi pasien jika terkendala bahasa / fisik ?


Jawaban :
a. Kendala bahasa
Pemberi edukasi kepada pasien yang memiliki kendala / hambatan bahasa
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Lakukan komunikasi terkait pemberian asuhan serta pelayanan pasien
berkolaborasi dengan keluarga pasien atau penanggung jawab pasien saat
proses pemberian asuhan dilakukan
2) Jelaskan kepada pasien agar menyiapkan anggota keluarga / rekanan / jasa
transleter yang bisa berbahasa Indonesia untuk pasien dan keluarga yang
mengalami kendala berbahasa Indonesia
b. Kendala fisik
Pemberian edukasi kepada pasien yang memiliki kendala fisik dilakukan dengan
cara berkolaborasi dengan keluarga pasien atau penanggung jawab pasien saat
proses pemberian asuhan dilakukan
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. Apakah ada program mengenai edukasi pengunjung dan pasien terhadap cuci
tangan ?
Jawaban :
Ada, program edukasi terkait tata cara cuci tangan dilakukan melalui penyuluhan
langsung dan poster mengacu kepada Program Kerja PKRS dan PPIRS.

2. Dapatkah menjelaskan, bagaimana Anda membersihkan stetoskop setiap


pergantian pasien ?
Jawaban :
Membran stetoskop dibersihkan menggunakan alkohol swab, setiap kali selesai
digunakan.

3. Dapatkah Anda menjelaskan apa yang harus dilakukan jika pasien mengalami
airborne disease ?
Jawaban :
Rumah sakit As-syifa tidak memberikan pelayanan pasien aiebone disease karena
belum tersedia ruang isolasi yang memenuhi standar (menggunakan
hepafilter/tenkanan negative). Pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit lain.
Sebelum dan setelah kontak dengan pasien, petugas harus melakukan cuci tangan,
menggunakan APD.

4. Dapatkah Anda menjelaskan, apa yang harus dilakukan jika pasien terinfeksi
lewat kontak/airbone desease ?
Jawaban :
a. Pasien diisolasi / kohort
b. Melakukan kebersihan tangan
c. Menggunakan APD : sarung tangan dan apron (sesuai kebutuhan)
d. Menggunakan peralatan tersendiri untuk pasien
e. Melakukan disinfeksi peralatan setiap selesai dipakai
f. Di pintu masuk kamar pasien dipasang poster kewaspadaan lewat kontak
g. Pasien dirujuk

5. Bagaimana proses pembersihan sterilisasi di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Proses sterilisasi hanya dilakukan di kamar bedah, dilakukan melalui 5 tahap :
a. Precleaning
b. Cleaning
c. Labelling / packing
d. Sterilisasi
e. Penyimpanan
Proses sterilisasi alat diruangan lain memakai sterilisasi ultraviolet/ozon

6. Bagaimana mekanisme / prosedur melakukan pergantian linen di ruangan ?


Jawaban :
a. Linen infeksius (linen yang terkena darah, cairan urin, feses, muntahan, dan lain –
lain) langsung dimasukkan ke kantong plastik kuning, non infeksi ke dalam
kantong plastik hitam.
b. Linen diganti setiap hari untuk kelas vip dan dua hari sekali untuk kelas 1, 2 dan
kelas 3. Bila kotor segera diganti.

7. Jika di ruangan Anda ada pemakaian alat singleuse, namun di reuse, bagaimana
standar prosedur operasionalnya (SPO) ?
Jawaban :
Rumah sakit as-syifa tidak memakai alat single use yang di reuse.

8. Bagaimana cara penanganan limbah transfusi darah ?


Jawaban :
Semua limbah transfusi darah dimasukkan ke sampah infeksius (plastik kuning).

9. Apa yang Anda lakukan jika terjadi tertusuk jarum atau benda tajam ?
Jawaban :
a. Lepaskan sarung tangan, cuci luka dengan air mengair dan sabun
b. Tidak boleh ditekan
c. Mengisi formulir tertusuk jarum
d. Petugas berobat ke IGD
e. Lapor kepala ruangan/ tim PPIRS

10. Bagaimana penyimpan masker untuk perawat / dokter ?


Jawaban :
Masker disimpan di tempat penyimpan APD

11. Apakah pasien infeksius dan non infeksius dipisahkan di rumah sakit ini ?
Jawaban :
Iya, pasien (kecuali airbone disease langsung dirujuk).

12. Apakah dilakukan penanggalan hand rub di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Tidak perlu ada penanggalan penggunaan awal hand rub, namun harus ada tanggal
kadaluarsanya.

13. Tindakan apa yang Anda lakukan jika terdapat pasien infeksius udara sebelum
dirujuk ?
Jawaban :
a. Pasien diminta menggunakan masker bedah
b. Petugas yang merawat pasien harus menggunakan APD masker N95
c. Buka jendela lebar – lebar
d. Pintu selalu ditutup
e. Batasi pengunjung
f. Edukasi keluarga pasien
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Dapatkah Anda menjelaskan, apa saja kode warna keadaan darurat yang
berlaku di rumah sakit ini ?
Jawaban :
a. Code blue : Kegawatdaruratan medis
b. Code red : Kebakaran
c. Code pink : Penculikan bayi
d. Code purple : Evakuasi
e. Code grey : Gangguan keamanan
f. Code green : Gempa
g. Code black : Ancaman bom

2. Apa yang Anda lakukan bila terjadi kode darurat di rumah sakit ini ?
Jawaban :
Untuk kode keadaan darurat yang berhubungan dengan pasien, bahaya dan keamanan
menghubungi telpon aiphone sekuriti nomor 124 Atau ke Handpone nomor
081379879004 atau HT dengan frekwensi 7, kemudian satpam akan mengumumkan
lewat pengeras suara untuk diketahui semua staf.

3. Apa yang Anda lakukan bila terjadi bahaya kebakaran di rumah sakit ini ?
Jawaban :
a. menghubungi telpon aiphone sekuriti nomor 124 Atau ke Handpone nomor
081379879004 atau HT dengan frekwensi 7, untuk diumumkan lewat pengeras
suara untuk diketahui semua staf.
b. Sambil menunggu bantuan saya akan menyelamatkan pasien dan dokumen
semaksimal mungkin

4. Apakah dilakukan orientasi terhadap petugas yang baru masuk ? orientasi apa
saja ?
Jawaban :
Ya, proses orientasi meliputi : pengenalan lingkungan kerja, sistem manajemen mutu
rumah sakit, dll

5. Bisakah Anda menjelaskan proses clinical privilege di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Setiap dokter harus mengajukan permohonan penugasan klinis dengan menyertakan
permintaan terhadap jenis kewenangan klinis (clinical privilege) spesifik tertentu
dalam formulir permohonan yang telah disiapkan komite medik dengan melibatkan
mitra bestari untuk dokter baru atau pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis untuk dokter lama.
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI

1. Upaya apa yang dilakukan oleh rumah sakit ini dalam melakukan promosi terkait
pelayanan kesehatan ke masyarakat ?
Jawaban :
Upaya terkait promosi terkait pelayanan kesehatan ke masyarakat mengacu kepada
program kerja Panitia PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit)

2. Sebutkan contoh kegiatan promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Kegiatan promosi kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui :
a. Penyuluhan kesehatan
b. Leaflet / brosur / spanduk

3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh rumah sakit untuk memastikan bahwa
dokumen mutu / regulasi yang digunakan rumah sakit telah sesuai dengan
kebutuhan saat ini ?
Jawaban :
RS As – Syifa memiliki prosedur audit internal rumah sakit untuk memastikan dokumen
mutu / regulasi yang digunakan rumah sakit telah sesuai dengan kebutuhan saat ini.

4. Bagaimana prosedur penanganan pasien komplain di rumah sakit ini ?


Jawaban :
Prosedur, penanganan komplain mengacu kepada SPO Pengelolaan Keluhan Pelanggan.

5. Apakah ada prosedur singkat – singkatan yang dipakai di dalam buku daftar
singkatan rumah sakit ini ?
Jawaban :
Ada, di dalamnya ada singkatan yang boleh. Bila tidak ada dalam buku standar singkatan
berarti kata tersebut tidak boleh disingkat.

6. Bagaimana dokter bisa mengakses daftar standar singkatan tersebut ?


Jawaban :
Melalui buku standar singkatan yang dapat diperoleh di setiap nurse station

7. Jelaskan terkait standar rekam medik ?


Jawaban :
Rekam medik harus dilengkapi sesuai dengan Pedoman Pelayanan Rekam Medik. Rekam
medik harus dijaga kerahasiaannya. Rekam medik harus disertakan saat pasien dikirim
untuk dikonsul atau dilakukan prosedur invasif, dibawa oleh petugas RS.

8. Jelaskan ketentuan terkait pelepasan informasi medis pasien ?


Jawaban :
a. Semua data rekaman medis pasien bersifat rahasia dan hanya petugas kesehatan yang
terlibat dalam asuhan pasien yang berhak mengakses dokumen rekam medis untuk
kepentingan asuhan pasien serta pihak berwajib sesuai undang – undang jika
diperlukan melalui mekanisme yang ditetapkan.
b. Pelepasan / permintaan informasi medis (resume medis pengisian asuransi, hasil
pemeriksaan penunjang, legalisir, visum et repertum, dll) harus melalui rekam medis
c. Pemberian informasi medis hanya dapat diberikan kepada pasien, keluarga atau pihak
yang telah diberikan kuasa oleh pasien
d. Pasien rumah sakit As – syifa hanya berhak mendapatkan isi dari rekam medik dalam
bentuk resume medik dan hasil pemeriksaan penunjang. Apabila pasien melanjutkan
perawatan di rumah sakit lain atau pihak lain (asuransi / perusahaan) membutuhkan
informasi medis maka informasi tersebut dapat diberikan dengan adanya surat
permintaan dari rumah sakit tersebut dan surat kuasa / surat permintaan data medis
dari pasien disertai fotokopi kartu identitas pasien yang masih berlaku
e. Permintaan resume medis rawat inap, rawat jalan, pengisian asuransi, legalisir
(resume medis dan surat kematian) permintaan data medis yang diisi oleh pasien. Jika
pasien tidak dapat mengisi / berhalangan maka dapat diisi oleh orang yang diberikan
kuasa oleh pasien dengan melampirkan surat pelimpahan kuasa serat fotokopi kartu
identitas pasien dan orang yang dikuasakan
f. Pemberian informasi medis untuk pasien anak – anak / dibawah umur hanya dapat
diberikan kepada orang tua atau pihak yang diberikan kuasa oleh orang tua
g. Informasi yang berisi tentang identitas, diagnosis, riwayat kesehatan pasien harus
dijaga keamanan dan kerahasiaannya oleh dokter, tenaga kesehatan, petugas pengelola
dan pimpinan sarana kesehatan.

9. Bagaimana cara Anda melindungi berkas rekam medis pasien dari kehilangan dan
kerusaan ?
Jawaban :
Rumah sakit memiliki kebijakan terkait orang – orang yang memiliki akses atau
kewenangan dalam mengakses rekam medis pasien, jadi hanya orang – orang tertentu
yang hanya berhak mengakses rekam medis pasien.

Anda mungkin juga menyukai